Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mentari Meina Rahmalah
"Skripsi ini membahas tentang kutukan yang terdapat di dalam film Sleeping Beauty (1959) dan Ella Enchanted (2004) yang dinilai memiliki kesamaan dengan opresi yang terjadi kepada perempuan dalam sistem patriarki, dengan secara spesifik melihat pandangan Betty Friedan dalam The Feminine Mystique (1974). Di samping itu, skripsi ini juga membahas mengenai ideologi gender yang terkandung di dalam kedua teks dengan melihat upaya-upaya yang dilakukan oleh kedua tokoh utama dalam meraih kebebasannya dari kutukan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kutukan yang menimpa kedua tokoh perempuan dalam Sleeping Beauty dan Ella Enchanted berlaku sama layaknya opresi yang terjadi terhadap perempuan dalam sistem patriarki. Selain itu, terdapat dualisme di dalam film Ella Enchanted. Di satu sisi, film ini memperlihatkan beberapa perubahan mendasar dari Sleeping Beauty produksi Disney yang masih kental dengan ideologi yang patriarkis. Namun, di sisi lain, masih terdapat banyak ambiguitas di dalam film ini yang pada akhirnya justru tetap memperlihatkan adanya suatu kesamaan ideologi gender dengan fairy tale milik Disney.

This study discusses the curse in Sleeping Beauty (1959) and Ella Enchanted (2004) that is believed to have a similarity to the oppression happens to women in a patriarchal system, by specifically referring to the Betty Friedan_s view in The Feminine Mystique (1974). Besides, this study also discusses about the gender ideology in those two films by observing the efforts done by both main characters in achieving their own freedom from the curse. The outcome of this research shows that the curse suffered by the two female main characters in Sleeping Beauty and Ella Enchanted is just the same with the oppression happens to women in a patriarchal system. However, there is a dualism in Ella Enchanted. On one hand, this film shows some basic changes from the patriarchal Sleeping Beauty produced by Disney. On the other hand, there are still a lot of ambiguities in Ella Enchanted, which in the end causing this movie to keep showing a similar gender ideology presents in Disney_s fairy tale."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S13675
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
MM Ari Dewayanti
"Film adalah sebuah media yang kerap dikaji dalam analisa tekstual dan visual. Penelitian ini membahas film (500) Days of Summer melalui ranah feminisme. Pola penokohan kedua tokoh utama, Tom dan Summer, yang berbeda dari pola konstruksi gender konvensional memicu penulis untuk melihat serta mengkritisi ideologi gender yang terbentuk dalam film. Skripsi ini juga melihat posisi yang sebenarnya dari film dan akan menjawab pertanyaan yang paling mendasar yaitu apakah (500) Days of Summer tergolong sebagai sebuah film feminis atau sebaliknya justru terbawa oleh bias patriarki. Terdapat kecurigaan adanya dualisme dalam cerita, baik melalui penokohan Tom dan Summer maupun ideologi yang terbentuk dalam film ini sendiri. Adanya narator (voice over) yang turut memberi nada ironi memunculkan bias dalam cerita. Dengan membagi penelitian menjadi dua bagian besar dalam melihat oposisi biner dan posisi subjek – objek yang diaplikasikan dalam cerita dan penokohan, maka akan terlihat struktur penokohan dan ideologi gender yang ditawarkan oleh film. Penulis menggunakan oposisi biner yang diteorikan oleh Anderson (1995) dan posisi 'the Self' dan 'the Other' yang ditawarkan oleh de Beauvoir (1949) serta beberapa teori feminis lainnya yang mendukung penelitian ini. Pada akhirnya, film menggugat pola konstruksi gender yang telah terinternalisasi dalam struktur masyarakat konservatif.

Movie is a media that is often studied in a textual and visual analysis. This research analyzes the movie (500) Days of Summer through feminism approach. The characterization of the two major characters, Tom and Summer, which is different from the conventional gender construction drives the writer to see and criticize the gender ideology formed in the movie. This research objectives are to argue the film position and answers the basic questions; is (500) Days of Summer a feminist movie or does it bring the perspective of the patriarchy ideology? There is an assumption that the movie brings the dualistic idea, both in Tom and Summer characterization and the main ideology which are established in the movie. The narrator’s (voice over) irony tone also gives a bias interpretation in the story. By dividing this research into two big parts in seeing the binary opposition and subject – object position which are applied in the story and the characterization of the two major characters, the research is to see the characterization structure and gender ideology that lie in the movie. The writer uses the binary opposition which is theorized by Anderson (1995) and ‘the Self’ and ‘the Other’ hierarchy position which is offered by de Beauvoir (1949), and also another feminist theories that help this research done. In the end, this research is to argue that the movie criticizes the gender construction pattern which has been internalized in conservative society structure."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S44502
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melissa Berlina
"Penulisan ini bertujuan untuk menganalisis pelanggaran terhadap Tatanan Simbolik dan konflik yang timbul sebagai akibatnya dalam Film Normal. Keinginan tokoh Roy untuk mengubah identitas gendernya melanggar Tatanan Simbolik sehingga menimbulkan sejumlah konflik. Konflik yang muncul antara lain adalah konflik di dalam ruang publik, ruang privat, dan di dalam diri Roy sendiri. Konflik pada ruang publik terbagi menjadi konflik di dalam tempat kerja Roy dan gereja, dan konflik pada ruang privat merupakan konflik di dalam keluarga Roy yang terbagi menjadi konflik di antara Roy dengan istrinya, ayahnya, dan anaknya. Konflik-konflik yang muncul sebagai akibat pelanggaran Tatanan Simbolik yang dilakukan Roy dengan mengganti identitas gendernya inilah yang akan menjadi akan menjadi fokus pada penelitian ini. Teori psikoanalisa Jacques Lacan akan digunakan untuk menganalisis fokus permasalahan tersebut.

This writing intends to analyze the transgression of the Symbolic order and the conflicts that appear in the movie Normal. The character Roy’s wish to change his gender identity breaks The Symbolic Order, and thus creates conflicts. The conflicts that appear are those in the public room, in the private room, and inside Roy himself. The conflict in the public room consists of the conflicts in Roy’s workplace and the church, while the conflict in the private room consists of those between Roy and his wife, Roy and his father, and Roy and his son. The conflicts that arise as the cause of the transgression of the Symbolic Order by changing his gender identity will be the focus of this research. Jacques Lacan’s psychoanalytic theory will be used to analyze this focus."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S52926
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Raya Puspitasari
"Mengingat jenis umum dari persahabatan laki-laki yang tergolong 'tatap muka' dan bukan 'berdampingan' (Zaslow, 2010), How I Met Your Mother sebagai salah satu komedi situasi yang paling populer di Amerika menangkap hubungan antara tiga laki-laki dalam cara yang berbeda, yang disebut Bromance. Dinamika antara tiga laki-laki pemeran utama dalam sitkom tersebut menjadi elemen paling jelas dari komedi yang ditangkap lebih dari perjalanannya untuk menemukan Ibu. Ada dua bagian utama yang akan makalah ini capai; cara ketiga karakter laki-laki memimpin dan membangun hubungan mereka didasarkan pada paradigma wanita yang pria hindari dan perilaku tersebut ditandai sebagai Bromance yang mungkin ada hubungannya dengan pencarian dari Ibu. Dengan menggunakan konsep Brannon tentang ‘the male sex role identity’, hal tersebut menunjukkan bahwa klasifikasi pria berdasarkan peran khas maskulinitas tidak berkontribusi untuk membangun hubungan jangka panjang dengan pasangan.

Considering the common type of men’s friendships which is not ‘face to face’ but ‘side by side’ (Zaslow, 2010), How I Met Your Mother as one of the most popular sitcoms in America captures the relationship among three men in a different way, called Bromance. The dynamics among those three men become the most obvious element of comedy that is captured more than its journey to find the Mother. There are two major parts that this paper attempts to make; the way those three lead male characters build their relationship is based on the paradigm of women that men avoid and those behaviors are characterized as Bromance that should have something to do with the searching of the Mother. By using Brannon’s concept of ‘the male sex role identity’, it shows that the classifications of men with the typical role of masculinity depart them from contributing to a long-lasted relationship.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Gusti Ramadhana W.
"Penelitian ini bertujuan untuk memberikan kontribusi pada bidang penerjemahan dengan cara melihat dan menganalisis penghapusan yang dilakukan oleh seorang penerjemah ketika menerjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, dan juga memperlihatkan solusi yang dilakukan untuk mengganti kata yang terhapus. Subjek penelitian dari bahasa Inggris diambil dari novel berjudul Good Omens, ditulis oleh Terry Pratchett dan Neil Gaiman. Contoh yang diterjemahkan diambil dari Pertanda-Pertanda Baik, yang diterjemahkan oleh Lulu Wijaya. Good Omens adalah sebuah novel fantasi yang berbahasa Inggris yang penuh dengan kata-kata humor yang dimana beberapa tidak dapat diterjemahkan secara langsung ke bahasa Indonesia tanpa adanya perubahan dari penerjemah. Makalah ini menggunakan Teori Dynamic Equivalence dari Eugene Nida dengan alasan bahwa penerjemah mengubah kata-kata dengan tujuan untuk menjaga konteks dalam suatu karya. Satu hal yang telah ditemukan mengenai penghapusan dalam penerjemahan adalah bahwa hal ini dilakukan untuk menghindari redundansi semantik. Beberapa mengatakan bahwa penghapusan untuk menghindari redundansi semantik sebagai penerjemahan parsial. Kesimpulan dari makalah ini adalah bahwa penghapusan dibutuhkan untuk beberapa kata dengan tujuan untuk menjaga konteks dari cerita yang diterjemahkan.

This study attempts to make a contribution in translation studies by looking at and analyzing deletions conducted by translators when a text is translated from English to Indonesian, and also showing the solutions made to compensate for the deleted words. The subject from which the English examples are taken is a novel by the title of Good Omens, written by Terry Pratchett and Neil Gaiman. The translated examples are taken from the Indonesian version, Pertanda-Pertanda Baik, translated by Lulu Wijaya. Good Omens is an English fantasy novel full of wit and words that may not be properly translated into Indonesian without modification on the behalf of the translator. This paper uses Eugene Nida’s Dynamic Equivalence theory on the notion that translators have to modify words in order to retain the sense or context of a work. One point that has been researched regarding deletion in translation is that it is made in order to avoid semantic redundancy. Others refer to the attempts of deletion to prevent semantic redundancy as partial translation. This paper concludes with the finding that deletions are necessary for some words in order to retain the context of the story.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Herwinda Audy Putri
"Telah lama diketahui bahwa hierarki kebutuhan Maslow merupakan bagian penting dalam memahami perilaku manusia melalui perspektif psikologi. Teori ini berlaku untuk beberapa fungsi, seperti pemahaman motivasi manusia, pelatihan manajemen, dan pengembangan pribadi. Film Cemetery Junction, sebuah film yang ditulis dan disutradarai oleh Ricky Gervais dan Stephen Merchant merupakan salah satu contoh yang tepat dalam menunjukkan teori Maslow tersebut. Terdapat dua poin utama yang akan dibahas pada makalah ini. Pertama, motivasi manusia sebagai esensi dalam kehidupan manusia yang memicu manusia untuk memenuhi kebutuhan mereka, dan juga sebagai salah satu tema utama dari film. Kedua, bahwa karakter utama di film Cemetery Junction mewakili setiap tingkat hirarki untuk mencapai setiap hasrat dan keinginan mereka melalui perbaikan diri dan sosial. Dengan menggunakan teori motivasi manusia dan hierarki kebutuhan milik Abraham Maslow, makalah ini bertujuan untuk menunjukkan hubungan antara hierarki Maslow dengan kebahagiaan manusia, sukacita, dan pemenuhan diri.

It has long been known that Maslow’s hierarchy of needs represents a significant part in understanding human behavior through the perspective of psychology. The theory remains valid for several functions, such as understanding human motivation, management training, and personal development. The movie Cemetery Junction, written and directed by Ricky Gervais and Stephen Merchant, precisely exemplifies the Maslow’s theory. There are two major points that this paper attempts to make. First, that ‘human motivation’ is believed to be the essence in human life that triggers humans to fulfill their needs, and also as one of the major themes of the movie. Second, that the main characters in Cemetery Junction represent each level of the hierarchy in order to reach their desires through self and social improvements. Using the human motivation and the theory of hierarchy of needs by Abraham Maslow, the paper aims to show the relation between Maslow’s hierarchy and human happiness, joy, and fulfillment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Datu Beru
"Sekilas, film The Chronicles of Narnia: The Lion, the Witch, and the Wardrobe (2005) sering kali terlihat sebagai sebuah cerita mengenai kebaikan melawan kejahatan di mata anak-anak, dengan binatang-binatang yang dapat berbicara dan pertempuran tanpa pertumpahan darah. Namun, ketika dipelajari pada tingkat yang lebih dalam, film tersebut menggambarkan peranan gender secara tradisional yang menyebabkan stereotip gender. Tulisan ini mencoba untuk menemukan bagaimana isu gender muncul dari peran dan karakterisasi karakter-karakter minor, bagimana mereka menyebarluaskan stereotip tradisional mengenai gender dengan membuat karakter-karakter utama menginternalisasi stereotip tersebut sebagai bagian permanen dari kepribadian mereka, dan penguatan nilai-nilai patriarki yang dilakukan oleh karakter-karakter minor melalui penyebaran stereotip tersebut. Teori gender Millett dan teori skema gender Bem adalah teori-teori yang digunakan untuk mejawab masalah penelitian yang diajukan. Pandangan Brannon mengenai stereotip gender juga menuntun kepada temuan adanya stereotip gender yang diseberluaskan oleh karakter-karakter minor di dalam film. Pada akhirnya, tulisan ini sampai pada kesimpulan bahwa penyebaran stereotip tradisional mengenai gender yang dilakukan oleh karakter-karakter minor menyebabkan karakter-karakter utama menginternalisasi stereotip tersebut yang memperkuat nilai-nilai patriarki.

In a glance, the film The Chronicles of Narnia: The Lion, the Witch, and the Wardrobe (2005) was often seen as tale of good versus evil through the eyes of children, with talking animals and non-bloody battles. However, when studied at a deeper level, the film depicted traditional gender roles that led to gender stereotyping. This paper attempted to find how the issue of gender emerged from the role and characterization of minor characters, how they disseminated the traditional gender stereotypes and made the major characters internalize the stereotypes as permanent parts of their personalities, and the reinforcement of patriarchal values through the dissemination of traditional gender stereotypes done by the minor characters. Millett’s gender theory and Bem’s gender-schema theory were theories used to answer the research issues proposed. Brannon’s view on gender stereotypes also led to the findings of minor characters’ gender stereotypes in the film. In the end, the paper came to a conclusion that the dissemination of traditional gender stereotypes done by minor characters made the major ones internalizing the traditional gender stereotypes that reinforced the patriarchal values.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hidayah Kusuma Permatasari Tomagola
"Industri Hip-Hop identik dengan maskulinitas, selain karena kurangnya rapper wanita, lagu-lagunya juga menampilkan maskulinitas kulit hitam. Studi ini mengkaji album Mr. Morale & The Big Steppers (2022) milik Kendrick Lamar untuk melihat bagaimana Lamar mengkritik maskulinitas kulit hitam sekaligus menemukan akar pandangan toksik ini. Penelitian ini menggunakan analisis tekstual dengan menganalisis sembilan lagu untuk mengkaji tema maskulin dan menerapkan konsep interseksionalitas milik Crenshaw (1989) untuk mengetahui bagaimana persilangan ras, gender, dan kelas menghasilkan pandangan maskulinitas pria kulit hitam Amerika yang tidak sehat. Untuk menemukan ide ini, digunakan pandangan McDougal III tentang kejantanan dan maskulinitas kulit hitam. Album ini menantang maskulinitas kulit hitam dengan mempromosikan pentingnya vulnerability, memiliki coping mechanismsyang lebih sehat, dan mencari bantuan psikologis profesional. Album tersebut juga mengkritik gagasan consumer-orientedness yang lazim di komunitas kulit hitam. Namun, ada bagian yang menunjukkan album tersebut masih menegaskan kepercayaan toksik tentang pentingnya memiliki uang, mobil, dan wanita untuk menunjukkan kejantanan seseorang.

The Hip-Hop industry is highly masculinised not only due to the lack of female rappers but also the rap songs that showcase black masculinity. This study examines Kendrick Lamar’s music album Mr. Morale & The Big Steppers (2022) to see how Lamar uses his music to criticise black masculinity as well as to find the root of the toxic view of black masculinity. To achieve this aim, the study uses textual analysis to analyse Lamar’s nine songs to examine the masculine theme in the album. The study also applies Kimberlé Crenshaw’s (1989) concept of intersectionality to see how the intersections of race, gender, and class result in black American men’s toxic views of masculinity. To decode the ideas of black masculinity, the study uses Serie McDougal III’s views of black manhood and masculinity. The album primarily challenges black masculinity by promoting the importance of letting oneself be vulnerable, having a healthier coping mechanism, and seeking professional psychological help. The album also criticises the idea of consumer-orientedness that is prevalent in the black community. However, there are parts which show that the album still affirms the toxic belief of the importance of having money, cars, and women to display one’s masculinity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kharina Dewi Malinda
"Hip-hop adalah budaya yang sangat penting bagi orang berkulit hitam. Melalui sejarah yang panjang, hip-hop berkembang menjadi salah satu dari beberapa genre yang digunakan untuk menyampaikan kritik politik dan sosial. Topik rasisme struktural dan interseksionalitas ras yang mempengaruhi cara hidup orang kulit hitam adalah beberapa contoh. Bahkan di institusi pendidikan, rasisme dan kesenjangan ras memiliki peran yang besar, terutama di sekolah-sekolah yang mempengaruhi sudut pandang anak-anak muda tentang kesuksesan. Rapper hip-hop seperti Dead Prez dan Kanye West menyampaikan isu ini dalam karya-karya mereka yang merefleksikan pentingnya pendidikan dan kesuksesan dari sudut pandang remaja kulit hitam. Penelitian ini akan berfokus pada sikap dan perubahan perspektif masing-masing artis hip-hop dengan menggunakan analisis tekstual dari lagu "They Schools" milik Dead Prez dan "School Spirit" milik Kanye West.

Hip-hop serves as a notable culture of the black community. Through its long history, hip-hop progressed to be one of several genres that people use to convey political and social criticism. The topic of structural racism and race intersectionality that affects the way black people live are some examples. Even in an early stage such as in educational institutions, racism and racial disparity play a big role, especially in schools that affected young children’s idea of success. Hip-hop rappers such as dead prez and Kanye West mentioned this issue in their works that reflect on the significance of education and success from the point of view of black adolescents. This research will be focusing on each hip-hop artist's attitudes and change of perspective by using a textual analysis of dead prez’s song “They Schools,” and Kanye West’s “School Spirit.”"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Manuhutu, Nicholas Yesaya
"Istana Buckigham adalah salah satu bangunan kediaman resmi raja dari kerajaan Britania Raya dan Alam Persemakmuran Inggris yang masih eksis hingga saat ini dan terletak di kawasan kota London. Bangunan ini dibangun pada tahun 1703 oleh Edward Blore untuk Duke of Buckingham yang berkebangsaan Inggris. Istana Buckingham merupakan salah satu bangunan yang unik di kota London, karena gaya bangunan gereja ini mengadaptasi dari dua gaya bangunan, yakni gaya Klasik dan gaya Palladian. Gaya Klasik adalah gaya bangunan yang mencerminkan peradaban Yunani dan Romawi kuno, sedangkan gaya Palladian adalah gaya bangunan yang memadukan unsur gaya Klasik dengan dekorasi dari gaya bangunan lainnya. Tulisan ini menggunakan metode Kualitatif-Deskriptif yang dalam pengumpulan datanya diperoleh melalui kajian studi pustaka, studi lapangan berupa kunjungan langsung, dan melakukan observasi terhadap ornamen-ornamen gereja di bagian eksterior dan interior. Gaya bangunan Klasik dan Palladian pada bangunan ini terlihat jelas melalui adanya penggunaan pilar- pilar, dan penggunaan jendela berbingkai.

Buckigham Palace is one of the official residences of the monarchs of the United Kingdom of Great Britain and the World The British Commonwealth still exists today and is located in the London city area. this building built in 1703 by Edward Blore for the English Duke of Buckingham. Palace Buckingham is one of the unique buildings in the city of London, because of the style of this church building adapting two building styles, namely the Classical style and the Palladian style. Classical style is a building style which reflects the ancient Greek and Roman civilizations, while the Palladian style is a building style that combines elements of the Classical style with decorations from other building styles. This paper uses the method Qualitative-Descriptive in which data collection is obtained through literature review, field studies in the form of direct visits, and observing the church ornaments on the exterior and interiors. The Classical and Palladian building styles in this building are clearly visible through the use of pillars. pillars, and the use of framed windows."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>