Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Oka Ananda Akbar
Abstrak :
ABSTRAK
TPS merupakan modalitas penting dalam perlakuan terapi karena salah satu fungsinya sebagai penyedia informasi dosis yang akan diterima target. Oleh karena itu jaminan kualitas TPS harus dilakukan untuk menjamin akurasi perhitungan dosis sehingga perlakuan terapi dapat bersifat optimal. Tujuan penelitian ini adalah melakukan verifikasi dosis kalkulasi TPS sebagai salah satu prosedur jaminan kualitas serta untuk mengetahui rentang deviasi jika terdapat perbedaan antara dosis kalkulasi dengan dosis pengukuran. Penelitian dilakukan menggunakan fantom CIRS 002LFC model toraks di dua center radioterapi dengan tahapan penelitian berdasarkan publikasi IAEA melalui TECDOC-1583. Pengukuran dosis titik menggunakan dosimeter bilik ionisasi 0.6 cm3, film gafchromic EBT3, dan TLD kemudian dosis pengukuran dibandingkan dengan dosis kalkulasi TPS. Hasil penelitian menunjukkan deviasi dosis pada seluruh kasus uji untuk kedua center radioterapi masih berada di dalam rentang tolerasi. Deviasi dosis di center radioterapi 1 bernilai 0.272.00% untuk bilik ionisasi 0.6 cm3, -0.081.79% untuk film gafchromic EBT3, dan -0.214.93% untuk TLD. Deviasi dosis di center radioterapi 2 bernilai -0.602.68% untuk bilik ionisasi 0.6 cm3, 0.151.75% untuk film EBT3, dan -3.906.30% untuk TLD. Nilai deviasi dosis yang tinggi umumnya diperoleh pada pengukuran dengan geometri kompleks seperti penggunaan blok, berkas tangensial, dan perputaran kolimator serta pengukuran pada material inhomogen (paru-paru dan tulang). Pengukuran di titik dengan perluasan penumbra (titik 10 kasus uji 6) gagal dilakukan menggunakan dosimeter bilik ionisasi namun menghasilkan deviasi yang rendah pada dua dosimeter lainnya. Kesimpulan dari penelitian in adalah semua unit TPS menunjukkan performa yang baik. Hasil pengukuran menunjukkan TLD merupakan dosimeter dengan akurasi dan presisi yang paling buruk. Tingkat akurasi keseluruhan dosimeter yang digunakan adalah film EBT3 dengan -0.05%, bilik ionisasi dengan -0.23%, dan TLD dengan -2.24%.
ABSTRAK
TPS is an important modality in therapy planning since it provides calculated dose information that will be received by target. Thus TPS quality assurance must be conducted to ensure the accuracy of dose calculation hence optimal therapy treatment could be achieved. The aim of this study is to verify TPS calculated dose as one of quality assurance procedures and also to know the deviation range if there are differences between calculated and measured dose. This study was performed using phantom CIRS thorax model 002LFC on 2 radiotherapy centers. The method of this study is based on IAEA TECDOC-1583. Point dose measurement was accomplished using 0.6 cm3 ionization chamber, gafchromic EBT3 film, and TLD then the measured dose was compared to calculated dose. The result of this study showed that the dose deviation of entire test cases on both radiotherapy centers are still below agreement criterion. Dose deviations on first radiotherapy center are 0.272.00% for 0.6 cm3 ionization chamber, -0.081.79% for gafchromic EBT3 film, and -0.214.93% for TLD. Meanwhile, dose deviations on second radiotherapy center are -0.602.68% for 0.6 cm3 ionization chamber, 0.151.75% for gafchromic EBT3 film, and -3.906.30% for TLD. Dose deviation out of agreement criterion generally discovered on measurement with complex geometry such as blocked field, tangential field, collimator rotation and measurement on inhomogen materials (lungs and bone equivalent) as well. Measurement on widening penumbra (point 10 test case 6) was failed to be conducted using ionization chamber yet yield dose deviation below agreement criterion with two others dosimeters. The conclusion of this study is all TPS units that were involved showed good performance of dose calculation. Measurement results also conclude that TLD is a dosimeter with the worst accuracy and precision. The accuracy order of dosimeters used in this study is gafchromic EBT3 film with -0.05%, ionization chamber with -0.23%, and TLD with -2.24%.
2016
S65043
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stevy Liura
Abstrak :
ABSTRAK
Verifikasi kemampuan algoritma kalkulasi dosis pada Treatment Planning System TPS baru dapat dilakukan dengan membandingkan passing rate hasil analisis indeks gamma dari algoritma yang diuji dengan algoritma yang telah diimplementasikan secara klinis. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk memperoleh passing rate indeks gamma yang dapat digunakan sebagai data referensi dalam verifikasi kemampuan algoritma TPS tiga dimensi. Algoritma yang digunakan dalam penelitian ini ialah Pencil Beam Convolution PBC versi 11.0.31 dan Anisotropic Analytical Algorithm AAA versi 11.0.31 pada TPS Eclipse v.11, serta Fast Convolution FC , Adaptive Convolution AC , dan Collapsed-Cone Convolution CCC pada TPS Pinnacle3 v.7.6c. Konfigurasi berkas sinar-X diatur pada energi 6 MV untuk variasi kedalaman titik pengukuran, luas lapangan, source-to-surface distance, dan sudut wedge. Pengukuran dosis dilakukan dengan menggunakan detektor MatriXX Evolution dan PTW 2D-array seven29. Analisis indeks gamma dilakukan dengan menggunakan OmniPro ImRT dan Verisoft 3.1 untuk kriteria 3 /3mm, 2 /3mm, 3 /2mm, dan 2 /2mm. Secara keseluruhan, passing rate dari AAA cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan PBC dan ketiga algoritma konvolusi. Untuk kriteria 2 /2mm, passing rate dari AAA sebesar 93,18 7,21 , passing rate dari PBC sebesar 89,76 7,21 , dan passing rate algoritma konvolusi sebesar 76,84 11,10 ."
" "ABSTRACT
" The verification of dose calculation algorithm in a new Treatment Planning System TPS can be evaluated by comparing the passing rate of gamma index analysis result of the evaluated algorithm and the clinically implemented algorithms. In the present investigation, the author investigated the gamma index passing rates as the reference data in the verification of new three dimensions TPS. The algorithms used in this study are Pencil Beam Convolution PBC version 11.0.31 and Anisotropic Analytical Algorithm AAA version 11.0.31 in Eclipse v.11 TPS, and Fast Convolution FC , Adaptive Convolution AC , and Collapsed Cone Convolution CCC in Pinnacle3 v.7.6c TPS. The 6 MV X ray beam configurations were varied in depths of measurement point, field sizes, source to surface distances, and wedge angles. The dose was measured using MatriXX Evolution and PTW 2D array seven29. The gamma index analysis was performed for many gamma criteria 3 3mm, 2 3mm, 3 2mm, and 2 2mm using OmniPro ImRT and Verisoft 3.1. Overall, passing rate of AAA tends to be higher than PBC and three other convolution algorithms. For gamma criteria of 2 2mm, passing rate of AAA was 93,18 7,21 , passing rate of PBC was 89,76 7,21 , and passing rate of convolution algorithms was 76,84 11,10 .
2016
S66502
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Armaldy Rafliansyah
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh derajat kompleksitas bukaan MLC statik yang terdiri dari 4 grup bentuk standar dengan masing-masing 3 variasi keliling dan luas terhadap ketercapaian dosis dalam radioterapi dengan melakukan verifikasi dan menghitung nilai Gamma Index. Pengukuran dilakukan dengan radiasi sinar X energi 6 MV produksi LINAC Elekta Synergy Platform. Pengukuran dilakukan menggunakan film Gafchromic EBT3 dan 2D Array PTW Octavius. Hasil perhitungan nilai kompleksitas menunjukan derajat kompleksitas bukaan MLC static semakin besar untuk nilai urut semakin tinggi dalam satu grup, yakni ketika keliling bertambah dan atau luasannya mengecil. Hasil pengukuran dengan EBT3 menunjukan gamma index akan semakin kecil untuk derajat kompleksitas yang semakin tinggi. Hasil pengukuran dengan 2D Array Octavius menunjukan gamma index semakin besar untuk nilai kompleksitas yang lebih tinggi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah derajat kompleksitas berhubungan erat dengan penurunan nilai gamma index atau menurunnya ketercapaian dosis. ...... The aim of this research is to know the effect of degree of static MLC openness complexity that consists of 4 groups of standard form with each of 3 variations of circumference and wide to dose achievement in radiotherapy by verifying and calculating Gamma index. Measurements were made with X ray energy of 6 MV of LINAC Elekta Synergy Platform production. Measurements were made using Gafchromic EBT3 film and 2D Array PTW Octavius for. The result of the complexity calculation shows the degree of complexity of the static MLC openings getting bigger to get high order in one group, that is when the circumference increased and or the area is smaller. The result of measurement with EBT3 shows the gamma index will be smaller for higher degree of complexity. The results of 2D Array Octavius 39 s measurements showed a greater gamma index for higher complexity. The conclusion of this study is that the degree of complexity is closely related to the decrease in gamma index or decrease in dose attainment.Keyword Complexity, Gamma Index, Static MLC Opening
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69830
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Luvaridian
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan karakteristik berkas foton 6 MV pada lapangan non standar pesawat Linier Accelerator Varian iX dan TomoTherapy HiArt melalui parameter-parameter pengukuran seperti PDD, , profil berkas, dan faktor keluaran. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan 3 dosimeter, yaitu film gafchromic EBT 3, bilik ionisasi CC01 dan bilik ionisasi CC13. Evaluasi pengukuran PDD dilakukan dengan menentukan nilai dan menghitung nilai Profil dosis dianalisa berdasarkan nilai FWHM, penumbra, flatness, dan symmetry. Nilai faktor keluaran lapangan msr dibandingkan dengan hasil faktor keluaran pada lapangan referensi 10 10 cm2. Hasil pengukuran FWHM berkas profil menunjukkan bahwa nilai FWHM semakin besar seiring dengan semakin lebarnya ukuran lapangan dan semakin bertambah kedalamannya. Hasil pengukuran semakin bertambah seiring semakin besarnya luas lapangan berkas yang digunakan. Nilai faktor keluaran semakin besar seiring dengan pertambahan luas lapangan berkas. Perhitungan nilai menunjukkan peningkatan dengan bertambahnya luas lapangan. Penggunaan detektor bilik ionisasi CC01 dinilai paling baik dalam pengukuran pada lapangan non standar 5 10 cm2, 10 5 cm2, dan 6.6 6.6 cm2 karena efek volume yang terjadi pada bilik ionisasi CC01 tidak terlalu mempengaruhi hasil pengukuran. ...... The purpose of this study was to determine PDD, dose profile, and output factor measurement on non standard field generated by 6 MV linear accelerator and TomoTherapy HiArt. The detectors used in this research are Gafchromic Film EBT 3, ionization chamber CC01, and ionization chamber CC13. This research was aimed to determine the characteristic of 6 MV photon beam in Linac Varian iX nonstandard field and TomoTherapy HiArt machine spesific reference msr field. PDD measurements evaluation has been done by determining the value of and calculate the value. Dose profile was analyzed based on the value of FWHM, penumbra, flatness, and symmetry. The output factor value in the msr field are compared to the output factor value in the reference field 10 10 cm2. The FWHM measurement of the profile shows that the FWHM increases with the width and depth of field size. The result of measurement shows that the increases with the width of field size. The ouput factor measurement shows that it values increases with the field size, and also increases with depth when measured using TomoTherapy machine using Gafchromic EBT 3 Film. The calculation of shows that the increases with field size. For the 5 10 cm2, 10 5 cm2, and 6.6 6.6 cm2 msr field, the use of CC01 ionization chamber is very recommended because it does not too affected by the volume averaging so that, the measurement values are not underestimated.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Prasinda Putri
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi dosis perifer pada berkas foton FFF dan WFF. Pada penelitian ini, berkas foton WFF dan FFF 6 MV dari pesawat LINAC Varian Trilogy® diukur menggunakan detektor bilik ionisasi IBA CC13 dan film radiokromik GAFChromicTM EBT3 pada fantom air. Pengukuran dilakukan pada variasi lapangan 0.8 0.8 cm2 hingga 10 10 cm2 variasi kedalaman dmax, 5 gr/cm2, dan 10 gr/cm2dan pada jarak 0.6 cm hingga 5 cm dari tepi lapangan radiasi. Dengan kondisi pengukuran yang identik pada geometri fantom yang sama, pengukuran dosis radiasi perifer juga dilakukan menggunakan pemodelan pada ECLIPSETM TPS dengan kalkulasi Analytic Anisotropic Algorithm (AAA). Dosis perifer ditentukan sebagai normalisasi dosis terhadap CAX. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa dosis perifer meningkat terhadap kedalaman dan luas lapangan, namun menurun hampir eksponensial terhadap jarak dari tepi lapangan. Dosis radiasi perifer dari berkas WFF lebih tinggi dari berkas FFF dengan diskrepansi terbesar bernilai 4.63% dari hasil pengukuran menggunakan detektor CC13, 12.09% dari hasil GAFChromicTM EBT3, dan 2.35% dari hasil kalkulasi TPS. Berkas foton FFF menghasilkan dosis radiasi perifer yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan berkas WFF pada setiap kedalaman dan lapangan, terutama pada titik yang relatif dekat dengan tepi lapangan. Namun, penggunaan berkas FFF pada lapangan kecil tidak mereduksi dosis radiasi perifer secara signifikan. ...... Research has been performed to evaluate the peripheral dose from the FFF and WFF photon beam. In this study, 6 MV WFF and FFF photon beams from Varian Trilogy® LINAC were measured by IBA CC13 ionization chamber detector and GAFChromicTM EBT3 film in the water phantom. Measurements were performed at varying field sizes (0.8x0.8 cm2 10x10 cm2), depths (dmax, 5 gr/cm2, and 10 gr/cm2), and distances from the field edge (0.6 cm-5 cm). With identical conditions on the same phantom geometry, peripheral dose measurements were also modeled in ECLIPSETM TPS by using Analytic Anisotropic Algorithm (AAA) dose calculation models. PD was determined as a normalized dose to the CAX dose. The PDs were found to tend to increase with increasing depth and field size, but decrease exponentially with increasing distance from the radiation field edge. The PD of WFF photon beams were found to be greater than FFF with the largest discrepancy valued at 4.63% from the measurement results using CC13, 12.089% using GAFChromicTM EBT3, and 2.35% using TPS calculation. FFF photon beams produce PDs that tend to be lower than WFF at each depth and field size, especially in areas relatively close to the field edge. However, the FFF photon beams did not significantly reduce PDs in the small field sizes.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library