Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 83 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Damanik, Yuniar Safithri
"PT. S merupakan salah satu perusahaan modal ventura yang menyadari pentingnya penggunaan kompetensi dalam pengelolaan SDM di perusahaannya Tahap awal untuk dapat mengaplikasikan pendekatan kompetensi ini perlu dibuat suatu model kompetensi. Oleh karena itu,tugas akhir ini memiliki tujuan menyusun model kompetensi untuk Departemen Pembiayaan PT. S, yang merupakan departemen inti perusahaan. Namun sebelumnnya dilakukan penyusunan kompetensi inti untuk seluruh jabatan di perusahaan, karena PT. S belum memilikinya.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah behavioral-event interview, focus group discussion serta data pendukung dari perusahaan. Hasil yang diperoleh berupa model kompetensi yang terdiri dari 5 kompetensi inti yaitu team work, customer satisfaction orientation, strive for excellence, organizational awareness dan willingness to learn serta 13 kompetensi spesifik yaitu finacial report knowledge, product knowledge, analythical thinking, writting skill, presentation skill, influencing skill, informational seeking, business sense, planning, organizing and controlling, self confidence, delegating, developing others serta coaching. Setiap kompetensi terdiri dari nama kompetensi, definisi operasional, derajat kepentingan, tingkat penguasaan dan indikator perilaku."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T38439
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arini Pradewi Putri
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh trait kepribadian Big Five terhadap perilaku inovatif karyawan di tempat kerja pada PT X dan PT Y. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengukuran trait kepribadian Big Five menggunakan alat ukur Mini-IPIP yang dikembangkan oleh Donnellan, Oswald, Baird, dan Lucas pada tahun 2006 dan alat ukur perilaku inovatif menggunakan alat ukur Innovative Work Behavior Scale yang dikembangkan oleh Onne Janssen pada tahun 2000. Partisipan berjumlah 216 orang karyawan yang bekerja pada perusahaan photovoltaic (penghasil produk berenergi terbarukan).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan pada trait agreeableness dan trait conscientiousness terhadap perilaku inovatif (R2 = 0,124; p < 0,01). Artinya, semakin tinggi trait agreeableness dan trait conscientiousness yang dimiliki individu, maka semakin tinggi perilaku inovatif yang dimilikinya.

This study was conducted to see the influence of the Big Five personality trait on employees’ innovative behavior at work on X company and Y company. This research was conducted using a quantitative approach. Big Five personality trait measurements using the Mini-IPIP measure developed by Donnellan, Oswald, Baird, and Lucas in 2006 and innovative behavior measurement using Innovative Work Behavior Scale developed by Onne Janssen in 2000. Participants totaled 216 employees working on photovoltaic company (producer of renewable energy products).
Results of this study indicate that there is a significant positive effect on agreeableness trait and conscientiousness trait to innovative behavior (R2 = 0.124, p < 0,01). It means, the higher agreeableness trait and conscientiousness trait of the individual, the higher its innovative behavior.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47425
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratama Juli Hartini
"Penelitian ini berusaha melihat hubungan antara konflik kerja-keluarga dan kepuasan kerja pada karyawati di perusahaan Ritel. Konflik kerja-keluarga merupakan sebuah konflik peran yang terjadi apabila tekanan dari peran seseorang di pekerjaan tidak sesuai dengan tekanan dari peran yang ia jalani di keluarga sehingga pemenuhan tuntutan pada satu peran menyulitkan pemenuhan tuntutan pada peran lainnya, sedangkan kepuasan kerja adalah kumpulan sikap dan perasaan, yakni bagaimana seseorang merasakan pekerjaannya dan merasakan berbagai aspek dari pekerjaannya. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 102 orang dan merupakan karyawati yang berasal dari 7 perusahaan ritel di Jakarta.
Peneliti menggunakan alat ukur work-family conflict scale untuk mengukur konflik kerja-keluarga dan job satisfaction survey untuk mengukur kepuasan kerja. Kedua alat ukur tersebut telah diadaptasi dan merupakan hasil dari penelitian sebelumnya. Berdasarkan hasil penghitungan korelasi Pearson Product Moment two tailed, didapatkan nilai korelasi sebesar -0,490 dengan nilai signifikansi 0,000 (p < 0,05). Artinya, ada hubungan negatif yang signifikan antara konflik kerjakeluarga dan kepuasan kerja pada karyawati di perusahaan ritel. Tingkat konflik kerja-keluarga partisipan dalam penelitian ini tergolong rendah, sedangkan tingkat kepuasan kerja partisipan tergolong tinggi.
Berdasarkan dua arah konflik kerja-keluarga, work interfering with family (WIF) merupakan penyumbang yang lebih besar dibandingkan dengan family interfering with work (FIW) dalam hal penurunan kepuasan kerja. Strain-based WIF dan behavior-based FIW juga memberikan sumbangan efektif dalam hal penurunan kepuasan kerja. Selain itu, ditemukan pula adanya hubungan antara usia partisipan dan kepuasan kerja, perbedaan kepuasan kerja berdasarkan masa kerja, serta tidak adanya perbedaan konflik kerjakeluarga pada sampel berdasarkan jumlah jam kerja perminggu, jumlah anak, dan usia anak. Berdasarkan hasil penelitian, saran diberikan kepada pembuat kebijakan dalam perusahaan untuk meninjau waktu kerja, beban kerja, dan prosedur kerja, dan karyawati untuk menyusun strategi pengaturan waktu.

This study correlates work-family conflict and job satisfaction among women worker in retail company. Work-family conflict is a form of interrole conflict in which the role pressure from the work and family domains are mutually incompatible in some respect. While job satisfaction is a constellation of attitude and feeling about how people feel about their jobs and different aspects of their job. The participants of this research are 102 women worker come from 7 retail companies in Jakarta who had children younger than 13 years.
The researcher use the work-family conflict scale to measure workfamily conflict and use job satisfaction survey to measure job satisfaction. Both scales are adapted from previous researches. The computation using two tailed pearson product moment, results coefficient of correlation -0,490 with signification 0,000 (p<0,05) which indicates that work-family conflict negatively correlates with job satisfaction. Participants in this research have a low level of work-family conflict and high level of job satisfaction. Based on direction of work-family conflict, work in terfering with family is a stronger predictor than family interfering with work.
Based on form of conflict, strain-based WIF and behavior-based FIW are the strongest predictor. There are correlations between career stage, age of participant and job satisfaction. There are no correlation between number hours working perweek, child?s age, number of children and work-family conflict. The suggestion are given to tha policy maker to observe the work-schedule, workload and work procedure, and to participant to arrange strategy of time management."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
303.6 PRA h
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Roeri Istianty
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3581
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Elissa Madarina
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3580
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sesmita Regar
"Terkadang terjadi benturan antara tuntutan peran di pekeijaan dan keluarga pada wanita menikah dan bekerja di luar rumah. Tuntutan tersebut memicu konflik dikenal dengan konflik keija-keluarga. Dampak muncul pada kedua peran tersebut khususnya pekeijaan diantaranya menurunkan workplace wellbeing. Pada penelitian ini, peneliti akan meneliti hubungan konflik kerja-keluarga dan workplace wellbeing pada buruh pabrik perempuan. Peneliti menyebarkan 75 kuesioner pada buruh pabrik perempuan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara konflik keija-keluarga dengan workplace wellbeing pada buruh pabrik perempuan.

Sometimes, there are incompatible demands in work and family roles when married women work outside the home. This incompatible demands make conflict is well-known as workfamily conflict. Impact of this role conflict was occurred in work domain and expected reduce workplace wellbeing. In this research, researcher will examine relationship workfamily conflict and workplace wellbeing among women labor. Researcher spreaded 75 questionnaires among women labor. This research found significant relationship among work-family conflict and workplace wellbeing in women labor."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S3641
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Helmi Pamungkas
"ABSTRAK
Organisasi memerlukan karyawan dengan level work engagement yang tinggi sebagai competitive advantages untuk dapat bersaing di era VUCA. Leader-member exchange (LMX) adalah salah satu prediktor yang berperan kuat pada work engagement karyawan. Oleh sebab itu, diperlukan studi yang dapat menjelaskan kedua variabel tersebut. Dari hasil studi tersebut akan dirancang intervensi yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas hubungan atasan bawahan sehingga work engagement karyawan menjadi lebih kuat. Penelitian ini terdiri dari dua studi. Studi satu bertujuan untuk melihat pengaruh LMX terhadap work engagement di PT X. Studi ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan desain penelitian korelasional yang dilakukan kepada 72 karyawan PT X. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian adalah UWES 9 dan LMX-MDM. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari LMX terhadap work engagement (p < .05, R2 = .20). Berdasarkan hasil tersebut, peneliti melakukan studi dua untuk melakukan intervensi program peningkatan LMX kepada atasan (delapan orang) yang dipersepsi bawahan memiliki kualitas hubungan dengan bawahan yang belum optimal. Hasil menunjukkan terdapat perbedaan mean yang signifikan pada evaluasi pembelajaran (Z = -2.21, p < .05) serta terdapat perubahan evaluasi perilaku secara signifikan (Z = -2.37, p < .05). Hasil uji beda pre-post variabel menunjukkan terdapat peningkatan signifikan skor leader-member exchange dan work engagement (p < .05). Oleh karena itu, program peningkatan LMX efektif meningkatkan leader-member exchange yang selanjutnya memengaruhi peningkatan work engagement karyawan di PT X.

ABSTRACT
Organization need employees with high level of work engagement as competitive advantages in this VUCA era. Leader-member exchange (LMX) is one of predictors of work engagement. This study will explain relationhip between two variables and find an appropriate intervention to increase LMX that will impact the work engagement enhancement. This research consists of two study, first study will examine the effects of LMX on work engagement at X organization. The research design used quantitative method and correlational design. First study involved 72 employees, measurement instruments used UWES 9 and LMX-MDM. Result showed the significant effects of LMX on work engagement (p < .05, R2 = .20). Based on first study result, researcher conducted LMX improvement program for the direct supervisor that has minimum score of LMX perceived by the subordinate and the one-group pretest-posttest design for the second study (intervention). Result showed there was significant difference mean score in knowledge evaluation (Z = -2.21, p < .05), and significant in behavior evaluation (Z = -2.37, p < .05). There is significant mean score differentiation between leader-member exchange and work engagement before and after the intervention at X organization (p < .05). Therefore, LMX improvement program effective to increase leader-member exchange then will impact the improvement of work engagement."
2018
T51757
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pugar, Dea Hansel
"ABSTRAK
Organisasi memerlukan karyawan yang memiliki engagement terhadap organisasinya. Salah satunya dengan melihat peran karier untuk menumbuhkan engagement karyawan. Oleh sebab itu, diperlukan studi yang dapat menjelaskan keterkaitan antar variabel dan menguji intervensi yang dapat dilakukan berdasarkan hasil studi tersebut. Penelitian ini terdiri dari dua studi, studi satu bertujuan untuk meneliti pengaruh proactive career behavior pada work engagement. Dalam penelitian ini, digunakan UWES-9 untuk mengukur work engagement dan Proactive Career Behavior Items untuk mengukur proactive career behavior. Data dari 27 responden diolah menggunakan uji regresi, menunjukkan hasil bahwa proactive career behavior memprediksi work engagement (F (1,70) = 13.85, p < .05, R2 = .17). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti melakukan studi dua menggunakan desain before after dengan menyusun intervensi yang dinamakan My Success Story Program. My Success Story Program diberikan melalui workshop dan coaching yang bertujuan untuk meningkatkan proactive career behavior, yang diharapkan dapat meningkatkan work engagement. Program intervensi diberikan pada 11 partisipan yang memiliki skor variabel rendah. Hasil evaluasi pembelajaran menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (Z = -2.40, p < .05) dan terdapat perubahan evaluasi perilaku yang signifikan (Z = -2.94, p < .05). Hasil uji beda pre¬ dan post variabel menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan pada variabel proactive career behavior dan work engagement (p < .05). Oleh karena itu, My Success Story Program dapat meningkatkan proactive career behavior dan work engagement di PT X.

ABSTRACT
Organizations need employees who engaged within organization. One of the ways is by looking at career roles to foster engagement. Therefore, it needed research that can explain the relationships between the two variables and examine intervention that can be done based on those results. This research consisted of two studies, study 1 aimed to examine the effect of proactive career behavior on work engagement. In this study, UWES-9 was used to measure work engagement and Proactive Career Behavior Items to measure proactive career behavior. Data from 27 respondents were processed using regression, showing that proactive career behavior predicted work engagement (F (1.70) = 13.85, p <.05, R2 = .17). Based on that, researchers conducted a study 2, using before after design to developing an intervention called My Success Story Program. My Success Story Program is provided through workshops and coaching session that aim to increase proactive career behavior and work engagement. The intervention was given to 11 participants who had low variable scores. The results of the learning evaluation showed a significant difference (Z = -2.40, p <.05) and there was a significant change in behavior evaluation (Z = -2.94, p <.05). The results of the pre and post variable difference showed that there was a significant increase in proactive career behavior and work engagement (p <.05). Therefore, My Success Story Program succeeded to increasing proactive career behavior and work engagement at PT X."
2018
T51800
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>