Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Emirhadi Suganda
Abstrak :
ABSTRAK
Sungai secara alamiah merupakan sebuah kesatuan, namun pada kenyataannya pengelolaannya terkotak-kotak ke dalam wilayah administratif. Selain itu, sungai juga memiliki keterkaitan dengan kondisi masyarakat yang bertinggal di sekitarnya. Tulisan ini membahas permasalahan Daerah Aliran Sungai (DAS) melalui pendekatan pembahasan isu pengelolaan, dan isu kondisi masyarakat khususnya dalam kerangka keterkaitan wilayah hulu dan hilir. Departemen Pekerjaan Umum sebagai pengelola dan penanggung jawab sumber daya air secara nasional, sering mengemukakan semboyan ?one river one plan one management?. Namun pada kenyataannya hal ini masih sering bertentangan dengan produk perundangan dan peraturan yang dibuat oleh pemerintah, terutama terkait dengan otonomi daerah. Tulisan ini juga mencoba untuk memberikan gambaran kondisi permukiman dan kondisi masyarakat di Bale Kambang dan Kampung Pulo yang merupakan wilayah hilir sungai. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam praktek penataan ruang DAS diperlukan keterpaduan antara pengelolaan DAS di berbagai wilayah, serta pemahaman kondisi masyarakat di wilayah sekitar DAS. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi praktek penataan dan pengelolaan lingkungan perkotaan pada wilayah DAS yang tidak dapat berdiri sendiri, serta pentingnya melihat keterkaitan antara lingkungan fisik DAS dengan dengan kondisi sosial masyarakat di sekitarnya.

River by nature is a unity, but there is a tendency to separate river management based on administrative areas. River is also related to the community living in its surrounding area. This paper discusses watershed issues related to the management and community condition, especially within the framework of interrelationship between upstream and downstream areas. Department of Public Works as the institution was responsible for the national water resource management has proposed the idea of "one river one plan one management." However, in reality this idea is not consistent with the regulations issued by the government, especially in the context of regional autonomy. This paper also attempts to illustrate the condition of settlement and community condition in Bale Kambang and Kampung Pulo as downstream areas. The findings of this study suggest the needs for an integrated management for various watershed areas, with the understanding of community condition in those areas. The findings provide inputs for planning and managing of urban areas by putting an emphasis on the interrelationship between various areas of wathershed, as well as the physical environment of watershed and the community condition of the surrounding communities.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Emirhadi Suganda
Abstrak :
Dalam praktek perancangan kota seringkali terjadi ketidaksesuaian antara upaya perancangan fisik yang direncanakan secara makro dengan terpenuhinya kebutuhan masyarakat dalam skala yang lebih mikro. Tulisan ini mencoba untuk membahas permasalahan ini dengan mengangkat sebuah kasus permukiman padat yang menjadi pendukung kegiatan pasar tradisional sebagai fasilitas umum perkotaan. Melalui kasus ini dapat terlihat sebuah dialog antara ruang fisik yang dibentuk melalui perancangan makro dengan kondisi sosial keseharian masyarakat yang menghuninya. Permukiman di sekitar pasar berperan sebagai tempat tinggal para pekerja pasar serta sebagai tempat berlangsungnya berbagai kegiatan pendukung aktivitas pasar. Namun ada kecenderungan bahwa peranan permukiman sebagai sistem pendukung ini tidak diperhatikan kelayakannya sebagai ruang bertinggal. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam praktek perancangan perkotaan, khususnya dalam penyediaan fasilitas umum, diperlukan keterpaduan antara skala perkotaan yang bersifat makro dengan skala keseharian masyarakat yang lebih bersifat mikro. Praktek perancangan kota yang sensitif terhadap keberagaman lingkungan perkotaan dan keterkaitan antar elemen di dalamnya diharapkan mampu menciptakan lingkungan kota yang memenuhi kebutuhan warganya secara berkelanjutan, baik pada skala makro maupun skala mikro.

There have been some misfits between the practice of urban planning at a macro scale and the needs of the society at a micro scale. This paper intends to discuss this issue by illustrating a case of high density urban housing as a supporting system for the activities in a traditional market as urban public facilities. The case suggests a dialog between the physical space determined by macro-scale planning and the everyday social life of the community living in the housing surrounding the market. The housing plays an important role as a living space for the market workers and as a setting for various activities that support the trading activities in the market. Unfortunately, there is a tendency that despite its importance, the quality of the housing is still far from sufficient as a space for living. The findings in this study suggest that the practice of urban design, especially in the provision of public facilities, needs to integrate macro urban scale with more micro everyday life of the communities. The practice of urban design needs to be sensitive to the diversity in urban environment and the interrelationships between urban elements. In this way, it would be possible to create urban environment that caters for the needs of its inhabitants in a sustainable way, both at macro scale and micro scale.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Reny Syafriny
Abstrak :
ABSTRAK
Masalah utama dari pertumbuhan pesat ekonomi modern adalah terjadinya kontestasi ruang yang berdampak ketimpangan dan ketidakadilan spasial bagi kelompok ekonomi tradisional yakni kelompok nelayan. Melalui kasus kota pesisir Manado dengan kondisi fisik kota yang terkendala bentang alam, tumbuh persaingan ruang ekonomi yang tidak berimbang antara ekonomi modern kapitalistik dan ekonomi subsisten. Kompetisi penggunaan ruang memerlukan diskusi dan pengetahuan yang belum banyak dibahas tentang pengembangan konsepsi rancangan kota yang adil antara sektor formal dan informal. Melalui pendekatan kualitatif grounded theory yang tidak mengkonstruksi hipotesis sebagai pijakan awal, penelitian berjalan dalam dua alur, yakni ekplorasi kasus, dan pengembangan trialektika spasialitas yakni pemahaman terhadap kompleksitas ruang melalui sosio-spasial historis, dapat diungkap penyebab dan proses terjadinya ketidakadilan. Menggunakan analisis strukturasi masyarakat urban dapat dipahami bagaimana proses kelompok dominan memarginalkan kelompok lain serta peran dan keterlibatan aktor dalam penentuan bentuk ruang urban. Temuan riset menunjukkan bahwa determinasi perubahan bentuk perkotaan modern secara makro sangat dipengaruhi oleh kekuatan modal kapital yang berdampak pada struktur spasial perkotaan yang timpang dan menimbulkan konflik berkelanjutan sebagai manifestasi dari ketidakadilan spasial dalam penggunaan ruang. Secara mikro permukiman nelayan termarginal melalui penyusutan pangkalan perahu sebagai ruang sosial dan ekonomi dalam komunitas nelayan.
ABSTRACT
This dissertation raises the issue of modern economic growth in urban areas that impacted inequality and spatial injustice for traditional economic groups represented by fishermen. Through the case of Manado coastal city constrained by its natural condition of the landscape, there is an unbalanced economic space competition between the capitalistic and the subsistence group, especially the traditional fishermen. This situation requires further discussion focused on the conception of the just city design. Descriptive qualitative research using the process of physical and metaphysical transformation of urban space had explained the actors and power as determinant factor in urban structures changes as the cause of spatial inequality and injustice. In micro level, fishermen settlement marginalized by the depreciation of the boat station during the process of coastal reclamation construction in the city
2017
D2272
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sengke, Maria Myron Charlotta
Abstrak :

Penelitian ini fokus kepada terjadinya mekanisme melihat, melalui keterbatasan ruang pandang dalam membentuk pengalaman ruang secara visual. Metode kuantitatif simulasi digunakan dalam menangkap, mengukur dan membongkar gambar pandangan. Gambar pandangan digunakan untuk mengeksplor pengalaman pasien di ruang pasien pada salah satu rumah sakit swasta di Depok. Hasil penelitian menjelaskan bahwa kualitas pertemuan (interface) antara mekanisme melihat dan peluang lingkungan, mengungkap keterbatasan ruang pandang (visual rangeness) yang hanya dialami oleh pasien (egocentric perception) melalui konsep incomplete parts. Incomplete parts merupakan struktur unit dari yang terkecil sampai terbesar, mencakup ruang dan elemen ruang yang tertangkap secara sebagian dalam ruang pandang. Penemuan ini menambahkan inti yang membangun persepsi ruang, melalui bagian-bagian menjadi keseluruhan ruang di dalam ruang pandang. Persepsi ruang didiskusikan dalam sebuah diskusi Gestalt dan Ekologikal Optik, dengan melibatkan pertemuan mekanisme melihat dan peluang lingkungan.


This research focuses on the mechanism of seeing, through the limitations of the field of view in shaping the visual experience of space. The quantitative simulation method is used in capturing, measuring, and unpacking the view image. The view image is used to explore patient experiences in the patient room at one of the private hospitals in Depok. The results of the study explain the quality of the interface between the mechanism of seeing and environmental opportunities, the results of the study revealed that the limitations of visual rangeness in experiencing space experienced only by patients (egocentric perception) through the concept of incomplete parts. Incomplete parts are the unit structure from the smallest to the largest, including space and space elements that are captured partially in the field of view. These findings add to the core that builds space perception through parts into the whole space in the field of view. The perception of space is discussed in a discussion of Gestalt and Ecological Optics, involving the meeting of mechanisms of seeing and environmental opportunities.

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Olga Nauli Komala
Abstrak :
Urban foodscape merepresentasikan kemelekatan makanan dengan lanskapnya di ruang kota. Berbagai penelitian terdahulu mengungkapkan bahwa foodscape bersifat nested, interconnected, dan multidimensi. Namun, gagasan foodscape belum memberikan pemahaman bagaimana pengkondisian fit atau kesesuaian dari kehadiran makanan pada lanskapnya. Gagasan form (bentuk) menekankan fitness sebagai pengkondisian yang ideal dari kehadiran makanan pada habitat urban. Habitat urban merujuk pada pengkondisian yang khusus dari lanskap, dengan gagasan form dari foodscape yang tergantung pada konteks spasialnya. Kawasan Pancoran, Glodok, Jakarta, sebagai salah satu urban foodscape, memiliki karakter fisik dan nonfisik sebagai suatu Pecinan, termasuk karakter urban form sebagai struktur pembentuk habitat urbannya. Tujuan penelitian ini adalah menelusuri form dari urban foodscape, yang mengindikasikan fitness dari urban foodscape dan hubungan di antara food patches. Penelitian ini mempertanyakan gagasan form dari urban foodscape pada suatu konteks habitat. Pertanyaan ini merujuk pada kesesuaian atau fitness dari suatu urban foodscape dalam skala makro dan mikro; serta bagaimana relasi antara urban food system dengan berbagai elemen urban form. Metode multilayer yang komprehensif dalam pendekatan studi kasus ini bertujuan untuk menelusuri aspek makanan dan lanskap. Pemodelan habitat urban dengan land mosaic sebagai the puzzle-pieces-plan merujuk pada keberagaman elemen spasial, yang terdiri dari matriks, patch, dan koridor. Patch merupakan unit spasial yang dianalisis sebagai suatu set (himpunan) yang berhubungan dengan urban food system dan urban form. Pemetaan superimposed berfungsi menelusuri enam layer terkait kehadiran makanan, yaitu ruang-ruang yang menghadirkan komoditas makanan; aktivitas dalam urban food system; jenis komoditas makanan; sifat permanen ruang yang menghadirkan komoditas makanan; fungsi sekitar kawasan; dan pusat kegiatan. Temuan pertama mengungkapkan bahwa kawasan Pancoran, Glodok, memiliki sembilan tipe food patch sebagai pengkondisian fit, yaitu food corridor; street food festival; food patch di sekitar pusat kegiatan; food patch di sekitar simpul pergerakan; food patch di ruang kota dengan skala intim; street market; food node; food patch makanan tidak halal; dan transisi antara food patch (embrio atau jejak food patch terdahulu). Temuan kedua mengungkapkan empat tipe relasi antara food patches yaitu relasi set yang sama; bagian; berpotongan atau beririsan; dan saling lepas. Temuan ketiga menekankan food mosaic sebagai gagasan form dari foodscape yang memiliki sifat nested di dalam food patches dan interconnected dalam hubungannya dengan food patches lainnya. Pemahaman mengenai food mosaic akan memberikan panduan arah pengembangan urban foodscape sesuai habitat urbannya. ......Urban foodscape represents the attachment of food to its landscape in an urban spatial context. Previous studies reveal that foodscape is nested, interconnected, and multidimensional. However, the idea of foodscape is not sufficient to comprehend how food fits in its landscape. The concept of form highlights fitness as the ideal condition for the presence of food in urban habitat. Urban habitat constitutes a distinctive landscape so that the form of foodscape depends on its spatial context. Pancoran, Glodok, as one of Jakarta’s urban foodscape, has specific physical and non-physical aspects as Jakarta’s Chinatown, which characterize its urban forms as the structure of urban habitat. The objective of this research is to explore the form of urban foodscape in relation to food system and urban form. This research questions the form of foodscape, which indicates the fitness of urban foodscape and the relationship between food patches. A comprehensive multilayered method in this case study is applied to explore the multidimensional aspects of food and landscape. In the case of urban habitat, the approach of land mosaic as the puzzle-pieces-plan refers to the heterogeneity of spatial elements constructed by matrix, patch, and corridor. Patch as a spatial unit is analyzed as a set of urban food systems related to urban forms. The superimposed mapping functions to separate, sequence, and overlay the spatial presence of food patch in urban forms in six layers, such as the layer of food spatial distribution; activities related to food or urban food system; food types; the spatial permanency of food spots; surrounding context; as well as centers of activities around food environment. This research has three findings regarding the concept of urban foodscape form. The first finding discovers that Pancoran, Glodok, has nine types of food patch considered as fitness, such as: food corridor; street food festival; food patch around activities center; food patch around an intersection; food patch in intimate scale; street market; food node; non-halal food patch; and food patch as a transition zone. The second finding reveals four types of relationship between food patches which can be categorized as “including it; being included by it; partially including; and partially excluding it”, in order to be fit in its landscape. Furthermore, the third finding highlights food mosaic as the form of foodscape, which refers to the fitness of part-to-whole-relationship, determined by the relationship between food and the urban form. Food mosaic represents the concept of being nested in food patches and interconnected with other food patches and elements within the food environment. Understanding food mosaic will lead to prescriptive purposes in the development of urban foodscape that fits in its urban habitat.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library