Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chicester : John Wiley & Sons, 1996
333.73 ENV
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Kustiandi
Abstrak :
Pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu upaya untuk mengetahui gangguan gizi pada balita, sehingga keadaan gizi yang memburuk dapat dicegah secara dini. Kabupaten Sukabumi adalah salah satu kabupaten dimana Kurang Energi Protein (KEP) merupakan masalah kesehatan masyarakat. Berdasarkan hasil SUSENAS (2002) prevalensi KEP di Kabupaten Sukabumi lebih kurang 16,23%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kemampuan kader dalam mencatat pemantauan pertumbuhan balita pada KMS dan karakteristik internal dan eksternal kader posyandu dan faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan kemampuan kader dalam mencatat pemantauan pertumbuhan balita pada KMS di Kabupaten Sukabumi. Penelitian ini bersifat diskriptif dengan desain studi potong lintang. lnstrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah perangkat kuesioner. Sebagai sampel dari penelitian ini adalah kader posyandu di 34 unit posyandu dari 29 desa yang tergabung dalam 6 Kecamatan. Responden yang didapat berjumlah 130 kader posyandu. Hasil penelitian menunjukkan persentase kader yang mempunyai kemampuan dalam mencatat pemantauan pertumbuhan balita pada KMS dengan benar sebanyak 36,2%. Sedangkan hasil analisis dengan uji Chi Square terhadap karakterisitik internal dan eksternal yang berhubungan dengan kemampuan kader dalam mencatat pemantauan pertumbuhan balita pada KMS, menunjukkan hanya 3 variabel yaitu pendidikan, persepsi dan insentif yang berhubungan secara signifikan (r<0,05). Analisis multivariate dengan menggunakan regresi logistik menunjukkan variabel persepsi sangat dominan (OR=2,56) dalam kemampuan kader dalam mencatat pemantauan pertumbuhan balita pada KMS. Berdasarkan hasil tersebut di atas, terlihat "persepsi dalam pembagian tugas" merupakan masalah yang sangat penting untuk pelaksanaan kegiatan posyandu seharihari. Salah satu saran dari peneliti yaitu "persepsi dalam pembagian tugas" merupakan masalah yang harus ditekankan pada saat pelatihan kader posyandu. Daftar bacaan : 77 (1979-2003)
Growth monitoring is one of the efforts to identify the malnutrition in children under five years, hence deterioration of nutrition status can be prevented. District of Sukabumi is one of the districts where the protein energy malnutrition is considered as the public health problem. Based on the result of SUSENAS (2002), the prevalence of protein energy malnutrition in District of Sukabumi is about 40%. The aims of the research is to study the description of cadres ability in recording of growth monitoring of children under five years, internal and external characteristic of cadres, and factors that may be related to cadres ability in recording children under five years in growth chart (KMS) in District of Sukabumi. The study is descriptive research with cross sectional study design. The instrument used in the study is a set of questionnaires. As the sample in the study is cadres in 34 integrated health services post (posyandu) from 29 villages in 6 sub district in District of Sukabumi. The total respondent of cadres was 130 cadres. The result of study showed that the percentage of cadres who are able to correctly record the growth monitoring was 36.2%. The chi square test analysis on internal and external characteristic related to the cadres ability found that only 3 variables, namely_ education, perception and incentives were significantly associated (p=<0,05). Multivariate analysis using logistic regression showed that perception of job description is significantly associated with the ability of cadres to record the growth monitoring of children under five years (OR=2.56).
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T 11216
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuana Wiryawan
Abstrak :
Program Pembangunan Kesehatan bertujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta kualitas kehidupan yang dilakukan sejak dini. Kesehatan ibu hamil dan kondisi saat melahirkan sangat berperan dalam menentukan kesehatan hasil kehamilan tersebut. Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan suatu negara adalah angka kematian bayi dan angka kematian ibu. Sampai saat ini angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi. Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) I995 AKI di Indonesia adalah 373 per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu dapat dicegah bila komplikasi kehamilan dan persalinan dapat diketahui secara dini. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan kehamilan, dan memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Keadaan yang ada sekarang ini meskipun cakupan pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan sudah cukup tinggi, namun pada akhirnya ibu-ibu kembali memilih non tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Beberapa penelitian melaporkan bahwa faktor-faktor yang berperan dalam pemilihan penolong persalinan adalah umur ibu, pendidikan ibu, adanya gangguan saat hamil, paritas, sosial ekonomi, tempat tinggal dan pekerjaan. Penelitian ini menggunakan data Studi Tindak Lanjut Ibu Hamil SKRT 2001. SKRT 2001 dilakukan serentak di seluruh wilayah Indonesia kecuali Maluku, Papua dan Nanggroe Aceh Darussalam. Unit analisis adalah ibu hamil yang dijumpai pada saat penelitian dan dilakukan wawancara dengan ketentuan sejak tahun 1998 sampai dengan 2001 pernah hamil dan melahirkan baik lahir mati maupun lahir hidup. Dengan ketentuan tersebut, ibu yang berhasil ditemui sebanyak 738 orang, setelah dilakukan penggabungan dengan data Susenas 2001 Modul dan dengan kriteria ibu pernah hamil dan melahirkan pada periode 1998-2001 diperoleh sampel sebanyak 191. Hasil analisis menunjukkan bahwa 76% ibu telah memeriksakan kehamilannya pada tenaga kesehatan. Masih cukup banyak (44%) ibu-ibu yang memilih non tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Faktor umur ibu dan ada atau tidaknya gangguan saat hamil tidak mempengaruhi pemilihan penolong persalinan. Pemeriksa kehamilan berhubungan bermakna secara statistik dengan pemilihan penolong persalinan (p=0.001), demikian juga dengan faktor pendidikan dan daerah tempat tinggal. Ibu-ibu yang berpendidikan rendah, golongan tidak mampu dan tinggal di daerah perdesaan cenderung memilih non tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Ibu-ibu yang tinggal di daerah perdesaan mempunyai kemungkinan 1.19 kali untuk memilih non tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan dibandingkan dengan ibu-ibu yang tinggal di perkotaan. Faktor daerah tempat tinggal merupakan faktor yang paling dominan menentukan pemilihan penolong persalinan. Berdasarkan hasil diatas maka faktor yang dapat di intervensi adalah faktor penolong persalinan dengan meningkatkan kerjasama antara tenaga kesehatan dengan non tenaga kesehatan, dan menyediakan tempat persalinan sampai ke daerah perdesaan sehingga mudah di jangkau oleh masyarakat. ...... Relationship between Pregnancy Examiner and Social Demographic Factors Pregnant Woman with Delivery Assistant in IndonesiaHealth Development Program has targeted to increase quality of human resources and quality of life at early. Health of pregnant women and her condition when delivering have important role to health condition of her pregnancy. One of the health level indicators of a country is infant mortality rate and maternal mortality rate. In Indonesia, maternal mortality rate (AKI) still high, as the result of Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, AKI in Indonesia is 373 per 100.000 live births. Maternal mortality could be prevented if complication on pregnancy and delivery can be detected in early. This can be done by conducting pregnancy examination and choose health provider as delivery assistant. Although pregnancy: examination that has been covered by health provider is high, but when they delivery more of them to chose traditional birth attendant to assist their delivery. Some of the studies reported that factors that have role in choosing the delivery assistant are age, education, pregnancy disorder, parity, social economic, living place, and occupation. In the data of SKRT 2001 that factors have not been studied. SKRT 2001 conducted in all Indonesian regions, except Maluku, Papua, and Nanggroe Aceh Darrusalam. Analysis unit is mother that found when this study in conducted and carried out interview with pre requirement from 1998 to 2001 ever pregnant and delivered alive or death. By this pre requirement, number of mother that can be found is 738 mothers, after combine with Susenas Modul 2001 data and based on the criteria; it was got samples 191 mothers. Results of the analysis showed that 76% mothers have checked their pregnancy to health provider. Much of mothers (44%) choose traditional births attendants as delivery assistant. Age and pregnancy disorder are factors that did not influence on choosing delivery assistant. Pregnancy examiner has significant statistical relationship with delivery assistant (p=0,001), also education and living stay factor. Mother who has low education, poor and living in village tends to choose traditional birth attendants as delivery assistant. Mother who lives in villages has probability 1.19 times to choose traditional births attendants as delivery assistant compared to mother which living in urban area. Living stay factor is the most dominant factor in choosing delivery assistant. Based on the result, this study recommends the factor that can be an intervention is delivery assistant, especially to increase coordination between health provider with traditional birth attendants and preparing place of delivery in the villages.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T11197
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zanzibar
Abstrak :
Gerakan Keluarga Berencana Nasional bertujuan ganda yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Dalam mewujudkan tujuan tersebut, program Keluarga Berencana Nasional memakai beberapa metoda kontrasepsi yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi fisik peserta KB itu sendiri menggunakan alat kontasepsi merupakan salah satu metoda KB yang terbaik untuk mengatur kelahiran anak, AKDR merupakan alternatif pilihan bagi pasangan muda yang ingin menunda kehamilannya. Dan merupakan alternatif kedua setelah kontap bagi pasangan tua yang ingin mengakhiri kehamilan. AKDR untuk menjarangkan jumlah anak, secara langsung menurunkan laju pertumbuhan penduduk, mulai tahun 1997 krisis ekonomi berdampak menurunnya kemampuan daya beli AKDR (mandiri, ekonomi rendah) jumlah anak banyak dan pegetahuan rendah, didukung dengan karakteristik ibu (umur, pendidikan dan jumlah anak hidup, jumlah anak yang diinginkan lagi, umur perkawinan pertama, pekerjaan ibu, pekerjaan suami dan dukungan suami). Pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) masih rendah (9,3%) di kabupaten Ogan Komering Ulu dibandingkan dengan kabupaten yang ada di Sumatra Selatan antara lain Pangkal Pinang (11%), Bangka (15,89%) dan juga dibanding dengan cakupan nasional (17,5%). Di Kecamatan Baturaja Timur pemakaian AKDR (12,8%) lebih rendah dibandingkan dengan kontrasepsi lain seperti pil sebanyak (19,9%), suntikan (35,56%). Penelitian ini untuk mengetahui status ekonomi, pengetahuan kontrasepsi pada Akseptor KB serta hubungannya dengan pemakaian AKDR di kecamatan Baturaja Timur, rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional, dengan responden 366 orang Akseptor KB. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, kemudian diolah dengan analisa univariat, bivariat dan multivariat dengan teknik analisis chi-square, menunjukkan ada hubungan antara status ekonomi dengan pemakian AKDR, ada hubungan antara pengetahuan kontrasepsi dengan pemakaian AKDR. Analisis Regresi Logistik diperoleh : Ada hubungan pekerjaan suami dengan pemakaian AKDR dan ada hubungan dukungan suami dengan pemakaian AKDR, variabel independen yang dominan adalah pengetahuan tinggi cenderung memakai AKDR. Dalam rangka meningkatkan pemakaian AKDR di Kecamatan Baturaja Timur, perlu diberikan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) terutama ditujukan untuk yang belum menggunakan alat kontrasepsi.
Economic Status and Contraception Knowledge of Family Planning Acceptor and Relationship with AKDR Usage in Baturaja Sub district, District of Ogan Komering Ulu 2003Family Planning movement has two goals, first, to improve mother and child welfare and to establish a happy and welfare little family (NKKBS). To realize these goals, this program using some contraception method which appropriate with acceptor's situation and condition. AKDR is one of alternative for young couple to delay the pregnancy and second alternative AKDR settled contraception (kontap) for old couple to stop pregnancy. Spacing out number of children directly decrease growth population, started from 1997 economic crisis give some impacts to ability to buy AKDR (autonomous, low economic level), have a lot of children and low knowledge, also mother characteristics (age, education, number of children, number of expecting children, age of first marriage, mother occupation, husband occupation and husband support). Intra urine device usage in Ogan Komering Ulu (OKU) still low (9,3%) compared to other sub district such as Pangkal Pinang (11%), Bangka (15,89%) also if compared to national coverage (17,5%). In sub district of Baturaja Timur, AKDR usage (12,8%) lower than other contraception such as pill (19,9%), injection (25,56). This study is to find out relation between economic status contraception knowledge of Family Planning acceptor with AKDR usage in sub district of Baturaja Timur, design of this study is cross sectional with 366 respondents. Data collected by questionnaire, processed by univariate, bivariate, and multivariate analysis using chi square analysis, result shows that there is relation between economic statuses with AKDR usage, contraception knowledge with AKDR usage. From regression logistic analysis resulted; there is significant relationship between husband's occupation with AKDR usage and husband's support with AKDR usage, dominant independent is high knowledge tend to use AKDR. In order to increase AKDR usage in sub district of Baturaja Timur, it needs information and education communication (KIE) especially for those that not using contraception yet.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12708
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Basuki Dwi Lestari
Abstrak :
Anemia gizi merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia yang harus ditanggulangi secara serius. Terjadinya anemia gizi biasanya disebabkan karena jumlah zat besi yang dikonsumsi tidak sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Di samping itu berbagai faktor juga dapat mempengaruhi terjadinya anemia gizi antara lain kebiasaan makan, kurangnya konsumsi zat gizi lain misalnya vitamin A, vitamin C, protein, infeksi, sanitasi lingkungan, investasi cacing, dan sosial ekonomi. Konsekuensi yang timbul akibat terjadinya anemia gizi adalah produktivitas rendah, terhambatnya perkembangan mental dan kecerdasan, menurunnya kekebalan terhadap penyakit infeksi, morbiditas dll. Prevalensi anemia gizi remaja putri berdasarkan beberapa hasil penelitian ternyata cukup tinggi, sementara upaya penanggulangan anemia belum mengarah kepada sasaran remaja ini. Penelitian ini merupakan suatu studi analisis yang menggunakan data sekunder dari Pusat Penelitian dan' Pengembangan Gizi, Departemen Kesehatan RI. Jenis penelitian ini termasuk penelitian observasional tipe potong lintang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia gizi remaja putri. Variabel dependen penelitian ini adalah status anemia remaja putri, sedangkan variabel independen meliputi investasi cacing, tingkat konsumsi energi, protein, vitamin A, vitamin C dan zat besi, status Cu, pendidikan ayah, pendidikan ibu, dan kebiasaan minum teh. Analisa data meliputi univariat dengan distribusi frekuensi, bivariat dengan uji kai kuadrat, dan multivariat dengan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi anemia gizi remaja putri sebesar 41.54 %, Disamping itu variabel yang berhubungan berrnakna secara statistik (p < 0.05) dengan kejadian anemia gizi remaja putri adalah variabel investasi cacing, tingkat konsumsi energi, protein, dan vitamin C. Dan variabel yang paling berhubungan secara bersama-sama terhadap kejadian anemia gizi adalah variabel tingkat konsumsi vitamin C (p < 0.0383, OR = 2.71, CI 95 % = 1.76614 - 3.65i 66). Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, disarankan agar penangguulangan anemia gizi pada remaja putri sudah harus mulai diprioritaskan sehingga perlu adanya program khusus penanggulangan anemia gizi pada remaja putri ini. Disarankan pula dilaksanakannya penyuluhan kepada ibu-ibu mengenai pengetahuan tentang anemia sebab dan akibatnya serta perlunya makanan seimbang kepada remaja putri. Disamping itu perlu adanya penelitian lain mengenai anemia gizi remaja putri sehingga informasi yang didapat bisa saling melengkapi.
Nutritional anemia is one of the major nutritional problems in Indonesia that must be seriously tackled. Nutritional anemia normally occurs when the amount of the iron consumed does not equal to the requirements. Besides, several other factors also contribute to the incidence of nutritional anemia such as, among other things, eating habits, lack of consumption of other nutrients including vitamins A and C, a lack of protein, infection, environmental sanitation, worms infestation, social economic conditions, etc. The consequences arising from nutritional anemia include low productivity, disturbance in mental and intelligence development, decreasing immunity against infectious diseases, morbidity, etc. According to the results of the research, the prevalence of nutritional anemia among female adolescence is relatively high, whereas the efforts taken to combat anemia have not been directed to' this specific target population. This research is an analytical study using secondary data from Nutritional Research and Development Centre, Department of Health of the Republic of Indonesia. This is an observational research of a cross-sectional type. The objective of the research is to study the factors relating to the incidence of the nutritional anemia among female adolescence. The dependent variable of the research is the status of anemia among female adolescence, while the independent variables include worms investation, the level of energy, protein, vitamin A, vitamin C and iron consumptions, the status of Cu, educational background of the girls' parents and the habits of tea drinking. Analysis of the data is carried out using univariate method by frequency distribution, bivariate method by chi square test, and multivariate method by logistical regression. The results of the research have demonstrated that the prevalence of nutritional anemia among female adolescence reaches as high as 41.54 %. In addition, the variables having statistically significant relationship (p < 0.05) with the incidence of nutritional anemia among female adolescence include the investation of worms, and the level of energy, protein, and vitamin C consumptions. And the variable having the closest bearing to the incidence of nutritional anemia is the level of vitamin C consumption (p = 0.0383, OR = 2.71, 95 % CI = 1.76614 - 3.65166). Based on the results of the research, it is recommended that the handling of nutritional anemia among female adolescence should be prioritized by commencing a special improvement program. Another recommendation is given for the implementation of guidance and education campaign to the mothers on the causes and consequences of anaemia, and the need of providing a balanced diet for their daughters. Further researches and studies on nutritional anemia among female adolescence are deemed necessary, so that all the information obtained will complement each other.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lindayati
Abstrak :
Menstruasi pertama atau menarche adalah tanda dimulainya haid yaitu keluamya cairan darah berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak mengandung pembuluh darah. Secara umum menarche merupakan dimulainya kematangan kapasitas reproduksi seorang wanita dengan ditandai berkembangnya karakteristik seksual sekunder seorang wanita. Keadaan ini menandakan kesiapan seorang wanita untuk berhubungan seksual, hamil dan melahirkan. Jika dalam usia remaja telah terjadi kehamilan maka akan terjadi kompetisi dalam pemenuhan kebutuhan gizi antara kebutuhan untuk bertumbuh remaja itu sendiri dengan kebutuhan gizi untuk janin yang dikandungnya. Dengan demikian akan terjadi kekurangan gizi diantara keduanya, akan terjadi gizi kurang dan anemia untuk ibunya sedangkan untuk bayi akan lahir dengan berat badan rendah. Penelitian ini bertujuan diperolehnya informasi tentang hubungan faktor berat badan lahir, status gizi (IM1) dan pola konsumsi iemak, persen lemak tubuh, sosial ekonomi orangtua, umur menarche ibu keterpaparan media massa dan aktivitas olahraga dengan umur menarche remaja putri 9- 15 tahun di Perunmas Kp Baru Kota Pariaman. Waktu penelitian pada bulan Maret - April 2007 dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional dan bersifat deskriptif analitik. Besar sampel sebanyak 255 remaja putri. Analisis data dilakukan secara bertahap dimulai dari univariat untuk melihat distribusi frekuensi masing-masing variabel, bivariat untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel independen dengan variabel status menarche (chi square) dan multivariat untuk mengetahui fuktor yang paling dominan dilakukan dengan uji regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan dari 255 responden sebanyak 158 orang (61,9 %) telah menarche. Rata- rata umur menarche adalah 12,1 ± 0,91 tahun. Umur menarche termuda 9,2 tahun dan tertua adalah 14 tahun. Berat badan lahir responden lebih besar atau sama dengan 2.500 gram (86,5 %), status gizi responden kategori normal (78,8 %), persen lemak tubuh kategori normal (62,4%) , FFQ konsumsi lemak dengan kategori sering berturut-turut !auk hewani, !auk nabati dan makananjajanan (53,3 %, 50,5% dan 52,6 %), pendidikkan orangtua SLTA (41,2 %). Hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan yang bermakna antara berat badan lahir, status gizi, persen lemak tubuh, Frekuensi lauk nabati, uang jajan, status pekerjaan ayah dan aktivitas olahraga dengan status menarche. Dari basil uji multivariat terdapat 4 variabel independen berhubungan secara be!lilllkna dengan status menarche yaitu variabel status gizi, frekuensi lauk nabati, berat badan lahir, dan persen lernak tubuh dengan status menarch. Status gizi rnerupakan faktor yang paling dominan. Rernaja dengan status gizi baik lebih cepat menarche 11,320 kali dibandingkan remaja dengan status gizi kurang setelah dikontrol oleh, persen lemak tubuh, berat badan lahir dan frekuensi !auk nabati. Oleh sebab itu disarankan untuk rneningkatkan program promosi kesehatan khususnya kebutuhan gizi remaja untuk menanggulangi kekurangan gizi yang berakibat teljadinya berat badan lahir rendah. Program promosi gizi dan kesehatan reproduksi sudah harus diberikan sedini mungkin, karena remaja mernerlukan persiapan gizi yang baik untuk menjadi calon ibu untuk dapat melahirkan anak dengan berat badan bayi lebih besar dari 2.500 gram.
First menstruation or menarche is a sign of menstruation started when blood drew from process of uterus partition shedding which have some blood vessel. In general menarche is a maturity of women's reproduction capacity which signed by women's secondary sexual grow. In this condition, women ready for sexual activities, pregnant and get birth. This a faster women get menarche the sooner they can do active sexual activities, pregnant and birth deliveri. If young girls had pregnant can be competition in nutrient need between young girl's needed and fetoes needed that hers pregnancies on the other hand. So can be malnutrition all of them, calories protein malnutrition and anemia for young girls and giving low birth weight for the baby. This research's aim to have some information about the relation of birth weight, nutrition status (BMI), body fat percentage, fat consumption, the girls snack cost, mother's menarche age, parent's social economic (education, occupation, income of parents,have children, nwnber of family size, cost of day food) explanted of information of adult's mass media and sport activities with menarche status of young girls 9 - 15 years old in Perumnas Kp Baru Pariaman City. Research Period on March - April 2007 by cross sectional design and descriptive analytic. The nwnber of samples are 255 young girls is taken randomly from the estate. The data analysis including univariate, bivariate (chi square) and multivariate (multiple logistic regression). The finding of result are found that 255 respondent, 158 samples (61,9 %) have menarche. The average of the age of menarche 12,1± 0,91 years. The youngest age of menarche 9,2 years old and the oldest is 14 years. Birth weight respondent 2.500 grams (86,5 %), nutrition status respondent in normal category (78,8 %), body fut percentage in normal category (62,4 %), Frequency fat conswnption with category often in succession animal fat, vegetables fut and snack (53,3 %, 50,5 %, and 52,6 %), parent's education categories are senior high school (41,2 %). Bivariat analysis result shows significant relation between birth weight, nutrition status, body fat percentage , Frequency of vegetable fat, the girls snack cost, father job's status and sport activities with menarche status. According to result of multivariate research, there's 4 independent variable that significant relation with menarche status that are birth weight, nutrition status variable, frequency of vegetable fat and body fat percentages with menarche status. The dominant factor is nutrition status because the Odds Ratio value of nutrition status is the highest than others variables. Young girls whose good nutrition status occurring of menarche 11,320 times than young girls whose under nutrition status after controlled birth weight, body fat percentages and frequency of vegetables fat variables. We suggest to promote teenager nutrient needs and the risks/ danger of food lack and teenager reproduction health information has known in earlier age,because young girls needs good nutrition preparing tobe good mother whose have a baby birth weight more than 2.500 grams.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T11513
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Solha
Abstrak :
Masa remaja adalah periode yang paling rawan sepanjang daur kehidupan , yaitu masa transisi dari masa anak anak menuju masa dewasa. Pada masa ini sering tenjadi masalah seksual yang berhubungan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan mereka, dimana honnon hormon seks yang mulai aktif berfungsi. Keadaan ini merupakan hal yang normal. Seiiring dengan meningkatnya aktititas seksual mereka, dimana akhirnya mereka ekspresikan dalam berbagai bentuk perilaku seksual. Perilaku seksual adalah perilaku yang muncul akibat dorongan seksual, dan menjadi perhatian besar dikalangan remaja yang apabila tidak mendapat penyaluran yang tepat akan mengakibatkau masalah dalam kesehatan reproduksi seperti hamil diluar nikah, KTD, aborsi, penyakit menular seksual dan lain lain. Tujuan penelitian ini adalah diperolehnya informasi faktor - faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja SMU kelas 2. Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat dan keluarga, untuk membina kesehatan reproduksi khususnya perilaku seksual pada remaja_ Penelitian ini adalah Studi kuantitatif dengan rancangan cross-sectional serta melihat hubungan antar variabel jenis kelamin, umur, pengetahuan, sikap, tempat tinggal, pcrnanfaatan layanan konsultasi, hubungan dengan orang 1118. dan sumber sumber informasi terhadap perilaku seksual pada remaja SMU kelas 2.Penelitian dilakukan pads bulan April 2007 dan lokasi penelitian adalah SMU 7, SMU Pusri, SMU Sultan Mahmud. B H, SMU Bina Cipta, SMU PGRI yang seluruhnya berada dalam wilayah Kecamatan kalidoni Palembang dengan jumlah sampcl sebanyak 240 responden. Hasil penelitian mcnunjukkan proporsi murid yang berisiko terhadap perilaku seksual scbesar 20,4% dcngan umur dialas 15 tahun sebesar (20,9%) dan jenis kelamin laki-laki sebanyak 38,8% atau 31 mmid. Sebanyalc 14 orang (45%) dari siswa laki-laki tersebut telah melakukan hubungan seksual, 3 orang diantaranya teljadi kehamilan yang tidak diinginkan pada remaga perempuan yang menjadi pasangannya yang akhirnya melakukan penggugumn kandungan. Delapan variabel yang diuji, terdapat hubungan yang bennakna dengan perilaku seksual adalah variabel jenis kelamin, pemanfaatan layanan konsultasi dan variabel sumber informasi. Namun analisis multivariat menunjukkan bahwa jenis kelamin merupakan faktor yang paling berpengamh terhadap perilaku selmual.
Youngster is a critical time during the life where transition between childish to adult was begun. On this time the sexual problem is often happened in conjuction with the growing process and their development, where sexual hormon is actively ftmgtional. This condition is a normal event. In relation to increasing its sexual activities, the behaviour is expressed in various sexual actions. Sexual behaviour is action that may arise as a result of sex willingness and will become big attention among the youngster if it doesn?t have correct guideline and will cause to reproductive health problem like unwanted pregnancy, abortion, infected sexual disease etc. The goal of this research is to verify some factors that related to sexual behaviour of 2 ed grade of High School students. The function of this research is expected to give some informations to the community and families to guide reproduction health especially about sexual behaviour for youngster. The research is a quantitative study with cross - sectional reference in conjuction among sex variable, age, knowledge, attitude, living house, parents relationship, usage of consultation services and information resources against yoimgster sex behaviour The research is perfonned on April 2007 and the location is SMU 7, SMU Pusri, SMU Sultan Mahmud B H, SMU Bina Cipta, SMU PGRI in Kalidoni district, Palembang with the total sample of 240 respondences. The research show that proportional student has risky sex behaviour amount 20,4% with the age above 15 years is 20,9% and for male is 38,8% or 31 students. There arc 14 male students (45%) who had already had sexual intercouse, three of the male couple happened to have unwanted pregnancy, which led them to do an abortion. Eight variable tested there are significant relation on sexual behaviour is sexual variable, the application of consultation services and the variable of information source. Eventhough, the multivariation analysis shows that sexual variable is the most dominant factor of sexual behaviour.
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T34495
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eryasih Setyorini
Abstrak :
ABSTRAK
Stunting (tubuh yang pendek) menggambarkan keadaan gizi yang kurang yang sudah berjalan lama (kronis) dan memerlukan waktu bagi anak untuk berkembang serta pulih kembali. Dampak stunting pada pertumbuhan fisik terganggu yang menyebabkan tidak bisa berkompetisi dengan orang lain dalam mendapatkan pekerjaan dan aspek kehidupan lainnya. Tesis ini bertujuan untuk menilai faktorfaktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak batita (0-36 bulan) di wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2013. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok bulan Mei 2013. Desain penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan jumlah sampel 204 orang. Data diperoleh dari data sekunder dan juga data primer melalui kuesioner hasil wawancara dan pengukuran antropometri langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi batita stunting usia 0-36 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok Tahun 2013 sebesar 22,1%. Presentase/proporsi batita stunting memiliki ibu yang tidak melakukan kunjungan antenatal pertama (K1) saat hamil dulu sebesar 65,7%. Analisis Regresi Logistik Ganda menunjukkan variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian stunting pada batita adalah kunjungan antenatal pertama (K1) (p<0.005, OR=6,84). Untuk mencegah terjadinya stunting pada batita, disarankan kepada ibu hamil mulai dari awal masa kehamilan agar rajin memeriksakan kehamilan ke bidan/dokter kandungan, rajin mengkonsumsi makanan yang bergizi, serta memanfaatkan pelayanan antenatal lainnya.
ABSTRACT
Stunting (short stature) describes the state of lacking nutrition longstanding (chronic) and require time for children to grow and recover. Stunting impact on impaired physical growth that causes can not compete with others in finding employment and other aspects of life. This thesis aims to assess the factors associated with the incidence of stunting in children toddlers (0-36 months) at the Puskesmas Jewel Mas Depok in 2013. The research was conducted at the Puskesmas Jewel Mas Depok City in May 2013. Design of this study used cross sectional method with a sample of 204 people. Data obtained from secondary data and primary data through interviews and questionnaires direct anthropometric measurements. The results showed that the prevalence of stunting toddlers aged 0- 36 months in the Work Area Health Center Jewel Mas Depok in 2013 by 22.1%. Percentage / proportion of stunting toddler having a mother who did not do the first antenatal visit (K1) during pregnancy first at 65.7%. Multiple logistic regression analysis showed that the most dominant variables associated with the incidence of stunting in toddlers is the first antenatal visit (K1) (p <0.005, OR = 6,84). To prevent stunting in toddlers, pregnant women are advised to start at the beginning of pregnancy so diligently to antenatal midwife / obstetrician, diligently consume nutritious foods, as well as take advantage of other antenatal services.
Universitas Indonesia, 2013
T35899
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Rahayu Setyaningrum
Abstrak :
Perkembangan kognitif merupakan aspek perkembangan yang muncul dan berkembang pesat ketika masa usia dini, 50% potensi kognitif terbentuk pada 4 tahun pertama kehidupan. Perkembangan kognitif berkaitan dengan kualitas hidup manusia. Tujuan penelitian ini, untuk menjelaskan faktor dominan yang berhubungan dengan perkembangan kognitif. Penelitian dilakukan April 2013. Dengan desain penelitian cross sectional teknik pengambilan sampel menggunakan proportional random sampling, jumlah sampel 128 anak usia dini 24-72 bulan yang mengikuti PAUD atau pun tidak ikut PAUD di Desa Talagamulya Kabupaten Karawang. Cara pengukuran dengan microtoise untuk mengukur tinggi badan wawancara perkembangan kognitif dengan kuesioner yang dikembangkan Kemendikbud dan FFQ semikuantitatif untuk asupan zat gizi. Uji regresi logistik digunakan untuk analisis multivariat. Hasil penelitian menunjukkan anak usia dini dengan kognitif baik 61,7%. Uji Chi square menyatakan bahwa faktor yang berhubungan dengan perkembangan kognitif yaitu asupan vitamin A, asupan zink, pengetahuan ibu dan mengikuti PAUD. Kesimpulan faktor dominan dalam penelitian ini yaitu pembelajaran di PAUD. Saran kepada orangtua untuk memasukkan anaknya ke lembaga PAUD sehingga anak terstimulasi, mengontrol pemberian vitamin A dan asupan zat gizi seperti zink dan zat besi. ...... Cognitive development is a developmental aspect that emerged and thrived when the preschool years, 50 percent of the potential cognitive formed in the first 4 years of life. Cognitive development related to increasing the quality of human resource. The objective of the study is to examine the correlation between factors to cognitive development early childhood. The method of this research was quantitative using cross-sectional study was employed to gather information factors among 128 sample early childhood 24-72 month in April 2013 in Talagamulya Village, Karawang district. Cognitive development were gathered using questionnaire Kemendikbud.. Direct anthrophometry measurement was used for nutrition status data, and FFQ semiquantitative used for intake nutrient. The logistic regression used for multivariate analysis. The results of this research showed earlychilhood with good cognitive 61.7%. Chi square analysis result intake of vitamin A, zinc intake, maternal knowledge and follow Early childhood education showed a significant correlation to cognitive development. Conclusion the dominant factor in this study are the participation in early childhood education. Therefore it is important for parents to know about the important role of the early chilhood education for their child’s cognitive development, and parents must have control of micronutrient intake such as vitamin A, iron and zinc.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T36147
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Rosmanindar
Abstrak :
ABSTRAK
Stunting atau tubuh yang pendek berdasarkan tinggi badan menurut umur pada anak, merupakan efek kumulatif asupan zat gizi tidak memadai atau hasil infeksi kronis yang berkontribusi terhadap terjadinya kurang gizi dalam waktu lama dan tidak mendapatkan penanganan baik. Adanya hubungan antara pertumbuhan tinggi badan yang lambat pada awal masa kehidupan dengan rendahnya kualitas SDM di kemudian hari. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor dominan yang berhubungan dengan terjadinya stunting pada anak 7-36 bulan di wilayah Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok tahun 2013. Penelitian menggunakan desain cross sectional dengan sampel 163 orang. Data diperoleh dari data sekunder dan primer melalui kuesioner hasil wawancara dan pengukuran langsung. Hasil penelitian menunjukkan 26,4% batita stunting pada anak 7-36 bulan di wilayah Puskesmas Pancoran Mas Kota Depok tahun 2013. Terdapat hubungan antara asupan (energi, protein, vitamin A, Fe), riwayat ASI eksklusif, MP-ASI, penyakit infeksi, umur dan berat lahir dengan terjadinya stunting. Analisis regresi logistik ganda menunjukkan asupan protein sebagai faktor dominan berhubungan dengan terjadinya stunting (OR=7,68) setelah dikontrol umur anak dan riwayat penyakit infeksi. Pencegahan stunting pada batita dengan meningkatkan mutu MP-ASI melalui praktek makan bersama batita dengan pengolahan beragam makanan lokal sumber protein melalui pendampingan petugas gizi dan kader kesehatan secara berkesinambungan.
ABSTRACT
Stunting or short body height based on the child's age, is the cumulative effect of inadequate nutrient intake or chronic infection results which contribute to malnutrition in a long time and did not get good treatment. The existence of a relationship between height growth is slow at the beginning of life to the low quality of human resources in the future. This research aims to determine the dominant factors associated with the occurrence of stunting in children 7-36 months at Pancoran Mas Primary Health Center Depok in 2013. Studies using cross-sectional design with a sample of 163 people. Data obtained from secondary and primary data through interviews and questionnaires direct measurement. The results showed 26.4% of toddlers stunting in children 7-36 months at Pancoran Mas Primary Health Center Depok in 2013. There is a relationship between the intake (energy, protein, vitamin A, Fe), history of breastfeeding, complementary feeding, infectious diseases, age and birth weight with the occurrence of stunting. Multiple logistic regression analysis showed protein intake as a dominant factor associated with the occurrence of stunting (OR = 7.68) after controlling the child's age and history of infectious diseases. Prevention of stunting in toddlers, improving the quality of complementary feeding practices through eating with toddlers that a variety of local food processing protein nutrition workers through mentoring and health volunteers on an ongoing basis.
2013
T35526
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>