Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nugroho Purnomo
Abstrak :
ABSTRAK
Nyeri pinggang pada pasien batu ginjal dan batu ureter membutuhkan pengobatan yang cepat dan tepat. Banyak obat-obatan yang sudah diteliti sebagai pengobatan nyeri pada pasien batu ginjal dan batu ureter. Kebanyakan pasien dengan nyeri pinggang diberikan obat golongan NSAID. Efek samping NSAID terhadap gastrointestinal, ginjal dan sistem kardiovaskular cukup berbahaya untuk pasien sehingga harus dibatasi penggunaannya. Agropyron repens selain sebagai pengobatan MET juga dapat mengurangi rasa nyeri pada pasien batu ginjal dan batu ureter.
ABSTRACT
Flank pain in kidney stone and ureter stone s patient needs a fast and appropriate medication. Most of flank pain patients were prescribed NSAID medicine. The side effect of NSAID in terms of gastrointestinal, kidney, and cardiovascular system is adequately dangerous, thus it needs to be in control. Agropyron repens is not only for medication, but also for decreasing pain in kidney stone and ureter stone.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58846
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Randy Fauzan
Abstrak :
ABSTRAK
Urodinamik merupakan standar baku yang digunakan untuk mengevaluasi BOO, namun fasilitas urodinamik tidak selalu tersedia di seluruh pusat pelayanan urologi. Oleh karena itu kontribusi dari komponen anatomis volume prostat dan PSA dan konfigurasinya IPP mulai dipertimbangkan. Batu buli sering ditemukan pada pasien dengan usia diatas 50 tahun yang merupakan rentang usia terjadinya BPH. Usia, Intravesica Prostatic Prostution IPP dan total prostate volume TVP adalah faktor yang mempengaruhi terjadinya batu buli pada pasien BPH. Tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat medis, indeks masa tubuh IMT , skor IPSS dan PSA dengan resiko batu buli pada pasien BPH
ABSTRACT
Urodynamic is the gold standard examination to evaluate BOO. However, urologic health facility that offers urodynamic examination is not always available. Hence, the contribution of anatomic components, such as prostate volume and PSA, and its configuration IPP have been considered. Bladder stone is often found in patients age more than 50 years, who are included in the age range of BPH. Age, intravesica prostatic protrusion IPP , and total prostate volume TPV are factors which are affecting the incidence of bladder stones in patients with BPH. There was no significant relationship between medical history, body mass index BMI , IPSS score, and PSA with risk of bladder stones in patients with BPH.
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kindy Aulia
Abstrak :
Pendahuluan dan tujuan: Meskipun prevalensi disfungsi seksual pada wanita tinggi, masalah seksual jarang menjadi fokus konsultasi klinis karena sifatnya yang intim dan pribadi. Di negara seperti Indonesia, lebih sulit lagi untuk mengatasi masalah ini, mengingat faktor budaya, etnis dan agama. Pengaruh kelelahan kerja di kalangan perawat di seluruh dunia terhadap disfungsi seksual jarang dipelajari. Dengan tingginya prevalensi burnout akibat pekerjaan perawat, disfungsi seksual bisa menjadi masalah signifikan yang dialami oleh perawat di seluruh negeri. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kelelahan kerja dengan disfungsi seksual pada perawat wanita Indonesia. Metode: Sebuah studi cross sectional dilakukan di Rumah Sakit Umum Kardinah, Tegal, Jawa Tengah, Indonesia antara Januari 2022 dan Maret 2022 menggunakan kuesioner online yang dikelola sendiri dan bersifat anonim. Subjek penelitian kami adalah perawat wanita dari klinik rawat jalan, bangsal rawat inap, unit perawatan intensif/tinggi, unit gawat darurat, dan kamar operasi. Kami membagikan kuesioner online kepada perawat wanita yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Burnout pekerjaan di kalangan perawat dinilai menggunakan Copenhagen Burnout Inventory (CBI), sedangkan disfungsi seksual pada wanita dinilai menggunakan Female Sexual Function Index (FSFI). Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak IBM SPSS ver 25.0 Hasil: Sebanyak 285 perawat berpartisipasi sebagai sampel penelitian ini, 164 perawat (57,54%) berada pada kelompok beban kerja rendah dan 121 perawat (42,46%) pada kelompok beban kerja tinggi. Prevalensi disfungsi seksual pada perawat wanita dalam penelitian ini mencapai 87,7%, sedangkan kelelahan kerja pada perawat dengan beban kerja tinggi dan rendah dalam penelitian kami masing-masing adalah 42,2% dan 19,5%. Hasil analisis menunjukkan korelasi negatif yang signifikan antara skor CBI, sub skor, dan status burnout terhadap skor FSFI (p < 0,05) meskipun korelasi tersebut lemah. Data kami membuktikan bahwa tidak ada variabel independen yang dapat menjadi variabel predictor skor FSFI. Kesimpulan: Perawat wanita yang sudah menikah memiliki tingkat kelelahan kerja yang relatif tinggi dan rentan terhadap disfungsi seksual. Studi ini menunjukkan korelasi yang signifikan secara statistik tetapi lemah antara kelelahan kerja dengan disfungsi seksual pada perawat wanita yang sudah menikah dari skor total CBI, subskor dan status kelelahan dengan skor total dan subskor FSFI dalam hal lubrikasi, orgasme, kepuasan, dan nyeri. ......Introduction: Despite the high prevalence of female sexual dysfunction (FSD), sexual problems are rarely a focus of clinical consultation due to their intimate and private nature. In a conservative country like Indonesia, it is even more difficult to address these problems considering the culture, ethnic and religion factors. Therefore, this study aimed to see the correlation between occupational burnout and sexual dysfunction in Indonesian female nurses. Methods: A cross-sectional study was conducted in Kardinah General Hospital, Tegal, Central Java, Indonesia between January and March 2022. We distributed online questionnaires to female nurses who matched our eligibility criteria. Occupational burnouts among nurses were assessed using Copenhagen Burnout Inventory (CBI), while Female sexual dysfunction (FSD) was assessed using Female Sexual Function Index (FSFI). Results: A total of 285 nurses participated as samples of this study, 164 nurses (57,54%) were in the low workload group and 121 nurses (42,46%) in the high workload group. The prevalence of sexual dysfunction in female nurses in this study was as high as 87.7% While occupational burnout in high and low workload nurses in our study was 42.2% and 19.5%, respectively. The analysis shows a significant negative correlation between CBI score, sub scores, and burnout status to FSFI score (p < 0.05). Conclusion: Married female nurses have a relatively high occupational burnout and are prone to sexual dysfunction. This study showed statistically significant but weak correlation between occupational burnout with sexual dysfunction in married female nurses from the CBI total score, subscores and burnout status with FSFI total score and subscores.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fanny Riana Ridwan
Abstrak :
Pendahuluan dan Tujuan: Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan gangguan seksual pada wanita menikah yang bekerja pada bidang pelayanan kesehatan. Metode: Fungsi seksual dinilai dengan kuesioner Female Sexual Function Index (FSFI). Analisis data dilakukan dengan chi-square test or Fisher Exact Test Hasil: Semua subjek yang mengalami overweight atau obesitas memiliki masalah nyeri terbanyak (p value 0.034). Wanita dengan diabetes mellitus memiliki masalah kepuasan yang lebih tinggi (p=0.002, OR 13.13, CI 1.73-99.91). Wanita yang menggunakan kontrasepsi memiliki masalah orgasme yang lebih rendah dibandingkan wanita yang tidak menggunakannya (p<0.004, OR 0.33, CI 0.15-0.72). Subjek yang bekerja sebagai staf medis seperti perawat/bidan, farmasi, radiografer memiliki masalah nyeri yang lebih tinggi (71.43%) dibandingkan dengan staf non medis (petugas administrasi) (OR 27.47, CI 3.73-202). Kesimpulan: IMT yang berlebih (overweight/obesitas), diabetes mellitus, penggunaan kontrasepsi, dan tenaga kesehatan adalah faktor risiko yang signifikan yang mempengaruhi munculnya gangguan seksual pada wanita yang bekerja di rumah sakit. ......Introduction & Objectives: In this study, we want to evaluate the risk factors associated with sexual dysfunction in married women working in health care system. Material & Methods: The sexual function was assessed in the questionnaire using Female Sexual Function Index (FSFI). The analysis was conducted using chi-square test or Fisher Exact Test. Result: All participants who were overweight/obese had highest pain problem (p value 0.034). Women with diabetes mellitus had higher satisfaction problems (p=0.002, OR 13.13, CI 1.73-99.91). The females who used contraception had significantly lower orgasm problems (p<0.004, OR 0.33, CI 0.15-0.72. Participants who worked as medical staff such as nurse/midwife, pharmacist, radiographer had higher pain problems (71.43%) compared to medical staff (administration staff) (OR 27.47, CI 3.73-202). Conclusion: The BMI (overweight/obesity), diabetes mellitus, the use of contraception, and the medical occupation were the significant risk factors to sexual dysunction problem in women working in the hospital.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Fawzi,
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang. Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi hubungan pemasangan jj stent terhadap fungsi seksual baik pada laki-laki maupun perempuan. Metode. Studi ini adalah penelitian kohort. Subjek adaah pasien yang dilakukan pemasangan jj stent pada bulan Juli-November 2017 di RSUD Kardinah Tegal, Jawa Tengah. Data diambil pada saat prosedur operasi pemasangan dan saat pencabutan selang jj stent. Fungsi seksual laki-laki dinilai dengan menggunakan skor IIEF, sedangkan pada perempuan menggunakan FSFI. Hasil. Jumlah pasien yang dipasang jj stent adalah 60 laki-laki berusia 51,1 + 10,6 tahun  dan 33 perempuan berusia 49,6 + 10,6 tahun. Pada kelompok perempuan didapatkan perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada total skor FSFI sebelum (23,62 + 0,64) dan setelah (16,7 + 0,52) pemasangan jj stent. Hal ini juga terlihat pada kelompok laki-laki dengan skor total IIEF sebelum (49,55 + 2,3) dan sesudah pemasangan jj stent (38,4 + 1,7). Simpulan. Pemasangan jj stent dapat menyebabkan gangguan fungsi seksual. Mekanisme masih belum jelas, akan tetapi efeknya dapat membaik setelah dilakukan pencabutan jj stent. ABSTRACT
Background. This study aims to evaluate the relationship between the placement of jj stents on sexual function in both men and women. Method. This study is a cohort study. The subjects were patients who had jj stents insertion in July-November 2017 at Kardinah Tegal Hospital, Central Java. The data was taken during the insertion procedure and when extracting the jj stent. Male sexual function was assessed using the IIEF score, while for women using FSFI. Results. The number of patients who had jj stents insertion procedure was 60 men aged 51.1 + 10.6 years and 33 women aged 49.6 + 10.6 years. In the female group there were significant differences (p <0.05) in the total FSFI score before (23.62 + 0.64) and after (16.7 + 0.52) the jj stent installation. This was also seen in the male group with a total IIEF score before (49.55 + 2.3) and after the jj stent installation (38.4 + 1.7). Conclusion. The insertion of jj stents can cause sexual dysfunction. The mechanism is still unclear, but the effect can improve after extracting the jj stent.
2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hotasi, Stevano Lucianto
Abstrak :
Pendahuluan dan tujuan: Batu saluran kemih atau urolitiasis merupakan salah satu masalah yang dianggap sebagai masalah kesehatan yang umum ditemui. Beberapa faktor risiko penyebab terbentuknya batu di saluran kemih, salah satunya adalah pH dan usia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan umur, pH urin, dan kejadian batu saluran kemih di RSUD Kardinah Tegal. Metode: Ini adalah studi potong lintang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien usia dewasa (18 tahun) penderita urolitiasis di RSUD Kardinah Tegal yang belum pernah menjalani pengobatan urolitiasis sebelumnya. Total ada 235 subjek yang terbagi menjadi 120 subjek kelompok kasus dan 115 subjek kelompok kontrol. Untuk menilai hubungan antara setiap kategori usia dan pH urin, kami menggunakan uji Chi-square. Kami selanjutnya melakukan analisis multivariat menggunakan metode regresi logistik. Hasil: Perbedaan rata-rata usia antara kelompok urolitiasis dan kelompok non-urolitiasis ditemukan signifikan (p < 0,001) dengan MD dari 7,81 (4.26-11.37). Perbedaan kejadian batu menurut pH urin pada kedua kelompok tidak bermakna secara statistik (p = 0,266). Insiden batu ditemukan tertinggi pada kelompok usia 50-59 tahun pada pH urin asam. Namun, tidak ada kelompok usia dan pH urin yang dikaitkan dengan kejadian batu. Lebih lanjut, kami juga mengamati bahwa dengan peningkatan pH urin, kemungkinan terjadinya batu kemih akan menjadi 0,689 kali lebih mungkin terjadi (p = 0,018). Kesimpulan: Ada perbedaan usia yang bermakna antara kelompok urolitiasis dan non urolitiasis. Tidak ada kelompok usia dan pH urin yang ditemukan terkait dengan kejadian batu, namun peningkatan usia dan pH urin meningkatkan kemungkinan terjadinya batu saluran kemih. .....Introduction and objectives: Urinary stones or urolithiasis is one issue that is considered as a health problem in life. Some risk factors lead to stone formation in the urinary tract, one of which is pH and age. This study aim to determine the association between age, urine pH, and urinary stones incidence in Kardinah Tegal General Hospital. Methods: This was a cross-sectional study. Populations for this study were all adult patients (≥18 years old) with urolithiasis in Kardinah Tegal General Hospital who never received any previous treatment for urolithiasis. In total there were 235 subjects, divided into 120 subjects in case group and 115 subjects in control group. To assess association between each age category and urinary pH, we used Chi-square test. We further performed multivariate analysis using logistic regression method. Results: Mean difference of age between urolithiasis group and non-urolithiasis group was found to be significant (p<0.001) with MD of 7.81 (4.26-11.37). Differences in stone incidence according to urinary pH in both groups were not statistically significant (p=0.266). Stone incidence was found to be highest in age group of 50-59 years old in acidic urinary pH. However, no age group and urinary pH were associated with stone incidence. Furthermore, we also observed that with the increase of urinary pH, the odds of urinary stones occurrence would be 0.689 times more likely to happen (p=0.018). Conclusion: There was significant difference of age between urolithiasis and non-urolithiasis group. No age group and urinary pH were found associated with stone incidence, however the increase of age and urinary pH, increase the odds of developing urinary stones.
2021
T-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Juhadi Sunaryo
Abstrak :
ABSTRAK
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan litotripsi laser holmium: YAG pada batu ureter. Penelitian inimerupakan suatu kohort prospektif yang dilaksanakan pada Januari 2013 ndash; Mei 2015 di RSUD Kardinah Tegal, Jawa Tengah. Pasien dengan batu ureter proksimal dan distal dimasukkan sebagai subyek penelitian. Sebanyak 50 pasien batu ureter yang terdiri dari ureter proksimal 13 26 dan distal 37 74 pasiendiikutsertaakan dalam penelitian ini. Stone burden, lama operasi, dan jumlah batu merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan tindakan litotripsi laser holmium:YAG pada batu ureter.
ABSTRACT
To know predictive factors for success of holmium laser YAG lithotripsy in ureteral calculi management. This prospective cohort study was conducted in January 2013 to May 2015 at RSUD Kardinah Tegal Central Java. Patients diagnosed with proximal and distal stones were included in this study. Of 50 ureteral stone patiens, consisted proximal 13 26 and distal 37 74 were included in this study. Stone burden, duration of operation, and stone number were predictive factors for success of holmium laser YAG lithotripsy in ureteral calculi management.
2015
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Prahara Yuri
Abstrak :
Pendahuluan: Pengobatan analgesik yang ideal pasca operasi harus dapat membantu untuk menghilangkan rasa nyeri yang cepat dan efektif. Metode Penelitian: 80 pasien yang menjalani tindakan endoskopi urologi di Rumah Sakit Kardinah. Efek analgesik dinilai menggunakan Skala Analog Visual VAS. Hasil Penelitian: Pada kelompok eksperimen, tidak ada perbedaan antara kelompok B phenazopyridine HCl dan C natrium diklofenak p> 0,05. Grup A asam pipemidat menunjukkan efek analgesik yang lebih menguntungkan daripada B dan C p ...... Introduction: The ideal postoperative analgesic treat ment should provide rapid and effective pain relief. Methods: The 80 patients who underwent endoscopic urological surgery at Kardinah Hospital. The analgesic effects were assessed using the Visual Analog Scale VAS. Results: In the experimental group, there was no difference between groups B phenazopyridine HCl and C sodium diclofenac p 0.05. Group A pipemidic acid demonstrated a more favourable analgesic effect than B and C p
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58859
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tommie Prasetyo U. W.
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan Mengetahui hubungan antara nilai glukosa darah puasa, disfungsi ereksi DE , dan lower urinary tract symptoms LUTS pada pasien dengan pembesaran prostate jinak.Metode Terdapat 42 pasien berusia lebih dari 50 tahun dengan pembesaran prostat jinak. LUTS dan DE dievaluasi dengan menggunakan International Prostate Symptom Score IPSS and International Index of Erectile Function-5 IIEF-5 . Diabetes mellitus ditegakkan jika gula darah puasa lebih dari 126 mg/dL. LUTS dikategorikan menjadi 3 grup; ringan, sedang, dan berat dimana DE dikategorikan menjadi 2; positif dan negative. Semua data dianalisa menggunakan SPSS ver. 22.Hasil Usia rata-rata pasien adalah 68,83 8,56 tahun dengan mayoritas menderita DE 83.33 dan LUTS 80.96 . Diabetes mellitus ditemukan pada 26,19 pasien dengan rata-rata nilai gula darah puasa 108.3 21.1 mg/dL. Nilai IPSS didapati berhubungan signifikan dengan nilai gula darah puasa r = 0.879, p
ABSTRACT
Aims To discover the correlation between fasting glucose level, erectile dysfunction, and lower urinary tract symptoms LUTS in patients diagnosed with benign prostatic hyperplasia BPH .Methods There were 42 patients with BPH related LUTS aged over 50 years old enrolled in this study. LUTS and erectile dysfunction ED were evaluated using International Prostate Symptom Score IPSS and International Index of Erectile Function 5 IIEF 5 . Diabetes mellitus was established if fasting glucose level was above 126 mg dL. LUTS was classified into 3 groups mild, moderate, and severe LUTS while ED was classified into 2 groups ED positive and ED negative. Data were analyzed using SPSS ver. 22Results Patients rsquo mean age was 68.83 8.56 years old with most of them had ED 83.33 and also suffered from severe LUTS 80.96 . Diabetes mellitus was observed in 26.19 subjects with mean fasting glucose level was 108.3 21.1 mg dL. IPSS score were significantly correlated with fasting glucose level r 0.879, p
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library