Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Mutia Amsar
Abstrak :
Sejak dibangun 5 dekade yang lalu hingga masa sekarang ini, pangkalan militer Amerika Serikat di Okinawa masih tetap menjadi topik masalah yang terus diperdebatkan. Ada beberapa hal dari pangkalan militer Amerika Serikat yang menjadi permasalahan, salah satunya adalah dampak sosial ekonomi yang timbul akibat adanya pangkalan militer Amerika Serikat tersebut. Di bidang sosial, pangkalan militer Amerika Serikat menyebabkan ketidakamanan dan ketidaknyamanan masyarakat karena cukup sering terjadinya insiden-insiden kriminalitas dan kecelakaan yang diakibatkan oleh pihak militer Amerika Serikat. Kegiatan latihan militer Amerika Serikat juga menyebabkan polusi dan kerusakan lingkungan. Dan keistimewaan yudisial yang dimiliki pihak militer Amerika Serikat menyebabkan penanganan kriminalitas yang melibatkan pihak militer Amerika Serikat di Okinawa mengalami hambatan.Di bidang ekonomi, pangkalan militer Amerika Serikat mampu memacu pertumbuhan GPP Okinawa, namun membuat ekonomi Okinawa menjadi sangat bergantung pada pangkalan militer Amerika Serikat dan membuat sektor industri tidak berkembang. Terkait dengan keterbelakangan sektor industri ini, maka lapangan kerja pun kurang tersedia, akibatnya tenaga kerja tidak tertampung dengan baik. Pangkalan militer Amerika Serikat yang menempati lahan yang cukup luas, yaitu 20% dari daratan Okinawa dan 11% dari pulau Okinawa ini juga menyebabkan terganggunya rencana pembangunan industri dan tata ruang kota. Untuk mengatasi masalah pangkalan militer Amerika Serikat ini telah dilakukan beberapa langkah penyelesaian diantaranya kesepakatan pengembalian beberapa bagian lahan yang disewakan untuk pangkalan militer, dan revisi Status of Force Agreement (SOFA). Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat banyak kendala akibat adanya perbedaan kepentingan masing-masing pihak terhadap pangkalan militer Amerika Serikat ini.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S13532
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Radianti
Abstrak :
ABSTRACT
Neraka Ujian (shiken jigoku), merupakan suatu fenomena yang terjadi dalam masyarakat Jepang, yang menunjukkan kejamnya persaingan dalam meraih status sosial yang hanya bisa diperoleh dengan perjuangan memasuki sekolah-sekolah terbaik melalui serangkaian ujian masuk.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui penyebab terjadinya neraka ujian dan juga dampak-dampak neraka ujian bagi masyarakat Jepang.

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penyusunan skripsi ini adalah metode penelitian kepustakaan dan penyebaran angket. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa neraka ujian disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: meningkatnya kesadaran para orangtua maupun anak untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi, pengaruh sistem perekrutan tenaga kerja di perusahaan Jepang, kuatnya paham gakureki (penilaian status berdasarkan latar belakang akademik) dalam masyarakat, sistem pendidikan Jepang, serta sistem pemilihan dan penetapan kurikulum dan buku teks sekolah yang dimonopoli oleh pemerintah. Sedangkan dampak-dampak neraka ujian bagi masyarakat Jepang antara lain: berkembangnya kursus-kursus persiapan ujian (juku dan yobiko), semakin meningkatnya jumlah ronin (lulusan SMU yang pernah gagal menempuh ujian masuk universitas dan akan mencoba mengikuti ujian lagi) yang menambah intensitas persaingan di tahun-tahun berikutnya. Selain itu tekanan yang berlebihan terhadap anak-anak untuk selalu mendapat nilai yang baik dapat mengakibatkan timbulnya stres, penyimpangan perilaku anak dan remaja.

Sebagai tambahan, dalam skripsi ini juga dimasukkan hasil angket tentang pandangan masyarakat Jepang terhadap neraka ujian.
1999
S13789
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Chatrine Margaretha
Abstrak :
Manbiki yang artinya adalah mencuri di pertokoan, adalah suatu bentuk kenakalan remaja yang saat ini sangat meresahkan masyarakat Jepang pada umumnya dan pemilik toko buku pada khususnya. Besarnya kerugian yang diderita pemilik toko buku akibat Manbiki, memaksa mereka untuk lebih memperketat keamanan di toko mereka. Mereka melakukan berbagai upaya untuk mencegah atau paling tidak mengurangi maslaha Manbiki, seperti, memasang kamera pengawasan, memasang detektor di pintu masuk dan melakukan pendekatan yang lebih baik terhadap pembeli. Meningkatnya masalah Manbiki di tengah masyarakat Jepang merupakan suatu akibat dari beberapa hal, yaitu kurangnya pendidikan moral dan persaingan yang keras di sekolah, merenggangnya hubungan antara orangtua dan anak, lemahnya hukum yang ada, pengaruh yang besar dari komik dan semakin bertambahnya jumlah toko buku baru di Jepang. Upaya penanggulangan masalah Manbiki yang 70% dari pelakunya adalah remaja ini, tidak dapat dilakukan dengan sendiri-sendiri. Semua pihak yaitu pihak pemilik toko, pihak keluarga, pihak sekolah dan pihak pemerintah harus bekerja sama dan saling mendukung satu dengan yang lainnya. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan ruetode deskriptif analisis, yaitu mengumpulkan data-data yang diperlukan, mendeskripsikan dan menganalisanya. Data-data yang penulis pakai didapat dari buku-buku, artikel koran dan Internet.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S15348
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Tamzis Hudi
Abstrak :
Ryosai Kenbo adalah suatu paham yang membentuk wanita menjadi seorang istri yang baik dan ibu yang bijaksana yang dijadikan pemerintah Jepang sebagai tujuan pendidikan wanita Jepang pada zaman Meiji. Dengan dilaksanakannya Restorasi Meiji, pemerintah Jepang zaman Meiji melakukan pembaharuan-pembaharuan di segala bidang kehidupan dalam rangka mengejar ketertinggalan negaranya dari negara-negara Barat dan memajukan bangsa serta negaranya. Dan Ryosai Kenbo dijadikan pemerintah Jepang sebagai usaha untuk mencapai tujuan negaranya tersebut. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui mengapa Ryosai Kenbo dijadikan sebagai usaha untuk memajukan Jepang. Pengumpulan data dilakukan berdasarkan pendekatan kepustakaan dengan memilih, menganalisa, dan mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan dan terkait dengan skripsi. Hasilnya menunjukkan bahwa pemerintah Jepang menjadikan Ryosai Kenbo untuk mendukung usahanya dalam memajukan Jepang karena makna dari Ryosai Kenbo itu sendiri. Yaitu Ryosai Kenbo dijadikan sebagai salah satu ideologi yang menjadi dasar untuk negara Jepang dalam mencapai tujuan negaranya tersebut. Dengan dijadikannya sebagai ideologi yang berlaku di Jepang, Ryosai Kenbo menempatkan dan melembagakan secara jelas peran wanita Jepang di dalam lingkungan domestik yaitu rumah dengan menjadi istri yang melayani suami dengan setia dan patuh, mendukung karir suami, dan dapat mengerjakan semua urusan rumah tanganya dengan baik; dan menjadi seorang ibu yang membesarkan dan mendidik anaknya dengan bijaksana sehingga menghasilkan anak-anak yang dapat menjadi generasi penerus bangsa yang baik.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S13635
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Ayu Wulansari
Abstrak :
Mengacu kepada konsep jender yang menganalisa kedudukan wanita dari dua segi, yaitu segi konstruksi simbolik dan segi peran sosial, terungkap adanya suatu kontradiksi dalam pemahaman kedudukan wanita dalam masyarakat Okinawa. Dari segi konstruksi simbolik, wanita Okinawa memiliki kedudukan yang kuat dan mulia, karena dalam konteks kebudayaan Okinawa, khususnya yang berkenaan dengan nilai-nilai simbolik dalam mitologi dan konsep-konsep keagamaan, wanita Okinawa digambarkan sebagai mahluk yang memiliki muatan nilai-nilai kesucian dan kemuliaan karena wanita dianggap memiliki sifat-sifat utama para dewa yang dapat melahirkan, membesarkan dan melindungi manusia. Wanita Okinawa secara simbolik juga ditampilkan sebagai mahluk yang memiliki kekuatan spiritual yang tinggi. Dengan kekuatan spiritual yang dimilikinya ini, wanita Okinawa dianggap mempunyai kemampuan untuk menjaga dan melindungi manusia serta mampu menghubungkan manusia dengan dewa maupun roh nenek moyang. Oleh karena itu, wanita memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan keagamaan di Okinawa, di mana hanya wanita yang dapat menduduki status sebagai pendeta wanita (nuru) maupun sebagai dukun wanita (yuta).

Namun hal ini tidak berarti bahwa wanita Okinawa selalu mempunyai kedudukan yang kuat dan mulia dalam semua segi kehidupan. Dari segi peran sosial, wanita Okinawa justeru ditempatkan pada posisi yang lemah dan tidak jarang mendapat perlakuan yang diskriminatif. Hal ini dapat dilihat dengan jelas dalam sistem kekerabatan Okinawa yang bersifat patrilineal dengan kelompok kekerabatannya yang disebut munchu, maupun dalam sistem pewarisan altar pemujaan nenek moyang (tootoomee). Dalam sistem kekerabatan Okinawa yang berpusat pada munchu, konsep yang diutamakan adalah konsep shiji, yaitu konsep hubungan darah melalui garis keturunan pria. Konsep ini menekankan bahwa yang dapat menjadi penerus dalam suatu keluarga adalah anak laki-laki pertama dan orang yang tidak mempunyai hubungan darah melalui kerabat pria tidak bisa dijadikan anak angkat dan menjadi penerus suatu keluarga. Dengan demikian, sistem kekerabatan yang mengutamakan garis keturunan pria ini sangat menomor-duakan posisi wanita, karena secara tegas menutup kemungkinan seorang wanita untuk menjadi penerus keluarga.

Dalam sistem pewarisan altar pemujaan nenek moyang (tootoomee) yang juga berarti pewarisan rumah tempat tinggal berikut harta benda lainnya, wanita Okinawa kembali mendapat perlakuan yang diskriminatif. Menurut kepercayaan orang Okinawa, altar pemujaan nenek moyang tersebut hanya dapat diwariskan kepada anak laki-laki, terutama anak laki-laki tertua. Tradisi seperti ini jelas-jelas menomor-duakan posisi wanita, karena wanita tidak diberikan hak yang sama dengan pria untuk mewarisi tootoomee. Akibat negatif yang dirasakan oleh wanita bukan saja dalam hal pewarisan harta, tetapi juga dalam melahirkan anak, karena seorang istri yang belum melahirkan anak laki-laki diharapkan melahirkan anak terus sampai mendapatkan anak laki-laki. Dengan demikian, pengutamaan kaum wanita dalam mitologi dan kehidupan keagamaan di Okinawa sangat berkontradiksi dengan pengutamaan kaum pria dalam kehidupan sosial. Secara teoritis, nilai-nilai positif yang diberikan kepada wanita Okinawa dalam dimensi simbolik tidak begitu saja akan terwujud dalam peran dan hubungan sosial yang nyata.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
S13686
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Santi
Abstrak :
Masalah kemiskinan merupakan masalah sosial yang juga dapat terjadi di negara maju, seperti Jepang. Penelitian ini berfokus pada salah satu bentuk kemiskinan di Jepang pada masa kontemporer, yaitu homeless. Sebelum tahun 1990¬an, fenomena homeless tidak tampak ke permukaan karena jumlahnya terhitung sangat sedikit. Akan tetapi, sejak pecahnya gelembung ekonomi pada awal tahun 1990¬an, jumlah homeless semakin bertambah dan telah tampak ke permukaan seiring dengan masa resesi ekonomi yang berkepanjangan. Homeless ini berasal dari tiga komunitas besar, yaitu homeless yang berasal dari kaum buruh harian di yoseba, pekerja reguler, dan non reguler. Melalui studi literatur, skripsi ini menganalisa bagaimana struktur ekonomi dan non ekonomi mempengaruhi munculnya homeless dari ketiga komunitas tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa munculnya homeless dari ketiga komunitas tersebut dipengaruhi oleh struktur industri, struktur kesempatan kerja dalam industri sekunder, dan perubahan sistem tenaga kerja dalam perusahaan Jepang. Skripsi ini menyimpulkan bahwa munculnya homeless di Jepang merupakan salah satu bentuk kemiskinan struktural.
One of the social problems which also occurred in developed country such as Japan was poverty. This research is focused on ?homeless?, one of the poverty forms. Before 1990s, the phenomenon of homelessness did not emerge because of its small number. However, since the bubble economy and prolonged recession in the beginning of 1990s, the homelessness had appeared on the surface because of the increasing number of homeless people. Currently, homeless people come from three communities, such as daily labors at yoseba, regular and irregular workers. Through literature study, this thesis analyzed how economic structure and non economic structure influenced the occurrence of homelessness from those three communities. This research showed that homelessness of such communities was influenced by industry structure, work opportunities in secondary industry, and transformation of manpower system in Japanese company. This thesis concluded that homelessness in Japan is one of the structural poverty.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13681
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
An Wariyah M. Seputri
Abstrak :
Penelitian ini berfokus pada pemahaman mengenai pengaruh perubahan struktur ekonomi dan struktur keluarga yang dilatarbelakangi oleh pertumbuhan ekonomi tinggi terhadap munculnya perilaku kekerasan anak terhadap orang tua dalam masyarakat Jepang. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif deskriptif. Metode Penelitian, menggunakan metode penelaahan kepustakaan dan pembelajaran dari penelitian-penelitian sebelumnya. Pengumpulan data diambil dari buku bacaan, jurnal, dan artikel-artikel internet. Dari analisis dapat disimpulkan bahwa: Kondisi pertumbuhan ekonomi tinggi (k_do keizai seich_) Jepang membawa pengaruh pada perubahan struktur ekonomi dan struktur keluarga. Perubahan struktur ekonomi menciptakan, masyarakat makmur dengan berbagai macam kemudahan; perluasan kesempatan kerja yang mendorong terjadinya urbanisasi; dan persaingan ketat dalam ujian masuk perguruan tinggi atau sekolah menengah atau pun bekerja untuk mengimbangi pertumbuhan ekonomi yang membutuhkan kualitas tenaga kerja tinggi. Di sini, para ibu yang mementingkan pendidikan anak (ky_iku mama), menuntun anaknya untuk mampu bersaing, yang pada akhirnya memberikan dampak berupa tekanan-tekanan terhadap anak-anak. Di satu sisi, perubahan struktur keluarga, dari yang sebelumnya keluarga luas (_ie_) ke keluarga inti (kaku-kazoku) mempengaruhi interaksi hubungan antar anggota keluarga di dalamnya, karena berkurangnya jumlah anggota dan frekuensi tatap muka antar anggota keluarga; dan terjadinya konflik antar individu anak dengan orang tua yang terjadi karena adanya perbedaan pandangan, nilai, dan pengalaman yang diperoleh oleh generasi yang berbeda. Sehingga, memberikan tekanan pada anak, yang pada gilirannya memicu anak melakukan kekerasan terhadap orang tua (kateinaib_ryoku).
Abstract
The focus of this study is to get more understanding about the influence of Japan_s High Economic Growth to the changing of economy and family structure that caused the phenomenal filial violence in contemporer Japanese society. This study based on qualitative description. Methodology researches: using literature analysis method from previous studies. The data collected from textbooks, journals, articles, and internet. Based on the analysis, it can be concluded that the Japan_s High Economic Growth brought influence to the changing of economy and family structure. The changing of economy structure creates an affluence society; high chances to get job opportunity which triggered urbanization; and tight competition in every steps of life, including in school, university and work place to balance the high economic growth that needs high quality employees. Therefore, most of the mothers that concerns about their children_s future, especially in education (ky_iku mama), lead their children to be able to compete and gives pressure to them. In the other hand, the changes of family structure from an extended family (ie) to nuclear family (kaku-kazoku) influenced the relationship among the family members. It is caused by the decreasing of family members which implied to the interaction frequency later on. Besides that, the changing of family structure also cause conflicts between two different generations in the family who has different point of views, values, and experiences. Thus, all of this factors gives pressure to children which triggered them to do violence to their parents (kateinaib_ryoku)
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13937
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Aulia Meirizka
Abstrak :
Skripsi ini membahas mengenai pengaruh krisis ekonomi awal tahun 1990-an terhadap peningkatan masyarakat kelas bawah yang ditekankan pada pertumbuhan pekerja miskin di Jepang. Penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan metode kepustakaan dan kerangka teori kelas bawah yang dikemukakan oleh Anthony Giddens. Hasil penelitian ini adalah adanya peningkatan masyarakat kelas bawah yang ditandai dengan adanya kelas pekerja miskin yang mendapatkan upah yang yang rendah dan bekerja sebagai pekerja tidak tetap dalam perusahaan. Hal tersebut juga menimbulkan permasalahan kesenjangan dalam masyarakat Jepang karena perbedaan antara pekerja tetap dan pekerja tidak tetap dalam struktur tenaga kerja perusahaan Jepang.
This thesis discusses the influence of the economic crisis beginning in the 1990s to the increase of the lower classes of society which is emphasized in the growth of the working poor in Japan. This research is using literature and theoretical framework of the lower classes expressed by Anthony Giddens. The result of this study was an increase in the lower classes of society which is characterized by poor working class are getting low wages and working as temporary workers in the company. It also raises problems of inequality in Japanese society because of the difference between permanent and temporary workers in the labor structure of Japanese companies.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S13881
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sisca Ellyanto
Abstrak :
Penelitian ini menganalisis mengenai tingkat partisipasi perempuan Jepang dalam dunia kerja dan kaitannya dengan bankonka di Jepang. Jumlah bankonka di Jepang terus mengalami peningkatan dan salah satu penyebabnya adalah meningkatnya jumlah perempuan yang memasuki dunia kerja. Pada masa sebelum perang, perempuan hanya bekerja sebagai kazoku roudousha (pekerja keluarga) dan tidak memperoleh penghasilan. Namun, hal tersebut berubah setelah masa Perang Dunia II, jumlah perempuan yang menjadi koyousha (pegawai) pun meningkat. Dengan meningkatnya koyousha, perempuan pun menjadi semakin mandiri secara finansial. Hal ini menyebabkan perempuan enggan untuk menikah karena mereka dapat menghidupi diri mereka sendiri dan mereka tidak ingin kehilangan kebebasan. Hasilnya, mereka lebih memilih karir daripada membangun sebuah keluarga dan jumlah bankonka pun meningkat.
This research analyzed the rate of participation of Japanese women in the labor force and its relation to bankonka in Japan. The number of bankonka in Japan is increasing and one of the reasons is the increasing of the number of working women. In the period before the war, women worked just as kazoku roudousha (family workers) and they have no income. However, this condition changed after World War II, the number of women who become koyousha (wage employee) increases. By the increasing of koyousha, women became more financially independent. This causes women are reluctant to marry because they can sustain themselves and they do not want to lose their freedom. Thus, they prefer career instead to build a family and the number of bankonka increases.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43646
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Marsha Felicidad
Abstrak :
Skripsi ini membahas fungsi pembagian peran suami istri berdasarkan gender dalam rumah tangga pada masa pertumbuhan ekonomi pesat 1955-1973. Penulis memilih masa ini sebagai masalah penelitian karena pada masa itulah pembagian peran dalam rumah tangga menyebar di masyarakat Jepang. Pembagian peran yang dimaksud adalah suami sebagai pencari nafkah dan istri sebagai ibu rumah tangga. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi literatur. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pembagian peran suami istri dalam rumah tangga bersifat fungsional terhadap manajemen ala Jepang yang diterapkan dalam perusahaan Jepang. Manajemen ala Jepang tersebut menopang pertumbuhan ekonomi pada saat itu. ......The focus of this study is division of labor by gender in Japanese family between husband and wife during the period of rapid economic growth (1955-1973). One of the factors of rapid economic growth was the Japanese management system. The meaning of division of labor in this mini thesis is husband goes to works as employee and wife works as homemaker. The data were collected by literature study. The purpose of this study is to analyze the function of divison of labor at home to the Japanese management system and how this division of labor correlated with rapid economic growth
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S52987
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>