Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Krismadies
"Gangguan pendengaran karena bising merupakan salah satu penyakit akibat kerja yang sering ditemui pada perusahaan manufaktur. Hazard yang bisa menyebabkan gangguan pendengaran meliputi bising, zat kimia dan getaran. Ruang lingkup penelitian tesis ini adalah melihat dampak pajanan bising terhadap fungsi pendengaran pekerja yang terpajan bising diatas 82 dBA. Jenis penelitian adalah cross sectional study yang meneliti hubungan faktor independen berupa dosisi pajanan dalam perhitungan leq, umur dan masa kerja serta faktor penggangu berupa pemakaian alat pelindung diri serta kebiasaan dengan fungsi pendengaran pekerja. Dari survei tingkat bising ditemukan departemen PVC, CDM, CDS dan CDB mempunyai tingkat kebisingan diatas nilai ambang batas yang diperbolehkan.
Hasil pemeriksaan audiometri ditemukan dua orang responden yang mengalami gangguan pendengaran. Responden yang mengalami gangguan pendengaran satu orang berumur diatas 40 tahun, bekerja pada ruangan PVC dimana merupakan tingkat pajanan bising tertinggi di pabrik ini dan sudah bekerja selama lebih dari 5 tahun. Responden yang mengalami gangguan pendengaran lainnya merupakan pekerja yang berumur dibawah 40 tahun dan sudah bekerja selama lebih dari 5 tahun. Dari hasil analisis statistik tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara Leq pajanan bising, faktor masa kerja, pemakaian alat pelindung diri dan kebiasaan merokok dengan gangguan pendengaran. Ditemukan hubungan yang signifikan antara umur dan gangguan pendengaran dengan OD ratio 7.99.

Noise induced hearing loss is one of the occupational diseases are often found in manufacturing companies. Hazard that can cause hearing loss include noise, chemicals and vibration. The scope of this thesis research on the impact of noise exposure on hearing function of workers exposed to noise above 82 dBA. This type of research is a cross-sectional study examining the relationship be an independent factor in the noise dose exposure (leq), age and working period and disturbance factors such as the use of personal protective equipment, smoking with hearing function. From the survey found noise levels PVC department, CDM, CDS and CDB have noise levels above the permitted threshold value.
Audiometric examination found two participant who suffered from hearing loss. Respondents who suffered from hearing loss a person aged over 40 years, working on PVC indoor noise exposure level which is the highest in the plant and it has been working for more than 5 years. Other participant who suffered from hearing loss is under the age of 40 years and has been working for more than 5 years. From the analysis found no statistically significant relationship between Leq noise exposure, working period, the use of personal protective equipment and smoking with hearing loss. Found a significant relationship between age and hearing loss with OD ratio 7.99.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T32981
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johan Intan
"
Paramedis dalam bekerja sehari-hari menghadapi risiko LTJS dan dapat berdampak infeksi. RUMKITAL Dr. Midiyato S berkedudukan di Kota Tanjugpinang Ibu Kota Provinsi Kepulauan Riau yang mempunyai prevalensi HIV tinggi, menggunakan jarum suntik rata rata 200 buah per hari. Kejadian LTJS dan faktor faktor yang mempengaruhinya belum terdata baik.
Telah dilakukan penelitian cross sectional di RUMKITAL Dr. Midiyato S dan didapatkan insiden LTJS pada tahun 2012 sebesar 80% di mana faktor persepsi terhadap risiko LTJS, faktor reinforcing, dan faktor enabling berhubungan signifikan dengan kepatuhan paramedis dalam melakasanakan kewaspadaan universal. Faktor enbaling juga berhubungan signifikan dengan keamanan menyuntik. Kepatuhan dan keamanan menyuntik selanjutnya berhubungan signifikan dengan kejadian LTJS.
Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan secara berurutan adalah faktor reinforcing (p = 0.000; α = 0,05, OR = 99,000), faktor enabling (p= 0,000, α = 0,05, OR =11,160), dan faktor persepsi (p = 0,00; α = 0,05, OR = 4,677).
Faktor yang paling dominan berhubungan dengan LTJS secara berurutan adalah faktor keamanan menyuntik (p = 0,000; α = 0,05, OR = 63,000) dan faktor kepatuhan (p = 0,000; α = 0,05, OR = 42,429).

ABSTRACT
Paramedics on carry out duties are contracting the risk of needle stick injuries (NSI) and possible infections. Dr. Midiyato S Naval Hospital is located in Tanjungpinang The Capital City of Kepulauan Riau Province where high prevalance of HIV infection takes place. Dr. Midiyato S Naval Hospital (DMSNH) utilizes an average of 200 needles per day. Incidence and factors correlating to NSI are unidentified.
A cross sectional study is completed at DMSNH in year 2012. The incidence of NSI was 80%, whereas factors correlated to paramedics’ compliance to universal precaution practice are perception, reinforcing factors, and enabling factors. Enabling factors are also correlated to injection safety. Paramedics’ compliance and injection safety are in turn correlated to NSI incidence.
Factors ranging from most correlated to compliance are reinforcing factors (p = 0.000, α = 0,05, OR = 99,000), enabling factors (p = 0,000, α = 0,05, OR =11,160), and perception (p = 0,00, α = 0,05, OR = 4,677).
Factors ranging from most correlated to NSI are injection safety (p value = 0,000; α = 0,05, OR = 63,000) dan paramedics’ compliance (p value = 0,000; α = 0,05, OR = 42,429)."
2013
T32514
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library