Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lumban Raja, Sarah Christine Mastiur
"Risiko terkait pekerjaan adalah masalah yang perlu dimitigasi untuk mencegah negatif dampak terhadap pekerja, tempat kerja, dan lingkungan kerja. Ini tujuannya penelitian adalah untuk mengidentifikasi tingkat bahaya dan risiko yang ada dalam kegiatan publik Fasilitas dan Utilitas Pekerja di Kelurahan Jatipadang, sehingga tindakan yang tepat dapat dilakukan direkomendasikan untuk mengurangi risiko yang ada.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dengan studi observasional yang didasarkan pada struktur dari ISO 31000: 2018, dan selanjutnya dihitung dengan Rumus Matematika dari W. T. Baik (1971). Tahapan penelitian ini melibatkan identifikasi utama tugas dan potensi bahaya dari pekerjaan (Job Hazard Analysis), analisis risiko dengan mengalikan nilainya dari konsekuensi, probabilitas, dan paparan untuk menentukan nilai risiko total, dan kemudian bandingkan dengan tabel kriteria risiko.
Penelitian ini mengidentifikasi bahwa ada beragam risiko yang disebabkan oleh potensi bahaya fisik, kimia, biologi, dan ergonomis di aktivitas pekerja. Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kesehatan dan keselamatan kerja risiko yang dikenakan kepada pekerja tinggi, oleh karena itu diperlukan seperangkat kontrol manajemen risiko langkah-langkah untuk mengurangi risiko yang ada.

Work-related risks are problems that need to be mitigated to prevent negative impacts on workers, the workplace and the work environment. The purpose of this research is to identify the level of hazards and risks that exist in the public activities of Workers' Facilities and Utilities in the Jatipadang Village, so that appropriate action can be taken recommended to reduce existing risks.
The research design used in this study is a descriptive analysis method with observational studies based on structure from ISO 31000: 2018, and subsequently calculated by the Mathematical Formula of W. T. Good (1971). The stages of this research involve the identification of the main tasks and potential hazards of the job (Job Hazard Analysis), risk analysis by multiplying the value from consequences, probabilities, and exposure to determine the total risk value, and then compare it to the risk criteria table.
This study identifies that there are a variety of risks caused by potential physical, chemical, biological, and ergonomic hazards in worker activities. This research shows that the level of occupational health and safety risks imposed on workers is high, therefore a set of risk management control measures are needed to reduce existing risks.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Rizkon Nurhasanah
"Kombinasi dari faktor lingkungan kerja, faktor pekerjaan, faktor pakaian, serta faktor karakteristik individu dapat menyebabkan tekanan panas (heat stress) bagi pekerja water blasting dan AFR di area preheater industri semen PT.X. Tekanan panas memiliki potensi untuk menyebabkan gangguan kesehatan (heat related disorders) yang diawali respon fisiologis tubuh (heat strain) berupa gejala yang dirasakan secara subjektif oleh responden. Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan pendekatan cross-sectional.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa terdapat 24 pekerja (100%) water blasting dan 19 pekerja AFR (52,8%) mengalami tekanan panas. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat 7 keluhan yang dirasakan oleh >50% responden yaitu banyak mengeluarkan keringat (100%), merasa cepat haus (100%), kulit terasa panas (83,3%), merasa cepat lelah (66,7%), lemas (66,7%), tidak nyaman (65%), dan merasa pusing atau berkunang-kunang (51,7%). Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan pengendalian baik secara teknis, administratif, maupun personal untuk meminimalisasi keluhan dan risiko kesehatan akibat tekanan panas.

The combination of environment and work factor, clothing, and individual's characteristic could generate heat stress for water blasting and AFR workers at preheater industry cement PT.X. Heat stress has the potential to cause heat related disorders which started with physiological responses (heat strain) manifested in workers`s subjective complaints. This study used observational method with cross sectional study design.
This study showed that 24 water blasting workers (100%) and 19 AFR workers (52,8%) experienced heat stress. The study also showed that seven complaints felt by >50% are sweating (100%), feeling thirsty gradually (100%), skin feels hot (83,3%), feeling tired (66,7%), limp (66,7%), feel uncomfortable while working (65%) and dizziness (51,7%). Therefore, effort such as engineering control, administrative control, and personal protective equipment are needed to minimize the subjective complaints and adverse health effect of heat stress.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65258
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Lesmana
"ABSTRAK
Pekerjaan pengelasan memiliki berbagai bahaya yang kompleks, termasuk
bahaya sinar ultraviolet B. Dampak bahaya adalah Merusak mata dan kulit
pada tubuh pekerja, (Winiarto et al. 2013). Menurut American Welding
Society, efek akut dari paparan ultraviolet (UV) cahaya meliputi
photokeratitis. Penelitian ini pada 52 Operator las bengkel resmi di
sepanjang Jalan Raya Setu Bantar Gebang, Mustika Jaya Kota Bekasi,
menemukan 39 operator dengan kasus photokeratitis (75% dari populasi).
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metoda survei dan data
dikumpulkan secara cross sectional. Survei dilakukan dengan menggunakan
kuesioner, observasi dan wawancara serta pemeriksaan visual yang
dilakukan seorang dokter untuk mengetahui responden mengalami
photokeratitis. Pengukuran radiasi menggunakan UV Light Meter UV-B
dilakukan untuk mengetahui tingkat sinar UV-B yang memajan operator
pengelasan. Salah satu faktor yang kuat terkait dengan kasus ini intensitas
tinggi UV-B radiasi dengan rata-rata 99,2 μW/cm2. Faktor-faktor lain
seperti umur, tahun bekerja, waktu paparan dan jarak ke sumber pengelasan
telah menunjukkan hubungan yang signifikan juga, namun penggunaan
APD tidak memiliki hubungan yang signifikan untuk kasus photokeratitis

ABSTRACT
Welding work has a complex variety of hazards, including the dangers of
ultraviolet rays B. Impact of danger is damaging to eyes and skin on the
body of workers, (Winiarto et al. 2013). According to the American
Welding Society, the acute effects of exposure to ultraviolet (UV) light
covers photokeratitis. This research on welding operator 52 authorized
workshops along Jalan Raya Setu Bantar Gebang, Mustika Jaya Bekasi,
found the 39 carriers with photokeratitis cases (75% of the population). This
research was conducted using the method of survey and data collected by
cross sectional. The survey was conducted using questionnaires, observation
and interviews and conducted a visual inspection to determine the
respondent experienced photokeratitis. UV radiation measurements using
UV-B Light Meter conducted to determine the level of UV-B rays which
exposes the welding operator. One factor that is strongly linked to the case
of high-intensity UV-B radiation with an average of 99.2 μW / cm2. Other
factors such as age, years of work, the exposure time and distance to the
source of welding have shown a significant relationship as well, but the use
of PPE does not have a significant relationship to the case photokeratitis"
Lengkap +
2016
T46380
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lailan Nadhira
"Pekerja kasir dilaporkan sering mengalami permasalahan punggung, pinggang, leher, bahu, dan tangan. Penelitian ini bertujan untuk melihat gambaran risiko yang ada di tempat kerja terkait keluhan GOTRAK pegawai kasir Supermarket X Rawamangun dan Depok. Metode yang digunakan adalah RULA, QEC, NBM, dan wawancara tidak terstruktur. Hasil penelitian menunjukkan tempat kerja perlu dilakukan investigasi dan perubahan, dan keluhan tertinggi berada pada bagian pinggang dan bahu kanan untuk di Depok, dan leher bagian bawah, bahu kiri dan kanan, dan pinggan di Rawamangun.

Cashier commonly reported have musculoskeletal discomfort in their back, low back, neck,shoulder, and arm in result of repetitive movement, awkward posture, and workload. This research aims to describe ergonomic risks in cashier workplace related to musculoskeletal disorders in Rawamangun and Depok X Supermarket cashier workers. Methods that used in this research are RULA, QEC, NBM, and unstructured interview. The result from QEC assessment in back score got high level and neck score got very high level, also from RULA assessment got 7 for final score in X Supermarket Rawamangun and 6 for final score in Depok. Related to subjective complaints, the highest result in both of places are lower neck, right and left shoulder, and back."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debit Bagas Kamal Gumilang
"Sektor informal di Indonesia menyerap banyak tenaga kerja dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan bagian dari sektor informal. Diketahui bahwa usaha mikro pembuatan batu bata membutuhkan banyak tenaga kerja fisik dan bekerja di lingkungan yang kurang ideal. Postur tubuh yang canggung, udara yang tercemar asap karbon, terik matahari dan asap menjadi ancaman bagi para pengrajin batu bata selama bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di sektor informal khususnya usaha mikro. Pelaksanaan K3 diukur dari observasi di lapangan, didukung dengan angket untuk mengukur pengetahuan, sikap dan perilaku pengrajin bata (n = 60), angket Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ) untuk melihat gambaran keluhan gangguan otot rangka pada pengrajin batako dan wawancara dengan instansi pemerintah untuk memvalidasi hasil observasi dan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap dan perilaku pengrajin bata terkait K3 masih rendah dan belum ada Pos UKK di Desa Panggisari. Keluhan gangguan otot rangka terbanyak terdapat pada punggung bawah (91,6%), bahu (71,7%), dan punggung atas (71,7%). Instansi pemerintah memiliki kendala dan keterbatasan dalam mendukung pelaksanaan K3 yang tepat di sektor usaha mikro. Perlu komitmen yang kuat untuk menjalankan K3 baik dari pengrajin batako maupun dari pemerintah.

The informal sector in Indonesia absorbs a large number of workers and Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) are part of the informal sector. It is known that brick-making microbusinesses require a lot of physical labor and work in less than ideal environments. The awkward posture, the air polluted with carbon smoke, hot sun and smoke pose a threat to the bricklayers while working. This study aims to determine the extent to which the application of Occupational Safety and Health (K3) in the informal sector, especially micro businesses. The implementation of K3 is measured from observations in the field, supported by a questionnaire to measure the knowledge, attitudes and behavior of brick craftsmen (n = 60), the Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ) questionnaire to see a description of complaints of skeletal muscle disorders among brick-block craftsmen and interviews with government agencies to validate it. the results of observations and questionnaires. The results showed that the knowledge, attitudes and behavior of bricklayers related to K3 were still low and there was no UKK Post in Panggisari Village. The most complaints of skeletal muscle disorders were on the lower back (91.6%), shoulders (71.7%), and upper back (71.7%). Government agencies have constraints and limitations in supporting proper OSH implementation in the micro business sector. It needs a strong commitment to run K3 both from brick-making craftsmen and from the government."
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Restuningsih
"Tesis ini dilatarbelakangi kebutuhan perusahaan pemasok suku cadang otomotif (PT X) akan keberlangsungan bisnisnya pasca bencana, melalui penerapan program Business Continuity Plan. Selain bertujuan untuk menganalisa tingkat pelaksanaanya secara standar internasional, PT X juga berminat memperbaiki program yang sudah ada mengikuti perkembangan dunia usaha dan ancaman terhadap kelangsungan bisnisnya baik faktor internal maupun eksternal, untuk kemudian diterapkan di area pengembangan cabang PT X.
Menurut beberapa hasil survey yang pernah dilakukan Allianz Risk Barometer tahun 2015, JICA 2015, dan biro pusat statistik Indonesia 2015, penyebab tertinggi bencana yang sering timbul mengancam perusahaan manufaktur di Asia adalah gangguan rantai pasok, bencana alam, kebakaran dan ledakan.
Dari data di atas PT X berusaha memenuhi persyaratan rantai pasok pelanggan PT X sebagai salah satu pemasok suku cadang otomotif, dengan menerapkan standar ISO TS16949:2009 untuk diintegrasikan dalam program Business Continuity Plan. Sedangkan untuk kecukupan penerapan BCPnya, PT X membandingkan dengan standar internasional ISO 22301:2012 (mengenai manajemen keberlangsungan bisnis yang mengatur pedoman business continuity management system) dan NFPA 1600:2016 (mengenai standar manajemen bencana/darurat dan program kelangsungan bisnis) melalui hasil audit dan wawancara.

The background of this thesis is the substantial need from an automotive spare-part company (PT X) to resume the business following an emergency or disaster event, by implementing a Business Continuity Plan (BCP). Besides aiming to analyze adequacy level of the BCP implementation based on International Standards, PT X is also interested to improve the existing programs that follow the business world growth and the threats to the continuity of its business both internal and external factors, so that it can be applied within areas that develop it at different locations of PT X.
According to some survey results that have been done by Allianz Risk Barometer 2015, Japan International Community Agency in 2015, and the Central Bureau of Statistics Indonesia in 2015, shows that the highest causes of disasters that frequently arise threaten to business survival of manufacturing companies, including automotive industries in Asia-Pacific region is the supply chain disruptions, natural disasters and fires & explosions.
Base on that survey, PT X trying to meet the requirements of the customer? supply chain, as one of the automotive spare-parts supplier, by applying the standard ISO TS16949: 2009 to be integrated into the Business Continuity Plan program. As for the adequacy of the implementation of the BCP Program, PT X verified it's program to the international standard ISO 22301: 2012 (regarding management of business continuity which set the guidelines for business continuity management system: societal security ? business continuity management systems - requirements) and National Fire Protection Association Standards NFPA 1600:2016 (regarding management standard on disaster/emergency management and business continuity/continuity of operations programs) base on the results of audits and Interviews.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46296
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Nirwana
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan keluhan penyakit kulit pada pekerja di bagian Sewing dan Cutting, Departemen Preparing/Upper Sole, perusahaan manufaktur sepatu di Kabupaten Sukabumi pada Bulan Mei 2016. Dari 1.350 responden, ditemukan 777 orang menderita keluhan penyakit kulit pada pekerja sedangkan573 orang lainnya tidak menderita keluhan ini. Menggunakan teknik systematic random sampling, diperoleh sample sebanyak 817 orang, dimana hasil penelitian menunjukkan sebesar 58% diantaranya menderita keluhan penyakit kulit pada pekerja. Secara statistik tidak terdapat hubungan signifikan antara paparan pelarut organik dengan keluhan penyakit kulit pada pekerja. Hasil penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa pekerja yang terpapar debu organik berisiko 2,5 kali untuk menderita keluhan penyakit kulit pada pekerja. Pekerja dengan masa kerja ≤ 3 tahun memiliki risiko 2,4 kali untuk terkena keluhan penyakit kulit pada pekerja dibandingkan dengan pekerja dengan masa kerja > 3 tahun.Pekerja dengan kebiasaan tidak mencuci tangan memiliki resiko 2,6 kali untuk terkena keluhan penyakit kulit pada pekerja dibandingkan dengan pekerja dengan kebiasaan mencuci tangan yang baik. Pengaruh pemakaian sarung tangan menjadi faktor dominan dimana pekerja yang tidak menggunakan sarung tangan memiliki risiko 4,7 kali terkena keluhan penyakit kulit dan pekerja dengan riwayat alergi memiliki risiko 6,7 kali berisiko menderita keluhan penyakit kulit pada pekerja. Upaya pengendalian dapat dilakukan dengan melakukan pengawasan dan edukasi, serta kontrol administratif dan penyediaan sarana dalam upaya promotif dan prefentif yang optimal, seperti penyediaan wastafel, pemakaian APD yang sesuai, skrining serta pengobatan.

The aim of this study was to determine the factors that led to occupational skin disease complaints on Sewing and Cutting workers at the Preparing/ Upper Sole Department, one of the shoe manufacturing in Sukabumi, May 2016. Out of the 1.350 respondents, found that 777 workers suffering from occupational skin disease complaints, while 573 others do not suffer from this complaint. Using the systematic random sampling technique, obtained a sample of 817 workers, of which the result showed 58% of them suffer from occupational skin disease complaints. Statistically there was no significant association between exposures to organic solvents with occupational skin disease complaints in workers. Furthermore, the study result indicates that workers exposed to organic dust 2.5 times are at risk of suffering from occupational skin disease complaints. Workers with ≤ 3service years had 2.4 times the risk of developing occupational skin disease complaints compared to workers who have > 3 years of service. Workers who have the habit of not washing their hands have 2.6 times the risk of occupational skin disease complaints. Workers who do not wearing gloves are at risk 4.7 times of occupational skin disease complaints, and workers with a history of allergies had 6.7 times risk to occupational skin disease complaints. Control can be done by educating the workers and do the monitoring, as well as administrative control and provided the facilities in health promotion and optimum preventive, such as to provide a sink, use appropriate PPE, screening and do the treatment as well
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46413
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendri Amirudin Anwar
"ABSTRAK
Robot merupakan sebuah mesin yang kompleks dan rumit dengan kemampuan untuk bergerak dengan berbagai kecepatan dan berbagai arah. Interaksi antara orang, robot dan lingkungan berkontribusi menciptakan resiko yang membahayakan manusia maupun properti yang berada di sekitar robot. Berdasarkan informasi dari situs resmi departemen tenaga kerja Amerika Serikat sejak tahun 1984 hingga tahun 2013 telah terjadi 37 kecelakaan fatal di tempat kerja terkait robot. Tesis ini membahas penilaian risiko yang dilakukan pada pekerjaan pengoperasian dan maintenance robot di PT X. Identifikasi bahaya pada penelitian ini menggunakan metode analisa bahaya pekerjaan (JSA/JHA) dan penghitungan nilai risikonya dengan menggunakan metode analisa risko semi kuantitatif. Hasil penelitian ini memberikan gambaran tingkat risiko pekerjaan pengoperasian dan maintenance robot, dimana risiko tertinggi adalah tertabrak lengan robot baik saat pekerjaan pengoperasian maupun maintenance robot. Tingkat risiko tersebut didapat dari kombinasi kemungkinan kejadian (probability) dan keparahan dampak (severity). Selain itu dihasilkan rekomendasi untuk mengendalikan sisa risiko yang ada.

ABSTRACT
Robot is a complex and complicated machine with the ability to move at different speeds and in different directions. The interaction between human, robot and environment contribute to create risk endangering people and property which is located around the robot. Based on information from the official website of the US labor department from 1984 to 2013. There have been 37 fatal accidents in the workplace related to robots. This thesis discusses the risk assessment carried out on the operation and maintenance work of the robot at PT X. Identification of danger in this study using a job hazard analysis (JSA / JHA) and the calculation of the risk value using semi-quantitative analysis method. The results of this study provide an overview of risk level operation and maintenance work of the robot, where the highest risk is hit by a robot arm while doing the work operation and maintenance robot. The risk level is obtained from the combination of the probability of occurrence and severity of impact. These research give some recommendation to control residual risks."
Lengkap +
2016
T46491
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simaremare, Rumiris Feronika
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan penilaian terhadap pajanan tekanan panas
di workshop pembuatan batik yang terletak di Kecamatan Mauk, Tangerang.
Sebanyak 84% dari pekerja yang diwawancarai mengeluh tentang suhu lingkungan
kerja yang dirasa terlalu panas, meskipun dalam hal ini sudah terdapat pengendalian
terhadap tekanan panas yang terpasang pada bangunan. Penilaian didasarkan pada tiga
kriteria menurut Worksafe BC 2007, yakni faktor lingkungan, faktor pekerja, dan
faktor pekerjaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Indeks Suhu Basah dan Bola
(ISBB) di luar ruangan (outdoor) lebih tinggi dibanding ISBB di dalam ruangan
(indoor) dan indeks panas berada pada area berbahaya dengan level risiko tinggi.
Hasil observasi faktor pekerja yang meliputi aklimatisasi, status hidrasi dan pakaian
kerja tidak menunjukkan adanya upaya pengendalian yang dilakukan. Demikian juga
hasil observasi pada faktor pekerjaan yakni beban kerja dan pola kerja tidak
menunjukkan adanya pengendalian administratif yang diupayakan dalam menangani
keluhan terhadap pajanan tekanan panas ini. Penurunan tingkat risiko pajanan tekanan
panas diharapkan dapat dilakukan dengan modifikasi pengendalian teknis,
mengupayakan pengendalian administratif serta penggunaan pakaian kerja yang
sesuai dengan lingkungan kerja dengan pajanan tekanan panas

ABSTRACT
The aim of this study was to make an assessment of the heat stress exposure in a Batik
Workshop located at Kecamatan Mauk, Tangerang. 84% of interviewed workers
complained about the working environment temperature that tends to be very hot,
although the building already has a built-up control to heat stress. The assessment is
based on three criteria by Worksafe BC 2007 that is environmental, worker, and work
factors. The result showed that the Wet Bulb Globe Temperature (WBGT) outdoor
higher than indoor, and the heat index is at dangerous area with a high risk level.
Observation on worker (acclimatization, hydratin and clothing) and work (work load
and work rate) factors did not show any control measures undertaken. The level of
risk can be reduced by modification of engineering control, administrative control and
the proper personal protective equipment (clothing)."
Lengkap +
2016
T46391
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Najmi Laila
"Laboratorium X adalah salah satu fasilitas di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta yang menunjang fasilitas belajar dalam pendidikan. Berdasarkan hasil pendataan awal, terdapat 120 bahan kimia yang terdapat dalam laboratorium X ini. Hasil studi pendahuluan belum memadainya upaya pengendalian yang dijalankan seperti belum tersedianya MSDS (Material Safety Data Sheet) secara lengkap di Laboratorium X, pelabelan yang belum tepat, penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) yang belum sesuai dan lain-lain diperkirakan dapat meningkatkan risiko keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di Laboratorium X ini.
Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi, analisa dan evaluasi manajemen laboratorium pada aspek keselamatan dan kesehatan kerja di Laboratorium X FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2016 dengan menggunapan beberapa standar acuan. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan melakukan observasi, wawancara serta telaah dokumen. Penelitian ini dilakukan dari bulan April-Juni 2016.
Hasil penelitian menunjukkan beberapa elemen masih belum sesuai dengan standar manajemen laboratorium yaitu belum tersedianya draft sistem manajemen dan system manajemen mutu laboratorium, belum adanya sistem transportasi dan penerimaan bahan kimia, lemari penyimpanan bahan kimia yang belum sesuai, sistem tanggap darurat yang belum lengkap, belum dilakukannya penilaian manajemen resiko dan biomonitoring pada pekerja.
Saran yang dapat diberikan yaitu Penting harus segera dilakukan adalah menyusun kembali system manajemen lab, Menyusun system manajemen mutu, Menyusun Sistem Tanggap Darurat dan Pelatihan keadaan darurat di Lab, Melakukan Penilaian Risiko yang ada di lab secara menyeluruh dan Melakukan pemeriksaan kesehatan pada pegawai secara berkala.

Laboratory X is one of the facilities in Faculty of Medicine and Health Sciences (FKIK) UIN Jakarta that support learning in educational. Based on the initial data, there are 120 chemicals contained in this X lab. Results of a preliminary study of inadequate control measures undertaken such as the placement of chemical substances that have not been right, not completely of MSDS (Material Safety Data Sheet), labeling is not proper, use of PPE (Personal Protective Equipment) is not appropriate and others are expected to increase the risk of occupational safety and health in this laboratory.
This study was done to identify, analyze and evaluate laboratory management aspects of Health and Safety in the Laboratory X FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta in 2016 with some reference standards. This is a qualitative study by observation, interviews and review of documents. This research was conducted from April to June 2016.
The results showed some elements are still not in accordance with the standards of the laboratory management, such as the unavailability of draft management systems and quality management system of the laboratory, no transport system and acceptance of chemicals, chemicals storage are not appropriate, emergency response system that is not yet complete, never done risk management assessment and biomonitoring of workers.
Faculty is advised that is important has to be done is rearrange the system management lab, Develop quality management systems, Develop Emergency Response System and Training of emergency in the Lab, Conducting Risk Assessment in the lab thoroughly and Perform health checks on employees on a regular basis.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46637
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>