Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dihin Septyanto
"ABSTRAK
Pasar modal merupakan alternatif sumber pendanaan bagi perusahaan terutama untuk jangka panjang dan apabila alternatif sumber dana lainnya terbatas, yaitu dengan cara menjual sebagian saham perusahaan kepada masyarakat (go public). Penjualan saham perdana oleh perusahaan, sejak diaktifkannya pasar modal.melalui deregulasi-deregulasi tampaknya mulai ada kecenderungan penurunan harga sahamnya setelah tercatat di B E J. Hal tersebut tampak, bahwa dalam bulan Juni 1994, dari 182 saham yang tercatat sampai dengan akhir bulan Mei 1994, ternyata 113 saham (62,09 %) mengalami penurunan harga dan sepertinya telah terjadi koreksi pasar terhadap saham perdana.
Dalam penelitian ini, gejala koreksi pasar terhadap harga perdana dilihat pada perkembangan imbalan saham perdananya, yaitu imbalan bagi pemodal yang membeli saham di pasar perdana dan menjuainya lagi di pasar sekunder dengan jangka waktu kepemilikan sampai dengan 12 ( dua belas ) bulan. Selain hal tersebut, pada penelitian ini juga diamati perbedaan aantara saham perdana dengan saham sekunder, yaitu untuk mengamati kecenderungan adanya perubahan harga saham perdana setelah tercatat di pasar sekunder. Disamping itu diamati pula tentang reaksi dari harga saham-saham tersebut terhadap adanya informasi yang baru.
Hasil analisis data terhadap 47 saham perdana yang tercatat di Bursa Efek Jakarta sejak bulan Januari 1991 sampai dengan bulan Oktober 1993, menunjukkan bahwa memang terjadi perbedaan yang signifikan antara saham perdana dan sekunder. Dalam analisis data juga menunjukkan bahwa semakin lama saham baru dimiliki semakin naik imbalan sahamnya dan untuk kemudian turun kembali. Selain hal tersebut tampak pula bahwa semakin lama saham baru dimiliki pemodal, maka semakin besar pula resiko penyimpangannya.
Hasil penelitian ini menunjukkan pula bahwa para pemodal masih dapat memperoleh abnormal return satu bulan setelah saham-saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder serta masih dijumpai,adanya abnormal return yang negatif dan signifikan pada bulan keenam dan keduabelas, yang berarti terjadi peningkatan pada harga. Adanya kecenderungan para pemodal masih bisa memperoleh abnormal return tersebut, menunjukkan bahwa efisiensi pasar modal dalam bentuk setengah kuat, masih belum terpenuhi di Bursa Efek Jakarta. Dengan semakin berkembangnya peraturan, diharapkan masyarakat pemodal semakin mampu dalam mencerna dan menganalisis suatu informasi, yang relevan yang tersedia bagi mereka, sehingga efisiensi pasar modal dapat tercapai.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toto Rahardjo
"Pasar modal merupakan wahana bertemunya pihak-pihak yang membutuhkan dana bagi kepentingan pembiayaan perusahaan dengan pihak-pihak yang memiliki surplus dana, baik dalam jangka menengah dan panjang. Bursa Efek Jakarta (BEJ) - The Newly Emerging Money and Stock Market - diharapkan dapat memainkan dun peranan penting bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu : (1) pengerahan dana bagi sektor swasta, dan (2) alternatif financial asset holdings bagi masyarakat. Untuk itu, Pemerintah mengeluarkan Paket Kebijaksanaan Desember 1987 (PAKDES I) dan kemudian disusul Paket Kebijaksanaan Desember 1988 (PAKDES II) dengan harapan agar terwujud bursa efek yang lebih dinamis dan lebih memberikan kepastian perlindungan hukum bagi semua pelaku yang terlibat didalamnya.
Hal utama yang menjadi kunci penilaian perusahaan yang go-public adalah hubungan positif antara risiko dengan tingkat keuntungan yang di syaratkan . Pada umumnya, investor memiliki sifat tidak menyukai risiko. Mereka akan menuntut tingkat keuntungan lebih besar bila menghadapi peluang investasi yang risikonya lebih tinggi. Meskipun suatu peluang investasi tertentu itu tidak mengandung risiko, para investor tetap mensyaratkan suatu tingkat keuntungan tertentu_HaI ini dikarenakan oleh adanya konsep nilai waktu uang (time value of money), misalnya inflasi.
Suatu hal yang wajar bahwa investor sangat memperhatikan faktor keuntungan dan risiko dari sekumpulan investasi yang dilakukannya (Portfolio). Teori portfolio berkaitan dengan pemilihan portfolio optimal oleh rasional risk-averse investor. Sedangkan teori capital market berkaitan dengan implikasi perubahan harga saham yang dipengaruhi oleh ekspektasi investor. Kedua teori ini memberikan suatu pola spesifikasi dan pengukuran risiko investasi saham dan pula menjelaskan hubungan antara expected security return dan risk.
Systematic risk dari individual security merupakan proporsi dari total risk yang tidak dapat dikurangi dengan cara mengkombinasikan antara suatu saham dengan saham lainnya dalam suatu diversifikasi portfolio - biasanya dinotasikan dengan beta (0). Saham-saham dengan systematic risk yang lebih tinggi cenderung akan dilirik oleh investor asalkan ia mampu memberikan expected return yang lebih tinggi pula. Akibatnya, saham-saham dengan nilai beta tinggi cenderung bernilai rendah di pasar.
Studi ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang significant antara expected return wham individual (Rit) dengan expected market return (Rmt). Selain itu, ingin membuktikan apakah hubungan antara expected return saham individu (RXt) dengan risikonya (8i) mengikuti hubungan yang drlelnckari oleh Security Market Line (SML} dalam Capital Asset Pricing Model (CAPM).
Metode yang digunakan dalam studi ini mengacu pada metode yang pernah dilakukan oleh Black-Jensen-Scholes (1972) , yakni meliputi analisis time series regression dalam bentuk market model dan analisis cross sectional. Analisis time series regression digunakan untuk mengetahui seberapa jauhkah hubungan antara expected return saham individu (Rit) dengan expected market return (Rrnt). Sedangkan analisis cross sectional digunakan untuk membuktikan apakah hubungan antara expected return saham individu (Rit) dengan systematic risk (Di) mengikuti hubungan yang dijelaskan oleh SML dalam CAPM Jumlah sampel yang digunakan terdiri dan $0 saham perusahaan go-public di BEJ. Data yang digunakan berupa data harga saham mingguan, Index Harga Sahara Gabungan (IHSG) mingguan, serta dividend dan/atau bonus shares dari masing-masing sampel yang terhitung mulai dan Januari 1991 sampai Desember 1993.
Hasil analisis membuktikan bahwa terdapat hubungan yang significant antara Rit dengan Rmt Selain itu, hubungan antara RI! dengan Jai di BET tidak mengikuti hubungan yang dijelaskan oleh SML dalam CAPM Hal ini memberi implikasi bahwa harga saham yang terbentuk di BEJ tidak mencerminkan keadaan yang sebenamya. Selain itu, secara makro ekonomi, sensitivitas IHSG tidak dapat dipakai sebagai indikator sensitivitas kegiatan industri dalam perekonomian nasional."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Hasan
"ABSTRAK
Masuknya kembali bank-bank asing di Indonesia setelah medio
60-an dengan segala implikasinya yang berbareng dengn lahirnya
Undang-Undang Pokok Perbankan No. 14/1967 masih segar dalam
ingatan kita. Sekitar dua dekade yang lalu itu, perbankan nasional
umumnya dan sektor perbankan swasta khususnya mencatat sejarah
tersendiri. Puluhan bank swasta berjatuhan terkena skorsing
kliring. Ada yang berhasil bangkit kembali, namun banyak pula
yang terpaksa keluar dan gelanggang. Kelemahan internal dalam
manajemen bank-bank swasta cukup menonjol, dibarengi dengan
faktor eksternal antara lain berupa tingginya bunga deposito pada
bank-bank pemerintah dengan subsidi dari Bank Sentral dan
kompetisi dari bank-bank asing yang membawa manajemen modern dan
modal yang berskala besar. Ronde pertama seleksi alamiah tersebut
telah merontokkan sejumlah bank yang kemudian harus minggir dari
medan bisnis perbankan.
Babak kedua benlanjut lagi melalui proses merger di-awal
tahun 1970-an. Berbagai keringanan fasilitas dan rangsangan dari
Bank Indonesia terhadap bank?bank yang merger, pada era ini telah
berhasil menciutkan sejumlah bank swasta, yang sekaligus
mengobati penyakit kekecilannya yang dialami sebelumnya. Bank-
Bank yang kena caplok pun lambat laun dapat menikmati kemajuan
proses merger tersebut melalui peningkatan volume usaha.
peningkatan modal sendiri, tingkat laba dan sebagainya, sekali
gus sasaran pemerintah untuk menyederhenakan iumlah bank swasta
menjadi sekitar 30 bank, belum juga terwujud.
Ronde berikutnya adalah deregulasi perbankan 1 Juni 1987
yang justru mencetak kemajuan?kemajuan spektakuler. Pangsa pasar
perbankan Swasta mampu meningkat hampir 2 kali lipat pada tahun
1967 dibanding 5 tahun sebelumnya yang hanya sebesar 11,68%.
Ronde berikut kita masuki babak baru yakni PAKTO 27 tahun 1988.
Banyak sekali sasaran bidik yang ingin dicapai, antara lain
meningkatkan lebih lanjut mobilisasi dana masyarakat, ekspor non
migas dan efisiensi. lembaga-lembaga keuangan dan perbankan. Bank
asing kini tidak lagi dilarang beroperasi di luar Jakarta seperti
periode sebelumnya melainkan sudah boleb beroperasi di 6 kota
besar di Indonesia. Sebagaiinaria lazimnya tuntutan deregulasi
naka PAKTO 27 juga semakin mendorong kearah efisiensi dan
profesionalisne, yang justru merupakan pilar-pilar utama
deregulasi. Efisiensi dan profesionalisne yang tinggi akan
memungkinkan bank tetap hidup dan berkembang di tengah kompetisi
yang semakin dahsyat. Dapat dilihat betapa semakin sengitnya
bank menarik nasabah dan tenaga profesional oleh bank?bank sejak
1 Juni 1983, bahkan kadang-kadang dengan cara yang tidak etis.
Bagaimanapun, setiap perubahan dan persaingan senantiasa
memberikan implikasi dan dinamika baru. Tajamnya. persaingan,
belakangan ini telah memacu bank-bank meningkatkan kreasinya
berupa produk/jasa bank baru. Sehingga nasabah dengan demikian
diberikan berbagai alternatif.
Efisiensi dan profesionalisme yang tinggi akan dapat menekan
Biaya overhead dan resiko pengembalian kredit bank yang selama
Ini dianggap masih terlalu tinggi. Semakin sehat, efisien dan
tingginya profesionalisme perbankan , diharapkan dapat menekan
bunga kredit yang masih terlalu mahal di negara kita. Dihadapkan
pada kompetisi yang hebat dan bank-bank asing yang efisien dan
tingginya tingkat Proresionalismenya itu, maka bank-bank nasional
didorong kearah skala yang memadai, baik dalam skala bisnisnya,
kualitas tenaga kerja dan mutu pelayanannya. Dorongan ke arah
merger dalam arti yang sebenarnya yakni antar bank-bank yang
sehat untuk membentuk skala bisnis yang lebih kuat akan semakin
relevan dewasa ini Ronde-ronde persaingan seusai PAKTO 27 cukup
menarik perhatian dan mengundang keluhan, paling tidak dari Badan
Perkreditan Rakyat. Sekalipun legalitasnya sudah dipertegas,
namun ruang geraknya semakin sempit, karena beroperasi di
kecamatan-kecamatan terasa sangat sesak, sedangkan mau naik ke
bank bank umum haruc mampu engumpulkan dana Rp.10 milyar.
Kalau kita lihat apa yang terjadi di negara-negara maju,
Amerika Serikat misalnya, semakin banyaknya bank yang bangkrut
Sejak tahun 1983, hampir mencapai seperempat dari jumlah seluruh
bank di sana. Hal ini berbareng dengan perubahan kondisi ekonomi
deregulasi di dunia pada umumnya. PAKTO 27 yang menuntut
adanya perubahan-perubahan lebih mendasar terhadap perbankan
nasional kita,dengan demikian memerlukan pengawasan lebih
canggih lagi. Semakin jauh proses deregulasi, semakin ketat
pengawasan yang diperlukan dan semakin besar pula tuntutan ke
arah efisiensi dan profesionalisme.
Tugas pengawasan yang berada pada Bank Indonesia semakin
berat, yang meliputi pula pengawasan terhadap alokasi kredit ke
grup-grup perusahaan atau lebih dikenal dengan istilah
konglomerat dan di samping memantau pula efektifitas tugas
pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris pada setiap bank
yang sampai saat ini menurut pengamatan penulis belum dapat
diandaikan sebagai pengawasan melekat.
"
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Andjar P
"Rekayasa konstruksi baja, termasuk dalam industri yang menerapkan teknologi tinggi. Sektor ini merupakan andalan dalam memenuhi AFTA, dan diharapkan dapat memberikan sumbangan nyata dalam mencapai sasaran utama PJPT II yang memprioritaskan pada era penerapan teknologi tinggi.
Tujuan penulisan karya akhir ini adalah untuk memperoleh gambaran umum usaha rekayasa industri baja di Indonesia serta mempelajari perencanaan dan strategi pemasaran yang diterapkan oleh salah satu pelakuk bisnis ini yakni PT. WIKA
Melalui analisis awal SWOT dan AHP yang terdiri dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman diharapkan dapat diformulasikan perencanaan yang baik, khususnya dalam menentukan strategi pemasaran yang dapat diterapkan oleh PT WIKA pada divisi konstruksi industri. Selanjutnya pembahasan analisis SWOT akan dilanjutkan dengan analisis "portofolio" maupun "product life cycle" untuk dapat menggambarkan posisi kompetitif yang dimiliki PT WIKA pada saat ini.
Dari hasil analisis diperoleh gambaran bahwa PT WIKA mempunyai kekuatan yang menonjol dalam sarana dan prasarana produksi yang handal penguasaan pangsa pasar, di samping itu sebagai BUMN ketiga terbesar di Indonesia yang mempunyai sumber dana yang kuat. Sedangkan kelemahan perusahaan meliputi: kemampuan mengolah info pasar, dan kegiatan administrasi proyek. Hal lain adalah pengambangan dan penelitian masalah desain, spesifikasi, juga profesionalisme dalam bidang administrasi keuangan maupun teknis masih harus ditingkatkan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prisca Deassy
"ABSTRAK
Pasokan dan produsen pulp dan kertas terbesar di dunia (negara-negara
NORSCAN) cenderung mengalami penurunan, karena laju peningkatan
kapasitas produksi lebih lambat dibandingkan laju peningkatan permintaan
dunia. Hal ini disebábkan kayu gelondongan (log) yang merupakan bahan baku
utama pulp semakin Iangka akibat peraturan lingkungan yang semakin ketat.
Kondisi ini menyebabkan perhatian dunia beralih ke Asia Tenggara yang
memiliki ikiim tropis sehingga pertumbuhan kayu jauh lebih cepat, dan area
hutan masih luas. Dan biaya tenaga kerja yang rendah.
OIeh karena ¡tu, industri pulp dan kertas di Indonesia dalam beberapa tahun
terakhir mengalami perkembangan yang pesat.
Perusahaan dalam industri harus tanggap menghadapi kesempatan ini,
agar dapat memperoleh keuntungan dan keunggulan relatif dibanding
perusahaan lainnya. Peluang pasar tersebut juga akan menarik investor baru,
sehingga besar kernungkinan akan banyak pendatang baru (new entrants)
dalam industri pulp dan kertas. Perusahaan harus mengantisipasi, agar posisi
dalam industri tidak tergeser oleh perusahaan lain atau oleh pendatang baru.
Hambatan masuk bagi pendatang baru dapat dijalankan diantaranya
dengan skala keekonomian, harga penghalang. Untuk dapat mencapainya
dibutuhkan suatu besaran perusahaan tertentu, dan seringkali membutuhkan
waktu yang lama.
Penggabungan usaha adalah salah satu alternatif strategi akbar (grand
strategy) yang dapat dilakukan perusahaan untuk mencapai besaran
perusahaan secara cepat, dan dapat meningkatkan kekuatan/keunggulan
internal perusahaan. Sehingga memungkinkan perusahaan urituk mengarnbil
keuntungan seluas dan sebesar mungkin dari kesempatan yang ada pada
lingkungan eksternal baik domestik maupun global, melalui sinergi keuangan,
sinergi manajemen, dan sinergi operasional.
Dalam penyusunan strategi, selain analisa lingkungan internal &
ekstemal, objektif jangka panjang perusahaan dijadikan sebagai pedoman dan
dasar dalam menganalisa. Sehingga strategi yang dipilih tetap sesuai dengan
visi & misi perusahaan.
Penggabungan usaha memiliki tujuh tahap penting, yaitu perencanaan
strategis, pengorganisasian seleksi perusahaan target, analisa & penawaran
negosiasi & penyelesaian transaksì, transisi dan tahap integrasi.
Setiap tahap penggabungan harus terencana dengan baik, agar motivasi
penggabungan usaha yang telah diitetapkan semula dapat tercapai.
Pada implementasi strategi perlu dilakukan pengawasan dan evaluasi
yang berfungsi sebagai umpan balik penyusunan strategi, terutama
pengawasan penyimpangan asumsi-asumsi kondisi yang digunakan pada tahap
analisa sebelum penggabungan usaha dilakukan.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desyetti
"Dalam kegiatan di pasar modal, laporan keuangan perusahaan yang go publik merupakan salah satu informasi yang tersedia bagi investor dalam mengambil keputusan untuk membeli atau menjual saham perusahaan. Informasi mengenai laba akuntansi merupakan salah satu informasi yang dapat diperoleh dari laporan keuangan suatu perusahaan. Laba akuntansi yang sering digunakan oleh investor untuk menilai kinerja perusahaan adalah laba per lembar saham (earning per share).
Penelitian ini merupakan event study yang tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana reaksi harga saham dan volume perdagangan saham di sekitar waktu pengumuman laba akuntansi. Apabila pengumuman laba akuntansi mempunyai kandungan informasi yang relevan maka akan terjadi reaksi harga saham dan volume perdagangan saham disekitar waktu pengumuman. Dalam penelitian ini juga akan dilihat apakah ada hubungan yang positif antara besarnya laba tak terduga (unexpected EPS) dengan besarnya reaksi harga (abnormal return) dan antara perubahan harga saham dengan perubahan volume perdagangan. Penelitian terdahulu seperti yang dilakukan di luar negeri oleh Ball & Brown (1968), Beaver (1968), dan Dale Morse (1981), dan di dalam negeri oleh Affandi & Utama (1997), Husnan, Hanafi dan Wibowo (1995), menemukan bahwa disekitar pengumuman labs akuntansi terjadi perubahan harga saham dan volume perdagangan saham yang signifikan. Sedangkan penelitian oleh Linda Smith Bamber (1986&1987) serta Bamber & Atiase (1994), menemukan bahwa ada hubungan yang positif antara besarnya unexpected EPS dengan besarnya abnormal return dan antara perubahan harga dengan perubahan volume perdagangan.
Periode observasi dimulai tahun 1994 sampai tahun 1996 dengan mengambil sampel perusahaan go publik yang telah terdaftar di BEJ dan memenuhi beberapa kriteria yang telah ditetapkan. Laba akuntansi (EPS) dikelompokkan atas 2 yakni kelompok EPS naik dimana !aim aktual lebih besar dari !aim prediksi dan kelompok EPS turun dimana laba aktual lebih kecil dari laba prediksi. Laba prediksi diasumsikan sama dengan laba tahun sebelumnya. Ada 4 pendekatan yang digunakan untuk menentukan expected return yakni market model, aktual return, market adjusted return dan mean adjusted return serta 2 pendekatan untuk menentukan expected volume yakni pendekatan median dan pendekatan mean. Uji statistik yang digunakan selain uji parametrik juga menggunakan uji non parametrik.
Berdasarkan analisis hasil penelitian, dengan uji parametrik maupun non parametrik bahwa selama periode 1994-1996 dengan menggunakan empat pendekatan pengukuran abnormal return yang berbeda, pengumuman laba mengandung informasi yang relevan sehingga mempengaruhi harga saham dan menyebabkan investor memperoleh abnormal return. Hal ini terlihat dari nilai kumulatif abnormal return yang positif dan signifikan disekitar pengumuman kenaikan EPS dan kumulatif abnormal return yang negatif dan signifikan disekitar pengumuman penurunan EPS. Begitu juga halnya dengan volume perdagangan.
Informasi pengumuman laba akuntansi digunakan oleh investor untuk melakukan transaksi di pasar modal, sehingga disekitar waktu pengumuman laba akuntansi aktifitas perdagangan saham meningkat dan menyebabkan investor memperoleh abnormal volume. Akan tetapi reaksi harga dan volume perdagangan terhadap informasi tersebut terjadi secara lambat yakni sesudah pengumuman laba akuntansi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ball & Brown (1968), Beaver (1968), Dale Morse (1981), Affandi & Utama (1997) dan Husnan, Hanafi & Wibowo (1995), walaupun dipasar modal Indonesia reaksi harga dan volume perdagangan terhadap informasi tersebut terjadi secara lambat yakni sesudah pengumuman laba akuntansi.
Uji korelasi dengan korelasi spearman menunjukkan bahwa selama periode 1994-1996, membuktikan bahwa hubungan antara besarnya unexpected EPS dengan abnormal return adalah positif. Demikian juga halnya dengan uji korelasi pearson, kecuali untuk tahun 1994-1995, dimana tidak ada satupun koefisien korelasi yang signifikan.
Begitu juga dengan uji korelasi antara perubahan harga dan perubahan volume perdagangan, baik uji korelasi spearman maupun korelasi pearson menunjukkan adanya korelasi yang positif dan signifikan antara perubahan harga dengan perubahan volume perdagangan. Hasil penelitian juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Linda Smith Bamber (1986 &1987) dan Bamber & Atiase (1994)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T1536
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Giyah Yuliari
"ABSTRAK
Penelitian mengacu pada obligasi PT. Jasa Marga III tahap I seri F dengan jangka waktu maturity 5 tahun. Oleh karena itu perubahan tingkat suku bunga yang diamati disesuaikan dengan umur obligasi yaitu 5 tahun, dari tahun 1985 sampai dengan tahun 1989. Pengamatan dilakukan melalui 3 macam periode maturity, yaitu tahunan. Semiannual dan triwulan, kedalam suatu grafik.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah variasi yield ditentukan oleh perubahan tingkat suku bunga. Disamping itu gejala fluktuasi dan volatility yang diakibatkan oleh variasi yield, apakah juga ditentukan oleh periode maturity dan skala yang digunakan. Selanjutnya penelitian juga bertujuan membuktikan bahwa transformasi logaritma natural terhadap tingkat suku bunga dapat meratakan gejolak fluktuasi dan volatility secara proposional.
Melalui serangkaian pengamatan terbukti bahwa variasi yield obligasi ditentukan oleh perubahan tingkat suku bunga yang sulit dikendalikan dan diramalkan sebelumnya. Adanya variasi yield obligasi, mengakibatkan timbulnya fluktuasi dan volatile.
Selain variasi yield obligasi, gejolak tersebut juga ditentukan oleh periode maturity dan skala yang digunakan. Gejolak fluktuasi dan Volatile dapat diratakan, melalui transformasi logaritma natural terhadap tingkat suku bunga, yang terlihat pada grafik yang menghubungkan antara perubahan logaritma natural yield dan periods maturity."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rudi Bambang Trisilo
"ABSTRAK
Minimum required rate of return atau cost of capital penting karena menentukan diterima atau tidaknya investasi modal dalam perusahaan, yang sekaligus akan berpengaruh terhadap pengeluaran investasi agregat suatu perekonomian.
Capital Asset Pricing Model ( CAPM ) sering digunakan sebagai project screening rates. Hal ini dilakukan oleh manajer karena kepentingan pemegang saham atau pemilik perusahaan diutamakan. Dengan menggunakan CAPM sebagai alat mengukur cost of capital, berarti manajer berusaha menetapkan besarnya opportunity cost suatu proyek investasi modal bila dibandingkan dengan investasi yang risikonya sama di pasar modal. Selain CAPM, Arbitrage Pricing Theory (APT) dapat juga digunakan untuk menderivasi required rate of return suatu proyek investasi.
Beberapa pengujian menemukan APT menjelaskan lebih baik terhadap return sekuritas dibanding CAPM. Tetapi beberapa studi yang lain menemukan tidak ada perbedaan antara kedua model. Tidak ada konsensus tentang mana yang lebih baik antara CAPM dan APT.
Sementara perbedaan pendapat tentang CAPM dan APT berlangsung, beberapa pakar ekonomi keuangan mengajukan model alternatif. Antara lain Wei {1988) dan Breeden (1989). Apabila beberapa pakar mempertentangkan, sebaliknya Wei (1988) justru mengajukan model yang mengintegrasikan CAPM dan APT. Breeden {1989) mengajukan suatu model yang merupakan pengembangan dari CAPM, yaitu CAPM yang berorientasi konsumsi, dalam hal ini risiko sekuritas diukur dengan sensitivitas sekuritas terhadap perubahan konsumsi investor.
Dengan mempertimbangkan (1) masih adanya kontroversi diantara para pakar ekonomi keuangan tentang keunggulan APT dibanding CAPM , dan (2) saran beberapa peneliti sebelumnya tentang perlunya terus diadakan perbaikan dalam pembentukan model agar diperoleh model yang lebih sempurna, maka penelitian ini bertujuan untuk menguji validitas CAPM Berorientasi Konsumsi, serta Teori Gabungan CAPM-APT di BEJ.
Hipotesa kerja penelitian ini adalah : (1) Ada pengaruh yang positip dari variabel konsumsi agregat terhadap tingkat return saham di BEJ, (2) Ada pengaruh yang positip dari variabel ekonomi makro (tingkat inflasi harapan, tingkat inflasi tak diharapkan, perubahan harga minyak ekspor) dan tingkat return portfolio pasar terhadap tingkat return saham di Bursa Efek Jakarta.
Populasi penelitian ini adalah 210 perusahaan yang listing di BEJ per bulan Nopember 1994. Rencana sampling adalah sebagai berikut :
Pengujian validitas CAPM berorientasi konsumsi menggunakan data triwulanan IHSI dan Pengeluaran konsumsi rumahtangga atas dasar harga konstan. Sampel berjumlah 27 emiten yang listing di BEJ antara tahun 1977 - 1889. Periode yang digunakan adalah triwulan I-1983 hingga triwulan IV-1991.
Pengujian validitas CAPM, APT dan Teori gabungan CAPM-APT menggunakan data bulanan Indeks Harga Saham Individual, Indeks Harga Saham Gabungan, Indeks Harga Konsumen Gabungan, Suku Bunga Deposito Berjangka satu bulanan kelompok Bank Pemerintah, Harga Minyak Ekspor. Sampel berjumlah 20 emiten yang paling aktif tahun 1992 dilibat dari total volume perdagangan saham. Periode yang digunakan adalah bulan Agustus 1991 hingga Desember 1993 (kecuali untuk CAPM hingga bulan September 1994).
Analisis dalam penelitian ini merupakan analisis data sekunder. Statistik yang digunakan adalah statistik uji t, dan statistik uji F, statistik uji D-W.
Data-data return saham diperoleh dari Perpustakaan BAPEPAM dan PISO (Public Information Services Office), sedangkan data faktor sistematik diperoleh dari publikasi Biro Pusat Statistik, Bank Indonesia dan Nota Keuangan & RAPBN.
Pengolahan data dilakukan dalam dua tahap, sebagai berikut : (1) Regresi Time-Series Tahap Pertama (First Pass Regression) digunakan untuk menghitung taksiran Beta saham tiap emiten sampel dan kemudian menggunakan Regresi Cross Section Tahap Kedua (Second Pass Regression) dalam menghitung koefisien konsumsi agregat dan koefisien variabel ekonomi makro, serta portfolio pasar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : koefisien beta pada model CAPM, APT, maupun Teori Gabungan CAPM-APT tidak ada yang signifikan. Sementara itu, koefisien beta Konsumsi signifikan (t-stat = 3,94) dan positip. Artinya beta konsumsi berpengaruh positip terhadap return saham di BEJ selama periode 1983-1991. Namun secara teoritis nilai beta konsumsi yang seharusnya di bawah satu, karena menunjukkan arah suatu garis, di dalam penelitian ini angkanya di atas satu.
Karena koefisien beta untuk model CAPM, APT maupun Teori Gabungan CAPM-APT tidak ada yang signifikan, maka artinya selama periode Agustus 1991 hingga Desember 1993, faktor sistematik seperti inflasi harapan, inflasi tak diharapkan, perubahan harga minyak ekspor, dan portfolio pasar tidak berpengaruh terhadap return saham emiten sampel di Bursa Efek Jakarta.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para pengambil keputusan bidang investasi, khususnya dalam menentukan besarnya cost of capital atau minimum required rate of return suatu proyek investasi modal. Penelitian yang masih perlu dilakukan sebagai komplemen terhadap penelitian ini adalah pengujian terhadap model alternatif yang lain.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Komala Inggarwati
"ABSTRAK
Adanya pendelegasian wewenang merupakan kebutuhan bagi perusahaan
perusahaan dengan size yang makin besar. Pendelegasian wewenang pada umumnya
diikuti oleh munculnya krisis pengendalian yaitu bagaimana menjamin para manajer
mengelola sumberdaya secara efisien.
Penulisan karya akhir ini dilatarbelakangi adanya kebutuhan akan inforrnasi
(akuntansi) yang akurat bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan. Sistem biaya
dalam perusahaan merupakan salah satu alat untuk memberikan informasi berkenaan
dengan biaya yang bermanfaat untuk dasar penilaian kinerja dan penentuan biaya
produk.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai sistem
biaya dalam kaitannya dengan pengukuran kinerja dan penetapan biaya produk yang
beriaku di pabrik kaca. Diharapkan hasil penetitian ini dapat mengungkapkan problematik yang dihadapi serta memberikan jalan keluarnya.
Penelitian ini sangat penting untuk dikaji oleh karena dua hal (1) Sebagai
perusahaan keluarga yang mulai mendelegasikan wewenang kepada para manajer non
pemilik diperlukan suatu sistem akuntansi yang menunjang pelaksanaan sistem pertang
gungjawaban manajer, (2) Dalam situasi persaingan yang sangat ketat diperlukan
informasi biaya yang tepat, relevan, dan tepat waktu dalam rangka pengambilan kepu
tusan mengenai hargai jual maupun strategi bersaing lainnya.
Hasil-hasil penelitian empiris menunjukkan bahwa:
1. Sistem peranggaran yang diterapkan belum dapat digunakan sebagai alat kontrol yang
efektif karena (1) tidak adanya siandar biaya yang efektif, (2) sistem alokasi biaya
tidak mencerminkan konsumsi Sumberdaya yang sebenarnya. Akibatnya sulit dilaku
kan evaluasi atas kinerja manajer secara efektìf.
2. Sistem biaya yang sering digunakan tidak mendukung proses pengambilan kepu
tusan berkaitan dengan penetapan harga, perencanaan laba, meneruskan atau
menghentikan suatu produk, dan keputusan-keputusan strategis Iainnya.
Dari hasil analisis diatas, penulis memberikan usulan perbaikan sistem biaya
pada PT. Indo Utama sebagai berikut:
1. Menentukan pusat-pusat Pertanggungjawaban
2. Mengidentifikasikan bìaya-biaya yang menjadi beban bagian produksi dan mengklasi
fikasikannya menurut sifat biayanya (biaya variabel dan biaya tetap)
3. Menentukan dasar alokasi baik alokasi ke pusat biaya maupun alokasi ke produk atas
dasar aktivìtas.
4. Menentukan sistem penilaian kinerja
5. Menghitung biaya produk
Dengan sistem biaya yang baru ini, diharapkan perusahaan akan dapat mempero
leh informasi biaya yang lebih akurat dan dengan demikian perusahaan dapat melaku
kan penilaian kinerja dan penetapan biaya produk dengan lebih baik.
Untuk menerapkan sistem biaya yang baru tersebut diperlukan beberapa kondisi
seperti:
1. Dukungan dan manajemen puncak yang selama ini merupakan pemilik modal
2. Perlu diadakan motivational training bagi para manajer sehubungan dengan penerapan
konsep pusat pertanggungjawaban untuk menghindari penolakan terhadap usulan per
baikan ini.
Untuk penelitian lebih Ianjut, menarik untuk dikaji secara empiris sejauh mana
aspek-aspek keperilakuan manajer mempengaruhi proses pelaksanaan sistem biaya yang
baru pada perusahaan ini.
"
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Andiarto
"Salah satu penilaian bagi perusahaan yang tumbuh pesat adalah dapat dilihat dari trend penjualan dari tahun ke tahun. Namun demikian perusahaan yang sedang tumbuh harus diimbangi dengan peningkatan atau kemampuan sumberdaya internal perusahaan. Selain itu perusahaan juga harus menghadapi lingkungan eksternal yang terus berubah dan bersifat kompleks. Oleh karenanya manajemen strategis sangat penting, agar perusahaan mampu survive atau bahkan terus berkembang dalam rnenghadapi dunia usaha yang selalu berubah.
Manajemen strategis sebagai seperangkat keputusan dan tindakan yang menghasilkan suatu formulasi dan implementasi dari rencana yang dirancang guna mencapai sasaran organisasi. Sedangkan strategi adalah merupakan rencana yang berorientasi ke depan, menginteprestasikan sasaran ulama organisasi, kebijakan dan urutan tindakan ke dalam suatu kesatuan yang disiapkan untuk menghadapi lingkungan yang kompetitif guna mencapai uijuan perusahaan.
Sebagai bahan studi pada karya akhir ini penulis menganalisis Manajemen Strategis pada PT Bukaka Teknik Utama. Perusahaan ini bergerak dalam industri alat berat dengan pertumbuhan yang cukup pesat, yaitu raia-rata di atas 50 % per tahun. Pernbangunan di Indonesia yang terns berlangsung. sektor industri yang semakin besar peranannya, maka dunia industri alat berat semakin penting dalam menunjang pembangunan yang sedang berlangsung.
Analisis pada karya akhir ini dimulai dari analisis lingkungan usaha, lingkungan internal, analisis SWOT dan analisis pemilihan strategi. Selanjutnya pada akhir bagian tulisan ini disajikan berbagai kesimpulan serta saran-saran yang diperlukan.
Pembahasan lingkungan usaha atau lingkungan eksternal terdiri dari berbagai faktor yang saling berhubungan yaitu remote environment dan industry enviroment.
Remote environment terdiri dari faktor politik, ekonomi, sosial & budaya, teknologi dan ekologi. Faktor industry environment terdiri dari kekuatan pembeli, kekuatan pemasok, ancaman barang substitusi, ancarnan pendatang baru dan persaingan dalam industri alat berat.
Dalam Pembahasan lingkungan internal, dimulai dari misi perusahaan, untuk mengevaluasi apakah arah perusahaan telah tepat dalam menjalankan usahanya. Dengan misi yang jelas dan tepat, maka perusahaan mempunyai dasar dalam mengalokasikan sumberdaya perusahaan serta dapat memerjemahkan sasaran ke dalam struktur organisasi. Sedangkan pembahasan sasaran jangka panjang dikaitkan dengan profitabilitas, produktivitas, posisi bersaing, liubungan & pengembangan karyawan, kepemimpinan teknologi dan tanggungjawab kepada masyarakat.
Selain misi dan sasaran perusahaan, dianalisis pula manajemen dan struktur organisasi perusahaan serta berbagai unit fungsional yang ada seperti: unit fungsional pemasaran, produksi dan R & D, sumberdaya manusia dan Keuangan.
Untuk memperjelas dalam analisis, pada karya akhir ini dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT dengan menggunakan metode Matriks Daya Tarik Industri - Posisi Bisnis (Industry Atractivness - Business Position Matrix).
PT Bukaka Teknik Utama adalah perusahaan yang bergerak dalam industri alat berat proses_/o£ order dan menghasilkan procluk substitusi impor. Di Indonesia perusahaan ini mempunyai posisi kuat, walaupun beberapa lini produknya tidak menguasai pasar. Perusahaan untuk jangka lama harus tetap mempertahankan posisinya.
Hasil dari perhitungan menunjukkan bahwa daya tarik industri alat berat Indonesia sampai dengan tahun 1993 dikelompokkan daiam tingkat sedang (2,875) dan posisi perusahaan cenderung kuat (3,68). Daya tarik industri untuk lima tahun mendatang diperkirakan tetap sedang (3,0), tetapi posisi perusahaan diharapkan menjadi
lebih kuat (4,18). Berdasarkan pemetaan perusahaan harus melakukan strategi yang sama antara masa kini dan masa datang, karena menduduki posisi sel yang sama.
Adapun pembahasan pemilihan strategi meliputi strategic trust, grand strategy dan strategi fungsional perusahaan.
Dalam Karya akhir ini ditutup dengan beberapa kesimpulan dan saran-saran yang diperlukan baik yang berkaitan dengan eksternal maupun internal perusahaan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>