Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Laviesta Meitriana Ofisya
"Apoteker merupakan profesi dalam bidang kesehatan yang memiliki ruang lingkup pekerjaan yang sangat luas. Apoteker dapat bekerja di industri farmasi, pelayanan (apotek, rumah sakit), pemerintahan, dan juga Pedagang Besar Farmasi (PBF). Praktik Kerja memberikan gambaran dan pengalaman di dunia kerja. Pengamatan secara langsung mengenai kegiatan yang ada di setiap departemen (Produksi, Quality Control, dan Quality Assurance) dilakukan pada praktik kerja di industri farmasi, Apoteker juga dilatih untuk menganalisis berbagai masalah yang terjadi dan mengidentifikasi penyelesaiannya. Pada praktik kerja di PBF, apoteker diperlihatkan secara garis besar mengenai pekerjaan yang ada di setiap departemen dan ditugaskan untuk membuat proyek inovasi. Pada praktik kerja di apotek, apoteker melakukan pelayanan kefarmasian. Apoteker ditugaskan untuk melakukan skrining resep, penyiapan resep, dan disertai dengan konseling ke pasien. Skrining resep dilakukan untuk mencegah atau meminimalisir terjadinya medication error.

Pharmacist is a profession in the field of health that has a very wide scope of work. Pharmacist can work in the pharmaceutical industry, health services (pharmacies, hospitals), government and also pharmaceutical distributor. Internship provide an overview and experience in the world of work. Direct observations about the activities in each department (Production, Quality Control, dan Quality Assurance) are occurred during internship at the pharmaceutical industry. Pharmacist also learnt how to analyze many problems that happened and have to identified the closure. During internship at the pharmaceutical distributors, pharmacist was shown every department’s responsibility in general and had to make an innovation project. During internship at pharmacy, pharmacists did any pharmaceutical services. Pharmacist had to do prescription screening, prescription services, which be given with counselling. Prescription screening was done to prevent or minimize the occurrence of medication error."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Prasanti Aristawati
"ABSTRAK
Meloksikam merupakan obat golongan NSAID yang memiliki selektivitas penghambatan terhadap siklooksigenase-2 (COX-2) dan digunakan untuk pengobatan osteoartritis, rheumatoid artritis, ankylosing spondylitis, serta berbagai sindrom nyeri skeletomuskular. Meloksikam dalam bentuk sediaan per oral banyak dijumpai di pasaran. Namun demikian, bentuk sediaan per oral memiliki keterbatasan dalam praktik klinisnya, seperti masalah kepatuhan pasien dan bioavailabilitas obat di dalam tubuh. Oleh karena itu, diperlukan strategi formulasi untuk menghantarkan meloksikam secara transdermal dengan tujuan untuk mengatasi permasalahan kepatuhan pasien serta mengurangi risiko obat mengalami degradasi oleh metabolisme lintas pertama yang ditemukan pada rute per oral. Selain itu, penghantaran transdermal juga bersifat tidak invasif layaknya sediaan parenteral, sehingga nyaman diaplikasikan oleh pasien. Ulasan ini akan berfokus mengenai berbagai penelitian strategi formulasi terkini yang telah dilakukan selama dua tahun terakhir, ditambah dengan data-data pendukung dari penelitian selama empat belas tahun terakhir (2006-2020) untuk menghantarkan meloksikam secara transdermal. Strategi formulasi tersebut mencakup mikroemulsi, transfersom, nanokristal, gel, dan patch transdermal. Pada ulasan ini juga dibahas faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas dari masing-masing formulasi untuk menghantarkan meloksikam secara transdermal berdasarkan hasil uji penetrasi secara in vitro.

ABSTRACT
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Atika
"Infeksi sistemik yang disebabkan oleh spesies kandida memiliki tingkat mortilitas tinggi. Spesies yang sering menginfeksi diantaranya adalah Candida albicans, Candida parapsilosis, Candida glabrata, Candida tropicalis, dan Candida krusei. Saat ini, telah banyak ditemukan beberapa kasus resistensi dalam pengobatan infeksi kandida. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan alternatif pengobatan baru. Bahan alam dikenal sebagai alternatif pengobatan yang potensial karena efek toksik rendah dan sumbernya yang melimpah. Minyak atsiri Pala (Myristica fragrans Houtt.).merupakan salah satu bahan alam yang telah diketahui memiliki aktivitas antikandida Namun, mekanisme penghambatannya belum ditemukan. Dalam ulasan ini, kami mencoba mengkaji mekanisme penghambatan minyak atsiri Pala terhadap Candida sp. berdasarkan kandungan kimianya dan dibandingkan dengan obat antikandida yang sudah ada. Selain itu, juga akan dibahas beberapa metodologi yang dapat digunakan untuk pengujiannya berdasarkan studi literatur. Dari hasil ulasan ini, didapatkan beberapa kandungan kimia minyak atsiri Pala yang memiliki potensi penghambatan terhadap Candida sp. yaitu, α-pinene, β-pinene, terpinen-4-ol, dan limonene. Komponen kimia yang terkandung dalam minyak atsiri Pala (Myristica fragrans Houtt.) menunjukan bahwa minyak atsiri ini berpotensi sebagai antikandida dengan multitarget. Namun, untuk memgonfirmasi potensi tersebut diperlukan studi lebih lanjut menggunakan beberapa metode diantaranya kuantifikasi biomassa sel dengan pengujian kristal violet, pengujian akivitas mitikondria dengan MTT, identifikasi potensi penghambatan dengan Time Addition Assay, observasi kerusakan permukaan sel menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM), kuantifikasi gen menggunakan qPCR, identifikasi protein responsif, dan pengujian efek inhibisi di bawah tekanan osmotik.

Systemic infections caused by candida species have a high mortality rate. Species that often infect them are Candida albicans, Candida parapsilosis, Candida glabrata, Candida tropicalis, and Candida krusei. At present, there have been many cases of resistance found in the treatment of candida infections. To overcome this problem, we needed new alternative treatments. Natural products already known as potential alternative treatment because of their low toxic effect and exist abundantly. Nutmeg essential oil (Myristica fragrans Houtt.) is one of the natural ingredients that has known to have anticandida activity. However, the mechanism of inhibition has not found. In this review, we try to examine the inhibition mechanism of Nutmeg essential oil against Candida sp. based on its chemical content and compare with commercial anticandida. Also, several methodologies that can use for testing are based on literature studies as well. From the results of this review, it has found that some of the chemical content of nutmeg essential oil has the potential as anticandida. There are α-pinene, β-pinene, terpinen-4-ol, and limonene. The chemical components contained in Nutmeg essential oil (Myristica fragrans Houtt.) show that this essential oil has the potential to be a multitarget anticandida. However, to confirm this potential, further studies are needed. There are several methods can be used including quantification of cell biomass with crystal violet assay, testing of mitochondrial activity with MTT assay, identification of inhibitory potential with Time Addition Assay, observation of cell surface damage using Scanning Electron Microscopy (SEM), quantification of genes using qPCR, identification of responsive proteins, and testing inhibitory effect under osmotic pressure.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abrarriani Euis Kartika
"Sistem penghantaran obat secara transdermal memungkinkan obat untuk menembus kulit hingga dapat masuk ke dalam sirkulasi sistemik untuk memberikan efek terapeutik bagi tubuh. Penetrasi obat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya ialah status hidrasi kulit yakni kondisi kadar air pada kulit. Perubahan hidrasi kulit dapat mengubah sifat komponen lipid dan keratin stratum korneum yang mempengaruhi masuknya obat transdermal melalui kulit. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh perbedaan waktu dan medium hidrasi kulit terhadap penetrasi obat senyawa model Transetosom-Diflunisal. Transetosom-Diflunisal dibuat dengan metode hidrasi lapis tipis. Uji penetrasi obat dilakukan secara in vitro menggunakan sel difusi Franz (SDF) dengan membran kulit tikus yang direndam dalam medium perendaman dapar fosfat pH 7,4 atau NaCl 0,9% selama 30 menit, 2 jam, dan 24 jam, serta dengan membran kulit tikus yang tidak dilakukan perendaman. Hasil jumlah kumulatif obat terpentrasi dan tingkat penetrasi (fluks) obat yang diperoleh cukup berbeda berdasarkan waktu dan medium hidrasi kulit yang berbeda pula, dimana tiap medium hidrasi memiliki waktu perendaman optimal yang berbeda. Berdasarkan penelitian, hasil uji penetrasi Transetosom-Diflunisal paling optimal ditunjukkan oleh membran kulit tikus yang direndam dalam dapar fosfat pH 7,4 selama 2 jam dengan tingkat penetrasi (fluks) sebesar 163,53±50,59 μg/cm².jam. Waktu dan medium perendaman membran kulit dalam dapar fosfat pH 7,4 selama 2 jam ini dapat menjadi acuan validasi metode pada uji penetrasi sel difusi Franz untuk menggambarkan kondisi hidrasi kulit yang optimal.

The transdermal drug delivery system allows the drug to penetrate the skin and enter the systemic circulation to exert a therapeutic effect on the body. Drug penetration is influenced by several factors, one of which is the hydration status of the skin, namely the condition of the water content in the skin. Changes in skin hydration can change the properties of the lipid and keratin components of the stratum corneum which affect transdermal drug entry through the skin. This study was conducted to examine the effect of differences in skin hydration time and medium on drug penetration of the Transethosome-Diflunisal model compound. Transethosome-Diflunisal were prepared by the thin layer hydration method. Drug penetration test is carried out in vitro used Franz diffusion cells (SDF) with rat skin membranes immersed in phosphate buffer pH 7.4 or 0.9% NaCl immersion medium for 30 minutes, 2 hours and 24 hours, as well as with rat skin membranes that were not soaked. The results of the cumulative amount of drug penetrated and the level of penetration (flux) of the drug obtained are quite different based on the different skin hydration times and mediums, where each hydration medium has a different optimal soaking time. Based on the research, the most optimal results of the Transethosome-Diflunisal penetration test were shown by the skin membranes of mice soaked in phosphate buffer pH 7.4 for 2 hours with a penetration rate (flux) of 163.53±50.59 μg/cm².hour. The time and medium for immersing the skin membrane in phosphate buffer pH 7.4 for 2 hours can be used as a reference for validating the method in the Franz diffusion cell penetration test to describe optimal skin hydration conditions."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Clara Amarissa
"Senyawa turunan 1,4-dihidropiridin dikembangkan hingga saat ini karena memiliki aktivitas yang cukup banyak diantaranya memberikan efek vasodilatasi otot polos dan jantung, antioksidan, antituberkulosis, antitumor, dan antimikroba. Senyawa turunan 1,4-dihidropiridin masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap gugus-gugus substituennya untuk memperoleh aktivitas yang optimal. Hal tersebut karena 1,4-dihidropiridin menunjukkan aktivitas antimikroba yang dapat meningkat dengan adanya substitusi aromatik pada C4 serta substitusi gugus penarik elektron pada C3 dan C5. Oleh karena itu dilakukan sintesis dan elusidasi senyawa turunan 1,4-dihidropiridin yang tersubstitusi gugus fenil dan fluorofenil pada posisi 4. Sintesis dilakukan dalam 2 tahap yaitu untuk menghasilkan senyawa pertama yaitu 4‐(4‐fluorofenil)‐2,6‐dimetil‐1,4‐dihidropiridin‐3,5‐dikarbaldehida dan senyawa kedua yaitu 2,6‐dimetil‐4‐fenil‐1,4‐dihidropiridin‐3,5‐dikarbaldehida. Sintesis tahap 1 melalui reaksi Hantzsch menggunakan metode refluks selama kurang lebih 4-5 jam. Monitoring reaksi menggunakan kromatografi lapis tipis. Pemurnian kedua senyawa dilakukan dengan kromatografi kolom dan rekristalisasi. Hasil elusidasi struktur menyatakan bahwa hasil sintesis tahap 1 senyawa pertama yaitu 3,5‐dietil 2,6‐dimetil‐4‐fenil‐1,4‐dihidropiridin‐3,5‐dikarboksilat dan senyawa kedua yaitu 3,5‐dietil 4‐(4‐fluorofenil)‐2,6‐dimetil‐1,4‐dihidropiridin‐3,5‐dikarboksilat. Nilai rendemen yang didapatkan dari senyawa pertama dan kedua berturut-turut yaitu 51,50 % dan 39,25%. Profil senyawa yang disintesis pada tahap pertama senyawa pertama yaitu serbuk putih kekuningan dengan titik lebur 150±2°C dan senyawa dua yaitu serbuk berwarna putih dengan titik lebur 158±2°C. Percobaan sintesis tahap 2 dilakukan dengan reaksi reduksi DIBAL-H dengan pelarut tetrahidrofuran dan diklorometana serta dilanjutkan percobaan dengan reduktor NaBH4. Senyawa tahap 2 dinyatakan tidak terbentuk karena profil elusidasi yang sama dengan senyawa tahap 1.

Compounds of 1,4-dihydropyridine derivatives were developed until now because they have quite a lot of activities including smooth muscle and heart vasodilation effects, antioxidants, antituberculosis, antitumor, and antimicrobial. The 1,4-dihydropyridine derivative compound still needs further research on its substituent groups to obtain optimal activity. This is because 1,4-dihydropyridine shows antimicrobial activity that can increase with aromatic substitution at C4 and substitution of electron-withdrawing groups at C3 and C5. Therefore, the synthesis and elucidation of 1,4-dihydropyridine derivative compounds substituted with phenyl and fluorophenyl groups at position 4 were carried out. The synthesis was carried out in 2 stages, to produce the first compound, namely 4-(4-fluorophenyl)-2,6-dimethyl-1,4-dihydropyridine-3,5-dicarbaldehyde and the second compound, namely 2,6-dimethyl-4-phenyl-1,4-dihydropyridine-3,5-dicarbaldehyde. Stage 1 synthesis via Hantzsch was reacted by reflux for 4-5 hours. The compound was monitored by thin-layer chromatography. Purification of both compounds was carried out by column chromatography and recrystallization. The results of structural elucidation stated that in stage 1 the first compound was 3,5-diethyl 2,6-dimethyl-4-phenyl-1,4-dihydropyridine-3,5-dicarboxylate and the second compound was 3,5-diethyl 4-(4-fluorophenyl)-2,6-dimethyl-1,4-dihydropyridine-3,5-dicarboxylate. The yield values obtained from the first and second compounds were 51,50% and 39,25%, respectively. The profile of the first compounds synthesized in the first stage was a yellowish white powder with a melting point of 150 ± 2°C and compound two was a white powder with a melting point of 158 ± 2°C. Stage 2 experiments were carried out with the reduction reaction of DIBAL-H with tetrahydrofuran and dichloromethane solvents and continued experiments with NaBH4 reductant. The stage 2 compound was declared not formed due to the same elucidation profile as the stage 1 compound."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rizky Shadrina
"Demam merupakan suatu respons fisiologis apabila terjadi peningkatan suhu tubuh di atas suhu tubuh normal seseorang. Demam dapat ditangani dengan pemberian parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik. Namun, telah diketahui bahwa parasetamol memiliki produk degradasi utama yaitu p-aminofenol yang bersifat toksik bagi tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh metode analisis simultan parasetamol dan p- aminofenol yang tervalidasi menggunakan KCKT dengan detektor UV-Vis serta mengetahui beyond use date (BUD) dari sirup parasetamol yang beredar di pasaran. Analisis pada penelitian ini menggunakan kolom YMC-Triart C-18, (250 mm x 4,6 mm, 5 μm), fase gerak metanol – dapar dinatrium hidrogen ortofosfat 0,01 M pH 5,0 (30:70), mode elusi isokratik, laju alir 1,0 mL/menit, panjang gelombang analisis 232 nm. Waktu retensi untuk parasetamol yaitu 5,460 menit dan waktu retensi p-aminofenol 3,436 menit. Pada penelitian ini koefisien korelasi parasetamol dan p-aminofenol secara berurutan sebesar 0,9995 dan 0,9993 yang menunjukkan hasil linearitas yang baik. Metode ini akurat dengan perolehan kembali 98,13-101,55% untuk parasetamol, 99,22-101,91% untuk p-aminofenol. Metode ini memenuhi parameter validasi yang dipersyaratkan oleh ICH Q2 (2005) dan Harmita (2015) sehingga dapat digunakan untuk menganalisis kadar dari sirup parasetamol. Penetapan BUD dilakukan dengan menganalisis kadar selama 38 hari dan ditetapkan melalui hasil perhitungan t90 untuk keseluruhan sampel yang diuji, yaitu mencapai 52 hari.

Fever is a physiological response when the body temperature is increased above normal. Fever can be treated by giving paracetamol as an analgesic and antipyretic. However, it is known to have the main degradation product, namely p-aminophenol, that is toxic to the body. This study aims to obtain a validated simultaneous analytical method of paracetamol and p-aminophenol using HPLC with UV-Vis detector and to determine the beyond use date (BUD) of paracetamol syrup that are sold on the market. The analysis of paracetamol and p-aminophenol was conducted using YMC-Triart C-18 (250 mm x 4.6 mm, 5 μm) column with a mobile phase of methanol – disodium hydrogen orthophosphate buffer 0.01 M pH 5.0 (30:70), isocratic elution mode, a flow rate of 1.0 mL/min with UV detection at 232 nm. The retention time for paracetamol was 5.460 minutes, while for p- aminophenol was 3.436 minutes. The correlation coefficient of paracetamol and p- aminophenol was 0.9995 and 0.9993, respectively, which indicated good linearity. This method was considered accurate with the recovery of 98.13-101.55% for paracetamol and 99.25-101.91% for p-aminophenol. This method meets the validation parameters required by ICH Q2 (2005) and Harmita (2015), and thus can be used to analyze the concentration of paracetamol syrup. Determination of BUD was carried out by analyzing the concentration amount for 38 days and determined through the results of the t90 calculation for the entire sample tested, which is 52 days."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Syahda Nariswari
"Penghantaran rifampisin secara intrapulmonal untuk pengobatan tuberkulosis diharapkan menghasilkan efek terapi yang lebih baik dibanding rute oral. Namun rifampisin memiliki kelarutan rendah dalam medium cairan paru. Pada penelitian sebelumnya, penambahan siklodekstrin terbukti dapat meningkatkan kelarutan dan disolusi rifampisin dari sediaan sebuk inhalasi. Namun, ukuran partikel serbuk inhalasi rifampisin-siklodekstrin tersebut belum memenuhi persyaratan untuk terdiposisi di paru. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan sediaan serbuk inhalasi rifampisin-siklodekstrin yang memiliki sifat aerodinamis yang baik dengan adanya penambahan l-leusin dan atau amonium bikarbonat, dengan mempertahankan kelarutan dan pelepasan obat yang baik dalam medium cairan prau-paru. Serbuk Inhalasi rifampisin-siklodekstrin 1:1 diformulasikan dengan leusin 30%, amonium bikarbonat 1,5% atau kombinasi keduanya dibuat dengan metode semprot kering. Serbuk yang diperoleh kemudian dikarakterisasi rendemen, kandungan lembab, sifat kristal, gugus fungsional, ukuran partikel geometris dan aerodinamis, serta kelarutan dan profil disolusinya dalam medium simulasi paru. Penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan kelarutan dan disolusi dengan adanya penambahan siklodekstrin didukung dengan hasil XRD dan FTIR yang menunjukkan adanya inklusi dan perubahan sifat kristal. Serbuk inhalasi rifampisin-siklodekstrin 1:1 yang dibuat secara semprot kering dengan penambahan leusin 30% dan AB 1,5% (F4) berhasil menghasilkan serbuk inhalasi dengan sifat aerodinamis yang lebih baik dibanding serbuk rifampisin-siklodekstrin, dengan rata-rata diameter aerodinamis 8,6 µm, FPF 30,28%, dan persentase serbuk teranalisis 36,86%. Formula F4 menunjukkan kelarutan 2,40 ± 0,56 mg/mL dalam aquademineralisata dan terdisolusi 56,26 ± 1,63 %, lebih tinggi 1,07 dan 1,68 kali dari rifampisin-siklodekstrin. Berdasarkan hasil tersebut penambahan leusin dan amonium bikarbonat dapat meningkatkan kelarutan, pelepasan obat, rendemen, dan sifat aerodinamis.

Intrapulmonary delivery of rifampicin for the treatment of tuberculosis is expected to produce a better therapeutic effect than the oral route. However, Rifampicin has low solubility in pulmonary fluid medium. In previous studies, the addition of cyclodextrin was proven to increase the solubility and dissolution of rifampicin from inhalation powder preparations. However, the particle size of the rifampicin-cyclodextrin inhaled powder did not meet the requirements for being deposited in the lungs. This study aims to produce a rifampicin-cyclodextrin inhaled powder that has good aerodynamic properties with the addition of l-leucine and/or ammonium bicarbonate, while maintaining good solubility and drug release in the lung fluid medium. Rifampicin-cyclodextrin Inhaled Powder 1:1 is formulated with 30% leucine, 1.5% ammonium bicarbonate or a combination of both prepared by the spray dry method. The powder obtained was then characterized by yield, moisture content, crystalline properties, functional groups, geometric and aerodynamic particle size, as well as solubility and dissolution profile in lung simulation medium. This study showed an increase in solubility and dissolution with the addition of cyclodextrin supported by XRD and FTIR results which showed inclusions and changes in crystal properties. Inhaled rifampicin-cyclodextrin powder 1:1 which was made by spray drying with the addition of 30% leucine and 1.5% AB (F4) succeeded in producing an inhalation powder with better aerodynamic properties than rifampicin-cyclodextrin powder, with an average aerodynamic diameter of 8.65µm, FPF 30.28%, and percentage of analysed powder 36.86%. Formula F4 showed a solubility of 2.40 ± 0.56 mg/mL in aquademineralisata and a dissolution of 56.26 ± 1.63%, 1.07 and 1.68 times higher than rifampicin-cyclodextrin, respectively. Based on these results, the addition of leucine and ammonium bicarbonate can increase the solubility, drug release, yield, and aerodynamic properties.

"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Solita Yuki
"Asam urat dapat dihasilkan melalui proses katalisasi oksidasi dari hipoxantin menjadi xantin dan juga melalui degradasi purin dengan bantuan xantin oksidase. Bila kadar asam urat melebihi batas normal maka dapat menyebabkan hiperurisemia yang merupakan faktor utama gout (pirai). Hal ini dapat dicegah dengan menginhibisi kerja xantin oksidase menggunakan inhibitor xantin oksidase. Penelitian ini dilakukan untuk menemukan kandidat inhibitor XO dari flavonoid dengan metode penapisan virtual menggunakan AutoDock Vina dalam PyRx. Hasil optimisasi parameter penapisan virtual diperoleh dengan menggunakan grid box 15Åx15Åx15Å dan exhaustiveness 8. Struktur kristalografi target makromolekul diperoleh dari RSCB PDB dengan ID 2E1Q. Berdasarkan hasil penapisan virtual diperoleh sepuluh senyawa ligan uji dengan energi ikatan terendah, antara lain: 7,4'-dihydroxyflavone, apigenin, geraldone, chrysin, 7,3',4'-trihydroxyflavone, luteolin, baicalein, 6-hydroxyluteolin, pseudobaptigenin, dan scutellarein. Sepuluh senyawa tersebut memiliki energi ikatan antara -9,9 hingga -10,8 kkal/mol dibandingkan dengan kontrol positif allopurinol (-6,9 kkal/mol), oxypurinol (-7,2 kkal/mol), febuxostat (-8,2 kkal/mol), dan topiroxostat (-8,6 kkal/mol). Hasil tersebut mengindikasikan bahwa sepuluh senyawa tersebut memiliki potensi sebagai inhibitor XO.

Uric acid can be produced through the oxidation catalysis process from hypoxanthine to xanthine and also through purine degradation catalyzed by xanthine oxidase. When uric acid levels exceeding normal limits, hyperuricemia, which is a major factor in gout, could be developed. This can be prevented by inhibiting the action of xanthine oxidase using xanthine oxidase inhibitors. The study was conducted to find XO inhibitor candidates from flavonoids by virtual screening methods using Vina AutoDock in PyRx. Optimization results of virtual screening parameters were obtained using a 15Åx15Åx15Å grid box and exhaustiveness 8. The crystallographic structure of the macromolecular target was obtained from RSCB PDB with ID 2E1Q. Ten compounds were obtained from virtual screening result based on their binding energy, including: 7,4'-dihydroxyflavone, apigenin, geraldone, chrysin, 7,3',4'-trihydroxyflavone, luteolin, baicalein, 6-hydroxyluteolin, pseudobaptigenin, and scutellarein. The ten compounds have binding energy of -9,9 to -10,8 kcal / mol compared with positive control of allopurinol (-6,9 kcal/mol), oxypurinol (-7,2 kcal/mol), febuxostat (-8, 2 kcal/mol), and topiroxostat (-8,6 kcal/mol). These results indicate that the ten compounds have potential to be developed as XO inhibitors."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avira Tri Cahyani
"Hipertensi merupakan kondisi patologis ketika tekanan darah terlalu tinggi yang di atas normal. Diperkirakan 13 miliar orang menderita hipertensi dan penyakit ini menjadi salah satu penyebab utama kematian dini di seluruh dunia. Angiotensin Converting Enzyme (ACE) memiliki peran penting dalam pengaturan tekanan darah arteri. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) merupakan salah satu lini pertama untuk pengobatan hipertensi. Obat ini dapat menginhibisi ACE yang memecah angiotensin I untuk membentuk vasokonstriktor poten angiotensin II. Penelitian dilakukan dengan metode penapisan virtual menggunakan AutoDock Vina yang terdapat dalam PyRx untuk mencari kandidat ACEI yang berasal dari senyawa bahan alam flavonoid. Flavonoid telah diketahui bertindak sebagai komponen dalam diet yang efektif dalam menghambat ACE. Flavonoid, terutama glikosidanya, merupakan fitokimia yang paling vital dalam diet dan sangat menarik karena diketahui bioaktivitasnya yang beragam. Struktur kristalografi target makromolekul diperoleh dari pangkalan data PDB (PDB ID: 1O86). Optimasi dilakukan dengan ukuran grid box yang divariasikan serta ion Zn2+, Cl- & 6 molekul air yang dipertahankan terhadap makromolekul. Berdasarkan hasil penapisan virtual, didapatkan 10 senyawa bioaktif peringkat teratas diantaranya yaitu epigallocatechin 3-O-gallate-7-O-glucoside-4-O-glucuronide, theaflavin 3-O-gallate, theaflavin 3,3-O-digallate, eriocitrin atau eriodictyol 7-O-rutinoside, luteolin 7-O-diglucuronide, malvidin 3-O-(6-caffeoyl-glucoside), narirutin 4-O-glucoside, quercetin 3,4-O-diglucoside, peonidin 3-O-(6-p-coumaroyl-glucoside) dan delphinidin 3-O-glucosyl-glucoside. Senyawa tersebut menunjukkan afinitas pengikatan optimum terhadap target makromolekul ACE dengan energi ikatan berada direntang -10,3 kkal/mol hingga -10,9 kkal/mol yang dibandingkan dengan standar moeksipril (-9,1 kkal/mol). Hasil menunjukkan 10 senyawa tersebut dapat menjadi ligan potensial untuk mengobati hipertensi.

Hypertension is defined as condition of blood pressure that abnormally too high. An estimated of 1.13 billion people worldwide has hypertension and this disease is one of the most cause of premature death worldwide. Angiotensin Converting Enzyme (ACE) has an importent role in arterial blood pressure regulation. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) is one of the first line treatment for hypertension. This drug can inhibit ACE which cleaves angiotensin I to the form potent vasoconstrictor angiotensin II. This study was conducted by virtual screening method used AutoDock Vina in PyRx to search ACEI candidate from flavonoid natural compounds. Flavonoids have been known to act as components in the diet that are effective to inhibit ACE. Flavonoids, especially their glycosides, are the most vital phytochemicals in diet and are of great general interest due to their diverse bioactivity. The crystallographic structure of macromolecule target was obtained from PDB database (PDB :1O86). Optimization was performed by variying grid size and maintaning Zn2+, Cl- & 6 water molecules in the macromolecule. Based on virtual screening results, the top ten ranking bioactive compounds was obtained. They are epigallocatechin 3-O-gallate-7-O-glucoside-4-O-glucuronide, theaflavin 3-O-gallate, theaflavin 3,3-O-digallate, eriocitrin atau eriodictyol 7-O-rutinoside, luteolin 7-O-diglucuronide, malvidin 3-O-(6-caffeoyl-glucoside), narirutin 4-O-glucoside, quercetin 3,4-O-diglucoside, peonidin 3-O-(6-p-coumaroyl-glucoside) and delphinidin 3-O-glucosyl-glucoside. Those compounds showed optimum binding affinity to ACE macromolecule target with binding energy range -10,3 kcal/mol to -10,9 kcal/mol as compared to the moexipril standard (-9,1 kcal/mol). The results indicated that 10 compounds could be the potential ligands to treat hypertension.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S70486
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winona Susanti
"Sirtuin (SIRT) 1 merupakan senyawa yang berperan dalam tumorigenesis dan penghambatan terhadap SIRT1 terbukti menghambat pertumbuhan kanker. Berbagai senyawa inhibitor SIRT1 saat ini telah memasuki fase klinis dengan nilai IC50 dalam rentang M. Pada penelitian ini, dilakukan perancangan struktur penghambat Sirtuin 1 dan modifikasi senyawa turunan Thieno [3,2-d] pyrimidine-6-carboxamide, yang merupakan inhibitor Sirtuin dengan konstanta inhibisi 3,4 nM. Penelitian dilakukan menggunakan metode in silicoberbasis fragmen dengan tujuan memperoleh kandidat senyawa penghambat Sirtuin 1 yang lebih poten dengan toksisitas rendah. Pemilihan fragmen dilakukan berdasarkan kaidah Rule of threedan pemilihan senyawa rancangan dilakukan berdasarkan kaidah Rule of five.Senyawa rancangan kemudian diuji terhadap parameter aksesibilitas sintesis, farmakokinetik, dan toksisitas. Pada akhir penelitian, diperoleh 14 senyawa rancangan penghambat SIRT1 dengan konstanta inhibisi dalam rentang 118,45 pM – 1,83 nM dan satu hasil modifikasi senyawa turunan Thieno [3,2-d] pyrimidine-6-carboxamide dengan konstanta inhibisi 382,09 pM. Seluruh senyawa tersebut memiliki potensi yang lebih baik dibandingkan senyawa inhibitor SIRT1 yang telah ada dan diprediksi memiliki bioavabilitas oral yang baik, serta bersifat tidak toksik terhadap seluruh target uji.

Sirtuin (SIRT) 1 shows a significant role in tumorigenesis and inhibition of SIRT1 was proved to inhibit cancer growth. Various SIRT1 inhibitors have entered clinical phase with IC50 values ranging in μM. This study aims to design new SIRT1 inhibitor candidates and modify Thieno [3,2-d] pyrimidine-6-carboxamide derivatives, which are Sirtuin 1 inhibitors with inhibition constant value of 3.4 nM. Research was carried out using fragment based drug design in order to obtain new drug candidates with higher potency and lower toxicity. Fragments were chosen based on the rule of three while drug candidates were chosen based on the Lipinski’s rule of five. Drug candidates were tested for its synthetic accessibility, pharmacokinetic properties, and toxicity traits. This study produced 14 new SIRT1 inhibitor candidates with inhibition constant value ranging from 118,45 pM – 1,83 nM and one modified Thieno [3,2-d] pyrimidine-6-carboxamide derivatives with inhibition constant value of 382,09 pM. All of the mentioned new structures have better potency when compared to current SIRT1 inhibitors and were predicted to have good oral bioavailability and harmless to all toxicity test targets."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>