Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Thia Astisia
"Pemeriksaan golongan darah ABO terhadap sampel saliva dapat dilakukan pada individu sekretorik, yaitu individu yang mampu mensekresikan antigen-antigen golongan darahnya ke dalam berbagai cairan tubuh seperti pada saliva. Terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan golongan darah menggunakan saliva, diantaranya faktor temperatur dan durasi waktu penyimpanan.
Tujuan penelitian : Membandingkan antara hasil pemeriksaan golongan darah terhadap sampel saliva segera dengan saliva yang disimpan selama 1 jam pada temperatur 15°C.
Metode : Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan golongan darah dengan teknik absorpsi-inhibisi menggunakan 20 sampel saliva dari 10 orang individu sekretorik bergolongan darah A, B, atau AB yang dilakukan pada periode waktu Oktober hingga November 2007.
Hasil penelitian : Pemeriksaan golongan darah pada sampel saliva segera menunjukkan kesesuaian 100% sedangkan pada pemeriksaan sampel saliva yang disimpan selama 1 jam pada temperatur 15°C kesesuaiannya hanya 80%.
Kesimpulan : Pemeriksaan golongan darah menggunakan saliva segera menunjukkan hasil yang tepat. Namun terjadi penurunan ketepatan pada hasil pemeriksaan setelah penyimpanan sampel selama 1 jam dengan temperatur 15°C.

ABO blood group can be determined from secretor individual, who has the ability to secrete A, B, or O antigen to the body fluid including saliva. However, there are factors affecting the result of blood group examination using saliva including temperature and time duration of sample storage.
Objective : To compare the result of blood group examination from immediate saliva samples with saliva stored at 15°C for 1 hour.
Method : Twenty saliva samples from 10 secretoric individuals with A, B, or AB blood group were examined using absorption inhibition technique from October until November 2007.
Result : Blood group examination results using immediate saliva samples were 100% correct. On the other hand, the results from saliva samples stored for 1 hour at 15°C were 80% correct.
Conclusion : Saliva samples should be tested immediately in order to get the most accurate results. After 1 hour, delayed saliva sample examinations at 15°C showed a decrease accuracy in blood group examination results.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afridayanti Nurwulan
"Latar Belakang: Efektivitas Human Platelet Lysate (HPL) tanpa penambahan EGF dan bFGF dalam medium HUVEC terhadap profil protein sudah diketahui. Namun, belum diketahui pengaruh HPL tanpa penambahan EGF dan bFGF terhadap ekspresi protein CD106. Tujuan: Mengevaluasi pengaruh HPL tanpa penambahan EGF dan bFGF terhadap ekspresi protein CD106 pada kultur HUVEC. Metode: HUVEC dikultur dengan FBS dan HPL ditambah EGF dan bFGF sebagai kelompok kontrol, dan HUVEC dikultur dengan HPL tanpa penambahan EGF dan bFGF sebagai kelompok perlakuan, setelah itu semua kelompok sampel dianalisis dengan FACS. Hasil: Ekspresi protein CD106 dari HUVEC yang dikultur dengan FBS, HPL ditambah GF dan HPL tanpa penambahan GF tidak berbeda bermakna. Simpulan: Ekspresi CD106 yang dikultur menggunakan HPL tanpa penambahan EGF dan bFGF tidak berbeda dengan ekspresi CD106 yang dikultur menggunakan HPL dan FBS dengan penambahan EGF dan bFGF. Ekspresi CD106 yang dikultur menggunakan HPL 2% dan 5% tanpa penambahan EGF dan bFGF tidak berbeda.

Background: Effectiveness of Human Platelet Lysate (HPL) without additional EGF and bFGF in HUVEC culture medium on protein profile is known. However, it remains unknown how the effect of HPL without additional EGF and bFGF on CD106 protein expression. Objective: To evaluate the effect of HPL without additional EGF dan bFGF on CD106 protein expression in HUVEC culture. Methods: HUVEC cultured with FBS and HPL with additional EGF and bFGF as a control group, and HUVEC cultured with HPL without additional GF as the experimental group. CD106 expression were analyzed by FACS. Results: CD106 protein expression in FBS, HPL with additional EGF and bFGF and HPL without additional EGF and bFGF did not differ significantly. Conclusion: CD106 protein expression cultured using HPL without additional EGF and bFGF did not differ with CD106 expression cultured using HPL and FBS with additional EGF and bFGF. CD106 expression cultured using HPL 2% and 5% without additional EGF and bFGF didn?t different."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angtyas Ergit Pratiwi
"Pendahuluan: Aloe vera adalah tanaman yang telah banyak digunakan sebagai obat tradisional, salah satunya adalah untuk pengobatan ulserasi. Aloe vera mengandung bahan-bahan anti inflamasi yang berperan dalam proses penyembuhan.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak campuran kulit dan daging Aloe vera dalam mempercepat proses penyembuhan ulserasi mukosa mulut.
Metode: Dalam penelitian ini digunakan 12 ekor tikus Sprague Dawley, yang dibagi dalam 4 kelompok secara acak, yaitu kelompok kontrol yang diaplikasi larutan NaCl 0,9% (3 ekor), kelompok perlakuan yang diaplikasi ekstrak campuran kulit dan daging Aloe vera 6.25% (3 ekor), 12.5% (3 ekor), dan 25% (3 ekor). Pada hari pertama kelompok kontrol dan perlakuan diaplikasi larutan H2O2 10% sebanyak 3 X 5 menit dengan interval 5 menit, selama 3 hari berturut-turut pada daerah vestibulum mukosa labial inferior. Pada hari ke-4, 5 dan 6, kelompok kontrol diaplikasi NaCl 0.9% dan kelompok perlakuan diaplikasi ekstrak kulit dan daging Aloe vera sebanyak 3 X 5 menit, dengan interval 90 menit. Pada hari ke-7 dan 9 satu ekor tikus dari tiap-tiap kelompok dimatikan dan dibuat sediaan mikroskopik, sementara sisanya tetap diberi perlakuan. Pada hari ke-11 seluruh sisa tikus dimatikan dan dibuat sediaan mikroskopik. Penilaian dilakukan secara histologik dengan menggunakan kombinasi skor radang menurut Schlossberg A. dan Eda S.
Hasil: Ekstrak campuran kulit dan daging Aloe vera 6.25%, 12.5% dan 25% dapat menurunkan tingkat radang pada ulserasi mukosa mulut. Secara statistik, uji Mann Whitney pada tiap kelompok menunjukkan perbedaan bermakna (p< 0.05).
Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa aplikasi ekstrak campuran kulit dan daging Aloe vera 6.25% selama 3 hari adalah konsentrasi terendah dan waktu tercepat dalam penyembuhan ulserasi mukosa mulut.

Introduction: Aloe vera has been known as a herbal plant that is used to treat many health problems like mucous ulceration. The whole leaf Aloe vera consists of some anti inflammatory agents that contribute on healing process.
Objective: The aim of this study is to examine the effect of the whole leaf Aloe vera extract on accelerate healing of oral mucous ulceration.
Methods: Twelve Sprague Dawley rats were used in this research, and divided into 4 groups: control group applied with Natrium Chloride solution 0.9% (3 rats), treatment group applied with the whole leaf Aloe vera extract 6.25% (3 rats), 12.5% (3 rats), and 25% group (3 rats). On the first day, Hydrogen Peroxide solution 10% is applied in each rat for 3 x 5 minutes on the vestibulum of labial inferior mucous. This method is continued for 3 days. On day 4th, 5th and 6th, each group received its own application 3 x 5 minutes, with 90 minutes interval. On day 7th and 9th, one rat in each groups were sacrificed and the microscopic slide were made, while other remain treated. On the day 11th, all the rats were sacrificed and the microscopic slides were made. Histological examination was done using combined score of Schlossberg A. and Eda S?s methods.
Result: The whole leaf Aloe vera extract 6.25%, 12.5% and 25% could reduce inflammation on oral mucous ulceration. Statistically with Mann Whitney test showed that there is significant differences among each group (p<0.05).
Conclusion: Application of the whole leaf Aloe vera extract 6.25% for 3 days is the lowest concentration and the shortest time in healing process of oral mucous ulceration."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arifa Pediarahma
"Latar belakang: Aloe vera adalah tanaman yang telah banyak digunakan sebagai obat tradisional, salah satunya dalam penyembuhan ulserasi. Namun, belum ada penelitian yang menguji pengaruh bagian kulit Aloe vera dalam penyembuhan ulserasi mukosa mulut.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak kulit Aloe vera dalam mempercepat penyembuhan ulserasi mukosa mulut.
Metode: Penelitian ini menggunakan 12 ekor tikus Sprague Dawley, yang dibagi dalam 4 kelompok secara acak, yaitu kelompok kontrol (3 ekor), kelompok perlakuan ekstrak kulit Aloe vera 6.25% (3 ekor), kelompok perlakuan ekstrak kulit Aloe vera 12.5% (3 ekor), dan kelompok perlakuan ekstrak kulit Aloe vera 25% (3 ekor). Daerah aplikasi adalah mukosa labial rahang bawah. Pada hari pertama kelompok kontrol dan perlakuan diaplikasikan H2O2 10% 3 X 5 menit dengan interval 5 menit, setiap hari selama 3 hari berturut-turut untuk menimbulkan ulserasi. Pada hari ke-4, 5 dan 6, kelompok kontrol diaplikasikan NaCl 0.9%, kelompok perlakuan diaplikasikan ekstrak kulit Aloe vera sebanyak 3 X 5 menit, dengan interval 90 menit. Pada hari ke-7 dan ke-9, satu ekor tikus dari tiap-tiap kelompok dimatikan dan dibuat sediaan mikroskopiknya, sementara sisanya tetap diberi perlakuan. Pada hari ke-11 seluruh sisa tikus dimatikan dan dibuat sediaan mikroskopiknya. Penilaian dilakukan secara mikroskopik dengan menggunakan metode skoring modifikasi Schlossberg A dan Ferigino PD serta Eda dan Fukuyama.
Hasil: Ekstrak kulit Aloe vera konsentrasi 6.25%, 12.5%, dan 25% dapat menurunkan tingkat peradangan ulserasi mukosa mulut, sehingga mempercepat proses penyembuhannya. Secara statistik, uji Mann-Whitney pada tiap kelompok menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0.05).
Kesimpulan: Berdasarkan penelitian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak kulit Aloe vera konsentrasi 6.25% adalah konsentrasi terkecil yang efektif dalam mempercepat penyembuhan ulserasi mukosa mulut.

Background: Aloe vera has been known as traditional treatment for many health problems, one of them is for ulceration healing. However, there has not been a research about the effect of outer leaf of Aloe vera on oral mucous ulceration healing.
Objectives: This research?s intention is to find out the effect of Aloe vera outer leaf extract on Healing acceleration of oral mucous ulceration.
Methods: Twelve Sprague Dawley rats were used in this research, and divided into 4 groups: control group with NaCl 0.9% (3 rats), concentration 6.25% group (3 rats), concentration 12.5% group (3 rats), and concentration 25% group (3 rats). The application area is mandible labial oral mucous. On the first day, each rat received application of hydrogen peroxide 10% 3 x 5 minutes, with 5 minutes interval, for 3 days to create the ulceration. On day 4th, 5th and 6th, each group received their own application 3 x 5 minutes, with 90 minutes interval. On day 7th and 9th one of the rat in each group were taken and the microscopic preparatory were made, while the rest of the rats were receiving the same application. On the day 11th, All the rats remain were taken and the microscopic preparatory were made. Microscopic examination was done by scoring using modification of Schlossberg & Ferigino and Eda. S & Fukuyama methods.
Result: Aloe vera outer leaf extract 6.25%, 12.5%, and 25%, reduce the inflammation, thus accelerate the healing process of oral mucous ulceration. Statistically with Mann-Whitney test showed that there are significant differences among each group (p<0.05).
Conclusion: Based on this research, it can be concluded that Aloe vera outer leaf extract 6.25% is the lowest concentration that is effective for accelerating oral mucous inflammation."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nm. Valencia Sarasti Wijaya
"Penyakit gigi dan mulut di Indonesia saat ini masih banyak ditemukan diberbagai kalangan masyarakat. Prevalensi kareis di indonesia masih tergolong tinggi. S.sanguinis bersama dengan S.mutans berperan pada tahap awal pembentukan karies. Ammonium Hexa Fluorosilicate (AHF) merupakan bahan aplikikasi klinis baru yang ditemukan untuk pencegahan perkembangan karies dan pada pengaplikasianya menunjukkan bahwa pengobatan AHF tidak menghasilkan pewarnaan pada gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan AHF dalam menghambar pertumbuhan S.sanguinis dan S.mutans secara invitro yang di bandingkan dengan SDF dan NaF sebagai kontrol. Konsentrasi AHF yang diuji 100% 50% 25%. Uji difusi dilakukan untuk memperoleh nilai zona hambatan menggunakan media BHI broth dan BHI agar. Dari uji difusi didapatkan zona hambatan: 12,8mm (100%), 7.3mm (50%), dan 7,5mm (25%). AHF memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan S.sanguinis paling efektif pada konsentrasi 100%

Dental and oral diseases in Indonesia is still widely found in different societies. The prevalence of caries in Indonesia is still relatively high. S.sanguinis along with S.mutans plays a role in the early stages of caries formation. Ammonium Hexa Fluorosilicate (AHF) is a new material for clinical application that are found for the development of caries prevention and the treatment of AHF application showed that it produces no staining on the teeth. This study aim is to look at the inhibitory effect on growth of S.sanguinis and S.mutans bacteria invitro than be compared with SDF and NaF as a control. The concentration of AHF tested is 100%, 50%, and 25%. As to measure zone of inhibition, diffusion test was performed on BHI and BHI agar mediums. From the diffusion test on BHA medium, the scores of inhibitory zone are: 12,8mm (100%), 7.3mm (50%), dan 7,5mm (25%). The concluded that AHF has the most effective concentration on inhibiting the growth of S.sanguinis at 100%."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library