Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuli Riviyanti
Abstrak :
ABSTRAK
Keinginan berhenti kerja (intention to quit) adalah keinginan karyawan untuk berhenti dari pekerjaan yang sekarang, hal tersebut bisa diakibatkan karena faktor pendorong (dari dalam organisasi) ataupun faktor penarik (dari luar organisasi). Apabila tidak terkelola dengan baik akan menyebabkan turnover secara nyata.Hal tersebut menjadi sangat penting karena tingginya angka turnover menunjukkan kurang stabilnya suatu organisasi. Mengingat banyaknya dampak yang akan terjadi yang berkaitan dengan turnover terutama terhadap pelayanan pasien, apabila banyak terjadi pada perawat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keinginan berhenti kerja perawat RS An-Nisa Tangerang. Pengukuran dalam penelitian ini terdiri dari 12 faktor, antara lain : (1) Umur, (2) jenis kelamin (3) tingkat pendidikan, (4) lama kerja, (5) unit kerja, (6) status kepegawaian, (7) jenjang karir, (8) pendidikan-pelatihan, (9) kompensasi, (10) stressor kerja, (11) komunikasi dan (12) supervisi/kepemimpinan. Penelitian ini bersifat kuantitatif-kualitatif dengan menggunakan desain potong lintang. Sampel penelitian ini 89 perawat yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Data yang didapat menggunakan kuisioner.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RS An-Nisa Tangerang ditemukan bahwa perawat yang memiliki keinginan untuk berhenti kerja sebanyak 18%, angka ini apabila terjadi berarti angka turnover pada tahun 2017 sebesar 12,8% yang berarti menjadi lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya yang angkanya selalu mengalami kenaikan. Hasil analisa statistik ditemukan faktor-faktor yang berpengaruh adalah lama kerja, dan kepemimpinan. Sedangkan faktor yang paling dominan adalah Kepemimpinan.
ABSTRACT
The desire to stop working (intention to quit) is the desire of employees to quit their job now, this can be caused because the driving factor (from within the Organization) or towing factor (from outside the organization). If not managed properly will cause a turnover . It becomes very important because of the high turnover figures showed less relative of an organization. Given the large number of impacts that will occur with regard to turnover especially against patients, when a lot is happening on nurses.

This research aims to know the factors that affect the desire to stop working nurses at RS An-Nisa Tangerang. Measurements in this study consists of 12 factors, among others: (1) Age, (2) gender (3) level of education, (4) long work, a work unit (5), (6) the status of staffing, (7)succession, (8) educationtraining, (9)compensation, (10) a work stressor, (11) communication and (12) supervision/leadership. The study is quantitative-qualitative design using cross sectional. The sample of this research 88 nurses who meet the inclusion criteria and ekslusi. Data obtained using questionnaire.

Based on research conducted at RS An-Nisa Tangerang found that nurses who have a desire to stop working as much as 18%, this figure means in case of turnover in the year 2017 of 12.8% which means being better than the previous years that number is always rising. The results of the statistical analysis found factors that influential work is the length of work and leadership. While the most influential factor is work Leadership.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47705
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Ariani Khairunnisa
Abstrak :
Pada 1 Januari 2014 dilaksanakan program Jaminan Kesehatan Nasional di Indonesia, dimana penyelenggaraannya dilaksanakan oleh BPJS. RS AN Tangerang bekerjasama dengan BPJS sejak tahun 2014, dimana sejak saat itu peningkatan produktivitas kunjungan pelayanan RS sangat melonjak. Peningkatan kunjungan tinggi juga terdapat di Perawatan Intensif dimana penyediaan gas oksigen menjadi salah satu kebutuhan penting. Peningkatan tersebut juga meningkatkan kebutuhan penyediaan gas medis oksigen. Perubahan pola biaya pada pelayanan JKN dimana dibayarkan dalam konsep package payment, sehingga penyediaan gas oksigen medis menjadi salah satu biaya besar yang perlu dievaluasi dalam penyediaanya. Terdapat beberapa sediaan gas medis oksigen untuk pelayanan rumah sakit. Diantara pilihan tersebut manakah sediaan yang sesuai secara biaya dengan karakteristik RS AN. Penelitian ini bertujuan menganalisis perbandingan biaya penyediaan gas oksigen dengan tabung silinder gas, vessel gas liquid(VGL) dan oksigen liquid tank pada penyediaan gas medis di Rumah Sakit AN Tangerang. Desain penelitian dari tesis ini bersifat kuantitatif menggunakan rancangan retrospektif survey dengan dilakukan studi perbandingan biaya (comparative study) diantara 3 alternatif yang ada. Dilakukan perhitungan biaya dengan metode Activity Based Costing yang kemudian dilanjutkan dengan analisa perbandingan biaya dengan metode Cost Minimization Analysis. Dari hasil penelitian didapatkan biaya pengadaan untuk masing-masing sediaan gas medis sebesar rp 10.316,00 /m³ untuk sediaan tabung gas, rp 6.173,00 /m³ untuk sediaan VGL dan rp 6.121,00 /m³ untuk sediaan tangki liquid. Biaya tersebut akan berbeda tergantung dengan besarnya biaya investasi, jumlah utilisasi dan letak sarana prasarana. Pemilihan sediaan liquid oksigen tangki 6 ton dengan kapasitas 4.620 m³ untuk keperluan penyediaan gas medis pada RS AN dengan jumlah tempat tidur 170, ruang intensif sebanyak 19 tempat tidur, dengan BOR 60-67% , pemakaian oksigen medis rata-rata sebesar 74.198 m³ per tahun, menjadi pilihan investasi dan penghematan biaya yang terbaik bila dibandingkan dengan sediaan tabung gas maupun VGL.
On 1 January 2014, a National Health Insurance program (Jaminan Kesehatan Nasional/JKN) was implemented in Indonesia, where the implementation was carried out by the BPJS. RS AN Tangerang collaborated with BPJS since 2014, where since then the increase in hospital service visit productivity has soared. Increased visits are also found in Intensive Care where the supply of oxygen gas is an important requirement. The increase also increases the need for oxygen medical gas. Changes in the pattern of costs for JKN services are paid for in the package payment concept, so that the supply of medical oxygen gas is one of the big costs that need to be evaluated in its provision. There are several medical oxygen gas preparations for hospital services. Among these choices are the preparations that are cost-appropriate with the characteristics of the RS AN. This study aims to analyze the comparison of the cost of providing oxygen gas with gas cylinders, gas vessels liquid (VGL) and oxygen liquid tanks in the provision of medical gas at RS AN Tangerang . The research design of this thesis is quantitative using a retrospective survey design with a comparative study among 3 alternatives. Cost calculation is done using Activity Based Costing method which is then continued with cost comparison analysis using the Cost Minimization Analysis method. From the results of the study, the procurement costs for each medical gas preparation were Rp. 10,316.00 / m³ for gas cylinder preparations, Rp. 6,173.00 / m³ for VGL preparations and Rp. 6,121.00 / m³ for liquid tank preparations. These costs will differ depending on the amount of investment costs, the amount of utilization and location of infrastructure. The selection of a 6-ton liquid oxygen tank with a capacity of 4,620 m³ for the purposes of providing medical gas in RS AN with 170 beds, 19 intensive rooms, with a BOR of 60-67%, medical oxygen consumption an average of 74,198 m³ per year, becoming the best investment choice and cost savings when compared to gas cylinders and VGL.
Depok: Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Ariani Khairunnisa
Abstrak :
Pada 1 Januari 2014 dilaksanakan program Jaminan Kesehatan Nasional di Indonesia, dimana penyelenggaraannya dilaksanakan oleh BPJS. RS AN Tangerang bekerjasama dengan BPJS sejak tahun 2014, dimana sejak saat itu peningkatan produktivitas kunjungan pelayanan RS sangat melonjak. Peningkatan kunjungan tinggi juga terdapat di Perawatan Intensif dimana penyediaan gas oksigen menjadi salah satu kebutuhan penting. Peningkatan tersebut juga meningkatkan kebutuhan penyediaan gas medis oksigen. Perubahan pola biaya pada pelayanan JKN dimana dibayarkan dalam konsep package payment, sehingga penyediaan gas oksigen medis menjadi salah satu biaya besar yang perlu dievaluasi dalam penyediaanya. Terdapat beberapa sediaan gas medis oksigen untuk pelayanan rumah sakit. Diantara pilihan tersebut manakah sediaan yang sesuai secara biaya dengan karakteristik RS AN. Penelitian ini bertujuan menganalisis perbandingan biaya penyediaan gas oksigen dengan tabung silinder gas, vessel gas liquid(VGL) dan oksigen liquid tank pada penyediaan gas medis di Rumah Sakit AN Tangerang. Desain penelitian dari tesis ini bersifat kuantitatif menggunakan rancangan retrospektif survey dengan dilakukan studi perbandingan biaya (comparative study) diantara 3 alternatif yang ada. Dilakukan perhitungan biaya dengan metode Activity Based Costing yang kemudian dilanjutkan dengan analisa perbandingan biaya dengan metode Cost Minimization Analysis. Dari hasil penelitian didapatkan biaya pengadaan untuk masing-masing sediaan gas medis sebesar rp 10.316,00/m³ untuk sediaan tabung gas, rp 6.173,00/m³ untuk sediaan VGL dan rp 6.121,00/m³ untuk sediaan tangki liquid. Biaya tersebut akan berbeda tergantung dengan besarnya biaya investasi, jumlah utilisasi dan letak sarana prasarana. Pemilihan sediaan liquid oksigen tangki 6 ton dengan kapasitas 4.620 m³ untuk keperluan penyediaan gas medis pada RS AN dengan jumlah tempat tidur 170, ruang intensif sebanyak 19 tempat tidur, dengan BOR 60-67% , pemakaian oksigen medis rata-rata sebesar 74.198 m³ per tahun, menjadi pilihan investasi dan penghematan biaya yang terbaik bila dibandingkan dengan sediaan tabung gas maupun VGL.
On 1 January 2014, a National Health Insurance program (Jaminan Kesehatan Nasional/JKN) was implemented in Indonesia, where the implementation was carried out by the BPJS. RS AN Tangerang collaborated with BPJS since 2014, where since then the increase in hospital service visit productivity has soared. Increased visits are also found in Intensive Care where the supply of oxygen gas is an important requirement. The increase also increases the need for oxygen medical gas. Changes in the pattern of costs for JKN services are paid for in the package payment concept, so that the supply of medical oxygen gas is one of the big costs that need to be evaluated in its provision. There are several medical oxygen gas preparations for hospital services. Among these choices are the preparations that are cost-appropriate with the characteristics of the RS AN. This study aims to analyze the comparison of the cost of providing oxygen gas with gas cylinders, gas vessels liquid (VGL) and oxygen liquid tanks in the provision of medical gas at RS AN Tangerang . The research design of this thesis is quantitative using a retrospective survey design with a comparative study among 3 alternatives. Cost calculation is done using Activity Based Costing method which is then continued with cost comparison analysis using the Cost Minimization Analysis method. From the results of the study, the procurement costs for each medical gas preparation were Rp. 10,316.00/m³ for gas cylinder preparations, Rp. 6,173.00/m³ for VGL preparations and Rp. 6,121.00/m³ for liquid tank preparations. These costs will differ depending on the amount of investment costs, the amount of utilization and location of infrastructure. The selection of a 6-ton liquid oxygen tank with a capacity of 4,620 m³ for the purposes of providing medical gas in RS AN with 170 beds, 19 intensive rooms, with a BOR of 60-67%, medical oxygen consumption an average of 74,198 m³ per year, becoming the best investment choice and cost savings when compared to gas cylinders and VGL.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53842
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library