Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 43 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hendrich Oktober
"Kemunculan jenis-jenis kerusakan pada tiap candi yang ditunjukan oleh jenis-jenis kerusakan yang sering muncul pada bidang candi. Kecenderungan kemunculan jenis-jenis kerusakan dan pelapukan pada seluruh bidang candi di Dieng dapat memperlihatkan pola kemunculannya di Gugusan Bangunan Kura Dieng. Kemudian dapat diketahui juga besar kerusakan dan tingkat kelestarian candi-candi Dieng. Tingkat kerusakan rata-rata percandi di Dieng adalah 24,47%, dan tingkat kelestarian rata-rata percandi adalah 75,53%. Perincian besar kerusakan dan tingkat kelestarian rata-rata masing-masing candi di Dieng, yaitu: Candi Bima besar kerusakan rata-ratanya adalah 32,22% dan tingkat kelestariannya adalah 67,78%. Candi Gatot kaca besar kerusakan rata-ratanya adalah 11,59% dan tingkat kelestariannya adalah 88,41%. Candi Dwarawati besar kerusakan rata-ratanya adalah 20,70% dan besar kelestariannya adalah 79,30%; dan Candi-candi Kelompok Arjuna besar kerusakan rata-atanya adalah 33,37% dan tingkat kelestariannya adalah 66,63%. Urutan kemunculan jenis-jenis kerusakan dan pelapukan dari yang terbesar sampai yang terkecil, di gugusan bangunan kuna Dieng, adalah: pertumbuhan lichen (13,81%), pertumbuhan lumut (12,65%), pengelupasan (11,27%), penggaraman (11,09%), pertumbuhan ganggang (10,61%), kerenggangan (9,20%), pecah hilang (8,46%), lubang-lubang kecil dan bisul batu (8,29%), keretakan (6,19%), pertumbuhan tumbuhan tinggi (5,83%), pengikisan (erosi) (1,78%), dan kemelesakan (0,82%). Faktor-faktor lingkungan yang diduga berperan dalam proses kerusakan dan pelapukan batuan candi di Dieng, adalah: geotopografi, flora-fauna, kiimatologi, dan polusi udara berbentuk uap belerang."
Lengkap +
1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Wartika
"ABSTRAK
Penelitian dilakukan pada gelang batu koleksi Museum Nasional Jakarta yang berjumlah 62 buah. Penelitian tidak dimaksudkan untuk membahas fungsi, oleh karena itu definisi gelang dalam penelitian ini berbeda dengan definisi gelang secara umum.. Gelang yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu benda berbentuk lingkaran dengan lubang di bagian tengah yang mempunyai diameter dalam, diameter luar dan ketebalan yang bervariasi.
Bila diamati gelang batu koleksi Museum Nasional Jakarta (MNJ) memperlihatkan keragaman bahan, bentuk, ukuran dan teknik buat, hal ini menimbulkan pertanyaan, bagaimana bentuk (inti, lubang, penampang) gelang, ukuran, bahan dan teknik buat gelang batu koleksi MNJ. Untuk menjawab permasalahan tersebut digunakan tahap-tahap penelitian sebagai berikut: 1) Pengumpulan data (observasi) dengan cara studi kepustakaan dan pengamatan langsung pada benda 2) Pengolahan data (deskripsi), dilakukan analisis dengan metode klasifikasi taksonomi, sehingga mernpermudah pembentukan tipe, sub tipe dan variasi 3) Penafsiran data (eksplanasi), dilakukan pentipologian berdasarkan atribut kuat yang diperoleh, selanjutnya dilihat akan adanya hubungan antara bentuk, bahan dan teknik buat.
Dari hasil penelitian ini diperoleh antara lain keragaman bahan, yaitu kalsedon, agat, jaspis, andesit dan kaca vulkanik. Keragaman bentuk penampang yang menjadi atribut kuat, yaitu bentuk penampang kubus, persegi panjang, segitiga, segilima tidak beraturan, bulat dan setengah bulat. Keragaman teknik buat antara lain adanya pemboran satu muka, dua muka, campuran dan pahatan.
Lebih jauh lagi diperoleh adanya hubungan antara bentuk, bahan dan teknik buat. Bentuk kubus dibuat dari batuan kalsedon dan andesit dengan teknik buat campuran, bentuk persegi panjang terbuat dari batuan kalsedon dengan teknik pemboran satu muka, bentuk segitiga terbuat dari batuan kalsedon dan kaca vulkanik dengan teknik pemboran satu muka, bentuk bulat terbuat dari batuan andesit dengan teknik pemboran campuran, bentuk setengah bulat terbuat dari batuan kalsedon, agat dan jaspis dengan teknik pemboran dua muka, bentuk segilima terbuat dari batuan jaspis dengan teknik pemboran dua muka.

"
Lengkap +
1995
S11756
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Yanto H.M.
"Tesis ini membahas tentang konflik kepentingan dalam pemanfaatan kawasan yang terjadi pada zona inti Kawasan Cagar Budaya Muarajambi yang beberapa tahun belakangan ini kondisinya semakin semrawut. Bertumpuknya berbagai macam aktivitas pemanfaatan pada areal zona inti menyebabkan areal ini menerima beban yang cukup berat dan berdampak pada terancamnya pelestarian Cagar Budaya dalam kawasan ini. Oleh karena itu penelitian ini mencoba untuk memetakan konflik kepentingan yang terjadi, mencari inti penyebab konflik dan menemukan kebijakan yang tepat untuk mengurangi konflik kepentingan yang terjadi pada zona inti Kawasan Cagar Budaya Muarajambi. Penelitian yang menggunakan pendekatan mix method ini melakukan dua kegiatan dalam pengumpulan datanya, yaitu berupa wawancara dan pengisian kuisioner oleh para expert. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa model pengelolaan yang masih sepenuhnya dipegang oleh pemerintah saat ini dianggap tidak lagi cocok untuk diterapkan karena akan menimbulkan banyak konflik antarstakeholder. Oleh karena itu perlu dibentuk Badan Pengelola yang bersifat co-management yang mampu menampung berbagai kepentingan stakeholders yang masing-masing memiliki perbedaan sasaran dan tujuan, dengan demikian konflik pemanfaatan pada zona inti Kawasan Cagar Budaya Muarajambi dapat diminimalkan.

This tesis discussed about the conflict of interests in the area utilization that occurred in the core zone of Muarajambi Cultural Heritage Area of which condition has been even more chaotic in these last few years. The accumulation of various utilization activities in the core zone area has caused the area being quite overloaded and has threatened the preservation of the Cultural Heritages in the area. Hence this research attempted to map the occurring conflict of interests, to seek the nucleus cause of the conflict and to find the right policy to lessen the occurring conflict of interests in the core zone of Muarajambi Cultural Heritage Area. The research used mix method approach and carried out two activities in its data collection, namely interviews and questionnaires filled by the experts. The result of this research showed that the management model that was still fully held by the government was currently considered as unsuitable to be applied because it would cause many conflicts among the stakeholders. Therefore a co management natured Management Board needed to be established. This Management Board should be capable to accommodate various interests of the stakeholders, each of whom had different goals and purposes. Hence the utilization conflict in the core zone of Muarajambi Cultural Heritage Area could be minimalized.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T49823
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Ahmad Ginanjar Purnawibawa
"ABSTRAK
Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010, pengelolaan cagar budaya di Indonesia memasuki babak baru. Cagar budaya kini tidak hanya harus dilestarikan, tetapi juga diharapkan dapat dikelola untuk memberikan manfaat kepada masyarakat. Sebagai kawasan cagar budaya, Taman Arkeologi Onrust yang saat ini dikelola oleh UP Kebaharian mengalami permasalahan dalam pengelolaan. Bias dalam pengelolaan dan perencanaan yang dilakukan berpotensi mengancam hilangnya nilai penting yang dimiliki oleh kawasan tersebut. Penelitian ini berusaha menyusun model konseptual pengelolaan berbasis nilai penting sebagai alternatif pengelolaan di Taman Arkeologi Onrust, dalam upaya memperoleh manfaat dengan tetap mempertahankan nilai pentingnya. Melalui penelitian kualitatif dan wawancara mendalam terhadap pemangku kepentingan yang terlibat di dalam pengelolaan, berhasil dilakukan identifikasi nilai penting dan penyusunan model konseptual yang sesuai dengan kawasan Taman Arkeologi Onrust.

ABSTRACT
With the enactment of Heritage Protection Act No.11 2010, the management of cultural heritage in Indonesia entered a new phase. Cultural heritage should not only be preserved but also expected to be managed to provide benefits to the community. As a cultural heritage area, Onrust Archeological Park currently managed by UP Kebaharian experiencing problems in the management. The bias in the management and planning have done potentially threatens the loss of important value owned by the region. This research attempts to develop a conceptual model of value-based management as an alternative to management in Onrust Archeological Park, in order to benefit by maintaining its importance value. Through qualitative research and in-depth interviews with stakeholders involved in the management, this research successfully identified values and the formulated conceptual models in accordance with Onrust Archeological Park area.
"
Lengkap +
2018
T52092
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karyamantha Surbakti
"Benteng Nieuw Victoria di Kota Ambon merupakan benteng peninggalan bangsa Portugis di bumi Maluku. Benteng yang dibangun pada tahun 1575 M tersebut, mengalami proses budaya dan narasi kesejarahan yang panjang hingga saat sekarang ini kompleks di dalam Benteng Nieuw Victoria dijadikan lahan markas militer Kodam XVI Pattimura Ambon. Masih sedikit literatur yang membicarakan tentang bagaimana pengelolaan terhadap Benteng Nieuw Victoria Kota Ambon dan seperti apa peran stakeholder (pemangku kepentingan) dalam usaha pelestariannya. Tesis ini berusaha mengisi celah yang ada dalam menampilkan informasi, nilai-nilai penting apa saja yang dapat diuraikan pada Benteng Nieuw Victoria di Kota Ambon dan bagaimana usaha untuk menelaah persepsi dari berbagai stakeholder tersebut demi kelestarian dan pengelolaan yang baik. Tidak luput juga melihat dinamika pengelolaan di lapangan antara banyak pihak yang bersinggungan dengan benteng tersebut seperti Pemerintah Provinsi Maluku (Pemprov)/ Pemerintah Kota Ambon (Pemkot), Komando Daerah Militer (Kodam) XVI Pattimura, Akademisi, Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia ( IAAI) Komisi Daerah (Komda) Sulawesi Maluku dan Papua (Sulampapua), dan masyarakat lainnya. Diperoleh sebuah pemahaman dan formulasi tertentu terhadap studi ini yaitu terdapat sebuah kenyataan di lapangan bahwa ada suatu tinggalan warisan budaya (heritage) masih digunakan secara luas oleh militer. Pertimbangan oleh beragam stakeholder lainnya terkait pengelolaan dan pemanfaatan semisal kemungkinan melakukan take over (pengambilalihan) oleh pemerintah baik Pemprov maupun Pemkot terhadap Benteng Nieuw Victoria guna memudahkan pengawasan dalam upaya pelestarian dan pemanfaatan sebesar-besar untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Materi spesifik yang coba diujikan dalam tesis ini adalah bagaimana melihat sebuah korelasi (hubungan) antara usaha pencarian nilai-nilai penting (studi signifikansi) dengan upaya pelestarian yang hendak diskemakan oleh pemerintah terhadap Benteng Nieuw Victoria, apakah telah memenuhi setiap unsur-unsur dan tahap-tahap pelestarian yang diamanatkan oleh Undang-Undang Cagar Budaya (UU. CB). Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan cara pengumpulan data meliputi observasi (pengamatan) terhadap objek benteng dan masyarakat yang tinggal di sekitar benteng, melakukan studi pustaka, serta mengadakan wawancara untuk menggali harapan dan keinginan pelbagai pihak. Pengolahan datanya menggunakan teknik coding dan triangulasi.

Fort Nieuw Victoria in Ambon City is a fortress of the Portuguese in the Maluku (Moluccas Province). The fortress, built in 1575 AD, undergoes a long historical cultural process and historical narrative to the present day complex within the Fort Nieuw Victoria used as the military headquarters of Kodam XVI Pattimura Ambon. There is still little literature on how to manage Fort Nieuw Victoria and what the role of stakeholders in conservation efforts. This thesis seeks to fill in the gap in information display, what significance values can be described in Fort Nieuw Victoria in Ambon and how to examine the perceptions of various stakeholders for the sake of good preservation and management. Also particularly, see the dynamics of management in the field between many parties who intersect with the fort like; Provincial Government of Maluku/ Municipal Government of Ambon, Military Regional Command (Kodam) XVI Pattimura, Academics, Association of Indonesian Archaeologists (IAAI) Regional Commission Sulawesi Maluku and Papua (Sulampapua), and other communities. There is a certain understanding and formulation of this study that is a reality a heritage remains still widely used by the military. Consideration by various other stakeholders related to the management and utilization such as the possibility of taking over by the government of both the Provincial Government and the Municipal Government towards Fort Nieuw Victoria in order to facilitate supervision in the effort of conservation and utilization for the benefit of science and culture. The specific material that is tried to be tested in this thesis is how to look at a correlation between the quest for significance values and the conservation efforts that the government is trying to protect against Fort Nieuw Victoria, whether it has fulfilled every element and stage a conservation stage mandated by the Undang-Undang Cagar Budaya. This research method uses qualitative approach by collecting data include observation to the object (fort) and the people who lived around the fort, do literature study, and conduct interviews to explore the arguments and hopes of various parties. Data processing using coding and triangulation techniques."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T52043
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faizah Fina
"Faizah Fina. Analisis Keramik Jepang Koleksi Musium Sejarah Jakarta. Di bawah bimbingan Dr. Heriyanti O. Untoro). Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 2000 (xi + 125 hal, 1 peta,1 bagan, 6 tabel, 4 lamp, 51 Bab. 121-125). Keramik Jepang merupakan salah satu dari sekian banyak jenis keramik yang ada di Batavia. Keramik Jepang ini memiliki beberapa keistimewaan, antara lain mempunyai jenis dan motif hiasan, serta warna yang beragam. Keramik Jepang dalam penelitian ini berjumlah 1095 pecahan, berasal dari Situs Pasar Ikan dan sekarang merupakan koleksi Musium Sejarah Jakarta. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tipe-tipe keramik Jepang, terutama tipe-ripe apa yang paling banyak dan sedikit. Untuk mencapai hasil penelitian ini ada beberapa tahap yang harus dilakukan, yaitu: 1). Pengumpulan data, yaitu dengan melihat sumber kepustakaan, pengamatan langsung terhadap keramik Jepang di musium dan wawancara terhadap ahli keramik. 2). Pengolahan data, yaitu dengan cara menganalisis bentuk dan hiasan. 3) Penafsiran data, yaitu pembahasan mengenai keterkaitan antara tipe-tipe keramik Jepang dengan data sejarah. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa keramik Jepang ini terdiri dari sembilan bentuk yaitu piring (722 buah), mangkuk (241 buah), botol (75 buah), guci (23 buah), tutup (21 buah), vas (5 buah), albarello (5 buah) dan terakhir cepuk (3 buah). Piring dan mangkuk terdiri dari dua tipe, sedangkan yang lain satu tipe. Pada piring hiasan yang terbanyak ialah hiasan piring VII, sedangkan pada mangkuk ialah Masan mangkuk I. Tipe piring dan mangkuk tersebut merupakan jenis keramik kasar (Coarse ware) yang dibuat pada tahun 1650 M sampai dengan tahun 1680 M. Dan basil kesimpulan dapat diketahui bahwa keramik Jepang merupakan salah satu komodilas perdagangan yang cukup diperhitungkan oleh VOC, disamping komoditas lainnya, misalnya rempah-rempah. Hal ini didasari oleh beberapa alasan yaitu pertama, VOC mendapat keuntungan dari penjualan keramik, sehingga VOC membuka kantor dagang di Jepang untuk memperoleh keramik. ketika kiln-kiln di Cina tidak memproduksi keramik. Masan kedua yaitu bukti tentang catatan harian perdagangan keramik oleh Volker yang selalu mencatat kapal-kapal atau junk junk yang membawa keramik."
Lengkap +
2000
S11833
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Burman Kifli
"
ABSTRAK
Penelitian mengenai tradisi penguburan prasejarah di situs Gilimanuk yang telah dilakukan ini, tujuannya ialah untuk melihat apakah terdapat suatu pola dalam pemberian bekal kubur berdasarkan jenis kelamin dan usia individu mati. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pola tersebut, dilakukan dengan melihat benda bekal kubur yang menyertai rangka yang diketahui jenis kelamin dan usia matinya.
Pengumpulan data dilakukan melalui analisis jenis kelamin dan usia mati rangka yang dilakukan di Jogjakarta serta Inventarisasi laporan-laporan mengenai situs Gilimanuk, baik laporan penelitian ataupun laporan ekskavasi. Pengolahan data dilakukan dengan mengintegrasikan hasil analisis rangka, yaitu rangka yang telah diketahui jenis kelamin dan usia mati, dengan laporan basil ekskavasi Gilimanuk yang memuat informasi tentang bekal kubur.
Berdasarkan kajian terhadap benda bekal kubur, ternyata benda bekal kubur yang terbanyak menyertai rangka manusia di situs Gilimanuk adalah periuk. Hal ini berkaitan dengan konsep keyakinan masyarakat prasejarah yang menganggap bahwa kehidupan sesudah mati sama dengan keadaan dunia orang hidup. Penelitian ini menunjukkan bahwa pola pemberian benda bekal kubur tidak berhubungan dengan jenis kelamin dan usia individu yang mati. Hal ini terlihat dari tidak berpengaruhnya jenis kelamin dan usia mati terhadap jenis dan variasi benda bekal kubur.
Hasil penelitian ini memperkuat teori yang menyatakan bahwa pemberian bekal kubur yang merupakan bagian dari ritual upacara penguburan prasejarah tidak berkaitan dengan jenis kelamin dan usia mati, tetapi berkaitan dengan budaya lokal dan status sosial simati.
"
Lengkap +
1998
S11511
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Purnomo
"Skripsi ini mengkaji Pemanfaatan Hewan Sebagai Sumber Makanan dan Dan Alat Tulang di Situs Song Keplek Jawa Timur. Melalui temuan hasil penggaliannya yang berupa tulang-tulang hewan. Tujuan penelitian ini adalah mencoba mengetahui seberapa jauh pemanfaatan hewan yang dilakukan oleh penghuni situs Song Keplek, terutama untuk sumber makanan dan bahan pembuat alat tulang, dimana dari hasil penggalian yang pernah dilakukan banyak ditemukan temuan tulang hewan dan temuan alat tulang.
Proses pengumpulan data dilakukan dengan melakukan survei pustaka dan survey lapangan. Tujuan dari kegiatan tersebut untuk mengumpulkan seluruh data yang ada dan tercatatat. Data yang telah dikumpulkan dipisahkan menjadi dua, yaitu data pustaka dan data lapangan. Data Iapangan dibedakan lagi menjadi data penggalian dan data lingkungan. Data penggalian yang merupakan data utama dalam penelitian ini kemudian dipilah lagi untuk mendapatkan data yang layak diteliti lebih lanjut. Pengamatan secara khusus terhadap tulang-tulang hewan dan alat tulang dibantu dengan data kepustakaan menghasilkan beberapa hal yang berkenaan dengan proses pemanfaatan hewan yang ada di Situs Song Keplek, yaitu tentang jenis-jenis hewan yang dimanfaatkan dan bagian dari hewan yang kerap dimanfaatkan. Penelusuran data penggalian, kepustakaan mengenai habitat hewan dan lingkungan situs saat kini, menghasilkan kemungkinan gambaran lingkungan yang pernah berlangsung di lingkungan mikro Situs Song Keplek."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1998
S11510
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Respatianto
"Teknologi secara harfiah ialah ilmu yang berhubungan dengan teknik. Teknik adalah metode, cara dan keterampilan untuk membuat sesuatu atau mencapai sesuatu. Dalam makna yang luas, teknologi berarti cara-cara membuat atau mengerjakan benda-benda, yang dalam mendapatkannya dapat dipelajari terlebih dahulu. Teknologi juga dapat diartikan semua proses yang berkaitan dengan bahan. Selain itu, teknologi juga bertujuan untuk mempelajari hubungan antara sistem teknik dan fenomena sosial ekonomi pada masyarakat pendukungnya. Pada prinsipnya, teknologi meliputi semua proses, dari mulai memperoleh bahan sampai membuangnya, melalui tahapan pembuatan dan penggunaan. Dalam hal ini, industri dapat dipelajari melalui sebuah kombinasi dari beberapa elemen seperti bahan baku, aktifitas pembuatan, keahlian dalam membuat alat, dan alat pembuatnya (lnizan, 1992:12). Teknologi pembuatan suatu benda terdiri dari substractive technology dan additive technology. Substractive technology adalah pembuatan suatu produk dengan mengurangi bahan baku. Sedangkan additive technology adalah pembuatan suatu produk dengan menambah bahan baku (James Deetz, 1967:48). Proses pembuatan suatu benda akan sangat menentukan kualitas hasil benda yang dibuat. Penentuan kualitas hasil pembuatan tergantung pada kemampuan seorang pembuat alat (artisan). Semakin mahir seorang artisan, maka hasilnya akan semakin bagus, dan mendekati kesesuaian dengan keinginan yang direncanakan. Pada prinsipnya, teknologi pembuatan suatu alat terdiri dari substractive technology dan additive technology. Teknologi pembuatan alat batu merupakan salah satu dari contah substractive technology, yaitu pembuatan suahu alat dengan melakukan pengurangan terhadap bahan baku. Pembuatan alat batu itu sendiri adalah perpaduan dari sejumlah pengetthium yaitu kemanapun memperoleh, memilih dan menyiapkan bahan, memotong, menyerpih, menghaluskan, melubangi, dan membentuk bahan baku menjadi produk (Crabtree, 1972:4). Dalam membuat alai batu, seorang pembuat harus melakukan pembuatan dengan hati-hati, karna apabila terjadi kesalahan dalam pemotongan, penyerpihan, dan penghalusan maka akan berakibat pada kegagalan pembuatan sesuai dengan yang direncanakan. Hal itu disebabkan batuan yang sudah dipisahkan tidak dapat ditempel kembali."
Lengkap +
2000
S11886
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Hotma Linda Abigail
"Klenteng, sebagai suatu tempat ibadah tentunya mewakili kebudayaan masyarakat pendukungnya. Akan tetapi klenteng Da Bo Gong, klenteng yang menjadi bahan penelitian pada penulisan skripsi ini memiliki dua karakteristik kebudayaan di dalamnya. Pada klenteng ini terdapat makam Islam yang dianggap keramat oleh penduduk dan diziarahi baik oleh orang-_orang Cina maupun penduduk pribumi. Sebagai satu-satunya klenteng yang memiliki 'percampuran' seperti itu di Jakarta, menjadikan klenteng ini memiliki keunikan tersendiri untuk diteliti lebih lanjut.
Dengan demikian muncul pertanyaan penelitian apakah gambaran umum arsitektural yang biasa terdapat pada klenteng-klenteng terlihat juga dalam pembangunan klenteng ini. Hal tersebutlah yang merupakan permasalahan dalam penelitian ini. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini ialah memperbandingkan gambaran umum arsitektural yang biasa diterapkan di klenteng-klenteng dengan yang terlihat pada klenteng Da Bo Gong; menelusuri sejauh mana gambaran umum itu diterapkan pada klenteng Da Bo Gong, dan mengamati bagian-bagian bangunan klenteng yang masih menerapkan gambaran umum gaya arsitektur tersebut.
Langkah kerja pertama dari penelitian ini ialah dengan melakukan studi pustaka. Penulis mengumpulkan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai arsitektur bangunan klenteng. Dan hasil penelitian tersebut terlihat beberapa kesamaan gaya arsitektur yang diterapkan pada klenteng-klenteng dan juga aturan umum geomansi yang kerap kali diterapkan pada klenteng. Penulis merangkum gambaran umum arsitektur klenteng dan aturan geomansi tersebut yang dijadikan pedoman untuk melihat apakah gambaran umum tersebut terlihat juga pada bangunan klenteng Da Bo Gong. Setelah itu dilakukan studi lapangan dengan mengamati langsung objek penelitian. Penelitian dibatasi hanya pada bangunan utama pemujaan dan ruang keramat, yaitu ruang dimana terdapat makam Islam tersebut. Pembatasan dilakukan dengan alasan karena pada masa-masa kemudian didirikan bangunan-bangunan tambahan yang tidak terlalu berhubungan dengan penelitian ini. Pada tahap ini dilakukan deskripsi mulai dari kaki, tubuh, dan atap. Setiap bagian tadi diamati bagaimana komponen arsitekturalnya, komponen ornamental, komponen ruang yang merupakan isi dari ruan atau bagian tersebut. Perekaman data dilakukan dengan pengukuran, penggambaran dan pengambilan foto. Setelah itu penulis menganalisa data dengan melakukan perbandingan. Hasil yang telah diperoleh melalui studi pustaka kemudian diperbandingkan dengan hasil yang diperoleh dari studi lapangan untuk melihat seberapa besar gambaran arsitektural klenteng dan geomansi yang diterapkan. Untuk memudahkan analisa, perbandingan dilakukan dengan menggunakan tabulasi yang pada akhirnya melihat persentase gambaran umum yang diterapkan dengan yang tidak.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
S12000
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>