Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 68 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irma Laksmisari
Abstrak :
ABSTRAK
Konsumen banyak melihat iklan-iklan di media massa setiap harinya maka konsumen tersebut melindungi dirinya dari serangan begitu banyak iklan dengan lebih mendengarkan teman-temannya atau sumber-sumber lain yag mereka percayai. Oleh sebab itu, WOM merupakan alat promosi yang efektif karena seseorang hanya bisa mengingat 5 sampai 7 iklan saja perhari. WOM juga memiliki ani yang peming karena banyak konsumen yang tidak suka mengambil resiko membeli dan mengkonsumsi produk yang memiliki resiko besar.

Produk yang memiliki resiko besar karena langsung berhubungan dengan tubuh adalah produk pelangsing tubuh. Produk ini sangat mudah didapatkan di banyak retailer dengan harga yang relatif rnurah yaitu rata-rata Rp. 3000.- per kemasan sena banyaknya iklan di media massa. Para pengusaha industri kosmetika nasional pun banyak yang memproduksi produkproduk pelangsing untuk mendukung keinginan para wanita yang ingin tubuhnya langsing. Fenomena ini terjadi karena kini pandangan tcntang citra seorang wanita yang cantik diterjemahkan sebagai wanita yang memiliki bentuk tubuh langsing, rambut lurus panjang, dan kulit wajah putih mulus.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai produk pelangsing tubuh menarik karena produk ini memiliki resiko yang cukup besar karena penggunaannya langsung mempengaruhi sistem tubuh sedangkan iklan produk-produk ini banyak dilihat di berbagai media dengan frekuensi yang cukup sering. Permasalahan yang akan diteliti oleh penulis antara lain, pertama apa sajakah faktor-faktor stimuli yang menyebabkan WOM terjadi dan bagaimna proses WOM itu sendiri. Permasalahan kedua adalah mengetahui keterkaitan antara WOM Communication dan iklan dengan keputusan konsumen untuk membeli produk pelangsing tubuh yaitu apakah konsumen dalam mengambil keputusan tersebut lebih dipengaruhi oleh iklan, WOM atau kedua-duanya serta bagaimana proses terjadinya (alur-alur yang dilewati setiap responden). Perrnasalahan selanjutnya adalah mengidentifikasi jenis-jenis inforrnasi apa sajakah (merek, harga, kemasan, efek samping, dan lain-lain) yang membedakan perilaku konsumen terhadap pemilihan kedua sumber inforrnasi (WOM atau lklan). Selain itu, ingin juga diketahui apakah terdapat perbedaan antara variabeldemografi (jenis pekerjaan, pendidikan dan pengeluaran) terhadap jenis inforrnasi atas merek, harga, kemasan, bahan baku, kemampuan produk maupun efek samping pada dua sumber informasi yaitu iklan dan word-of-mouth.

Subjek penelitian ini adalah 150 wanita yang yang pernah mengkonsumsi suatu produk pelangsing tubuh, berusia 18 tahun atau lebih. Produk pelangsing tubuh yang dimaksud disini adalah semua merek produk pelangsing tubuh yang pemah beriklan di media seperti Slimming Tea, Diyet, Merit, Teh Hijau Cap Kepala Hijau dan lain sebagainya.

Pengolahan data yang didapat melalui survey kepada 150 wanita ini menggunakan software SPSS (Statistical Product and Service Solution) ver.1 0.0 sebagai alat bantunya. Landasan Statistical tools yang dipakai adalah : Deskriptive Statistics, Analysis of Variance (ANOVA), Discriminant Analysis dan Crosstab.

Hasil analisis telah memberikan jawaban yang memuaskan terhadap perrnasalahan penelitian yang diangkat oleh penulis. Hasil tersebut diantaranya adalah faktor-faktor stimuli terjadinya WOM untuk produk pelangsing tubuh. Faktor-faktor tersebut adalah adanya pertanyaan orang lain terhadap dirinya, adanya komentar orang lain tentang suatu merek produk pelangsing tubuh, karena setelah melihat iklan sebuah merek produk pelangsing tubuh tertentu. Sedangkan proses terjadinya WOM dimulai saat responden bertanya kepada sumber rekomendasi. Sebagian besar dari responden yang pemah mengkonsumsi produk pelangsing tubuh ini lebih dipengaruhi oleh iklan dalam mengambil keputusan untuk membeli suatu merek, akan tetapi kemudian mereka akan mencari informasi lebih lanjut dari seseorang. Akan tetapi, terdapat penemuan yang menarik dimana jumlah responden yang setelah melihat iklan langsung melakukan keputusan membeli tanpa bertanya pad a orang lain terlebih dahulu tidak terlalu berbeda jauh dengan jumlah responden yang setelah melihat iklan kemudian melakukan WOM. Tidak terdapat perbedaan preferensi konsumen terhadap jenis informasi (merek, harga, kemasan, kemampuan, bahan baku serta efek samping) baik yang didapatkan dari WOM communication maupun iklan. Meski tidak ada perbedaan akan tetapi informasi atas kemasan merupakan jenis informasi yang paling membedakan atas pemilihan sumber informasi yang dipilih. Selain itu, tidak terdapat perbedaan antara variaber demografi jenis pekerjaan, pendidikan dan pengeluaran) terhadap jenis informasi yang ada pada dua sumber informasi yaitu iklan dan word-of-mouth.

Saran yang bisa direkomendasikan oleh penulis adalah bahwa produsen sebaiknya menstimulasi WOM dengan menyebarkan informasi mengenai kemampuan produk dalam melangsingkan tubuh serta efek sampingnya, mempcrhatikan pesan (message) yang dikomunikasikan didalam iklan-iklannya, menambah frekuensi kemunculan iklan agar dapat menstimuli terjadinya WOM dan mempercepat keputusan membeli konsumen, selalu mengawasi kualitas produknya agar tetap dapat memuaskan konsumennya agar konsumen merasa puas dan kemudian melakukan WOM communication, menggunakan iklan dan WOM secara terpadu dan menunjang satu sama lain sesuai dengan konsep Integrated Marketing Communication, produsen tidak perlu membeda-bedakan jenis informasi yang ingin disampaikan dikedua sumber informasi (iklan atau WOM) sesuai dengan variabel demografi konsumen dalam mengkomunikasikan produk pelangsing tubuhnya.
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santi Isnaini
Abstrak :
Dewasa ini, pusat perbelanjaan modern tumbuh berkembang dengan pesat Perkembangan ini tidak terlepas dari perubahan perilaku konsumen, terutama yang berada di perkotaan dan berbelanja di pasar-pasar tradisional menjadi berbelanja ke plaza atau mal. Di tengah maraknya perkembangan pusat perbeIanjaan sebenarnya pengelolaan pusat perbelanjaan termasuk bisnis yang sulit di bidang properti. Adanya dua jenis peIanggan yaitu para penyewa ruangan dan para pengunjung, membuat tingkat kesulitan mengelola pusat perbelanjaan bisa dikatakan Iebih tinggi daripada mengelola pusat perkantoran, kondominium, atau apartemen. Pengunjung memiliki peranan yang penting dalam bisnis pusat perbelanjaan. Pengunjung tidak saja diharapkan untuk terus datang tapi juga diharapkan untuk melakukan transaksi. OIeh karena itu, dalam menghadapi tingkat persaingan yang semakin kompetitif dengan pusat-pusat perbelanjaan lainnya yang ada di Jakarta, khususnya yang berada di wilayah Blok M, tingkat kepuasan para pengunjung terhadap atribut-atribut pelayanan yang telah diberikan Plaza Blok M selama ini penting untuk diketahui. Dalam karya akhir ini, metode yang digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan adalah customer satisfaction survey dengan mengacu pada model SERVQUAL. Di sini terdapat 22 atribut yang digunakan untuk meneliti perbedaan antara harapan akan jasa yang diberikan Plaza Blok M dengan penilaìan terhadap jasa yang diterima pengunjungnya. Hasil survei menunjukkan bahwa para pengunjung Plaza Blok M merasa tidak puas pada seluruh atribut Plaza Blok M yang diteliti. Hal ini terbukti dari nilai negatif yang diperoleh untuk masing-masing atribut pada gap analysis. Nilai terendah dimiliki secara berturut oleh atribut-atribut: jaminan keamanan, keramahan karyawan/pramuniaga, fasilitas fisik, kesopanan karyawan/pramuniaga, keandalan karyawan/pramuniaga, pemberian infomasi oieh karyawan, dan respon menangani keluhan pengunjung. Sementara itu berdasarkan analisis yang sama, secara keseluruhan, konsumen merasa tidak puas dengan pelayanan yang diperoleh dari Plaza Blok M. Hal ¡ni ditunjukkan oleh total nilai perbedaan (gap) antara nilai harapan dan nilai persepsi sebesar ?5,4060. Selanjutnya, hasil pemetaan atribut-atribut yang diteliti dalam Importance? Performance Matrix memperlihatkan atribut-atribut yang mendesak untuk segera ditangani adaiah fasilitas fisik, respon menangani keluhan pengunjung, kesediaan memberikan pelayanan, keramahan karyawan/pramunìaga, dan kesopanan karyawan/pramuniaga. Implikasinya, penìngkatan operasi fasilitas-fasilitas fisik (lift, escalator, telepon umum, parkir, toilet dan sebagaìnya) mendesak untuk dilakukan. Selain itu, training-training yang menekankan pada penìngkatan kualitas service seperti service of excelent juga perlu dilakukan sebagai upaya memperbaiki sikap dan meningkatkan kemampuan para karyawan pramuniaga. Salah satu kekurangan dan pengukuran tingkat kepuasan pengunjung adalah hasil penelitian hanya memperlihatkan apakah kebutuhan saat ini telah terpenuhì tetapi gagal untuk meneliti kebutuhan pelanggan/penguniung di masa datang. Selain itu, survey ini juga tidak melihat tingkat kepuasan para karyawan/pramuniaga terhaciap pusat perbelanjaan tempat mereka bekerja, padahal diyakini bahwa kepuasan mereka akan menggerakkan loyalitas pengunjung. Oleh karena itu, studi lanjutan terhadap permasalahan ini perlu untuk dilakukan. Selanjutnya, sebaiknya pada penelitian berikut pengukuran dengan skala interval menggunakan skor genap (1 ? 6) untuk menghindari jawaban yang tidak memberi penìlaian.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T3100
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfi Hifni
Abstrak :
ABSTRAK
Keterbatasan pihak perhotelan dalam menjangkau potensi pasar yang lebih luas dimanfaatkan sebagai alasan utama untuk turut memasarkan unit ? unit kamar maupun FasiIitas Iainnya yang dimiliki oleh tiap ? tiap hotel. Sehingga pada kondisi inilah timbul suatu jenis usaha yang menempatkan diri sebagai perantara antara produsen (hotel) dan konsumen.

INIDOTEL sebagai salah satu agen pemasaran perhotelan telah menyadari pentingnya pelayanan yang diberikan kepada konsumennya, termasuk pula ragam layanan yang ditawarkan. Tuntutan terhadap kelengkapan servis yang ditawarkan cenderung mengarah pada generalisasi pola bisnis dalam industri ini, yaitu sebagai agen perjalanan.

Namun hal ini tidak serta merta disikapi dengan melakukan perubahan sesuai tuntutan konsumen. Pihak perusahaan justru berusaha mempertahankan eksistensinya sebagai agen reservasi perhotelan murni (defence strategy). Termasuk mempertahankan ragam produk yang dimiliki, sistem operasi serta pencapaian pasar yang dituju.

Tulisan ini akan membahas sikap unit usaha INDOTEL dalam upaya mempertahankan posisinya sebagai reservasi hotel (hotel reservation), dimana pembahasan difokuskan hanya sampai pada tahap formulasi alternatif strategi pada tingkat korporasi bagi INDOTEL, dan tidak sampai pada tahap implementasi maupun pengawasan. Pokok ? pokok penting yang ditargetkan adalah:

Analisa terhadap strategi bertahan (defence strategy) yang selama ini Dijalankan

Memberikan alternatif strategi bagi perusahaan

Mengembangkan kompetensi intl perusahaan

Kondisi Iingkungan diluar perusahaan turut mempengaruhi kebijakan penentuan strategi yang akan diambil oleh perusahaan. Pola kecenderungan trend yang tengah terjadi maupun tekanan perubahan terhadap bisnis yang dijalani merupakan saíah satu faktor yang tidak dapat dikendalikan dalarn jangka pendek oleh rnanajemen perusahaan. Beberapa perubahan faktor lingkungan yang turut mempengaruhi diantaranya: globalisasi, ekonorni, politik, hukum, kebijakan pemerintah. kemajuan teknologi, sosial budaya dan Iingkungan hidup, keamanan. perubahan demografi, serta sumber daya manusia.

Dari analisa yang dilakukan terlihat bahwa, saat ini kondisi perusahaan telah berada dalam posisi competitive turbulance dan cenderung memasuki tahap mature pada bisnis life cycle. Sehingga diperlukan strategi khusus guna mengatasi masalah ini, seperti mengelola daya saing yang dimiliki atau bahkan bila perlu membentuk life cycle baru guna menghindari decline. Sayangnya, perubahan yang terjadi dalam lingkungan tidak diikuti dengan penyesuaian perencanaan dan penerapan strategi yang memadai / sesuai. Manajemen perusahaan berpendapat masalah yang tenjadi hanyalah pada sistem distrihusi.

Pembahasan terhadap tekanan perubahan lingkungan eksternal dan disesuaikan dengan kondisi internal perusahaan, menghasilkan formulasi strategi pada tingkat korporasi terhadap kepentingan INDOTEL seat ini. Dimane formulasi strategi tersebut dipetakan dalam TOWS Matriks yang terbagi daLam empat kuadran yaitu kuadran I (Growth Strategy), kuadran II (Stability Strategy), kuadran III (Diversijied Strategy) dan kuadran IV (Retrenchment Strategy).

Formulasi strategi digunakan untuk merencanakan alternatif strategi bagi perusahaan dimasa mendatang. Selanjutnya guna mengantisipasi kemungkinan kebutuhan di masa depan, digunakan metode skenario mengenai kondisi yang mungkin timbul. Termasuk pula beberapa alternatif strategi pada tingkat korporasi yang dapat digunakan dan disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Adapun alternatif strategi yang dihasilkan adalah: Concentric Diversified Strategy dan kooperatif, Concentrated- Vertical & Horizontal Growth Strategy, Retrenchment Strategy dan kooperatif (captive company straieg, Stability Strategy (no change .ctrategy), Stability Strategy (profit strategy).

Secara keseluruhan, analisa dan pembahasan yang dilakukan memberikan kesimpulan khusus bagi kepentingan INDOTEL yaitu:

? Strategi yang selama ini dijalankan oleh perusahaan menunjukkan bahwa penerapan strategi hanya berdasarkan kondisi situasional. Sedangkan penerapan strategi bertahan yang cenderung membatasi pengembangan usaba, baik ragam produk maupun proses operasional sangatlah tidak tepat diterapkan sebagai satu-satunya strategi bisnis. Formulasi strategi dan alternatif strategi korporasi yang dihasilkan dalam analisa kondisi internal terhadap pengaruh eksternal, dikelompokkan dalam empat kuadran utarna serta dijabarkan menjadi lima alternatif strategi dimasa depan.

? Jalur distribusi telah menjadi andalan utama yang membentuk kompetensi intl (core competence) dan ditunjang oleh 2 kekuatan utama yang menj adj keunggulan daya saing (compeiltive advantage) yaitu brand INDOTEL serta keuangan (dukungan dana pemegang saham).
2001
S-Pdf (sedang dalam proses digitalisasi)
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puguh Anantawidya
Abstrak :
Stasiun Pengisian BBM untuk Umum merupakan sarana pelayani BBM dan pelumas untuk masyarakat umum pemakai kendaraan bermotor. Dalam perkembangannya, Pertamina sebagai badan yang mempunyai tugas pokok yaitu pembekalan dalam negeri (salah satunya berupa penyediaan dan pelayanan BBM) melakukan kerja sama dengan pihak swasta dalam pengelolaan SPBU. Proses pengelolaan SPBU ini dilakukan dalam tiga sistem, yaitu 1) sistem kepemilikan dan pengelolaan oleh Pertamina, 2) sistem kepemilikan oleh Pertamina dan pengelolaan oleh pihak swasta, dan 3)sistem kepemilikan dan pengelolaan oleh pihak swasta. Sesuai dengan misi Pertamina yaitu menjadi perusahaan yang kuat dan sehat dengan memenuhi kepentingan konsumen dan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan, maka Pertamina dan pengusaha SPBU perlu melihat apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan dari pelanggan dari SPBU. Sehingga SPBU dapat terns meningkaikan standar mutu demi meningkatkan pelayanan kepada pelanggan. Masalah yang timbul adalah apakah dalam meningkatkan standar mutu, SPBU cukup dengan meningkatkan kriteria-kriteria yang ada ataukah harus mengembangkan usahanya. Oleh karena itu tujuan penelitian atau riset ini adalah untuk mengetahui perilaku konsumen daiam penggunaan SPBU terutama persepsi dan tingkat kepentingan mereka terhadap atribut-atribut yang perlu dimiliki SPBU. Adapun desain riset dari penelitian ini adalah meliputi dua tahap, yaitu riset eksploratori dan riset deskriptif. Riset eksploratori dilakukan untuk memperoleh latar belakang informasi mengenai atribut-atribut yang perlu dimiliki SPBU dan persepsi responden terhadap atribut-atribut dari SPBU, sedangkan riset deskriptif dilakukan untuk menerangkan karakteristlk responden, perilaku konsumen dan tingkat kepentingan responden terhadap atribut yang perlu dimiliki SPBU. Analisa data dilakukan dengan tujuan untuk mengkonversi data menjadi informasi yang mempunyai arti. Analisa data pada riset deskriptif meliputi analisa deskriptif untuk menggambarkan karakteristik responden dan variabilitas diantara responden, lalu analisa asosiatif untuk menentukan adanya hubungan yang sistematis diantara variabel dan kemudian analisa differences untuk menentukan apakah ada perbedaan diantara dua kelompok ataupun perbedaan tingkat kepentingan terhadap variabel-variabel, Sedangkan analisa data pada riset eksploratori meliputi focus group discussion dimana analisa data disajikan dengan mentranslasikan perayataan-pernyataan kualitatif ke dalam kategori-kategori, yang mencakup sejumlah opini serta pemikiran yang diekspresikan oleh responden, Berdasarkan analisa deskriptif melalui analisa riset survey terhadap responden yang merupakan populasi dari mahasiswa pengguna mobil dan sepeda motor, maka dapat disimpulkan bahwa responden dalam memilih SPBU menganggap dimensi yang paling penting adalah dimensi citra, kemudian dimensi pelayanan, lalu dimensi daya tank lokasi dan terakhir dimensi sarana serta fasilitas. Perilaku responden dalam penggunaan SPBU meliputi masalah kepercayaan terhadap keaslian dan volume BBM dan pemisahan lajur antara pengendara mobil dan sepeda motor. Perilaku penggunaan pelumas responden meliputi penggunaan merek Mesran oleh sebagian besar responden, pembelian Mesran sebagian besar di SPBU dan faktor terpenting yang mempengaruhi responden dalam pembelian pelumas adalah mutu. Lalu berdasarkan analisa eksploratori melalui focus group discussion, dilakukan evaluasi terhadap hasil analisa riset survey dan FGD. Persepsi kepuasan responden FGD terhadap atnbut yang mendukung dimensi dari SPBU memberikan pemahaman secara leblh jelas terhadap hasi) riset survey mengenai tingkat kepentingan atnbut. Dari basil evaluasi diperoleh pemahaman bahwa persepsi kepuasan responden terhadap dimensi citra, daya tank lokasi dan pelayanan menjelaskan tingkat kepentingan yang besar terhadap dimensi-dimensi tersebut. Saran-saran yang dapat diberikan kepada Pertamina adalah melakukan peningkatan mutu terhadap dimensi dari SPBU, meliputi dimensi citra, dimensi daya tank lokasi, dimensi pelayanan dan dimensi sarana serta fasilitas. Peningkatan mutu tadi dilakukan dalam sistem pengendalian mutu yang telah dijalankan oleh Pertamina. Sejalan dengan langkah itu, dilakukan pula integrasi dengan strategi bauran pemasaran sebagai berikut yaitu meliputi produk, dimana pengembangan SPBU diarahkan untuk memenuhi target market tertentu, lalu distribusi, dimana Pertamina melakukan seleksi dan pengawasan secara ketat terhadap SPBU dalam pelaksanaan sistem pengendalian mutu dan promosinya, dimana strategi promosi dilakukan dengan melakukan positioning berdasarkan atribut-atribut produk yang Jngin ditonjolkan oleh SPBU. Untuk memberikan peningkatan nilai, SPBU perlu melakukan positioning kepada konsumen terhadap citra (image) yang baik kepada konsumen, terutama kualitas mutu BBM yang sesuai standar. Oleh karena itu sangat penting peran Public relation Pertamina daiam membentuk persepsi pelanggan terhadap standar mutu dari SPBU. Yaitu dengan mempublikasikan sangsi sampai tindakan hukum terhadap SPBU-SPBU yang menyalahi standar mutu yang berlaku.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T502
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Duddy Adiyatna
Abstrak :
Krisis yang menerpa perekonomian Indonesia sejak tahun 1997 lalu sangat berdampak terutama pada sektor perbankan nasional. Berbagai permasalahan yang muncul pada perbankan nasional diakibatkan oleh beberapa hal: 1) Banyaknya kredit bermasalah (non performing loans) akibat adanya kolusi dalam pemberian kredit, dan pelanggaran ketentuan perbankan seperti BMPK dan lain-lain. 2) Ekspansi kredit yang tidak hati-hati dan banyak tertuju pada sektor korporasi sehingga melupakan kekuatan utama yang dimiliki bank dalam melayani segmen tertentu. 3) Proporsi pendapatan bunga yang besar dalam total pendapatan membuat bank rentan terhadap fluktuasi suku bunga. Keruntuhan pada sektor riil terutama pada sektor korporasi mengakibatkan kesulitan pada perbankan nasional berupa kredit macet dalam proporsi yang besar. Kesulitan ini diperparah dengan kenaikan suku bunga hingga mencapai 65% dan proporsi pendapatan bunga yang mendominasi total pendapatan bank sehingga banyak bank mengafami negative spread. Dari kondisi tersebut dapat dilihat apabila sebuah bank memiliki proporsi fee based income yang berimbang dengan pendapatan bunga maka in penurunan pendapatan bunga masih dapat diimbangi oleh adanya fee based income tersebut. Berdasarkan kondisi tersebut karya akhir ini disusun dengan maksud mencari suatu strategi pengembangan fee based income yang tepat untuk mengatasi penurunan pendapatan yang dialami Bank Rakyat Indonesia dengan memperhatikan kondisi ekstemal dan internal yang dihadapi. Pengembangan fee based income dapat ditingkatkan melalui pengembangan produk atau jasa perbankan yang baru, atau peningkatan tarif fee yang sudah ada, dengan memfokuskan pada Strategic Business Unit (SBU) yang memiliki prospek pengembangan yang baik. Pengembangan fee based income merupakan alternatif dalam mengatasi penurunan pendapatan pada saat ini karena tanpa melalui ekspansi aktiva sehingga tidak memberatkan permodalan bank. Namun pengembangan fee based income bukan hal yang mudah karena menuntut peran sumber daya manusia yang berkualitas dan ditunjang oleh sistem teknologi dan informasi yang memadai. Dari hasil analisa terhadap kondisi eksternal dan internal yang dihadapi Bank Rakyat Indonesia, masih terbuka peluang untuk mengembangkan fee based income, terutama pada SBU-SBU dimana Bank Rakyat Indonesia memiliki kekuatan dan prospek pengembangan yang baik. Namun terdapat sejumlah kelemahan yang dimiliki oleh Bank Rakyat Indonesia yang masih harus diatasi untuk mencapai pengembangan fee based income yang optimal.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T744
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noor Anna Ho
Abstrak :
ABSTRAK
Kartu plastik dewasa ini merupakan media pembayaran yang mulai digemari dengan sistim pembayaran angsuran dan pemberian tenggang waktu untuk membayar, Pertumbuhan perekonomian Indonesia yang menggembirakan dan bertambahnya jumlah bank penyelenggara/pelaksana kartu kredit merupakan faktor penduktmg berkembangnya kartu kredit di Indonesia semakin pesat.

Kartu kredit dapat dikatakan sebagai ladang baru dalam meningkatkan kinerja bank penyelenggara/pelaksana dengan didapatnya keuntungan - keuntungan seperti uang pangkal, iuran tahunan, komisi yang didapat dari merchant dan bunga.

PT BANK DAGANG NASIONAL INDONESIA (BDNI) sebagai salah satu bank swasta nasional yang memiliki faktor - faktor internal kuat seperti pertumbuhan kantor cabang di Indonesia dan tuar negeri, pertumbuhan modal sekitar 39.41 %, pangsa dana & kredit yang cukup besar, perolehan laba sekitar 119 % (sampai tahun 1994), peningkatan sumber daya manusia masih belum memasuld era kartu kredit ini. Pada kesempatan ini, penulis menyusun strategi yang tepat untuk peluncuran pertama kartu kredit BDNI.

Adapun strategi unggulan yang dihasilkan adalah agresif dengan produk development. Fokus pasar di luar pulau Jawa dan luar negeri untuk menghindari konfrontasi langsung dengan para pesaingnya. Target pasarnya adalah golongan ekonomi menengah ke atas dengan penghasilan minimum Rp. 500 ribu (net) perbulan. Diferensiasi yang diperlukan adalah pemberian spread kepada deposan dan keringanan bunga kepada debitur yang memiliki kartu kredit BDNT.

Diharapkan strategi ini akan dapat meningkatkan kinerja BDNI minimum sebesar 20 % pada tahun pertama peluncurannya dan memperluas pangsa pasar yang dimilikinya sekarang ini. Pada tahun kelima, BDNI diharapkan menjadi inventor dalam bidang kartu kredit ini diantara bank swasta nasional di Indonesia.
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Astini
Abstrak :
Taman Impian Jaya Ancol (TJJA) merupakan wahana rekreasi yang terbesar, terlengkap dan termodern di Indonesia. Taman Impian Jaya Ancol dipersepsikan sebagai tempat rekreasi yang cocok dikunjungi bersama keluarga, memiliki berbagai saraha rekreasi yang banyak, antara lain : Pondok Putri Duyung, Gelanggang Samudra, Dunia Fantasi, Kolam renag, dan lain sebagainya. Dalam periode Januari sampai dengan Oktober 1998, Taman Impian Jaya Ancol masih menjadi "Market Leader" diantara pemain industri taman rekreasi dengan pangsa pasar mencapai 43% dan konsentrasi pasar masih berada di Jakarta (65,4%). Andalan utama Taman Impian Jaya Ancol selama ini adalah Dunia Fantasi, karena Dunia Fantasi merupakan unit yang memberikan kontribusi yang tertinggi, meskipun harga tiket Dunia Fantasi relatif mahal. Sedangkan di kalangan sebagian konsumen, secara tidak disengaja teiah terbentuk suatu asosiasi yang sangat kuat antara Dunia Fantasi dan Taman Impian Jaya Ancol. Menurut pikiran konsumen Taman Impian Jaya Ancol adalah Dunia Fantasi, atau sebaliknya. Adanya krisis ekonomi, menyebabkan bergesernya komposisi pengunjung di Taman Impian Jaya Ancol dari konsumen sosial ekonomi rendah menjadi sosial ekonomi menengah ke atas. Berbeda dengan Dunia Fantasi, dengan harga tiket yang relatif mahal, meskipun terjadi penurunan jumlah pengunjung, tetapi tidak terjadi pergeseran komposisi pengunjung Dunia Fantasi pada saat krisis. Dan meskipun terjadi penurunan jumlah pengunjung, unit Dunia Fantasi tetap memberikan pendapatan tertinggi dibanding unit-unit rekreasi lain. Bahkan pada saat-saat tertentu (had libur/hari raya) terjadi "booming" sehingga untuk menaiki satu wahana rekreasi saja, pengunjung hams antri dalam antrian yang cukup panjang. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat dan mengetahui bagaimana perilaku konsumen didalam memenuhi kebutuhannya akan rekreasi, dan atWit-atribut apa saja yang mempengaruhi konsumen didalam pemilihan suatu taman rekreasi, khususnya Dunia Fantasi. Batasan penelitian adalah ditekankan pada mereka yang menyukai rekreasi dan pernah mengunjungi taman rekreasi Dunia Fantasi, yang berumur 20-54 tahun yang bertempat tinggal di Jakarta. Riset dilakukan dengan melalui dua tahap, yaitu riset Eksploratori (Focus Group Discussion), yang dilakukan hanya untuk menahk atribut-atribut yang diperlukan dalam rangka pembuatan kuesioner, dan tahap kedua adalah riset deskriptif (riset survey). Kelompok yang diambil dalam masyarakat adalah kelompok mahasiswa (mahasiswa SI dan S2) dan kelompok profesional. Penelitian ini menggunakan probabJlistik sampling dengan stratified disproporsional sampling, dengan jumlah responden adalah 100 responden. Riset diuji statistik dengan menggunakan analisa crosstab dan compare means. Pada crosstab, chi square significant yang ditandai dengan persentase (%) berarti adanya hubungan/interaksi antara variabel-variabel yang diperhitungkan. Untuk compare means, Anova significant yang ditandai dengan mean berarti adanya perbedaan yang muncul diantara means pada variabel-variabel yang dipehitungkan. Dengan skala mean 1 sampai 6 yang menyatakan (1= sangat tidak penting/setuju sampai dengan 6 = sangat penting/setuju). Hasil yang didapat dari survey adalah : 1. Karakteristik Demografi Responden Responden terdiri dari 52% Laki-laki dan 29% Wanita, sengan kelompok usia terbanyak 25 - 29 tahun (36%). Tingkat pendidikan yang ditamatkan terbanyak adalah SI (43%), dengan pengeluaran responden paling banyak berkisar kurang dari Rp. 500.000,- (46%) dan dengan profesi utama mahasiswa (SI dan S2) (50%) dan Profesional (50%). Untuk posisi dalam keluarga sebagian besar adalah sebagai anak (62%) dengan status perkawinan belum menikah (65%). 2. Perilaku Konsumen dalam pemilihan tempat rekreasi secara umum Dari 100 responden yang diteliti, 100% menyatakan suka akan rekreasi, dengan jenis rekreasi yang paling disukai adalah rekreasi alam (pegunungan, laut, dst). Sedangkan alasan utama responden berekreasi adalah untuk mencari suasana lain. Dan saat responden melakukan rekreasi adalah kapan saja diperlukan responden untuk memenuhl kebutuhannya akan rekreasi. Responden dalam melakukan rekreasi temyata tebih banyak dipengaruhi oleh diri sendiri. Demikian juga untuk pengambilan keputusan mengenai rekreasi, bag! responden yang memutuskan lebih banyak adalah diri sendiri. Bagi responden, Keputusan untuk rekreasi adalah sesuatu yang direncanakan terlebih dahulu. Dan kegiatan rekreasi lebih menyenangkan kalau dilakukan bersama-sama keluarga.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T785
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aritonang, Dedi
Abstrak :
Salah satu industri sabun mandi yang saat ini cukup memiliki daya lahan yang kuat terhadap krisis ekonomi adalah industri sabun mandi. Sabun mandi merupakan salah satu kebutuhan yang cukup vital dalam kehidupan manusia. Karena itu sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk, maka kebutuhan sabun mandi juga meningkat Walaupun demikian sebagai produk perawatan badan, perkembangan konsumsi sabun mandi masih dipengaruhi oleh daya beli dan konsumsi masyarakat. PT. Unilever Indonesia adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur. barang kebutuhan dasar yang memproduksi sabun, deterjen , kosmetika dan pangan. LUX sebagai salah satu andalan produk PT Unilever Indonesia merupakan merek yang sangat populer dan besar didampingi oleh Lifebuoy, Sweetmay dan Capitol. Datam hal persepsi konsumen terhadap sabun Lux PT. Unilever terus memutakhirkan mereknya terhadap bintang idola mereka. "Hasilnya suatu perubahan yang sangat konsisten, suatu hal yang sangat menarik karena merupakan kontradiksi bahwa merek sesungguhnya memerlukan Consistent Change". Orang dapat berubah dari waktu kewaktu namun merek tetap mempertahankan sesuatu yang konsisten, suatu basis karakter yang melakukan evoiusi namun tak berubah secara drastis. Unilever adalah perusahaan yang sangal percaya pada merek. Dengan menciptakan kultur, memberikan pelatihan dan pengalaman merek sabun, Unilever sangat populer. Komunikasi merek merupakan ha! yang sangat penting di Unilever, karena dengan itulah produk bisa menancap dalam benak persepsi konsumen. Dalam melakukan komunikasi pembentukan merek, tak kilah pentingnya pengelolaan media. iii melakukan komunikasi pembentukan merek, tak kalah pentmgnya pengelolaan media. "Unilever melakukan segala ha! yang penting dalam pemanfaatan media komunikasinya. Sabun lux dipersonifikasikan sebagai sabun bintang-bintang film, dan kemudian untuk lebih memudahkan komunikasinya, dipersepsikan sebagai sabun para bintang dan selehritis, ha! ini dikomunikasikan dari tahun ketahun. Iklan-iklan Lux memberiklan dampak yang kuat melalui bintang-bintang Lux yang dipilih sedemikian rupa melaiui bintang-bintang dan selebriti disuatu masa. Mulai dari Widyawati, Christine Hakim, Ida lasha hingga Nadia Hutagalung, Tamara Blezynsky dan Desi Ratnasari. Kunci keberhasilan Lux dalam menguasai pasar adalah tetap menjaga kualitas produk dengan tanpa mengecilkan peranan iklan. Ddan yang gencar terus dilakukan oleh sabun Lux dibarengi dengan inovasi produk yang tak pemah henti untuk menutup segala celah segment pasar. "Sabun kecantikan bintang-bintang film, merapakan iklan Lux, produk Unilever yang memberikan Kontribusi keuntungan cukup besar kepada perusahaan.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T793
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagalung, Bernard H.
Abstrak :
Pada era globalisasi dan teknologi yang berkembang pesat sekarang ini hubungan perdagangan antar negara semakin bertambah kuat. Hal ini mendorong berkembangnya industri transportasi di dunia yang menghubungkan negara yang satu dengan yang lainnya. Indusiri transportasi yang paling banyak dipakai untuk hubungan perdagangan antar negara adalah transportasi laut. Indonesia yang merupakan salah satu negara tempat berinvestasi bagi banyak perusahaan - perusahaan internasional, merupakan pangsa pasar yang sangat balk bagi industri transportasi kargo laut. Adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia ditambah krisis politik menyebabkan kemerosotan dari kargo yang biasanya diangkut. Persaingan dalam industri ini menjadi sangat ketat. Industri transportasi kargo laut ini dibatasi pada transportasi kargo laut dengan peti kemas (container). Terjadinya persaingan dalam industri jasa pelayaran kargo ini menimbulkan perubahan perilaku masyarakat dalam menggunakan jasa pelayaran kargo peti kemas tersebut. Persaingan tersebut membuat masyarakat bingung untuk menentukan perusahaan pelayaran kargo mana yang sebaiknya dipilih. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis persepsi dan perilaku konsumen untuk perusahaan pelayaran pada umumnya, mengidentifikasi dan mengevaluasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan untuk menjadi konsumen pcrusahaan pelayaran, dan menganalisa kinerja perusahaan pelayaran Maersk Sealand dalam mengidentifikasi pelayanan apa yang akan menjadi preferensi pengguna jasa pelayaran pada saat ini sehingga perlu dikembangkan dalam perusahaan. Penelitian menggunakan metode self administered Questionare-drop off survey. Jumlah responden adalah 100 perusahaan. Metode analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif. Pada penelitian telah dihasilkan beberapa faktor yang mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan yaitu perlengkapan, kapasitas, pemasaran, dokwnentasi, customer service, penjualan dan keuangan. Djmana faktor dokunientasi dan kapasitas merupakan faktor dominan yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumefl jasa pelayaraii kargo peti kemas. Saran untuk perusahaan pelayaran Maersk Sealand adalah sebaiknnya melakukan perbaikkan - perbaikkan pelayanan dengan mengutamakan konsumenflya yaitu dengan menciptakan kualitas pelayanan yang prima dengan selalu fleksible melihat perubahan permintaan pada pasar.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T2627
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Hendiana
Abstrak :
Menjelang era globalisasi, prospek bisnis hotel di Indonesia terutama di kawasan bisnis sangat baik, karena banyak ekspatriat yang akan bekerja pada perusahaan multinasional. Mereka yang mempunyai kegiatan bisnis di Jakarta cenderung menginap di hotel dan rata-rata memilih tinggal di hotel berbintang tiga. Karena demi value of money yang dikejar, konsumen Iebih suka membayar tarif hotel tiga dengan jaringan hotel intemasional, dimana pelayanannya hampir setaraf bintang empat. Accor Asia Pasific (AAPC) adalah perusahaan yang bergerak dalam manajemen hotel dengan merek dan semua kategon hotel (bintang dua sampai dengan bintang lima), tetapi berkonsentrasi pada segmen menengah (mid-scale segment). AAPC terkenal karena pengalaman yang banyak pada hotel yang ditanganinya, dari mulal konsep hotel, disain, sampai penempatan orang-orang yang akan menjalankan hotel, dipi!ih yang profesional dan berpengalaman. Hotel Ibis adalah kategon hotel bintang tiga dari group Accor. Sesuai dengan hotel kelas ekonomi, AAPC Indonesia memberlakukan tarif yang terjangkau bagi konsumen sasarannya yang ditargetkan berasal dari kalangan wisatawan bisnis, namun tetap mementingkan layanan standard intemasional. Hotel Ibis Tamarin (HIT), adalah salah satu Hotel Ibis yang berlokasi di JI. K,H Wahid Hasyim, harus menghadapi persaingan yang semakin meningkat karena makin Semaraknya bisnis perhotelan khususnya bintang tiga, yang dipandang sebagai magic area yang banyak diminati oleh pengusaha di dunia, Untuk itu, tujuan dan penulisan karya akhlr ini adalah untuk mempelajari strategi pemasaran HIT dalam menentukan posisi yang tepat (positioning) untuk meningkatkan kemampuan bersaingnya, dengan analisis bauran pemasaran; dan memberikan alternatif posisi yang tepat dan bauran pemasaran yang dapat digunakan perusahaan sebagai informasi dan bahan pertimbangan daiam menentukan strategi pemasaran di masa mendatang yang dapat menunjang kemajuan perusahaan. Dari dalam perusahaan sendiri, terdapat kekuatan-kekuatan yang dapat digunakan untuk memperoleh keuntungan dan peluang yang ada, ataupun untuk menghindari ancaman yang timbul. Kekuatan-kekuatan tersebut antara lain fasilitas yang dimilikì HIT, pelayanan yang diberikan, adanya pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia, dan sistem resinter yang dimiliki, juga lokasi yang strategis yang sesuai dengan pasar sasaran yang dituju. Sedangkan kelemahan-kelemahan yang harus diatasi oleh perusahaan adalah sistem desentralisasi yang diterapkan Accor ke HIT menyebabkan terjadinya tumpang tindih antar Hotel Ibis di Jakarta; promosi yang dìIakukan selama ini kurang menonjolkan keberadaan HIT. HIT telah tepat dalam menentukan pasar sasaran pada para kalangan bisnis yang sangat peduli dengan anggaran hotel, tanpa meninggalkan citra eksklusifnya. Hal ini dilihat dari keberhasilan HIT dalam menarik para pelaku bisnis, dimana sejak dibukanya pada bulan Januani 1996, pada penode Januari-JuIj 1997, dan 82% kamar yang bisa disewakan, HIT berhasil menyewakan 81.6%, dimana persentase dari pelaku bisnis mencapai 65.4%. Dalam menentukan positioning, atribut yang diperhatikan, adalah penting. Dalam hal ini HIT menempatkan citra dan lokasi, tapi positioning map yang dibuat, tidak menguntungkan HIT. Karena adanya usaha dan hotel-hotel pesaing yang juga memposisi dirinya dalam citra, dengan membuat konsep-konsep tertentu untuk meningkat citranya, hal ini mengancam HIT. Hal yang penting bagi kalangan bisnis adalah value for money yang tinggi (great value for money). HIT mempunyai kompetensi untuk itu, karena keunggulannya dalam operasional. Atribut ini yang bisa membedakan HIT dengan pesaing Iainnya, disamping lokasi (well located). Tapi bukan berarti HIT tidak memperhatikan citranya, karena meningkatkan citra eksklusif merupakan bagian dari misi perusahaan dan brand image merupakan salah satu faktor kekuatan HIT. Konsep bauran pemasarari yang dilakukan HIT, terdiri dari produk, harga, Iokasi, promosi, sumber daya manusia, proses, dan pelayanan pada pelanggan, dimana ketujuh vaniabel tersebut saling berpengaruh satu sama lain. Demi value for money, HIT memberikan konsumen fasilitas-lasilitas lain tanpa biaya tambahan. Begitu pula dengan kebijakan harga, HIT menetapkan perbedaan tarif berdasarkan segmen pasamya. Hal ini dilakukan untuk mendukung positioning yang dilakukannya, mengingat great value for money akan berbeda menurut segmen yang berbeda. Lokasi HIT yang strategis menempatkan hotel ¡ni unggul dalam mempositionírig dirinya dengan bintang tiga Iainnya. Kegiatan promosi yang dilakukan HIT, mengarah pada pasar sasaran yang ditujunya, dan diutamakan untuk meningkatkan occupancy rate sebagai anggaran hotel sehingga bisa meningkatkan fasilitas bagi konsumen sebagai pelayanan tambahan yang membedakan dari bintang sekelasnya, sehingga great value for money bisa terasa. Dalam kebijakan sumber daya manusa (SDM), keunggulan HIT dalam operasi di bidang ¡ni adalah standarisasi SDM. Hal ini balk untuk efisiensi perusahaan, dan menciptakan pelayanan yang baik bagi para tamu. Begitu pula dengan proses dan pelayanan pada pelanggan yang dilakukan oleh HIT, mengarah pada penciptaan great value for money. Yaitu adanya kepraktisan dan kemudahan dalam bertransaksi, ataupun adanya program-program untuk meningkatkan kepuasan pelayanan, Seperti program ?bunga Ibis?, dan program ?kepuasan dalam 15 menit?. Setiap usaha yang dilakukan HIT harus mengarah pada penciptaan efisiensi yang tinggi, agar semakin tercipta value for money bagi konsumennya. MisaInya dengan membuat fasilitas-fasilitas yang benar-benar diperlukan bagi tamu; kebijakan harga yang tidak terlalu menyolok untuk segmen pasar yang berbeda, yang penting sesuai dengan anggaran operasionalnya promosi yang tepat sasaran, artinya untuk segmen yang penting, promosi Iebih ditingkatkan, sehìngga tidak membuang biaya promosi pada segmen yang memang kurang potensial; meskipun pelatihan pegawai penting, hendaknya anggaran diperhatikan, jangan sampai membengkak sehingga bisa merugikan konsumen; semua proses dan program yang dilakukan untuk meningkatkan pelayanan pada tamu, hendaknya konsisten dan berkualitas. Sebagai perusahaan jasa, HIT tidak boleh melupakan faktor penentu keberhasilan usahanya, yaitu mutu pelayanan yang harus dievaluasi dan ditingkatkan secara terus-menerus. Selain mutu pelayanan, HIT juga harus mengevaluasi positioning yang dilakukannya secara berkala karena seialu ada kecenderungan perubahan selera konsumen, sehingga HIT harus bisa memperkirakan apa yang ditawarkan pada konsumen, adalah tepat sehingga HIT bisa meningkatkan daya saingnya.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>