Latar belakang: Riset Kesehatan Dasar 2018 menemukan bahwa 38/10.000 penduduk Indonesia berusia >15 tahun menderita penyakit ginjal kronis (PGK). Morbiditas dan mortalitas utama pada penderita PGK disebabkan karena sindrom kardiorenal tipe 4. Toksin urea pada penderita PGK dapat menyebabkan inflamasi sistemis serta perburukkan stres oksidatif, mengakibatkan disfungsi endotel dan aterosklerosis yang bisa berujung pada penyakit kardiovaskuler. Sejumlah studi menemukan bahwa simvastatin memiliki efek antiinflamasi dan antioksidan yang ditunjukkan dengan penurunan malondialdehid (MDA), penanda tidak langsung inflamasi dan stres oksidatif.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian simvastatin dan pengaruhnya terhadap stres oksidatif pada tikus model PGK melalui pengamatan kadar MDA di jantung dan serum.
Metode: Tikus Sprague-Dawley (n=12) dibagi secara acak menjadi 3 kelompok: kelompok sham (S), model PGK melalui metode 5/6 nefrektomi (N), dan model PGK dengan pemberian simvastatin 10 mg/kgBB selama 4 minggu (NS). Pengukuran kadar MDA jantung dan serum dilakukan melalui Thiobarbituric Acid Reactive Substance Assay. Data selanjutnya diolah melalui uji One-Way Anova.
Hasil: Ditemukan rerata kadar MDA jantung sebagai berikut: S=1,3708 nmol/mg protein; NS=1,2574 nmol/mg protein; dan N=0,4129 nmol/mg protein. Ditemukan rerata kadar MDA serum sebagai berikut: NS=1,5924 nmol/ml; N=1,2667 nmol/ml; dan S=1,2171 nmol/ml. Temuan pada penelitian ini bertentangan dengan teori yang sudah ada. Meski demikian, perbedaan kadar MDA antarkelompok pada penelitian ini tidak bermakna secara statistik (p>0,05).
Simpulan: Tidak terdapat perbedaan kadar MDA yang bermakna secara statistik baik pada kelompok S, kelompok N, dan kelompok NS.
Introduction: Riset Kesehatan Dasar 2018 found that 38/10.000 Indonesian population aged >15 years were suffering from Chronic Kidney Disease (CKD). CKD patients’ morbidity and mortality are majorly caused by type 4 cardiorenal syndrome. Urea toxin in CKD patients can cause systemic inflammation and oxidative stress, causing endothelial dysfunction and atherosclerosis that can lead to cardiovascular diseases. Several studies found that simvastatin had antiinflammatory and antioxidant effects, shown by the reduction of malondyaldehyde (MDA), an indirect inflammatory and oxidative stress marker.
Objective: This research aims to determine the effects of simvastatin administration on oxidative stress in CKD rat model by measuring cardiac and serum MDA levels.
Method: Sprague-Dawley rats (n=12) were randomly divided into 3 groups: sham (S), CKD model by 5/6 nephrectomy (N), and CKD model with 10 mg/kgBB simvastatin administration for 4 weeks (NS). Cardiac and serum MDA levels were measured using Thiobarbituric Acid Reactive Substance Assay. Data collected were analyzed using One-Way Anova test.
Results: The average cardiac MDA levels found were as followed: S=1.3708 nmol/mg protein; NS=1.2754 nmol/mg protein; and N=0.4129 nmol/mg protein. The average serum MDA levels found were as followed: NS=1.5924 nmol/ml; N=1.2667 nmol/ml; and S=1.2171 nmol/ml. These findings contradict existing theories. However, the differences among treatments and MDA levels are not statistically significant (p>0.05).
Conclusion: There isn’t statistically significant difference among the MDA levels in the S, the N, and the NS group
"Latar belakang:Penyebab utama kematian pasien penyakit ginjal kronis (PGK) adalah penyakit kardiovaskular. Stres oksidatif merupakan mediator dalam patogenesis sindrom kardiorenal. Terapi kombinasi penghambat reseptor angiotensin dan statin dapat dipertimbangkan dalam manajemen pasien PGK karena pendekatannya berbeda dalam menekan stres oksidatif.
Tujuan:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek irbesartan dan simvastatin terhadap penurunan stres oksidatif melalui pengamatan kadar malondialdehid (MDA) jantung dan serum tikus PGK.
Metode:Penelitian ini menggunakan jantung dan serum tersimpan dari tikus jantan galur Sprague-Dawley yang telah diberikan perlakuan pada penelitian sebelumnya. Terdapat 3 kelompok yakni kontrol normal (sham; n=4), nefrektomi 5/6 (Nx; n=4), dan nefrektomi 5/6 + terapi irbesartan 20mg/kgBB/hari dan simvastatin 10mg/kgBB/hari selama 4 minggu (Nx + Ir-Si; n=4). Kadar MDA sampel jantung dan serum tersimpan diukur dengan metode TBARS. Data dianalisis dengan SPSS menggunakan uji One-Way Anova. Nilai p ≤0.05 dianggap bermakna secara statistik.
Hasil:Pemberian irbesartan 20mg/kgBB/hari dan simvastatin 10mg/kgBB/hari selama 4 minggu menyebabkan kadar MDA yang cenderung meningkat namun tidak bermakna pada organ jantung (p=0,069) dan serum (p=0,091) tikus PGK.
Simpulan:Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok tikus PGK yang diberi terapi kombinasi irbesartan dan simvastatin dengan kelompok tikus PGK tanpa terapi terhadap hasil rerata kadar MDA jantung dan serum tikus.
Background:Cardiovascular disease is the main cause of mortality in chronic kidney disease(CKD). Oxidative stress is one of the mediators in cardiorenal syndrome. Combined angiotensin-receptor blockers and statins can be considered in CKDmanagement.
Purpose:This study aims to determine the effect of irbesartan-simvastatin on reducing oxidative stress by observing malondialdehyde (MDA)levels in the heart and serum of CKD rats model.
Methods:This study uses stored heart tissue and serum from male Sprague-Dawley rats, those had been given treatment in previous study. There are 3 groups which are normal control (sham; n=4), untreated 5/6 nephrectomy (Nx; n=4), and 5/6 nephrectomy + irbesartan 20mg/kgBW/day and simvastatin 10mg/kgBW/day (Nx + Ir-Si; n=4).MDAlevels were measured using TBARS methods. Data were analyzed with SPSSusing One-Way Anova test. p value ≤0.05 is considered statistically significant.
Results:Combined therapy of irbesartan 20mg/kgBW/day and simvastatin 10mg/kgBW/day for 4 weeks caused a tendency in malondialdehyde levels to increase but not statistically significant in heart (p=0.069) and serum (p=0.091)of CKD rats model.
Conclusion:There were no significant differences between group of CKD rats with combined therapy of irbesartan-simvastatin and group of CKD rats without therapy on the MDA levels in heart and serum.
"Pendahuluan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari hasil kombinasi pada terapi hipertensi antara terapi konvensional dan terapi herbal, masing-masing antara captopril dan Apium graveolens. Tren tekanan darah dan status oksidatif malondialdehyde dan katalase pada jaringan jantung diamati. Metode: Penelitian ini merupakan studi lanjutan dari penelitian sebelumnya tentang farmakokinetik dan farmakodinamik terapi kombinasi captopril dan Apium graveolens. Data diperoleh dengan menggunakan jaringan jantung tikus Sprague-Dawley yang telah diberikan NaCl 4% secara oral sekali sehari selama 46 hari. Data dibagi menjadi lima kelompok dengan dua kelompok kontrol; kelompok normal dan kelompok negatif dan tiga kelompok perlakuan; Kelompok perlakuan kaptopril 1,25 mg, kaptopril 1,25 mg dengan ekstrak seledri, dan captopril 2,5 mg dengan ekstrak seledri. Pengukuran tingkat katalase dan malondialdehid diamati menggunakan nilai absorbansi dan uji asam thiobarbituric (TBA) pada nilai protein melalui standar Bovine Serum Albumin. Ini dihitung dengan Paket Statistik untuk Ilmu Sosial (SPSS). Hasil: Kecenderungan perubahan tekanan darah yang diamati pada hari ke-46 menunjukkan hasil serupa pada hari terakhir antara terapi kombinasi dan terapi kaptopril pada hipertensi. Pada pengukuran malondialdehid dan katalase, tidak ada perbedaan yang signifikan dalam terapi kombinasi dan terapi konvensional pada tingkat stres oksidatif. Kesimpulan: Tidak ada pengurangan yang cukup pada tingkat katalase dan malondialdehid pada jaringan jantung antara semua kelompok yang diamati. Dengan demikian terapi kombinasi relatif aman pada jaringan jantung tikus dalam penelitian ini dan memiliki hasil yang serupa pada hasil akhir tren penurunan tekanan darah.
Kata Kunci:
Hypertension, Rat’s Heart, Apium graveolens, Captopril, Catalase, Malondialdehyde
Introduction: The aim of this research is to study the combination outcome on hypertension therapy between conventional therapy and herbal therapy, respectively between captopril and Apium graveolens. Blood pressure trend and the oxidative level status of malondialdehyde and catalase on cardiac’s tissue is being observed. Method: The study is a continuation study from previous research on pharmacokinetic and pharmacodynamic of captopril and Apium graveolens combination therapy. The data obtain using Sprague-Dawley rat’s cardiac tissue that has been given NaCl 4 % orally once daily for 46th days. The data is divided into five groups with two control group; normal group and negative group and three treatment group; captopril 1,25mg treatment group, captopril 1,25mg with celery extract, and captopril 2,5mg with celery extract. Catalase and malondialdehyde level measurement is observed using the absorbance value and the thiobarbituric acid assay (TBA) on protein value through the bovine serum albumin standard. The is calculated with Statistical Package for the Social Sciences (SPSS). Results: The trend on Blood pressure changes observed in 46th days show similiar outome on the last day between the combination therapy and captopril therapy on hypertension. On malondialdehyde and catalase measurement, is no valueable differences in combination therapy and conventional therapy on oxidative stress level. Conclusion: There is no sufficient reduction on catalase and malondialdehyde level on the cardiac tissue between all group observed. Thus the combination therapy is relatively safe on the rat’s cardiac tissue in this research and has similiar outcome on blood pressure decrement trend.
"