Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Norman Kartaatmadja
"Aditif bensin seperti TEL ataupun MTBE dimaksudkan untuk menaikkan angka oktana agar pembakaran mesin menjadi lebih baik. Penggunaan aditif tersebut mulai dihindari karena memiliki efek berbahaya bagi lingkungan dan makhluk hidup karena adanya logam berat dan senyawa kimia beracun lainnya. Pada penelitian ini, aditif bensin dibuat dengan bahan baku minyak sawit melalui tahapan reaksi transesterifikasi, reaksi perengkahan dan reaksi epoksidasi. Minyak sawit diubah menjadi metil ester melalui reaksi transesterifikasi. Metil ester akan mengalami proses perengkahan katalitik dengan katalis H-Zeolit yang menggunakan sistem semi-kontinu, dimana produk perengkahan akan diperoleh secara kontinu sedangkan umpan ditambahkan secara berkala. Dengan sistem semi-kontinu ini diperoleh dua jenis produk yaitu Distilat Crack Product dan Bottom Crack Product. Distilat Crack Product akan mengalami reaksi epoksidasi dengan hidrogen peroksida (H2O2) dan katalis asam formiat. Produk sintesa yang akan dijadikan aditif bensin ini diharapkan dapat meningkatkan angka oktana dan juga memberikan sifat pelumasan akibat gugus fungsi yang dimilikinya. Pengujian angka oktana dilakukan terhadap campuran 5% volume aditif bensin dan 95% volume bensin premium (RON 85) menggunakan mesin uji CFR-F1 (Cooperative Fuel Research F1) dengan metode ASTM D 2699 dan diperoleh peningkatan angka oktana dari 85 menjadi 86.4. Perhitungan pencampuran linier dari data pengujian dengan metode ASTM D 2699 untuk menghitung angka oktana aditif bensin menghasilkan angka oktana sebesar 113, dengan asumsi tidak terjadi reaksi kimia pada pencampuran aditif dengan bensin. Berdasarkan hasil karakterisasi menggunakan uji densitas, uji viskositas dan uji FTIR dapat disimpulkan bahwa Distilat Crack Product dan Bottom Crack Product telah mengalami perengkahan menggunakan sistem semi-kontinu, dimana Distilat Crack Product lebih terengkah dibandingkan Bottom Crack Product. Selain itu, hasil karakterisasi juga menunjukkan adanya gugus epoksida pada aditif bensin yang merupakan senyawa oksigenat sehingga dapat berfungsi sebagai aditif bensin peningkat angka oktana. Hadirnya gugus epoksida dan gugus karboksil pada aditif bensin dapat memberikan sifat pelumasan pada permukaan logam.

Gasoline additive likes TEL or MTBE used for increasing _Ctane number, so the combustion process becomes better. Recently, that additive prohibited because containing heavy metal and other dangerous chemical substance that can give a harmful effect for environment and organism. In this research, gasoline additive made from palm oil through transesterification reaction, catalytic cracking reaction, and epoxidation reaction. Palm oil synthesized becomes methyl ester through transesterification reaction. Methyl ester synthesized through catalytic cracking reaction with H-Zeolit catalyst using semi-continue system, become two kinds of products, which are Distillate Crack Product and Bottom Crack Product. Distillate Crack Product synthesized with hydrogen peroxide using formic acid catalyst in epoxidation reaction. Synthesized product that will be a gasoline additive could increase _Ctane number and has lubrication effect, because of its functional groups. _Ctane number testing use CFR-F1 (Cooperative Fuel Research F1) testing machine based on ASTM D 2699 to 5% gasoline additive volume and 95% premium gasoline volume (RON 85) blending and we get the increasing in _Ctane number from 85 to 86.4. Based on the _Ctane number data from ASTM D 2699, we can do linier blending calculation that gives an _Ctane number 113, with assumption that no chemical reaction _Ccur in the blending. Based on characterization results using density, viscosity and FTIR testing, we can conclude that Distillate Crack Product and Bottom Crack Product have cracked using semi-continue system, which Distillate Crack Product is more cracking than Bottom Crack Product. Besides that, there is epoxide group in gasoline additive and it is an oxygenate substance that can be a gasoline additive for increasing the _Ctane number. Epoxide group and carboxyl group in gasoline additive will give a lubrication effect to metal surface."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49790
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Aulia Yuhana
"Iso-oktana dapat dikompres sampai volume kecil tanpa mengalami pembakaran spontan. Hal itu terjadi karena iso-oktana memiliki temperatur autoignition yang tinggi (417_C). Iso-oktana merupakan suatu senyawa kimia yang dapat digunakan untuk meningkatkan bilangan oktan yang terkandung dalam suatu bahan bakar. Sebagai tambahan, pencampuran iso-oktana dengan n-heptana dijadikan acuan utama untuk bahan bakar (primary reference fuel) yang menyatakan jumlah persen iso-oktana yang terkandung dalam campuran tersebut menunjukkan bilangan oktana.
Penelitian ini bertujuan membuat mekanisme kinetika kimia untuk reaksi oksidasi dan pembakaran iso-oktana, mengetahui ignition delay time, polutan yang mungkin dihasilkan dan pengaruh temperatur, tekanan dan rasio ekivalensi pada reaksi oksidasi dan pembakaran iso-oktana. Untuk mencapai semua tujuan tersebut, diperlukan suatu model kinetika kimia oksidasi dan pembakaran iso-oktana yang menyeluruh (comprehensive) sehingga memiliki rentang validitas yang luas dan representatif terhadap kondisi oksidasi dan pembakaran yang sebenarnya.
Model kinetika yang diperoleh, melalui perhitungan, akan divalidasi dengan menggunakan data percobaan yang diperoleh untuk profil konsentrasi dari eksperimen Dagout pada reaktor jetstirred dengan 0,1 % iso-oktana, rentang temperatur 550 K - 1150 K, tekanan 10 atm dan rasio ekuivalen 0,3 - 1,5 dan eksperimen Fieweger dkk. pada shock tube untuk profil ignition delay times dengan rentang temperatur 550 - 1700 K, tekanan 1 - 45 atm dan rasio ekuivalen 0,3 - 1,5.
Secara umum, hasil validasi mekanisme menunjukkan bahwa model kinetika telah mereproduksi hasil percobaan dengan baik. Hasil analisis sensitivitas yang dilakukan pada setiap kondisi operasi pembakaran dapat mengidentifikasi reaksi-reaksi yang paling penting dan relevan dalam kondisi tersebut. Hasil simulasi reaktor jet-stirred menunjukkan bahwa kondisi optimum pembakaran sempurna terjadi pada tekanan 10 atm, temperatur 1200 K dan campuran stoikiometri. Kemudian, hasil simulasi shock tube menunjukkan bahwa ignisi tercapai dengan cepat pada tekanan dan temperatur awal yang tinggi.

Iso-octane can be compressed until small volume without experiencing spontaneous combustion. That because iso-octane have high temperature autoignition ( 417_C). Iso-octane is a chemistry compound which applicable to increase octane number which implied in a fuel, mixing of iso-octane and nheptane is primary reference fuel which expressing number of gratuities isooctane which implied in the mixture shows octane number.
This research aim to make mechanisms of chemistry kinetics to react oxidation and combustion iso-octane, knows ignition delay times, pollutant that is possibly and temperature influence, pressure and equivalence ratio at reaction of oxidation and combustion iso-octane. To reach all purpose of the, required an oxidation chemistry kinetics model and combustion of iso-octane which totally causing has wide validity spread and representative to an actual condition of oxidation and combustion.
Model kinetics obtained, through calculation, will be validation by using attempt data obtained for profile concentration from Dagout experiments at reactor jet-stirred with 0,1 % isooctane, range temperature 550 K-1150 K, pressure at 10 atm and equivalence ratio 0,3-1,5 and Fieweger experiments at shock tube for ignition delay times profile with range temperature 550-1700 K, pressure 1-45 atm and equivalence ratio 0,3-1,5.
Generally, result of validity of mechanisms indicates that kinetics model has reproduced result of attempt carefully. Sensitivity analysis result in each operating condition of combustion can identify reactions most important and relevant under the condition. Result of simulation of jet-stirred reactor indicates that optimum condition of a perfect combustion happened at initial pressure 10 atm, temperature 1200 K and stoichiometric mixture. Then, result of simulation shock tube indicates that ignisi is reached swiftly at high initial pressure and temperature.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49630
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ramdani
"Nata adalah produk hasil fermentasi menggunakan mikroba Acetobacter xylinum yang dapat mengubah glukosa menjadi selulosa. Nata dapat dibuat dengan menggunakan bahan baku air kelapa, limbah cair tahu, limbah industri nanas dan limbah kulit pisang. Nata de coco adalah nata yang dibuat dengan bahan baku air kelapa sedangkan nata de banana adalah nata yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari buah pisang dalam hal ini ekstrak kulit pisang. Nata de coco dibuat dari air kelapa murni dengan penambahan gula pasir sebanyak 8 %, pupuk ZA sebanyak 0.8 % dan penambahan acetobacter xylinum sebagai starter sebanyak 5 % dari total campuran serta kondisi pH campuran harus sekitar 4-5 pada kondisi anaerob. Pengkondisiaan pH dapat dilakukan dengan menambahkan asam asetat glasial. Nata de banana dibuat dengan perbandingan (ekstrak kulit pisang dengan air) 1:1; 1:2; 1:3 dengan persentase penambahan glukosa (gula pasir), pupuk ZA serta acetobacter xylinum sama seperti pembuatan nata de coco. Pisang Yang dipakai pada penelitian ini adalah pisang ambon dengan kondisi kulit yang tidak busuk. Untuk nata de coco diketahui kandungan serat kasar sebesar 1.53 %, kandungan air sebesar 98.47 % dengan ketebalan nata 2.4 cm. Sedangkan untuk nata de banana diketahui kandungan serat kasar sebesar 2.23 %, kandungan air sebesar 97.76 % dengan ketebalan nata 1.1 cm. Warna yang dihasilkan nata de coco lebih cerah dan putih dibandingkan nata de banana yang berwarna kekuningan. Nata de coco memiliki kesamaan rasa dengan nata de banana hanya nata de coco lebih kenyal dibandingkan nata de banana."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49817
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sukirman
"Suatu mekanisme kinetika kimia terinci untuk pembakaran toluena telah dilakukan dan dievaluasi pada rentang yang lebar dari suatu reaksi pembakaran. Dalam hal ini mencakup beberapa diantaranya adalah diterapkan dalam alat uji shock tubes, perfectly stirred reactor (PSR) dan plug flow reactor (PFR). Mekanisme reaksi yang dihasilkan dengan menggunakan program aplikasi Chemkin terdiri dari 617 reaksi elementer dan 107 spesies yang mana membutuhkan keahlian yang cukup untuk mengembangkan suatu mekanisme kinetika kimia yang bisa diaplikasikan pada reaksi oksidasi dengan temperaratur sedang hingga temperature tinggi. Dekomposisi termal dari toluene dan reaksi reaksi serangan spesies radikal yang mengarah pada terbentunya spesies teroksigenasi (oxygenated species) diberikan perhatian khusus.
Model kinetika toluena yang menyeluruh akan mendukung untuk mendapatkan profil konsumsi bahan bakar yang effisien baik itu untuk aplikasi shock tubes, perfectly stirred reactor maupun plug flow reactor. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang dipakai sebagai acuan untuk validasi adalah hasil percobaan yang dilakukan terhadap campuran homogen pada rentang tertentu nisbah kesetaraan (equivalence ratios) pada tekanan yang dimampatkan dari 25 sampai 45 bar dan temperature 920 K hingga 1100 K. Data yang dipakai untuk validasi ini adalah data sekunder dari hasil percobaan Davidson [D.F. Davidson, B.M. Gauthier, R.K. Hanson, Proc. Combust. Inst. 30 (2005) 1175 - 1182] dengan memvariasikan konsentrasi oksigen, sementara konsentrasi toluenanya dijaga tetap untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh dari oksigen dalam berkontribusi terhadap pola ignisi.
Percobaan tambahan dengan memvariasikan fraksi mol dari bahan bakar pada harga nisbah kesetaraan tertentu menunjukkan bahwa waktu tunda ignisi menjadi lebih pendek dengan makin tingginya konsentrasi bahan bakar. Prakiraan dari berbagai mekanisme kinetika rinci juga diperbandingkan dimana hasilnya menunjukkan belum didapatkannya keakuratan data mekanisme kinetika untuk toluene terhadap data percobaan untuk penentuan waktu tunda ignisi maupun jumlah panas yang dilepaskan. Analisa fluks dilakukan untuk mengidentifikasi arah reaksi yang paling dominan dan reaksi mana yang menunjukkan penyimpangan dari data yang bersumber dari percobaan dan data hasil simulasi.

A detailed chemical kinetic mechanism for the combustion of toluene has been assembled and investigated for a wide range of combustion regimes. The later includes shock tubes, perfectly stirred reactor (PSR) and Plug Flow Reactor (PFR). The reaction mechanism features 617 elementary reactions and 107 species and represents an attempt to develop a chemical kinetic mechanism applicable to intermediate and high temperature oxidation. Toluene thermal decomposition and radical attack reactions leading to oxygenated species are given a particular attention.
The final toluene kinetic model results in excellent fuel consumption profiles in both flame and plug flow reactors and sensible predictions of temporal evolution of hydrogen radical and pyrolysis products in shock tube experiments. Experiments are conducted for homogeneous mixtures over a range of equivalence ratios at compressed pressures from 25 to 45 bar and compressed temperatures from 920 to 1100 K. Experiments varying oxygen concentration while keeping the mole fraction of toluene constant reveal a strong influence of oxygen in promoting ignition.
Additional experiments varying fuel mole fraction at a fixed equivalence ratio show that ignition delay becomes shorter with increasing fuel concentration. Moreover, autoignition of benzene shows significantly higher activation energy than that of toluene. In addition, the experimental pressure traces for toluene show behavior of heat release significantly different from the results of Davidson et al. [D.F. Davidson, B.M. Gauthier, R.K. Hanson, Proc. Combust. Inst. 30 (2005) 1175'1182]. Predictability of various detailed kinetic mechanisms is also compared. Results demonstrate that the existing mechanisms for toluene fail to predict the experimental data with respect to ignition delay and heat release. Flux analysis is further conducted to identify the dominant reaction pathways and the reactions responsible for the mismatch of experimental and simulated data.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49616
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hairuni Safri Tri Hapsari
"Fuel Cell merupakan mesin yang mengkonversi energi kimia secara langsung menjadi energi listrik. Fuel cell memiliki efisiensi yang tinggi dan lebih ramah lingkungan dibandingkan sistem konversi konensional dengan pembakaran. Fuel cell yang sedang dikembangkan saat ini adalah DMFC ( Direct Methanol Fuel Cell) dimana dapat beroperasi pada temperatur rendah dan peralatannya yang mudah (tidak membutuhkan unit reformer dan humidifier) bila dibandingkan dengan PEMFC (Proton Exchange Membran Fuel Cell). Namun, densitas energi yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan PEMFC. Hal ini disebabkan kinetic loss yang terjadi di sisi anoda dan katoda pada DMFC. Adanya fenomena methanol crossover di katoda mengakibatkan penurunan kinerja DMFC secara keseluruhan akibat terjadinya mixed potensial. Mahalnya logam Pt sebagai katalis katoda juga menyebabkan harga elektroda yang tinggi.
Tujuan penelitian ini adalah mensintesis katalis katoda PtCr/C yang mempu mengurangi dampak dari metanol crossover sehingga tidak terjadi penurunan reduksi oksigen dan kinerja DMFC serta memiliki kandungan Pt yang rendah.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode poliol. Tahapan penelitian meliputi: preparasi katalis PtCr/C dengan metode poliol, karakterisasi katalis dengan XRF (XRay Fluorscenes), fabrikasi Membrane Electrode Assembly (MEA) dan uji sel tunggal untuk mengetahui kinerja DMFC. Preparasi katalis menghasilkan tiga komposisi katalis bimetal PtCr/C.
Hasil karakterisasi katalis dengan XRF menunjukkan bahwa reduksi dengna metode poliol cukup berhasil dengan kandungan pengotor yang rendah. Pada uji aktivitas elektrokimia sel tunggal menggunakan katalis katoda PtCr/C didapatkan tegangan maksimum 336-405 mV dan densitas energi maksimum 0.324-2.8 mW. Kinerja DMFC terbaik didapatkan pada katalis katoda hasil preparasi PtCr/C 0.8:0.2 yaitu densitas energi maksimum sebesar 2.8 mW/cm2 pada 182 mV dan 13.12mA/cm2. Kinerja ini lebih kecil dibandingkan katalis katoda Pt yaitu densitas energi maksimum 4.86 mW/cm2 pada 171 mV dan 27.36 mA/cm2."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49702
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Merlando Dany Saputro
"Biji delima merupakan produk samping yang dihasilkan dari pengepresan buah dengan berat mencapai 10% (b/b) yang sebagian besar sudah tidak digunakan. Dengan komposisi asam punikat yang mencapai 70% di dalam biji delima maka pemanfaatan terhadap khasiat yang terkandung di dalamnya menjadi keuntungan tersendiri apabila diolah menjadi produk yang bernilai tinggi. Estimasi dua parameter proses ekstraksi asam lemak dari biji delima dengan CO2 superkritis, yaitu koefisien difusi solut dalam pelarut dan konstanta laju desorpsi telah berhasil dilakukan dengan menggunakan model difusi bola panas pada temperatur 40oC, 50oC, dan 60oC dengan tekanan 240 bar, 280 bar, dan 320 bar. Pada model ini, pelepasan asam lemak pada partikel biji delima diasumsikan dengan model desorpsi. Penyelesaian perhitungan model dilakukan dengan menggunakan program COMSOL Multiphysics 5.5. Pada penelitian ini, didapatkan nilai konsentrasi solut di matriks padat sebesar 200 mol/m3 serta nilai koefisien difusi solut dalam pelarut yang turun terhadap temperatur (40oC, 50oC, 60oC) pada tekanan 240 bar (3e-9 m2/s, 2e-9 m2/s, 0,35e-9 m2/s) dan 280 bar (3,7e-9 m2/s, 3,71e-9 m2/s, 1,2e-9 m2/s) serta naik pada tekanan 320 bar (4e-9 m2/s, 6,5e-9 m2/s, 9,4e-9 m2/s). Selain itu, nilai konstanta laju desorpsi turun terhadap kenaikan temperatur (40oC, 50oC, 60oC) pada tekanan 240 bar (1,4e-4 1/s, 0,9e-4 1/s, 0,9e-4 1/s) dan 280 bar (1,09e-4 1/s, 1,13e-4 1/s, 1,0e-4 1/s) serta naik pada tekanan 320 bar (1,383e-4 1/s, 1,385e-4 1/s, 1,534e-4 1/s).

Pomegranate seeds are a by-product produced from fruit presses weighing up to 10% (w / w) which are mostly unused. With the composition of punicic acid which reaches 70% in pomegranate seeds, the efficacy contained in it becomes its own advantage by processing it into a high-value product. Estimation of the parameters of the process of extracting fatty acids from pomegranate seeds using supercritical CO2 with solute diffusion coefficient parameters in the solvent and desorption rate constants has been successfully carried out using hot ball diffusion models at temperatures of 40oC, 50oC, and 60oC using 240 bar, 280 bar and 320 bar. In this model, the release of fatty acids in pomegranate seed particles is assumed by the desorption model. Completion of the model calculation is done using the COMSOL Multiphysics 5.5 program. In this study, it was found that the solute concentration value in the solid matrix about 200 mol/m3 and the value of solute diffusion coefficient in the solvent obtained decreases with respect to the temperature (40oC, 50oC, 60oC) at a pressure of 240 bar (3e-9 m2 / s, 2e-9 m2 / s, 0.35e-9 m2 / s) and 280 bar (3.7e -9 m2 / s, 3,71e-9 m2 / s, 1,2e-9 m2 / s) and rises at a pressure of 320 bar (4e-9 m2 / s, 6.5e-9 m2 / s, 9.4e -9 m2 / s). In addition, the value of the desorption rate constant decreases with increasing temperature (40oC, 50oC, 60oC) at 240 bar pressure (1.4e-4 1 / s, 0.9e-4 1 / s, 0.9e-4 1 / s) and 280 bar (1.09e -4 1 / s, 1.13e-4 1 / s, 1.0e-4 1 / s) and rises at a pressure of 320 bar (1,383e-4 1 / s, 1,385e-4 1 / s, 1,534- 4 1 / s)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Thalita Adevia
"Reaktor slurry bubble column untuk memproduksi green fuelmelalui hydrocracking minyak nabati dengan katalis Ni-W/SiO2-Al2O3 disimulasikan di dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mendapatkan model reaktor dan kondisi operasi optimum. Reaktor slurry bubble column dua dimensi aksisimetri dengan diameter 2,68 m dan tinggi 7,14 m dimodelkan dengan mempertimbangkan perpindahan massa dan panas. Fasa gas dan cair mangalir ke atas, menahan, dan mengagitasi partikel katalis berbentuk bola dengan diameter 100 m di dalam reaktor. Reaktor beroperasi pada tekanan 80 bar dan temperatur 420°C. Trigliserida sebanyak 5 w/w di dalam dodekana diumpankan sebagai fasa cair, dan hidrogen sebanyak 105,5 mol hidrogen/trigliserida diumpankan sebagai fasa gas. Kecepatan gas masuk adalah 0,01 m/s. Pemodelan dan simulasi pada penilitian ini juga mempertimbangkan penurunan tekanan dan distribusi konsentrasi katalis di dalam reaktor. Hasil simulasi kasus dasar menunjukkan konversi trigliserida sebesar 99,26, yield produk sebesar 40,68, dan kemurnian produk sebesar 45,55. Beberapa variasi parameter proses dilakukan untuk melihat pengaruhnya terhadap kinerja reaktor, sehingga kondisi optimum untuk memproduksi green fuel, yaitu diesel, kerosin, dan nafta, didapatkan.

A slurry bubble column reactor to produce green fuel through hydrocracking vegetable oil with Ni W SiO2 Al2O3catalyst was simulated in this research with objectives to obtain model of reactor and optimum operation condition. The two dimensional axis symmetric of a slurry bubble column reactor with diameter of 2.68 m and height of 7.14 m was modelled by considering mass and heat transfers. The gas and liquid phases flow upward, suspend, and agitate the spherical catalyst particles of 100 in diameter inside the reactor. The reactor operated under the pressure of 80 bar and the temperature of 420°C. Triglyceride of 5 w w in dodecane is fed as the liquid phase, and hydrogen of 105.5 mol hydrogen triglyceride is fed as the gas phase. The inlet gas velocity is 0.01 m s. Modelling and simulation in this research also considered pressure drop and loading catalyst distribution inside the reactor. Simulation results of base case show that the triglyceride conversion is 99.26, the product yield is 40.68 w w, and the product purity is 45.55 w w. Several variations of process parameters were performed to see the effect on the reactor performance, so optimum conditions for producing green fuel, such as diesel, kerosene, and naphtha, were obtained.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library