Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Banowati
Abstrak :
ABSTRAK
Alih kode merupakan fenomena menarik yang sering terjadi pada masyarakat dwibahasa. Pergantian dari satu bahasa atau ragam bahasa ke bahasa atau ragam bahasa lain mempengaruhi keadaan atau dilakukan sesuai dengan keperluan para penuturnya. Peristiwa alih kode dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia atau sebaliknya banyak terjadi di antara masyarakat terpelajar di kota-kota besar seperti Jakarta, dan khususnya di lingkungan sekolah internasional di mana dipergunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya.

Penelitian mengenai pemakaian alih kode di Indonesia menjadi sangat menarik karena beragamnya bahasa yang digunakan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli bahasa menyimpulkan bahwa kemampuan beralih kode pada para siswa sekolah di metropolitan sebagian besar diperoleh dari pendidikan formal di sekolah. Oleh karena itu maka penulisan ini dilakukan dengan melakukan penelitian pada siswa-siswa di Gandhi Memorial International School, sebagai sekolah internasional yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar.

Tujuan penulisan ini dilakukan untuk mengetahui fungsi-fungsi alih kode dalam percakapan yang dilakukan oleh siswa-siswa Ghandi Memorial International School. Melalui penulisan skripsi ini diharapkan diperoleh suatu pemahaman di bidang sosiolinguistik sebagai bahan penelitian lanjutan mengenai fungsi-fungsi alih kode pada masyarakat dwibahasa di Indonesia.
1990
S13981
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Fidelina
Abstrak :
ABSTRAK
Berdasarkan beberapa penelitian, perkembangan bahasa seorang anak dipengaruhi beberapa faktor, termasuk didalamnya faktor gender. Tujuan dari skripsi ini adalah untuk melihat apakah faktor gender ini juga mempengaruhi kompetensi komunikatif anak anak, sebagai salah satu aspek dari perkembangan bahasa anak. Kompetensi komunikatif dalam skripsi ini, dibatasi hanya pada kemampuan anak-_anak dalam menyampaikan informasi secara efektif.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa anak perempuan cenderung lebih menonjol dalam bidang verbal dibandingkan dengan anak laki-laki. Dari hasil penelitian seperti ini, diasumsiikan kemampuan anak perempuan dan anak laki-laki dalam menyampaikan informasi juga akan berbeda. Anak perempuan seharusnya lebih informatif dibandingkan dengan anak laki-laki.

Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang dibagikan pada sejumlah responden. Korpus data yang digunakan dalam kuesioner adalah deskripsi kata-kata yang diberikan oleh beberapa pasang anak-anak. Deskripsi yang diberikan anak-anak ini diperoleh dari Child's Play,sebuah acara permainan yang ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi swasta Indonesia. Dalam kuesioner, para responden diminta untuk menilai sejauh mana keinformatifan deskripsi yang diberikan oleh setiap anak.

Hasilnya menunjukkan bahwa deskripsi yang diberikan anak perempuan cenderung dinilai lebih informatif oleh para responden dibandingkan dengan deskripsi yang diberikan anak laki-laki. Hasil dari penelitian ini hanya berlaku bagi anak-anak yang muncul dalam acara Child's Play ini. Hasil yang sama belum tentu berlaku bagi anak-anak secara umum.
1995
S14108
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Karjanto
Abstrak :
Dengan memakai kerangka teori Model Tata Unsur Hockett (Joos, ed. 1957: 386-399), dalam penelitian ini telah dideskripsikan dan ditemukan dua tipe deret pewatas dalam frase nomina bahasa Inggris, yaitu (1) Deret Pewatas Restriktif (DPR) dan (2) Deret Pewatas Koordinatif (DPK). Kedua tipe deret pewatas ini berada di. dalam konstruksi endosentris yang subordinatif, dalam artian bahwa deret pewatas tersebut merupakan unsur bawahan yang selalu membatasi serta mengacu kepada referennya yang berbentuk nomina. Yang penting diperhatikan ialah bahwa dalam untaian DPR satuan-satuannya merupakan konstituen yang bertingkat, sedangkan dalam untaian DPK satuau-satuannya merupakan konstituen yang setara. Kita mengenal dua macam. untaian DPR, yaitu: (1) Deret yang unsur pewatasnya membatasi nomina induk yang sudah dibatasi oleh unsur pewatas yang lain. Sebagai gambaran lihatlah diagram berikut : all the ten fine stone houses.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1984
S14116
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
S. Rochtini Soedarsono
Abstrak :
Dalam proses pengalihan dari BSu ke dalam BSa, sesuai dengan pendapat Nida dan Taber (1969:106) akan terjadi pergeseran makna. Pergeseran makna ini akan sangat besar kemungkinannya pada pengalihan dua bahasa yang berlainan rumpun dan mempunyai latar belakang kebudayaan yang berbeda seperti bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Adanya kebudayaan yang berbeda yang melatarbelakangi bahasa Inggris dan bahasa Indonesia ini kiranya dapat dipahami mengingat negara Inggris dan negara Indonesia antra lain mempunyai cuaca yang berbeda, dan dengan sendirinya memiliki flora dan fauna yang berbeda pula. Hal ini dapat dibuktikan dengan sulitnya mencari padanan kata-kata yang terdapat dalam flora Inggris dalam bahasa Indonesia. Misalnya primroses terpaksa diterjemahkan menjadi mawar hutan', daisyhead menjadi bunga, dan bracken diterjemahkan menjadi tanaman pakis. Begitu pula kata-kata yang menyatakan fauna, misalnya blackbird dan chaffinch terpaksa diterjemahkan menjadi burung, dan sentinel dan farmdog terpaksa diterjemah-kan menjadi anjing penjaga. Unsur-unsur kebudayaan Inggris dan Indonesia pun jelas berbeda seperti telah disebutkan di atas. Kita ambil contoh kata inn. Dalam bahasa Inggris inn adalah sebuah tempat atau rumah penduduk, biasanya di pedesaan, yang menyediakan penginapan, makan, dan minum bagi orang yang bermalam (Hornby, 1969). Kata inn ini diterjemahkan menjadi los...
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1984
S14198
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I.R. Tjandrakesuma
Abstrak :
Bahasa-bahasa yang ada di dunia ini sangat banyak jumlahnya dan bahasa-bahasa tersebut tergolong ke dalam berbagai macam rumpun bahasa. Menurut kamus Bahasa dan Linguistik yang disusun oleh R.R.K. Hartmann dan F.C. Stork, ada lebih dari 2000 bahasa di dunia ini dan semuanya digolongkan ke dalam lebih dari tiga belas rumpun bahasa, yaitu: Indo-Eropa, Dravidian, Sino-Tibetan, Ural-Altaic, Hemito-Semitic, African, Malaya-Polynesia, American-Indian dan kelompok lain-lain yang terdiri dari: Japanese, Mon-Khmer, Caucasian, Australian, Papua dan lain-lain (Hartmann & Stork, 1973:267). Dalam masa modern ini, perhubungan antara suatu bangsa dengan bangsa lain menjadi lebih erat. Mereka saling berhubungan baik karena alasan geografis, politis, ekonomis, kultural maupun keagamaan. Perhubungan yang erat ini dijalin dengan suatu alat komunikasi yang utama yaitu bahasa. Jika kedua bangsa yang saling berhubungan itu tidak saling mengetahui bahasa mereka masing-masing, maka bahasa pihak ketigalah yang dipergunakan sebagai alat perhubungan itu. Sebagai contoh, alat komunikasi yang dipakai antara bangsa Indonesia dan Jepang bukanlah bahasa Indonesia atau Jepang, melainkan bahasa Inggris (Cokrowinoto, 978: 1; Maulana, 1978:1)
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1985
S14170
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karnedi
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian di dalam skripsi ini adalah mengenai laras bahasa, yaitu laras bahasa nota diplomatik. Di dalam kajian laras bahasa dibahas kaitan ragam bahasa dengan faktor situasi kebahasaan, dalam hal ini kaitan faktor-faktor situasi kebahasaan nota diplomatik, dengan bentuk-bentuk linguistik tertentu. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji faktor-faktor situasi kebahasaan nota diplomatik yang menentukan pemilihan bentuk-bentuk linguistik tertentu, sehingga ragam bahasa yang digunakan di dalam nota diplomatik dapat disebut sebagai ragam bahasa tersendiri, yaitu ragam bahasa nota diplomatik.

Untuk menganalisis korpus data diterapkan teori laras bahasa, teori perhitungan semantis, teori kekompleksan gaya dan teori konteks situasi.

Pengumpulan data dilakukan melalui metode pengumpulan data lapangan. Korpus data itu berjumlah kira-kira 5.000 kata yang berasal dari 30 buah teks nota diplomatik yang dianggap dapat mewakili nota diplomatik secara keseluruhan. Metode pengumpulan data lapangan dijelaskan (lihat bagian 1.5).

Secara garis besar terdapat dua aspek utama yang menjadi kajian di dalam skripsi ini, yaitu aspek linguistik dan aspek kontekstual kebahasaan, dan kaitan satu dengan yang lain. Aspek linguistik meliputi unsur-unsur leksikal, struktur sintaktis dan kekompleksan gaya yang dianalisis secara deskriptif (descriptive analysis). Aspek kontekstual kebahasaan terdiri atas topik wacana, modus wacana dan hubungan peran dalam wacana yang dianalisis dengan analisis konteks situasi (analysis of context of situation).

Hasil analisis di dalam skripsi ini menunjukkan bahwa unsur-unsur leksikal di dalam nota diplomatik memiliki frekuensi pemunculan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan frekuensi pemunculan unsur leksikal yang sama yang ditemukan oleh peneliti-peneliti yang lain. Struktur sintaktis yang muncul di dalam data yang dianalisis terdiri atas: 16% kalimat sederhana (simple sentences); 2% kalimat majemuk (compound sentences); 64% kalimat kompleks (complex sentences) dan 14% kalimat majemuk_ kompleks atau kompleks-majemuk (compound-complex or complex-compound sentences). Dengan demikian korpus data memiliki gaya kompleks (complex style).

Secara keseluruhan, pemilihan bentuk-bentuk linguistik di atas ditentukan oleh aspek kontekstual kebahasaan nota diplomatik yang meliputi topik wacana, modus wacana dan hubungan peran dalam wacana.

Berdasarkan adanya kaitan ragam bahasa dengan aspek situasi kebahasaan di dalam korpus data, dapat dikatakan bahwa ragam bahasa di dalam nota diplomatik dapat disebut sebagai ragam bahasa tersendiri, yaitu laras bahasa nota diplomatik.
1990
S14110
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chris Prihartini Maryanto
Abstrak :
ABSTRAK
Penulis tertarik untuk menganalisis ujaran-ujaran Iago, seorang tokoh di dalam Othello, dari sudut pandang pragmatik karena dua hal, yaitu: pertama, karena belum ada mahasiswa di Jurusan Sastra Inggris yang mengambil ujaran-ujaran yang terdapat di dalam drama untuk dianalisis dari sudut pragmatik, dan kedua, karena ujaran-ujaran yang penulis analisis adalah ujaran-ujaran yang digunakan oleh Iago untuk memperdaya lawan bicaranya, tetapi tidak merusak hubungan sosial antarpenyerta komunikasi. Dikatakan demikian karena Iago melakukan tindakan memperdaya tidak secara langsung, melainkan melalui implikatur. Jadi, secara singkat dapat dikatakan bahwa masalah yang dibahas di dalam skripsi ini adalah masalah makna dan fungsi ujaran: yaitu ujaran yang tidak hanya mengungkapkan makna harfiahnya, melainkan juga menampilkan fungsi ujarannya. Hal ini dapat terjadi karena di dalam ujaran tersebut terdapat daya ilokusi dan yang disertai dengan konteks dapat membawa lawan bicara sampai pada kesimpulan yang diinginkan uleh penutur.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memerikan (1) bagaimana ujaran-ujaran yang dipakai seseorang, di dalam hal ini Iago di dalam Othello, dapat memperdaya lawan bicaranya, dan (2) maksim apa saja dari prinsip kerja sama Grice yang dilanggar ketika Iago melakukan tindakan memperdaya itu.

Data diambil dari ujaran-ujaran Iago di dalam Othello. Korpus data penulis analisis dengan menggunakan model analisis tujuan (goal analysis) yang dikemukakan oleh Parisi dan Castelfranchi (1981), dilengkapi dengan (1) teori tindak tutur (speech act) yang dikemukakan oleh Austin (1978), (2) teori pragmatik (pragmatics) yang dikemukakan oleh Levinson (1983). (3) teori konteks (context) yang dikemukakan oleh Dascal (1981) dan (4) teori tindakan memperdaya (deceptive action) yang dikemukakan oleh Vincent dan Castelfranchi (1981).

Kesimpulan analisis skripsi ini adalah bahwa Iago selalu berhasil memperdaya lawan bicaranya karena ia memiliki kompetensi komunikatif, yang memungkinkan dia dapat mengenali konteks situasi ujaran dengan baik.
1990
S14099
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rufiana Perbatasari
Abstrak :
Tujuan penulisan skripsi ini adalah membahas fungsi kalimat yang mengandung perintah dan aspek sosiolinguistik yang terdapat pada masing-masing kalimat tersebut. Pengumpulan data diperoleh dari dialog-dialog dalam drama Pygmalion karya George Bernard Shaw. Hasil analisis menunjukkan jenis-jenis kalimat yang mengandung perintah: kalimat interogatif sebanyak 7 kalimat (8,2%), kalimat deklaratif 17 kalimat (20%), kalimat conditional 3 kalimat (3,5%) dan kalimat imperatif 58 kalimat (68,2%). Dan pemakaian fungsi kalimat 'menyatakan kepada seseorang untuk melakukan suatu perbuatan' memiliki prosentase tertinggi yaitu 53 kalimat ( 62,3% ) bila dibandingkan dengan 6 fungsi lain. Ragam bahasa yang digunakan adalah gabungan dari ragam bahasa biasa (45,9%) ragam bahasa resmi (17,6%) dan ragam bahasa tidak resmi (36,5%). . Kesimpulan yang diperoleh : 1. Drama Pygmalion menggunakan jenis kalimat imperatif sebanyak 68,2%. 2. Sebagian besar menggunakan ragam bahasa biasa (Neutral LangoMe) 45,9%. 3. Dengan fungsi kalimat menyatakan kepada seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan 62,3%.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
E. Betsy Pujiastuti
Abstrak :
Bila kita meneliti istilah-istilah yang terdapat dalam buku, majalah, dan kamus kedokteran berbahasa Inggris, maka kita akan mengetahui bahwa sebagian besar istilah-istilah kedokteran bahasa Inggris berasal dari kata-kata asing (misalnya dari bahasa Yunani, Latin, Perancis, dsb.). Istilah kedokteran bahasa Inggris yang berasal dari nomina bahasa Latin ternyata telah mengalami perubahan morfofonemik, sehingga nomina-nomina bahasa Latin yang dipergunakan sebagai istilah kedokteran itu tampak seperti istilah bahasa Inggris asli. Dalam morfofonemik diteliti hubungan fonemis antara alomorf-alomorf tanpa melihat pertimbangan historis. Perubahan morfofonemik yang terjadi adalah perubahan vokal, perubahan vokal silabis, perubahan konsonan, pergeseran tekanan, penghilangan fonem, penambahan fonem, dan perubahan fonem pembentuk jamak. Perubahan-perubahan yang dialami oleh nomina-nomina bahasa Latin itu terjadi agar setelah dipergunakan sebagai istilah kedokteran bahasa Inggris sesuai dengan sistim fonem dan fonotaktik bahasa Inggris.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hias Dwi Untari Soebagio
Abstrak :
Bahasa iklan merupakan hal yang menarik untuk dibahas. la patut dipelajari tidak saja karena melingkupi kehidupan kita sehari-hari, tetapi juga karena ia dapat dilihat sebagai pengantar penulisan yang bersifat persuasif manipulatif, yang tidak sekedar menyampaikan informasi. Lagipula penelaahan bahasa iklan dapat menambah studi tentang bahasa dalam konteks sosial yang lebih luas. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk membahas ciri bahasa iklan dari sudut gaya bahasa. Secara eksploratif ingin diungkapkan unsur-unsur afektif dan jenis-jenis gaya bahasa iklan. Percontoh yang digunakan adalah tajuk iklan yang memiliki sifat dan fungsi yang khas. Percontoh penelitian berjumlah 116 buah yang dipilih dengan menggunakan tehnik insidental dan tehnik catat dari dua buah majalah berbahasa Inggris. Dalam menganalisis gaya bahasa tajuk iklan penulis melakukan pembatasan, yaitu menganalisis gaya bahasa tajuk iklan hanya berdasarkan bunyi dan makna pilihan kata. Penelitian bunyi hanya menyangkut segi bunyi segmental. Metode analisis yang dipakai adalah metode klasifikasi. Dalam menganalisis penulis berkonsultasi dengan kamus dan tiga orang penutur asli. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tajuk iklan, dalam rangka menarik perhatian dan minat pembaca sebagai (calon) konsumen, menggunakan unsur-unsur afektif bahasa, yaitu rima, onomatopei, konotasi dan bahasa kiasan. Sebagian besar tajuk iklan mempunyai keistimewaan gaya bahasa. Gaya bahasa yang ditemukan adalah gaya bahasa berima, gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. Gaya bahasa yang dianggap paling afektif adalah gaya bahasa kiasan; dan yang paling banyak digunakan dari jenis ini adalah gaya bahasa Paranomasia atau Pun. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pemilihan kata dipengaruhi oleh khalayak sasaran dan keistimewaan produk yang ingin ditonjolkan. Secara umum dapat dikatakan bahwa gaya bahasa tajuk iklan tidak berbeda jauh dengan gaya bahasa susastra, selain menggunakan unsur-unsur afektif tersebut di atas, ia, juga memakai kata-kata yang lebih mengandung nilai konotatif daripada nilai denotatif, mendayagunakan keambiguan makna kata, dan secara sengaja memainkan kata-kata sehingga pernyataannya kebanyakan mengandung lebih dari satu interpretasi. Hanya bedanya dengan susastra, dalam tajuk iklan faktor interpretasi lain akan gugur karena didukung oleh faktor gambar iklan. Perbedaan lain adalah bahwa bahasa tajuk iklan mengharapkan reaksi langsung pembaca, sedangkan Bahasa susastra tidak. Demikian kesimpulan yang saya peroleh dari analisis data yang terbatas ini.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>