Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abul Hayat
"Dewasa ini pembangunan kesehatan masih ditandai dengan tingginya angka kematian ibu (AKI} sebesar 390 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk menurunkan angka kematian ibu sampai ke batas yang paling rendah, pemerintah telah menempatkan bidan desa ke seluruh tanah air. Salah satu tugas bidan tersebut ialah meningkatkan peran serta masyarakat. Pada tahun 1988 kinerja alokasi waktu bidan di desa dalam peningkatan PSM 80% masih kurang, yaitu 6 - 7 jam setiap bulan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kinerja alokasi waktu bidan di desa dalam peningkatan PSM di Kabupaten Aceh Timur.Kinerja alokasi waktu yang dimaksudkan pada penelitian ini ialah jumlah jam kegiatan per bulan, dikatakan baik bila jumlah jam kegiatan > 30 jam per bulan, dikatakan sedang bila jumlah jam kegiatan 7,5 - 29,9 jam per bulan dan dikatakan kurang bila jumlah jam kegiatan < 7,5 jam per bulan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel penelitian adalah bidan di desa yang bertugas di Kabupaten Aceh Timur. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sistematik random sampling dengan jumlah responden 61 orang yang dilaksanakan pada bulan November 1999.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 37,7% kinerja alokasi waktu bidan di desa tergolong baik, 29,5% sedang dan 32,8% kurang. Faktor umur, lama bekerja dan tempat tinggal mempunyai hubungan yang bermakna terhadap kinerja alokasi waktu bidan di desa. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kinerja alokasi waktu bidan di desa dalam peningkatan PSM dengan hasil kategori baik lebih tinggi dari hasil kinerja kategori sedang dan kurang.Penelitian ini menyarankan untuk penempatan bidan di desa pada masa yang akan datang perlu memperhatikan dan mempertimbangkan tingkat kedewasaan dan kematangan. Bagi bidan yang menetap di desa dengan kinerja baik, perlu diberikan fasilitas pemondokan yang layak huni. Bagi bidan yang telah lama bekerja disarankan dalam jangka pendek mengikuti pelatihan yang berhubungan dengan kinerja dalam peningkatan PSM. Pada jangka menengah bagi bidan yang mempunyai kinerja baik diberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan (AKBID). Pada jangka panjang bagi bidan yang mempunyai kinerja baik diusulkan untuk menjadi pegawai pemerintah.

The Factors Related Village Midwives Time Allocation Performance on Community Participation Development at District of East Aceh, on 1999The current achievement of health development programs is still marked with Mother Mortality Rates (MMR), which are 390 per 100 thousands live birth. Therefore to decrease the rate, government has made a policy on midwives placement at village in all over Indonesia. One of the midwives' responsibilities at village is developing community of participation. In 1998, the performance of the midwives achieved less than target was 80%, which were 6 to 7 hours each month. This study had objective to describe which the village midwives performance on community participation development in District of East Aceh. The indicator used of the performance is total hours spent in a month for community development activities. If the total hours of activity is greater or equal than 30 hours per month, the performance is excellent, if the total hours of the activity is equal to.7.5 to 29.9 hours per month, then it is good, otherwise those with less than 7.5 hours per month is considered unsatisfactory performance. This study used cross sectional design. The unit of analysis is village midwives who currently work in East Aceh District. Sampling method is systematic random sampling with sample of 61 midwives.
Some important results showed that only 37.7% of respondents have excellent performance, 29.5% are good, and 32.8% are considered unsatisfactory performance. Variable of age of midwives, length of placement, and placement area are variables significantly related to the performance. The study recommends that midwives placement at villages should consider the maturity of midwives themselves. Be should provided appropriate placement facilities such as house to stay. Furthermore, those midwives with length of works more than 3 years can be suggested to follow refreshing training on community development to enhance their motivation. This study who suggests in the mid and long term period that midwives who have excellent performances should be recommended to continue their education to Midwives Academy (AKBID). Furthermore, they can also be promoted as permanent civil servant.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T2765
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yansyah Nawawi
"Tujuan diterbitkannya Buku Profil Kesehatan Kabupaten/Kota adalah tersedianya data informasi yang tepat, akurat dan sesuai kebutuhan dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pemanfaatan Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota oleh Pejabat Struktural pada Dinas Kesehatan Kabupatenl Kota di Propinsi Bengkulu, dan hubungan antara karakteristik individu Pejabat Struktural dan karakteristik organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan pemanfaatan Profil Kesehatan Kabupaten Kota di Propinsi Bengkulu.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan cross sectional deskriptif dengan pendekatan kuantitatif Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan sebagai responder adalah 92 orang Pejabat Struktural Eselon IV dan Eselon V Dinas Kesehatan Kabupatenl Kota pada 4 kabupaten/kota yang ada di Propinsi Bengkulu. Pengolahan dan analisis data baik analisis univariat, bivariat maupun multivariat menggunakan Program SPSS versi 9.0. Analisa bivariat dilakukan dengan analisa Korelasi "Pearson" dan Koefisien "Kendal Tau". Sedangkan analisa multivariat menggunakan analisa Regresi Berganda dengan metode "Backward".
Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa dari 9 variabel bebas yang dipelajari, 7 variabel mempunyai hubungan bermakna (p<0,05) dengan pemanfaatan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai variabel terikat. Ketujuh variabel tersebut adalah tingkat pendidikan (r= 0,358), jabatan (1-0,351), persepsi (r---0,490), kebiasaan bekerja (r=0,514), kebutuhan data/ informasi (r),571), ketersediaan data/informasi pada program/unit kerja (r=0,259) dan kemudahan akses (r=0,466). Hasil analisa multivariat menunjukkan 4 variabel sebagai prediktor pemanfaatan Profil Kesehatan Kabupaten/ Kota, yaitu, jabatan ( B=1,391), tingkat pendidikan (B=0,253), persepsi (B=0,181) dan kebutuhan data/informasi (B= 0,253).
Dalam rangka peningkatan pemanfaatan Profil Kesehatan kabupaten/Kota perlu diupayakan beberapa hal yaitu peningkatan kualitas data/ informasi melalui peningkatan kinerja tim penyusun, pendistribusian buku Profil Kesehatan sampai ketingkat pejabat eselon V dan pemenuhan persyaratan minimal tingkat pendidikan pejabat struktural.
Daftar bacaan : 33 (1983-2000)

Analysis of Health District Profile Utilization by Structural Personnel at Health District Offices in Bengkulu Province, 2000
Health Profile of District aim to provide data or information which are accurate, en time and appropriate to needs of improving health management capability providing health programme effectively and efficiently.
This Study has objectives to describe the reports utilization by structural personel and to determine correlation between invidual characteristics and organization characteristics with the utilization Health Profile report of Health District Offices in Bengkulu Province.
This study used Cross Sectional design. Data Collection used questionnaire with 92 respondents of "eselon IV and V" at District Health Offices. Data is analyzed using univariate; bivariate and multivariate analysis with SPSS Software version 9.0. For bivariate analysis Pearson Correlation and Kendal Tau was used. As for multivariate, multiple regression with backward method was used.
Bivariate analysis show that from 9 independent variables, 7 of them have significant correlation with Health Profile Reports of District utilization. Those variables are educational level, job position, perception, work customary, data or information need, data or information availability in program and easy accessibility to Health Profile Reports of District.
Multivariate analysis result shows that independent variables are predictors for the reports utilization. The variables are educational level, job position, perception and data or information need.
To increase Health District Profile utilization, several efforts below should be conducted :
- to increase data/information quality through increasing teamwork performance, - to distribute Health Profile Book to "eselon V personels"
- to fullf ll minimum education level for structural personels.
References : 33 (1983-2000)"
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T5154
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan Purwanto
"Rumah Sakit Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut Dr. Mintohardjo (RSAL Dr. Mintohardjo) Jakarta, adalah rumah sakit tingkat II yang mempunyai 24 poliklinik rawat jalan dan ruang perawatan dengan jumlah tempat tidur sebanyak 291. RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta mempunyai Ruang Udara Bertekanan Tinggi (RUBT) untuk pengobatan hiperbarik.
Oksigenasi hiperbarik merupakan pengobatan dimana pasien menghirup oksigen murni (100%) pada tekanan udara lebih besar daripada tekanan udara atmosfir normal, untuk itu rumah sakit memberikan pelayanan mulai dari pemeriksaan penyelam, pengobatan penyakit akibat penyelaman dan pengobatan penyakit-penyakit klinis. Ruangan yang dipakai untuk perawatan hiperbarik adalah dalam Ruang Udara Bertekanan Tinggi (RUBT) dipusatkan di gedung Hiperbank Center. Pada tahun 1998 mengalami pengembangan dengan didirikannya hiperbarik center yang berkapasitas 24 pasien dalam satu sesi pengobatan selama 90 menit. Tahun 1998 diadakan pengembangan fasilitas gedung dan peningkatan sarana, pada 3 tahun pertama terdapat adanya kecenderungan penurunan pasien yang diperiksa maupun sesi pengobatan yang dilakukan dalam RUST.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan niat penggunaan ulang pelayanan hiperbarik di RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta.
Metode penelitian yang dipakai adalah studi observasional melalui survey dengan disain studi telaah data secara cross sectional. Sedangkan instrument pengambilan data dipakai kuesioner.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa semua variabel bebas yang menyangkut aspek konsumen dan provider tidak memiliki hubungan dengan kepuasan untuk menggunakan lagi hiperbarik kecuali alasan kedatangan pasien memiliki hubungan bermakna. Hal ini menunjukkan bahwa alasan utama kedatangan pasien lebih disebabkan karena alasan pribadi dan dikirim dokter. Dapat diasumsikan bahwa target audience utama pemasaran RSAL adalah kelompok masyarakat umum dan kiriman dokter. RSAL perlu mengkaji ulang tentang program pemasaran khususnya pendekatan dengan dokter sebagai perujuk potensial rumah sakit.
Saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian adalah hubungan baik dengan para dokter yang merupakan perujuk potensial rumah sakit perlu dibina. Personil perawat dan administrasi merupakan komposisi tenaga yang terbanyak dan perannya sangat bersentuhan dengan pasien sehingga perlu pembinaan dan pelatihan secara berencana. Pada penataan positioning rumah sakit di mata konsumen dan pesaing, diperlukan kreatifitas dan inovasi program yang jeli. Penyebaran informasi menjadi penting dan sebagai titik awal dari pada kegiatan pemasaran rumah sakit.
Kiranya hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan manajemen RSAL.
Daftar Pustaka : 31 (1975 - 1999)

The Analysis of the Factors which Related to the (Intention) Re-use of Treatment at Dr. Mintohardjo Navy Hospital (RSAL), Jakarta
The Indonesian Navy Hospital of Dr. Mintohardjo, Jakarta is a level II hospital that has 24 polyclinics for outpatient and treatment rooms with 291 beds. This hospital also has a High Pressured Air Room (RUBT) for hyperbaric treatment.
The hyperbaric oxygenation is sort of treatment in which a patient inhales a pure oxygen (100%) on the air pressure that is larger rather than a normal atmosphere air pressure. For the examination of the divers, the medication of the diseases caused by the diving as well as the clinical diseases medication. The room which is used for the hyperbaric treatment is the High Pressured Air Room (RUBT), centralized at the building of Hyperbaric Center.
In 1998, it was having a development by building a Hyperbaric Center with 24 patient capacity in one medication session for 90 minutes.
In 1998, it was conducted the development of building facality and the means improvement. In the first three years, there is a tendency of the patient decrease who examined or a medication session in RUBT.
This research purpose is to know the depiction of the factors which related to the intention or re-use of hyperbaric treatment at RSAL Dr. Mintohardjo.
The research method that is used is the observational study through the survey by the-data analyzing study design in cross sectional. While, to collect the data using questioners.
From this research, it found that all free variables that related to the aspects of consumers and provider, do not have a relation with the satisfaction to use more hyperbaric, except the reason of patient visit has a meaningful relation. It indicates that the main reason of patient visit is caused by a personal reason as well as sent by the doctor. It could be assumed that the main market target of RSAL is the public community and a patient who is sent by a doctor. RSAL needs to re-analyze about the market program, especially the approach to the doctor as the potential reference maker for a hospital.
The advice that can be given based on the research result is the good relationship with the doctors who are as the potential reference maker for a hospital, should be maintained. The personnel of nurse and administration is the most worker composition, and their role touches greatly with the patients, for that reason, the guidance is needed and the training should be planned continuously.
In positioning the image hospital towards the consumers and competitors, it needed the creativity and innovation of program carefully and smart. The information distribution becomes significant and a start point rather than the hospital marketing activity.
It is expected that this research result could be a consideration means for RSAL management.
Library List 31 (1975 - 1999)"
2001
T5647
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitti Rachmi Misbah
"Penelitian ini didasari masih tingginya angka kematian ibu dan angka kematian bayi di Indonesia dan khususnya di Kabupaten Buton, dan telah dilakukannya pelatihan APD bagi bidan di desa di Kabupaten Buton dan belum ada gambaran dampak pelatihan APD terhadap mutu proses persalinan. Penelitian dilakukan di Kabupaten Buton bagi bidan di desa yang telah mendapat pelatihan APD dan di Kabupaten Muna bagi bidan di desa yang tidak mendapatkan pelatihan APD. Dilaksanakan pada bulan Januari hingga Mei 2001. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan desain penelitian Cross Sectional. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen observasi untuk kepatuhan bidan terhadap proses persalinan dan kuesioner untuk karakteristik dan motivasi bidan di desa.
Hasil yang didapatkan adalah ada perbedaan mutu proses persalinan antara bidan di desa yang mendapat pelatihan dengan tidak mendapat pelatihan APD (p value = 0,049 a = 0,05). Ada perbedaan mutu proses persalinan antara kelompok umur lebih atau sama dengan 32 tahun dengan kurang dari 32 tahun (p value = 0,018 a = 0,05), serta ada perbedaan mutu proses persalinan antara bidan di desa dengan masa kerja lebih atau sama dengan 11 tahun dan kurang dari 11 tahun (p value = 0,012 ct = 0,05). Untuk motivasi bidan di desa antara yang pelatihan APD dan tidak pelatihan tidak ada perbedaan yang bermakna (p value = 0,388 a = 0,05).
Kesimpulan dari pelatihan ini ada perbedaan yang bermakna antara pelatihau APD dan mutu proses persalinan serta ada perbedaan mutu proses persalinan berdasarkan kelompok umur dan masa kerja. Sehingga bagi penyelenggara dan pelaksana program pelatihan APD tetap dilaksanakan dengan perbaikan pada metode, materi, waktu dan fasilitator pelatihan, juga diperlukan dukungan pelatihan lain yaitu pelatihan komunikasi.
Bagi Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tenggara perlu memikirkan untuk pemerataan pelatihan APD bagi bidan di desa di Kabupaten-kabupaten lain di Propinsi Sulawesi Tenggara.

Analysis Training Impact of Basic Upbringing Childbirth toward Childbirth Process Quality by Midwife in Town of Buton Regency in 2001This research was still based on the high rate of Mother Death and the Baby Death in Indonesia, especially in Buton regency. The research of Basic Upbringing childbirth for midwife which had been done in Buton regency of the impact for this research toward the child birth process quality had not give the description yet. This research was done in Buton Regency for midwife in town which got the training of Basic Upbringing Childbirth and in Muna regency for the midwife who didn't get the same training on January until May 2001. Type of this research was Descriptive analytic with construction Cross Sectional. Technique of data finding was by using instrument observation for discipline of the midwife to the childbirth Process Quality and questioner for characteristics and motivation.
The result that the writer got was the differences of childbirth process quality between the midwife in town which got the training as compared to the midwife which didn't got it (P value = 0,049 a = 0,05). There are the differences of the Childbirth process quality between group of ages more than or same as 32 years old with the group less than 32 years old (P value = 0,018 a = 0,05), and the differences of childbirth process quality between the midwife in town by the time of working same or more than 11 years (P.value 0,012 0 = 0,05 ). There is no urgent differences for the motivation of midwife which got the training with the midwife which didn't get it (P value = 0,388 a = 0,05 ). Conclusion of this research is the urgent differences between training of Basic Upbringing Childbirth and the childbirth process quality and also the differences of childbirth process quality which based on group of ages and based on the time of working. So, for the committee and the organizer of this program still rearrange the method, materials, time and training facilitator. Beside that, it is important to add another kinds of training, such as communication training, completed with own evaluation of training method, the mutual standard, which was decided and can be obeyed by the midwife in town.
For the health official of southeast Sulawesi have to consider the even distribution of Basic Upbringing Childbirth for midwife in town of regencies in southeast Sulawesi."
2001
T4643
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulima Suntari
"Tarif kunjungan puskesmas di Kabupaten Lahat tidak mengalami perubahan sejak 10 tahun yang lalu, yaitu sebesar Rp.300,00. Tarif ini tidak sesuai dengan kondisi masyarakat saat ini, apalagi masyarakat juga semakin menuntut adanya pelayanan yang lebih bermutu. Agar tugas dan fungsinya terlaksana dengan baik, puskesmas memerlukan biaya operasional yang tidak sedikit dan tak dapat hanya bergantung pada subsidi yang diberikan pemerintah. Puskesmas perlu menggali potensi masyarakat, antara lain melalui penyesuaian tarif dan penerapan konsep swadana.
Puskesmas Pagar Alam adalah puskesmas yang paling berkembang di Kabupaten Lahat dan layak menjadi puskesmas unit swadana daerah. Penyesuaian tarif dan swadananisasi Puskesmas Pagar Alam memerlukan dukungan pemegang keputusan di Kabupaten Lahat, karenanya perlu diketahui bagaimana pendapat/pandangan para pemegang keputusan terhadap penyesuaian tarif dan swadananisasi Puskesmas Pagar Alam. Penyesuaian tarif dilakukan melalui analisis tarif yang berdasarkan biaya satuan pelayanan dan tingkat kemampuan (ability to pay = ATP) dan kemauan masyarakat (willingness to pay = WTP ) di Pagar Alam. Penelitian bersifat deskriptif analitik, dilakukan survei kepada masyarakat Pagar Alam dan wawancara mendalam kepada pemegang keputusan di Kabupaten Lahat.
Kemampuan masyarakat menurut ATP1 ( 5% pengeluaran bukan makanan ) adalah : 100% masyarakat mampu membayar Rp.1.250,00, 94 % masyarakat mampu membayar Rp.2.000,00 dan 61% masyarakat mampu membayar Rp.5.000,00. Kemampuan masyarakat menurut ATP2 (pengeluaran bukan makanan tanpa pesta/acara adat) adalah : 100% masyarakat mampu membayar Rp.3.200,00, 99% masyarakat mampu membayar Rp.14.200,00 dan 95% masyarakat mampu membayar Rp.20.000.
Biaya satuan (unit cost) kunjungan puskesmas adalah Rp.1.900,00 dan biaya satuan untuk rawat inap adalah Rp.11.500,00. Tarif kunjungan yang diusulkan adalah Rp.2.000,00 dan tarif rawat inap diusulkan Rp.12.500,00 per hari.
Ternyata, walaupun para pemegang keputusan di Kabupaten tidak mengetahui persis persoalan yang dialami petugas di lapangan, tetapi pada dasarnya mereka setuju dengan rencana penyesuaian tarif dan swadananisasi Puskesmas Pagar Alam. Yang penting adalah bahwa penyesuaian tarif harus memperhatikan kemampuan masyarakat dan bertujuan untuk peningkatan mutu pelayanan kepada masyarakat. Penyesuaian tarif dan swadananisasi Puskesmas Pagar Alam harus segera disosialisasikan dan dikoordinasikan dengan unsur terkait bila ingin cepat terlaksana.

The Tariff's Policy Making Process and Self-Funding In Pagar Alam Puskesmas in Lahat District South Sumatra ProvinceThe admission fee in Pagar Alam Puskesmas Lahat Regency, which is Rp. 300, has not been changed since 10 years ago. This admission fee is not appropriate anymore with current community condition. More over, the people insist to get better service from the Puskesmas. In order Puskesmas can do their job and function better, they need more operational cost, they should not only depend on funding from the government. The Puskesmas needs to elaborate and community potencies. This can be done by using tariff cost-adjusted and implementing self-funded and self-managed services.
Pagar Alam Puskesmas is the most developed Puskesmas in Lahat Regency. Therefore, this Puskesmas is appropriate to become self-funded Puskesmas. Cost adjusted tariff and sel --funded in Pagar Alam Puskesmas need the support from all comment from them about the cost adjusted tariff and self-funded Puskesmas Pagar Alam.
Cost adjusted tariff was done with cost analysis method, which is based on the unit cost of service, ability to pay and willingness to pay from Pagar Alam community. This study use descriptive-analytical approach, with conducting survey on Pagar Alam community and in-depth interviews to the Lahat District policy makers.
Based on community ability to pay, ATPI (which is defined as 5% of non food expenses), there are if the tariff was increased to Rp.1.250, there will be 100% of community can pay the Puskesmas visit. The outreach is decreasing to 94% and 65%, if the tariff was increased to Rp.2.000 and Rp.5.000 per visit respectively. Based on ATP2 (non-food without party / traditional event expenses), if the tariff was increased to Rp.3.200/day there will be 100% of community can pay the visit. Furthemore the outreach is decreasing to 99% and 95% if the tariff were increased to Rp.14.200 and Rp.2.000 respectively.
Based on those ATP calculations, and unit costs for outpatient visit (which is Rp.1.900) and unit cost for inpatient visit (which is Rp.11.000), this study concluded that the tariff should be adjusted to Rp.2.000 and Rp.11.000 for outpatient and inpatient visit respectively.
Although the policy makers in Lahat didn't know about the field situations at Puskesmas, in general they were agree with the proposed cost-adjustment and self-funding plan in Pagar Alam Puskesmas. The most important thing in cost adjustment is we have to take attention on the community ability to pay. Beside that we also have to stress that the purpose of cost adjustment is for getting better Puskesmas service for the surroundings community. Cost adjustment and self-funding plan must be socialized soon and coordinated with the related institution.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T7801
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nany Syuryati R.
"Terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan sejak pertengahan tahun 1997 yang lalu, berpengaruh buruk terhadap kesehatan dan status Gizi masyarakat, terutama keluarga miskin. Salah satu kelompok yang rentan adalah balita yang dengan keadaan ini menjadi Kurang Energi Protein (KEP). Untuk mencegah meluasnya kasus KEP, maka pemerintah Propinsi Sumatera Barat bekerja sama dengan swasta memberikan bantuan berupa makanan tambahan untuk pemulihan (PMT-P). Pemberian PMT-P telah diteliti di beberapa daerah, namun sampai saat ini di kota Padang sendiri belum pernah dilaksanakan penelitian ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan peningkatan status Gizi balita KEP keluarga miskin. Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kuranji dan Puskesmas Belimbing, Kecamatan Kuranji, kota Padang terhadap balita KEP keluarga miskin yang mendapatkan PMT-P.Desain penelitian ini adalah cross sectional. Sampel terdiri dari 93 orang balita KEP keluarga miskin yang merupakan total sampling dengan responden ibu balita KEP.
Pengolahan data menggunakan analisis -univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan keberhasilan peningkatan status gizi balita KEP setelah PMT pemulihan selama 3 bulan hanya 43%. Ada hubungan yang bermakna antara jumlah dan jenis PMT-P, berat ringan infeksi serta pelayanan kesehatan (p < 0.05). Variabel balita KEP dengan infeksi berat mempunyai hubungan yang paling kuat untuk tetap/kurang status gizinya dibandingkan dengan balita KEP yang menderita infeksi ringan. Pada pelaksanaan PMT-P, agar tegadi peningkatan status gizi balita KEP yang lebih baik, maka disarankan adanya pengobatan dan perawatan khusus di Rumah Sakit pada kasus-kasus balita KEP berat dan KEP dengan infeksi berat.
Disamping itu perlu adanya pengawasan dalam mengkonsumsi makanan, sehingga PMT-P yang diberikan benar-benar hanya diberikan pada sasaran. Walaupun dari hasil penelitian tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara pengetahuan, penyuluhan dan pemantauan oleh petugas dengan peningkatan status gizi, yang kemungkinan oleh karena sebagian besar ibu berpendidikan rendah, untuk itu penyuluhan praktis yang informatif perlu ditingkatkan, sehingga hal ini dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang gizi dan KEP pada balita. Penelitian ini juga menyarankan agar PMT-P diteruskan terutama pada kasus-kasus KEP berat dan sedang serta adanya penelitian yang lebih lanjut dengan desain khusus yang menggunakan indeks BBITB.

Factors Related with the Increase of the Nutrition Status of PEM at the Under Five Year, on Poverty Community in Distric of Kuranji, PadangThe long economic crisis since 1997, cause bad effects to the community, specially community's health and nutrition's on poverty community. One of the most vulnerable group to get protein - energy malnutrition (PEM) is children under five year with this condition can get PEM. To prevent the protein - energy malnutrition from spreading further, the regional government on West Sumatra and some privates commits donated to the community, such supplementary feeding program. The supplementary feeding program was researched some regions, but until now the research never done in Padang.
The purpose of the research is to knowing the factors which related with the increase of the nutrition status of PEM at the children under five year, on poverty community. The research is done on Community Health Center on Kuranji and Belimbing region, distric, Kuranji, Padang; to the children under five year, with PEM on poverty community who got supplementary feeding. The research design was Cross Sectional. The sample's are 93 children's under five year on poverty community; they were total sampling, using their mother as respondents.
The data processing is using Univariat, Bivariat and Multivariat analysis. The result of research shows that only 43% success on increasing Nutrition's status at the children's under five year with PEM on poverty community after 3 months giving supplementary feeding. Kind and number of supplementary feeding, severe and mild infection and the health services have significant relation (p < O, 05). PEM at children under five year variable with the severe infection have a strong relation to statis or less of nutrition status compared with PEM at the children under, five year who got mild infection.
To increase the good children under five year nutrition status, suggested to handle seriously severe protein - energy malnutrition and severe infection with the intensive care. Beside that, need to giving supplementary feeding with the adequate number. It necessary to observe more intensively so that kind and number of the supplementary feeding given used by the PEM at children under five year only. Although from the research did not found significant relationship beetwen knowledge. give of information and supervision of health providers with the rise of nutrition status that may be most of mather have low education, that's need to increase giving of information with informatif practice in order it can increase knowledge of mather about nutrition and PEM at the children under five year, and also the supervision that done of health providers need to be repair in quality and adequacy. The research also recommended to be continuing supplementary feeding program, especially for moderate and severe PEM. And the further researchs with special design like body weight and body height indecs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8272
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uray Imran
"Makanan adalah salah satu kebutuhan pokok kehidupan manusia. Agar dapat hidup sehhat manusia memerlukanymakanan yang bergizi dan memenuhi syarat mutu dan kesehatan Serta dalam jumlah yang cukup. Masih banyak makanan yang beredar yang kurang memenuhi persyaratan higyene dan sanitasi serta tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Keadaan ini dicenninkan oleh banyaknya produk yang menggunakan bahan tambahan makanan yang dilarang, atau melcbihi batas yang diperbolehkan. Ketidak pedulian / kelidak patuhan produsen terutama industri makanan berskala kecil/rumah tangga dan sejenisnya terhadap peraturan sexing kali menimbulkan masalah dalam hal mutu dan keamanan makanan. Peneliiian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pemilik industri makanan mmah tangga pada peraturan peredaran makanan diwilayah Kabupaten Ketapang tahun 2000. Penilaian kepatuhan dilakukan terhadap 20 pemilik industri makanan rumah tangga berdasarkan hasil pemedksaan laboratorium produk yang dihasilkan industri makanan yang dimilikinya. Faktor yang ingin diketahui hubungannya dengan kepatuhan pemilik industri makanan rumah tangga adalah karakteristik pemilik indusui makanan rumah tangga yang terdiri dari pendidikan, pcngetahuan, sikap, faktor pemungkin yaitu ketersediaan bahan tambahan makanan dan faktor penguat yang terdiri dari supervisi petugas, sanksi yang diberikan, pengetahuan konsumen terhadap bahan tambahan makanan dan sikap konsumen terhadap makanan yang tidak memenuhi syarat. Desain penelitian merupakan kombinasi studi kuantitatif dengan rancangan cross sectional dan studi kualitatif dengan metode wawancara mendalam dan observasi. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dan interpretasi date. dalam bentuk matnik hasil wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan proporsi kepatuhan pemilik industri makanan rumah tangga masih belum begitu bail: yaitu baru mencapai 65 %. Dari analisa bivariat dengan chi-square dan hasil interpretasi wawawancara mendalam didapat faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pe-milik industri makanan rumah tangga industri rumah tangga adalah faktor ketersediaan bahan tambahan makanan. Dari hasil penelitian disarankan kepada pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan untuk rnendirikan lembaga riset khusus dalam mengupayakan altematif lain bahan tambahan pangan yang dapat menggantikan bahan yang dilarang dan memperbaiki / menyempumakan pemturan tentang makanan agar dapat diterapkan dengan sanksi hukum yang jelas bagi pelanggar.

Food is one essential need for human being, In order to maintain and improve health status, every human being needs adequate nutritious foods that are healthy according to certain quality standard. However, there are foods offered in the market that do not fulfill certain standard as ordered in the law. For example, there are foods products still use prohibited food additives or food Product that are overdue. The producer?s ignorance especially owners of food home industry toward the regulation often rising the quality and safety problems. This study aimed at to determine factors related to compliance for ovmer of food home industry at Ketapang district to the rules of food production. The compliance was measured using laboratories results of the food product. The factors to studied in relation to the compliance are ov\mer?s charateristics such as levels of education, knowledge, attitudes, enabling factors such as accessibility to prohibibited food additives; and reinforcing factors such as govemment supervision, disincentives and consumer?s knowledge and behaviour. Research design is combination of quantitative study with cross sectional design and qualitative study with in-depth interview method and observation. Qualytative data analysis used univariat and bivariat analysis while for qualytative applied content analysisi. Research result showed the owner compliance proposition is still low with, only 65%. From the bivariate analysis using chi-square statistic, it is shown that only variable of accessibility of prohibited food additive is significantly related is the compliance. This study suggests that govemment should provide gave subsitutes for prohibited food additive. Further, govemment should revise/improve rules and regulations so then rules emforcement can be applied corectly."
2001
T3263
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Effendi Muharam
"Ketersediaan obat di Puskesmas sangat penting dalam menunjang kelancaran pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pengelolaan obat yang benar sesuai dengan Pedoman Pengelolaan obat di Puskesmas termasuk pencatatan dan pelaporan obat-obatan adalah suatu kegiatan yang harus dilakukan supaya obat tersedia dalam keadaan cukup baik jumlah maupun jenis.
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) adalah suatu format yang digunakan oleh Puskesmas untuk melaporkan keadaan obat dan pengajuan permintaan obat, selain itu LPLPO diharapkan dapat menyediakan data yang cukup dan benar yang diperlukan kapan saja oleh unit diatasnya untuk melaksanakan fungsi-fungsi pengelolaan obat dengan baik serta pengaturan dan pengendalian terhadap unit dibawahnya.
Mengingat pentingnya fungsi LPLPO, maka studi ini akan melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas LPLPO yang dihasilkan oleh petugas pengisi LPLPO di Puskesmas.
Penelitian ini menggunakan data primer berupa kuesioner yang diperoleh dari wawancara untuk mendapatkan gambaran kualifikasi petugas pengisi LPLPO, faktor proses dan faktor lingkungannya (variabel independen) serta data sekunder berupa LPLPO Puskesmas untuk memperoleh sejauh mana kualitas LPLPO yang dinilai dari 3 aspek yaitu waktu penerimaan laporan, cara pengisian laporan, dan kesesuaian data laporan dengan stok obat. LPLPO yang diamati sebanyak 252 set yang diperoleh dgri 21 laporan dengan stok obat. LPLPO yang diamati sebanyak 252 set yang diperoleh dari 21 Puskesmas x 12 set LPLPO selama bulan september 1999 hingga agustus 2000 (variabel dependen).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada analisa bivariat diperoleh variabel independen yang berhubungan makna dengan kualitas LPLPO adalah Pendidikan, Pengetahuan, Motivasi, Lamanya waktu pengisian LPLPO serta Pengawasan dan bimbingan Pimpinan sedangkan pada analisa multivariat diperoleh bahwa Pengawasan dan bimbingan serta pendidikan berhubungan erat dengan Kualitas LPLPO dan Pengawasan dan bimbingan merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan kualitas LPLPO.
Saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian ditekankan kepada peningkatan Pengawasan dan bimbingan yang terarah dan terencana baik dari Pihak Dinas Kesehatan/Gudang Farmasi maupun Pimpinan Puskesmas terhadap petugas pengisi LPLPO (Pengelola gudang obat Puskesmas) serta penerapan sistem Reward and Punishment yang adil sebagai konsekuensi pengawasan yang dilaksanakan dan bentuk motivasi kepada petugas untuk meningkatkan kualitas kerja.

Factors that correlate with LPLPO quality of all Puskesmas in Kapuas Hulu District in 1999-2000The availability of medicines in Puskesmas (local community health center) is very important for sustaining excellent health service for the local community. Appropriate management of medicines that is in compliance with Medicines Management Guidelines in Puskesmas, including recording and reporting medicines status, is an activity that should be carried out to maintain the medicines availability in terms of their quantity and types.
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) or Medicines Use Report and Request Form is a format that is used by Puskesmas to report the medicines status and to request for medicines supply. In addition, LPLPO is meant for providing adequate and accurate data that are accessible in any time for any unit above Puskesmas to execute the medicines management functions well and for any unit under Puskesmas to regulate and control them.
Considering the importance of LPLPO function, this study was focused on investigating factors that correlated with the quality of LPLPO completed by Puskesmas staffs that were in charge in completing the form.
This study used primary data in the form of questionnaire obtained from interviews that were designed to get the description of the qualification of the staffs completing the LPLPO, the process factor and its environment factor (independent variable). This study also used secondary data in the form of Puskesmas LPLPOs collected for providing information regarding their quality in terms of 3 aspects, namely, the report acceptance time, the report mode of completion, and the report data compliance with the stock of medicines. The number of analyzed LPLPO was 252 sets that were obtained from 21 Puskesmas x 12 sets of LPLPO during September 1999 until August 2000 (dependent variable).
The study results show that, on the basis of bivariate analysis, the independent variables that correlate with the quality of LPLPO are Education, Knowledge, Motivation, Length of time of LPLPO completion as well as Supervision and Guidance from the Executives, while on the basis of multivariate analysis, the results indicate that Supervision and Guidance as well as Education strongly correlate with the quality of LPLPO and that Supervision and Guidance are variables that most dominantly correlate with the quality of LPLPO.
Recommendations based on the study emphasize on several issues such as the improvement of more well-directed and well-planned Supervision and Guidance from the local Health Department / Pharmacy Storehouse of Puskesmas Executives towards the staffs in charge of completing LPLPO (or Puskesmas Storehouse staff), and the implementation of fair Reward and Punishment system as a consequence of the applied supervision and a form of motivation for the staffs to improve their work quality."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T4455
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Machdalena
"Masalah kesehatan ibu pada saat ini masih merupakan tantangan yang cukup besar di Indonesia. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 373/100.000 kelahiran hidup (SKRT 1995) merupakan angka yang tertinggi untuk negara-negara di lingkungan ASEAN. Pada tahun 1999 kematian ibu bersalin di Padang juga masih cukup tinggi yaitu 135/100.000 kelahiran hidup. Angka ini sudah berada dibawah angka nasional, tapi masih jauh lebih tinggi dibanding negara ASEAN lainnya. Kematian ini paling banyak terjadi akibat komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas. Dilihat dari penyebab kematian, pelayanan antenatal yang baik dapat memperbaiki keadaan ini. Pelayanan antenatal di Padang terutama dilaksanakan oleh bidan yaitu sekitar 78.84% dan pertolongan persalinan 98.7% sudah dilaksanakan oleh tenaga kesehatan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi bidan dalam melaksanakan layanan antenatal yang sesuai dengan standar. Faktor yang diteliti adalah faktor internal pada bidan yang terdiri dari pendidikan, pelatihan, sikap, motivasi, dan lama kerja, sedangkan faktor eksternal yang diteliti adalah komitmen atasan, kelengkapan sarana dan penerimaan lingkungan. Kedua faktor ini merupakan variabel bebas, sedangkan variabel terikat adalah pelayanan antenatal oleh bidan. Disain penelitian yang dipakai adalah cross sectional. Data dianalisis dengan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Dari hasil analisis bivariat didapatkan hubungan yang bermakna antara pendidikan, sikap, dan kelengkapan sarana dengan pelayanan antenatal yang sesuai dengan standar. Dengan analisis multivariat didapatkan hubungan yang kuat antara sarana dengan pelayanan antenatal yang sesuai.
Dengan hasil penelitian ini diharapkan institusi pendidikan bisa lebih mendidik siswa dalam mengembangkan rasa tanggung jawab dan profesionalisme sehingga nanti mereka bisa bekerja dengan lebih baik. Dinas Kesehatan Kota dan Puskesmas diharapkan bisa memberikan pembinaan lebih baik kepada petugas dan memperhatikan keadaan sarana pelayanan kesehatan sehingga pelayanan kesehatan yang bermutu bisa didapatkan oleh masyarakat. Dengan pelayanan kesehatan yang baik diharapkan angka kematian ibu bisa ditekan serendah mungkin.

Mother health problem is still a big challenge in Indonesia. The high Mother Mortality Rate (MMR), 375/100.000 of living births (SKRT, 1995) is the highest among ASEAN countries. In 1999, MMR in Padang is about 135/100.000 living births. This rate is below national's MMR, but still the highest among ASEAN countries. Caused of the death is due to complication during pregnancy, at the birth and recovery period. Problem could be solved by standardized antenatal care. In Padang, 78.84% of antenatal care is provided by midwives, and birth services are done by health providers.
The purpose of this research is to know that internal and external factors affected to the midwives doing standardized antenatal care. The research design is a cross sectional. All the data was analyzed through univariate, bivariate and multivariate analysis. The results of bivariat analysis showed that the education, attitude, and facility are correlated to standardized antenatal care. The results of multivariat analysis indicated that the most affected variable to standardized antenatal care is facility.
From the result of this research, it's recommended to educational institution to lead the students to improve their responsibility and professionalism for their work in the future. City Health Department and Health Centers are expected to guide the providers of antenatal care intensive and attentively, preparing good facility of health services for the high quality of health care. By doing the quality of health services, MMR could be reduced as low as it could be.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T4460
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunarto
"Kesegaran jasmani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap produktifitas kerja Hasil penelitian Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi (PKJR) Depdikbud (1993), tenaga kerja di dua perusahaan elektronik dan dua perusahaan tekstil diperoleh angka secara berturut-turut 58,42% dan 58,95% di Jakarta dan Bogor tergolong memiliki tingkat kesegaran jasmani dengan kategori lasrang.
Memperhatikan pentingnya peranan kesegaran jasmani terhadap produktifitas, PT. Indomobil Suzuki International (IST) yang memproduksi mesin kendaraan bermotor jenis kendaraan Suzuki ingin mengetahui tingkat kesegaran jasmani tenaga kerja bagian produksi. Untuk itu dilakukan penelitian terhadap tenaga kerja bagian produksi PT. ISI yang bertujuan mengetahui gambaran tingkat kesegaran jasmani dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan strategi pemodelan menggunakan data sekimder di Balai Keseharan Olahraga Masyarakat (BKOM) Depkes RI Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross-sectional, dengan sampel sejumlah 333 orang. Dalam melakukan strategi pemodelan digunakan uji regresi logistik ganda.
Berdasarkan klasifikasi kesegaran jasmani yang digunakan oleh PKJR Depdikbud (1996), sebagian besar (41,4%) tenaga kerja bagian produksi PT. ISI memiliki kesegaran jasmani dengan kategori sedang namun bila kategori tersebut disederhanakan seperti yang digunakan oleh Sulistyowati (2000), sebagian besar (53,8%) tenaga kerja memiliki kesegaran jasmani dengan kategori baik Berdasarkan klasifikasi Persentase Lemak Tubuh (PLT) dan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang digunakan oleh Depkes RI (1996), sebagian besar (40,2%) tenaga kerja memiliki PLT dengan kategori baik dan sebagian besar (76,6%) tenaga kerja memiliki IMT dengan kategori normal.
Berdasarkan klasifikasi Tekanan Darah Diastolik (TDD) yang digunakan oleh Americans hnstitures of Medicine (1988), sebagian baser (45,0%) tenaga kerja memiliki TDD dengan kategori normal. Berdasarkan klasifikasi umur yang digunakan oleh PKJR Depdikbud (1995), sebagian besar (45,9%) tenaga kerja termasuk dalam golongan umur 40-49 tahun. Berdasarkan uji Pearson chi-Square pada derajat kepercayaan 95%, secara statistik menunjukkan hubungann yang bermakna antara kategori PLT dengan kesegaran jasmani (p = 0,000), kategon IMT dengan kesegaran jasmani (p = 0,001), kategori TTD dengan kesegaran jasmani (p = 0,000), dan tidak ada hubungan yang bermakna antara golongan umur dengan kesegaran jasmani (p= 0,486).
Berdasarkan analisis regresi logistik ganda dengan strategi pemodelan, faktor-faktor yang berhubungan dengan kesegaran jasmani adalah kategori PLT, kategori IMT, kategori TDD, dan golongan umur. Tenaga kerja yang memiliki PLT dengan kategori lebih dan gemuk (PLT > 17%) mempunyai risiko 12,22 kali untuk memiliki kesegaran jasmani dengan kategori kurang bila dibandingkan dengan teman mereka yang mempunyai PLT baik sekali (PLT 5-10%); mereka yang memiliki IMT dengan kategori kurus (IMT<18,5) mempunyai risiko 6,42 kali untuk memiliki kesegaran jasmani dengan kategori kurang bila dibandingkan dengan teman mereka yang memiliki IMT dengan kategori normal (IMT 18,5-25,0); mereka yang memiliki TDD dengan kategori tinggi mempunyai risiko 3,41 kali untuk memiliki kesegaran jasmani dengan kategori kurang bila dibandingkan dengan teman mereka yang memiliki TDD dengan kategori normal; dan mereka yang berumur 50-59 tahun mempunyai risiko 1,45 kali untuk memiliki kesegaran dengan kategori kurang bila dibandingkan dengan teman mereka yang berumur 20-29 tahun, namun risiko umur tersebut secara statistik tidak bermakna.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan agar PT. LSI mengantisipasi kesegaran jasmani tenaga kerja dengan mega aktifitas fisik tenaga kerja melalui penggalakan program olahraga dan pengaturan menu makanan yang adekuat.

It is stated that physical fitness is one of the factors which influence productivity. Research result from Center of Physical Fitness and Recreation (CPFR), Departmont of Education and Culture (DEC) (1993), found that 58.42% of workers at two electronic companies and 58.95% of workers at two textile companies have low physical fitness.
PT. ISI, the company that produces Suzuki machine, understand that physical fitness have influence to productivity. Therefore, the company wants to find out the physical fitness of company woken, especially those who works at the deparhnent of production. For this reason, study about physical fitness among workers at the department is conducted. The objective of the study is to know the degree of physical fitness and it influence factors by using modeling strategy. Data for this study was using secondary data from the IPHS. The design of the study is cross-sectional with 333 samples, and using multiple logistic regression test in its modeling strategy.
The study found that, based on physical fitness clasification which used by CPFR, Departement of Education and Culture (DEC) (1996), most of workers at PT. ISI (41.4%) have physical fitness in mild category, but if the category is simplified as used by Sulistyowati (2000), most of workers (53.8%) have physical fitness in good category. Based on Proportion of Body Fat (PBF) which clasified by The Departement of Health of RI (DCHRI) (1994), most of workers (40.2%) have PBF in good category. Based on Body Mass Index (BMI) clasification used by DOHRI (1996), most of workers (76.6%) have BMI in normal category.
Based on Diastolic Blood Pressure (DBP) clasification used by Americans Institutes of Medicine (AIM) (1988), most of workers (45.0%) have DBP in normal category. Based on age clasification used by CPFR Departement of Education and Culture (1996), most of workers (45.9%) have age in 40-49 years category. Based on chi-Square Pearson test with 95% CI, there are a significant relations between PBF and physical fitness (p.1.000), BMI and physical fitness (p=0.001), DBP and physical fitness (p~,000). However, there is no significant relations between age and physical fitness (p.486).
Result from multiple logistic regression analysis with modeling strategy, found that physical fitness is influenced by PBF, BMI, DBP and age. Workers with PBF in overweight and obese category (PBF >17%) face a greater risk 12.22 times to have low physical fitness compared to those with PBF in very good category (PBF=5-10%). While those who have BMI in thin category (BMI<18.5) have risk 6.42 times to have low physical fitness, compared to those workers who have normal category (BMI 18.5-25.0). Those who have high diastolic blood pressure face a risk 3.41 times to have low physical fitness, compared to workers with normal diastolic blood pressure; and workers with age 50-59 years old have risk 1.45 times to have low physical fitness than workers with age 20-29 years old.
However, based on statistic this age relationship is not significant Regarding to the result of the study, it is suggested that PT. ISI should make an action to anticipate the physical fitness of the workers in increasing their physical activities through sport and adequate nutrition program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8292
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>