Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syafran Arrazy
Abstrak :
Benzene dapat secara enzimatik meningkatkan pembentukan Reactive Oxygen Species (ROS) yang mempengaruhi sel-sel dan berakibat kerusakan oksidatif. Malondialdehyde (MDA) merupakan produk akhir peroksidasi lemak dan menjadi salah satu indikator stres oksidatif akibat radikal bebas. S-phenylmercapturic acid (SPMA) menjadi parameter pajanan benzene pada manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis asosiasi SPMA terhadap MDA pada pekerja sepatu. Metode penelitian menggunakan desain studi analitik cross-sectional. Pemilihan sampel mengunakan cluster satu tingkat terhadap industri informal. Jumlah sampel dalam penelitian ini 64 pekerja. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata konsentrasi SPMA adalah 24.63 μg/g kreatinin atau 20 responden (31.2%) memiliki konsentrasi SPMA urin di atas nilai biological exposure index (BEI) (>25 μg/g kreatinin), dan rerata kadar MDA serum pekerja adalah 10.186 μmol/L. Berdasarkan uji statistik, diketahui ada hubungan signifikan pada konsentrasi SPMA terhadap peningkatan MDA setelah dikontrol dengan faktor umur, lama kerja, status merokok, kebiasaan alkohol, kebiasaan olahraga dan kebiasaan makan sayur dan buah (R2 : 0.133, p-value : 0.039). Studi ini menunjukkan bahwa paparan benzene memberikan efek merugikan pada stres oksidatif pekerja selain oleh umur pekerja. ...... Benzene can be enzymatically increasing the formation of Reactive Oxygen Species (ROS) that affect the cells and cause oxidative damage. Malondialdehyde (MDA) is the end product of lipid peroxidation and is one indicator of oxidative stress caused by free radicals. S-phenylmercapturic acid (SPMA) be the parameter of benzene exposure in humans. This study aimed to analyze the association SPMA against MDA in shoe workers. The research method uses design analytic cross-sectional study. Selection of the sample using one level cluster to informal industry. The samples in this study are 64 workers. The results showed that median levels concentration of SPMA is 10.24 mg/g creatinine or 20 respondents (31.2%) had a concentration of SPMA urine above the value of biological exposure index (BEI) (> 25 mg / g creatinine), and median levels of serum MDA workers are 6.38 μmol/L. Based on statistical test, we know that have a significant association for concentration of SPMA to increase MDA after controlling by age, length of employment, smoking status, alcohol habits, exercise habits and habit of eating vegetables and fruits (R2: 0133, p-value: 0.039). This study shows that exposure to benzene giving adverse effects on oxidative stress in addition to workers by age workers
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46534
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sifa Fauzia
Abstrak :
Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK) di Indonesia menjadi salah satu usaha memperbaiki situasi ekonomi masyarakat di beberapa daerah. Namun, merkuri (Hg) yang digunakan untuk mengekstrak emas langsung dibuang ke lingkungan, sehingga menimbulkan bahaya bagi kesehatan. Banyak penelitian menunjukkan pajanan Hg mengurangi tingkat antioksidan tubuh. Glutathione (GSH) adalah salah satu antioksidan alami tubuh yang penting karena bertindak sebagai salah satu faktor detoksifikasi Hg. Penelitian ini bertujuan menentukan hubungan antara kadar merkuri dan total GSH dengan karakteristik individu masyarakat di wilayah PESK Desa Lebaksitu. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional. Kadar merkuri dan total GSH diukur dalam darah. Hubungan antara merkuri, total GSH, dan karakteristik individu (usia, jenis kelamin, status merokok, aktivitas fisik, dan indeks massa tubuh) diuji menggunakan model regresi, korelasi, dan independen t-Test. Rata-rata merkuri darah 11,09 ± 10,6 μg/L, lebih tinggi dari batas US EPA. Ratarata total GSH 0,874 ± 0.123 μg/mL. Di antara hubungan total GSH dengan karakteristik individu, hanya aktivitas fisik yang memiliki hubungan signifikan (p = 0,021; 95% CI -0127 - 0,01). Responden dengan kadar merkuri darah >5,8 μg/L memiliki risiko 2,431 kali lebih tinggi untuk memiliki total GSH <0,874 μg/mL dibandingkan responden dengan kadar merkuri darah <5,8 μg/L. Setiap kenaikan kadar merkuri darah sebesar 1 μg/L dapat menurunkan total GSH sebanyak 0,002 μg/mL setelah dikontrol usia, IMT, dan aktivitas fisik. Diperlukan upaya menyeluruh dari instansi lintas sektor untuk mengurangi penggunaan merkuri dan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat di sekitar PESK.
Artisanal and Small-scale Gold Mining (ASGM) in Indonesia has been an attempt to improve economic situation in some poor areas. However, the mercury (Hg) used to extract gold from ore is discharge into the environment, where it poses a hazard for human health. Many researches have shown that Hg exposure reduced antioxidant level in human body. Glutathione (GSH) is one of the important antioxidant which can act as detoxification factor for heavy metals. This research is aimed to determine the association between mercury levels and total GSH plasma along with individual characteristics from community related to ASGM in Lebaksitu Village. This study used cross-sectional design with 69 samples. Mercury levels was measured in whole blood and total GSH was measured in plasma. Association between blood mercury, total GSH, and individual characteristics (age, gender, smoking status, physical activity, and body mass index) were examined using multiple regression models, correlate and independent t-Test method. Mean blood mercury was found 11,09 ± 10,6 μg/L which is higher than US EPA limit. The average of total GSH was 0,874 μg/mL ± 0,123 μg/mL (mean ± SD). Among others individual characteristic, only physical activities which has significant relationship with total GSH with p-value 0,021 (95% CI -0,127 - 0,01). Participants with high mercury blood levels can be at risk 2,431 times higher to have total GSH <0,874 μg/mL. Any increase in mercury blood by 1 μg/L can reduced total GSH by 0,002 μg/mL after controlled by age, body mass index, and physical activity. It would be required overall effort from agencies across sectors to reduce the use of mercury and health exposure in community around ASGM.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46603
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Ira Putri Lan
Abstrak :
Merkuri merupakan polutan global yang banyak ditemukan baik alam maupun hasil kegiatan manusia. Salah satu sumber pencemaran terbesar merkuri berasal dari pertambangan emas skala kecil (PESK) yang dilakukan oleh masyarakat. Mekanisme yang tepat dari efek toksik Hg masih belum jelas, namun malondialdehide (MDA) merupakan salah satu biomarker utama yang digunakan untuk mengetahui kejadian stres oksidatif akibat pajanan merkuri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kejadian stres oksidatif melalui pengukuran MDA plasma darah pada masyarakat yang terpajan merkuri. Metode penelitian ini menggunakan desain cross sectional, pemilihan sampel menggunakan sistem random sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 69 responden yang terdiri dari 18 laki-laki dan 51 perempuan. Pengukuran kadar total merkuri darah menggunakan alat ICP-MS dan pemeriksaan kadar Malondialdehide dengan menggunakan TBARS. Usia, jenis kelamin, pekerjaan, status merokok dan aktivitas fisik diukur menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan ratarata kadar merkuri dalam darah masyarakat adalah 11,09 μg/L dan kadar MDA adalah 0,419±0,130 nmol/ml. Berdasarkan uji statistik, kadar merkuri dalam darah manunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan terhadap peningkatan kadar MDA setelah dikontrol dengan usia, jenis kelamin, pekerjaan, status merokok dan aktivitas fisik. Namun, orang dengan kadar merkuri dalam darah >5,8 μg/L memiliki risiko 1,27 kali lebih tinggi untuk mengalami stres oksidatif (dengan kadar MDA >0,419 nmol/ml) dibanding orang dengan kadar merkuri darah < 5,8 μg/L. Untuk penelitian berikutnya disarankan dengan mengukur biomarker stres oksidatif lainnya seperti Superoxyde dismutase (SOD) dan 8-hydroxy-2-deoxyguanosine (8-OHDG). ...... Mercury is a global pollutant that found in nature or as the result of human activity. One of the largest sources of mercury pollution comes from community related to small-scale gold mining. The proper mechanism of the toxic effects of Hg remains unclear, however, malondialdehyde (MDA) is one of the main exposure which is used to determine the incidence of oxidative stress. This research aims to analyze the oxidative stress status by measuring the MDA plasma in communities exposed to mercury. This research method using cross sectional design, sample selection used a system random sampling. The number of samples as many as 69 respondents consisting of 18 men and 51 women. Measurement of blood mercury levels used an ICP-MS and checking the levels of malondialdehyde used the TBARS. Age, sex, occupation, smoking status and physical activity was measured using a questionnaire. The results showed the average of mercury levels in community?s blood was 11,09 μg/L and levels of MDA was 0,419±0,130 nmol/ml. Based on statistical test, the mercury levels in blood showed not significant relationship to the increase of MDA levels after controlled age, gender, occupation, smoking status and physical activity. However, people with blood mercury levels >5,8 μg/L had 1,27 times higher risk to suffer from oxidative stress (with MDA >0,419 nmol/ml) than those with blood mercury levels <5,8 μg/L, For their next study is advisable to measure the biomarkers of oxidative stress such as Superoxyde dismutase (SOD) and 8-hydroxy-2- deoxyguanosine (8-OHDG).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46557
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puri Wulandari
Abstrak :
Pajanan kronis benzena di lingkungan kerja selalu dihubungkan dengan gangguan hematologi. Hal ini dikarenakan sistem hematologi adalah jaringan target yang paling kritis terhadap pajanan benzena melalui rute inhalasi dan diketahui sebagai penyebab pansitopenia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kadar S-PMA urin dengan leukosit pada pekerja industri sepatu informal yang terpajan benzena. Penelitian menggunakan desain cross sectional di enam industri sepatu informal yang berada di kawasan Cibaduyut dengan jumlah sampel 64 pekerja. Sampel urin dan darah diambil pada masing-masing sampel untuk menilai kadar S-PMA urin dan jumlah leukosit. Kadar S-PMA urin diukur dengan menggunakan alat LC-MS/MS dan leukosit diukur menggunakan alat Automated Hematology Analyzer. Data karakteristik individu diperoleh melalui wawancara langsung. Konsentrasi benzena di udara menggunakan data sekunder dari penelitian sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kadar S-PMA dengan leukosit (p value: 0,048) dan kadar S-PMA urin dengan jenis pekerjaan (p value: 0,004). Sebanyak 31,3% pekerja memiliki kadar S-PMA urin melampaui BEI ACGIH (>25 μg/g kreatinin). Semakin tinggi konsentrasi benzena di udara ruang kerja, semakin banyak pekerja yang memiliki kadar S-PMA urin >25 μg/g kreatinin. Hasil uji regresi linear ganda menemukan bahwa ada kecenderungan asosiasi antara kadar S-PMA urin dengan leukosit, setelah dikontrol dengan variabel jenis pekerjaan, jam kerja per hari, dan kebiasaan berolahraga. Hasil penelitian dapat disimpulkan terdapat asosiasi antara kadar S-PMA urin dengan penurunan jumlah leukosit. ...... Benzene high exposure in working is environment always connected to hematology disorders. This is caused by hematology system is the most critical target network toward benzene exposure through inhaling route. This study aims to analyze the relation between urinary and leukocytes S-PMA level of informal shoes industrial workers exposed to benzene. This study uses cross sectional design in six informal shoes industries which are located in Cibaduyut with the number of sample of 64 workers. Urinary and blood samples are collected on each sample to measure urinary S-PMA level and the number of leukocytes. Urinary SPMA level is measured using Automated Hematology Analyzer. Individual characteristic data are obtained through direct interview. To measure benzene concentration, secondary data of previous study is used. The result of the study indicates that there is significant correlation between S-PMA level with leukocytes (p value: 0.048) and urinary S-PMA level with the type of job (p value: 0.004). By 31.3% workers have urinary S-PMA level more than BEI ACGIH (>25 μg/g creatinine). The higher the benzene concentration of indoor air, the more workers have urinary S-PMA level > 25 μg/g creatinine. The result of double linear regression test finds that there is association tendency between urinary and leukocytes S-PMA level, after it is controlled by type of job, time of work per day, and exercising habit variables. It can be concluded that there is association between urinary S-PMA level and the number of leukocytes decrease.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T45861
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Nengah Yustina Tutuanita
Abstrak :
ABSTRAK
Rendahnya akses sanitasi, jumlah desa Stop Buang Air Besar Sembarangan dan regulasi terkait sanitasi di daerah tertinggal menjadi alasan utama penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesenjangan fisik dan non fisik yang mempengaruhi proporsi Stop Buang Air Besar Sembarangan di daerah tertinggal. Penelitian dilakukan terhadap 122 kabupaten yang ditetapkan sebagai daerah tertinggal. Penelitian dengan desain potong lintang ini dilakukan pada tahun 2018 menggunakan data tahun 2017 yang dipublikasi dalam jaringan oleh berbagai institusi. Data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan aplikasi sistem informasi geografi dan statistik. Median dari proporsi Stop Buang Air Besar Sembarangan di daerah tertinggal adalah 1,01%. Korelasi yang kuat terdapat pada variabel Intervensi Program Sanitasi yaitu sebesar 0,743 dan Akuntabilitas & Tindak Lanjut Program Sanitasi sebesar 0,610. Sementara itu korelasi yang sedang terdapat pada variabel Kinerja Pemerintah Daerah (0,49), Regulasi Sanitasi (0,572) dan Kepadatan Penduduk (0,562). Sedangkan korelasi yang lemah terdapat pada variabel Investasi Air Minum (0,372), Pendanaan Sanitasi (0,398) dan Indeks Pembangunan Manusia (0,389). Seluruh variabel independen memiliki korelasi yang signifikan terhadap Stop Buang Air Besar Sembarangan. Hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen hampir seluruhnya memiliki arah yang positif kecuali pada variabel kemiskinan. Berdasarkan analisis kai kuadrat terdapat empat variabel yang bernilai signifikan yaitu variabel intervensi program sanitasi, sarana air minum (OR 6,47), pendanaan sanitasi (OR 6,039) dan regulasi sanitasi (6,47). Meskipun nilai p untuk intervensi sanitasi paling signifikan (0,000) namun besarnya OR tidak dapat ditentukan. Faktor penentu Stop Buang Air Besar Sembarangan di Daerah Tertinggal Indonesia adalah Intervensi Program Sanitasi. Hasil uji analisis multivariat diperoleh hasil bahwa variabel intervensi program sanitasi yang berhasil masuk kedalam pemodelan akhir regresi line ABSTRACT
The low level of sanitation access, the number of open defecation free status villages and the sanitation regulations in disadvantaged region are the main reasons for this study. This study aims to determine the physical and non physical gap that affects the proportion of open defecation free in the remote area. The study was conducted on 122 districts decreed as disadvantaged region. This crosssectional study was conducted in 2018 using 2017 data published in the network by various institutions. The collected data was analyzed using geographic information and statistical information system application. The median of the proportion of open defecation free status in the underdeveloped area was 1.01%. A strong correlation is found in the Sanitation Program Intervention variable of 0.743 and Accountability & Follow-up Sanitation Program of 0.610. Meanwhile, the correlation is on Local Government Performance variables (0.49), Sanitation Regulation (0,572) and Population Density (0,562). While the weak correlation is found in the variables of Clean Water Investment (0.372), Sanitation Financing (0.398) and Human Development Index (0.389). All independent variables have a significant correlation to open defecation free. The relationship between the independent variables to the dependent variable almost entirely has a positive direction except in the variable of poverty. Based on chi square analysis, there are four significant variables are sanitation program intervention, clean water facilities (OR 6.47), sanitation funding (OR 6.303) and sanitation regulation (6.039). Then, although the p value for sanitation intervention is most significant but the magnitude of OR can not be determined. Determinants of ODF in Indonesia's underdeveloped areas are the Sanitation Program Intervention. Multivariate analysis test results obtained that the intervention variables of successful sanitation program into the final modeling using linear regression.
2018
T51037
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusniawati
Abstrak :
Indonesia sudah meratifikasi Konvensi Minamata pada tanggal 13 September 2017, dan Konvensi ini mulai berlaku sejak 16 Agustus 2017. Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK) cukup massif dan memprihatinkan, khususnya di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Hari yang merupakan DAS tebesar kedua di Indonesia. Merkuri dalam kegiatan penambangan emas digunakan sebagai pengikat dan dapat menjadi polutan di lingkungan karena bersifat toxic. Masalah yang muncul pada kegiatan PESK ini adalah limbah merkuri yang di buang langsung ke lingkungan bersifat toxic dan dapat meningkatkan risiko kesehatan masyarakat sekitar PESK. Riset ini bertujuan untuk memprakirakan risiko kesehatan non karsinogenik pada masyarakaat yang disebabkan oleh pajanan merkuri.di Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi Riset ini bersifat deskriptif analitik dengan menggunakan metode analisis risiko kesehatan lingkungan dan menggunakan pendekatan kuantitatif. Sampel yang diambil merupakan sampel lingkungan, meliputi: sampel air sungai, tanah, ikan dan sayuran. Hasil laboratorium diperoleh kadar rata-rata merkuri pada air sungai Batang Hari, air bersih, sayuran, ikan, dan tanah masing-masing sebesar 0,00831 ppm; 0,00005 ppm; 0,00089 ppm; 0,00013 ppm; dan 0,00600 ppm. Pengukuran antropometri dilakukan pada 77 responden melalui kuesioner. Hasil perhitungan risiko kesehatan diperoleh nilai Risk Quotients lebih dari satu (RQ > 1) pada air minum (RQ = 3,1151) dan pada ikan (RQ = 3,4245). Dengan demikian konsumsi air sungai dan ikan, berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan pada masyarakat disekitar pertambangan emas skala kecil. Nilai RQ sayuran lebih kecil dari 1 (RQ = 0,015), dengan demikian sayuran masih aman untuk dikonsumsi.
Indonesia has ratified the Minamata Convention on 13 September 2017, and the Convention came into force on 16 August 2017. Artisanal small-scale gold mining (ASGM) is quite massive and concerning, particularly along the Batang Hari River Basin (DAS) which is the second largest basin in Indonesia. Mercury in gold mining activities is used as a binder and can be a pollutant in the environment because it is toxic. Problems arise from ASGM activity is mercury waste directly disposed to the environment is toxic and can increase public health risk. This study aims to aims to predict non carcinogenic health risks in the community caused by mercury exposure in Kecamatan Muara Bulian Batanghari Regency of Jambi Province. This research is analytical descriptive method using environmental health risk analysis and using quantitative approach. Samples taken are environmental samples, including: river water samples, soil, fish and vegetables. Laboratory results obtained average levels of mercury in river water Batang Hari, clean water, vegetables, fish, and soil respectively of 0.00831 ppm; 0,00005 ppm; 0.00089 ppm; 0.00013 ppm; and 0,00600 ppm. Anthropometric measurements were performed on 77 respondents through questionnaires. Health risk calculation results obtained Risk Quotients value more than one (RQ> 1) in drinking water (RQ = 3.1151) and on fish (RQ = 3.4245). Thus the consumption of river water and fish, has the potential to cause health problems in communities around small-scale gold mining. The value of vegetable RQ is less than 1 (RQ = 0.015), thus vegetables are still safe for consumption.
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2018
T50814
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zakiah Dianah
Abstrak :
Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak yang berdampak padafungsi kognitif jangka panjang dan dapat menyebabkan 20 kematian anak balita. Sanitasi menjadi salah satu faktor yang berhubungan dengan stunting. Provinsi Kalimantan Barat mempunyai capaian yang buruk untuk akses sanitasi dasar yaitu55,55. Tujuan penelitian: menganalisis faktor yang berkontribusi terhadap stunting pada baduta di wilayah PKGBM Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat Provinsi Kalimantan Barat. Desain penelitian: cross sectional menggunakan data sekunder dengan jumlah sampel 375 baduta dan dianalisis dengan regresi logistik multivariat. Hasil penelitian didapatkan hubungan signifikan antara kasus stunting dengan akses sanitasi dasar 2,24; 1,39 ndash; 3,59 dan berat lahir anak 4,88; 2,51 ndash; 9,51. Faktor lain yang berhubungan yaitu Cuci Tangan Pakai Sabun CTPS 1,66; 0,90 ndash;3,06, infeksi cacing 1,38; 0,74 ndash; 2,58, diare 1,32; 0,83 ndash; 2,10, ISPA 1,44; 0,86 ndash;2,43, dan kunjungan ke Posyandu 1,40; 0,75 ndash; 2,59. Model akhir dari penelitian ini adalah akses sanitasi dasar, berat lahir anak, dan CTPS berkontribusi terhadap stunting.
Stunting is child growth and development disorder which has irreversible long termimpact and causing 20 of children mortality. Sanitation is one of many factorsassociated with stunting. West Kalimantan Province has poor achievement in basicsanitation access which is 55,55. The objective of the study was to analyze factors thatcontribute in stunting in children aged 6 23 months on community health based andnutrition program in West Kalimantan. The study design was cross sectional usingsecondary data of 375 toddler then analyzed in multivariate logistic regression. This study found the prevalence of stunting was 33,1. There was significant associationbetween stunting and basic sanitation access 2,24 1,39 ndash 3,59 and birth weight 4,88 2,51 ndash 9,51. Other factors associated with stunting were handwashing with soap 1,66 0,90 ndash 3,06, worm infections 1,38 0,74 ndash 2,58, diarrhea 1,32 0,83 ndash 2,10, acuterespiratory tract infection 1,44 0,86 ndash 2,43, and Posyandu visit 1,40 0,75 ndash 2,59. Our final model revealed that basic sanitation access, birth weight, and handwashingwith soap had contribution in stunting.
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Iskandar
Abstrak :
Penyakit infeksi seperti diare dapat menyebar melalui transmisi oral fecal. Menurut WHO, lebih dari 1,4 juta anak di bawah usia lima tahun di seluruh dunia meninggal akibat penyakit diare dapat dicegah dan diperkirakan bahwa 88% dari kasus-kasus ini terkait dengan air yang tidak aman atau sanitasi yang buruk. Di wilayah Asia Tenggara, hampir 48% atau diperkirakan 3.070.000 kematian setiap tahun yang dikaitkan dengan infeksi saluran pernapasan akut dan penyakit diare dengan beban tertinggi penyakit diare di lima negara: Bangladesh, India, Indonesia, Myanmar, dan Nepal di mana penyakit ini menyebabkan 60.000 kematian setiap tahunnya. Tujuan dalam penelitian ini untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) terhadap kejadian diare pada balita di Kabupaten Tebo Provinsi Jambi Indonesia tahun 2017. Dalam penelitian ini menggunakan analisis cross sectional. Data variabel mengenai sarana pembuangan tinja, jarak sumber air dengan tangki septik, kebiasaan membuang tinja balita, cuci tangan pakai sabun, sumber air minum, pengelolaan air minum, penyimpanan air minum, pengelolaan sampah rumah tangga, pengelolaan limbah cair rumah tangga dan pendidikan ibu di kumpulkan dengan wawancara dan observasi serta dikategorikan dan disaring dengan chi square. Hasil dalam penelitian ini didapat enam variabel dengan nilai p < 0,25 yang masuk kedalam analisis regresi logistik yang menghasilkan 2 variabel yang signifikan dengan nilai p < 0,05 (kebiasaan ibu membuang tinja anak balitanya dan cuci tangan pakai sabun). Uji regresi logistik di dapatkan kebiasaan membuang tinja anak (OR) 1,59 dan cuci tangan pakai sabun (OR) 1,48. Studi ini memyimpulkan bahwa kebiasaan ibu membuang tinja anak balitanya secara sembarangan dan aktivitas cuci tangan pakai sabun yang tidak memenuhi syarat mempunyai pengaruh terhadap terjadinya diare. ......Infectious diseases such as diarrhea can spread through fecal oral transmission. According to WHO, more than 1.4 million children under the age of five worldwide die from diarrheal diseases can be prevented and it is estimated that 88% of these cases are related to unsafe water or poor sanitation. In the Southeast Asian region, almost 48% or an estimated 3.070,000 deaths each year are associated with acute respiratory infections and diarrheal diseases with the highest burden of diarrheal disease in five countries: Bangladesh, India, Indonesia, Myanmar and Nepal where the disease causes 60,000 deaths every year. The purpose of this study was to analyze the effect of total community-based sanitation factors (STBM) on the incidence of diarrhea in infants in Tebo Regency, Jambi Province, Indonesia in 2017. In this study using cross sectional analysis. Variable data regarding facilities for disposal of feces, distance of water sources with septic tanks, habits of removing toddler stools, hand washing with soap, drinking water sources, management of drinking water, storage of drinking water, household waste management, household wastewater management and maternal education in collect by interview and observation and categorized and filtered by chi square. The results in this study obtained six variables with a value of p <0.25 which entered the logistic regression analysis which produced 2 significant variables with a value of p <0.05 (the habit of the mother throwing away the feces of her toddler and washing hands with soap). The logistic regression test was given the habit of disposing of stool (OR) 1.59 and hand washing with soap (OR) 1.48. This study concluded that the habit of the mother throwing her toddler`s stool at random and handwashing with soap that did not meet the requirements had an influence on the occurrence of diarrhea.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53955
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maisa Weli
Abstrak :
Pendahuluan: Benzo(a)pyrene merupakan salah satu golongan PAH yangdiklasifikasikan sebagai senyawa yang bersifat karsinogen (probably carcinogenic)pada manusia dan hewan. Setelah terpajanan, benzo(a)pyrene yang masuk kedalamtubuh manusia melalui jalur inhalasi, langsung terabsorpsi didalam tubuh danterdistribusi dalam paru, kulit dan hati, lalu berikatan dengan DNA, RNA dan protein. Setelah memasuki tubuh manusia dan biotransformasi, Benzo(a)pyrene diekskresikan dalam bentuk metabolit terhidroksilasi dalam urin atau feses. 1-hydroxypyrene (1-OHP) dalam urin merupakan metabolit yang paling umum digunakan sebagai biomarker pajanan dari senyawa benzo(a)pyrene. Pengukuran konsentrasi benzo(a)pyrene dilakukan pada tiga titik di setiap sekolah menggunakan sorben tube dengan filter charcoal, dan dianalisis menggunakan metode fluoresensi. Analisis 1-hydroxypyrene dalam urin dilakukan menggunakan HPLC dengan detektor fluoresensi. Tujuan: untuk melihat hubungan paparan benzo(a)pyrene terhadap konsentrasi 1-hydroxypyrene pada urin. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional, sampel dalam penelitian ini berjumlah 76 orang, pembagian sampel di buat secara probability proportional to size (PPS), pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Hasil: Rata-rata konsentrasi BaP di udara indoor sekolah dasar negeri di sekitar ruas jalan utama Jakarta Barat sebesar 0,0059 mg/m3, dan rata-rata konsentrasi BaP di udara outdoor yaitu 0,0031 mg/m3. Rata-rata konsentrasi BaP di udara indoor pada sekolah terpajan tinggi yaitu 5,6 kali lebih tinggi (0,0102 mg/m3) di bandingkan sekolah yang terpajan terpajan rendah (0,0018 mg/m3). Rata-rata konsentrasi 1-OHP pada urin siswa sekolah dasar negeri di sekitar ruas jalan utama Jakarta Barat adalah 12,146 μmol/mol kreatinin. Rata-rata konsentrasi 1-OHP pada urin siswa sekolah terpajan tinggi 1,2 kali lebih besar (13,363 μmol/mol kreatinin) di bandingkan sekolah terpajan rendah (10,929 μmol/mol kreatinin). Kesimpulan: Hubungan pajanan BaP di udara indooor terhadap konsentrasi 1-OHP pada urin siswa berpola positif dimana terdapat korelasi positif antara pajanan BaP di udara indoor terhadap peningkatan konsentrasi 1-OHP pada urin siswa (r=0,229) artinya semakin tinggi pajanan BaP di udara indoor maka semakin tinggi konsentrasi 1-OHP pada urin siswa. Hasil uji statistik menjelaskan ada hubungan yang signifikan antara pajanan BaP di udara indoor dengan konsentrasi 1-OHP pada urin siswa (p=0,046). ...... Introduction: Benzo(a)pyrene is a class of PAH which is classified as a carcinogenic compound (probably carcinogenic) in humans and animals. After exposure, benzo(a)pyrene which enters the human body through inhalation pathways, is directly absorbed in the body and distributed in the lungs, skin, and liver, then binds to DNA, RNA, and protein. After entering the human body and biotransformation, benzo(a)pyrene is excreted in the form of hydroxylated metabolites in urine or feces. 1-hydroxypyrene (1-OHP) in urine is the most common metabolite used as exposure biomarkers of benzo(a)pyrene compounds. Benzo(a)pyrene concentration measurements were carried out at three points in each school using tube sorbents with charcoal filters and analyzed using the fluorescence method. Analysis of 1-hydroxypyrene in urine is carried out using HPLC with a fluorescence detector. Objective: To see the relationship of exposure to benzo(a)pyrene to urine 1-hydroxypyrene concentration. Method: This study is a quantitative study with a crosssectional design, the sample in this study amounted to 76 people, the sample distribution was made by probability proportional to size (PPS), the sampling used purposive sampling. Results: The average BaP concentration in the indoor air of public elementary schools around the West Jakarta's main road segment is 0.0059 mg/m3, and the average BaP concentration in outdoor air is 0.0031 mg/m3. The average BaP concentration in indoor air in high exposed schools is 5.6 times higher (0.0102 mg/m3) compared to schools exposed to a low exposure (0.0018 mg/m3). The average 1-OHP concentration in the urine of public elementary school students around the West Jakarta main road segment is 12.146 μmol/mol creatinine. The average concentration of 1-OHP in the urine of high-exposed school students was 1.2 times greater (13,363 μmol/mol creatinine) compared to low-exposed schools (10,929 μmol/mol creatinine). Conclusion: The relationship of BaP exposure in indoor air to the concentration of 1-OHP in the urine of students was positively patterned where there was a positive correlation between BaP exposure in indoor air to an increase in 1-OHP concentration in the urine of students (r = 0.229) meaning higher exposure to indoor air the higher the concentration of 1-OHP in the urine of students. The results of the statistical test explained that there was a significant relationship between exposure to BaP in indoor air and the concentration of 1-OHP in the urine of students (p = 0.046).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisrinah
Abstrak :
Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Akibat Pajanan Benzo a pyrene Pada Proses Pengasapan Ikan (Kajian Dampak Benzo[a]pyrene Pada Pekerja Industry Ikan Asap Di Bandarharjo, Semarang
Depok: Universitas Indonesia. Sekolah Kajian Stratejik dan Global, 2019
T51748
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>