Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Insan Mulyardewi
"Riset operasi ini bertujuan untuk mengetahui perencanaan dan pengendalian obat di RSU Zahirah tahun 2010. Sebagai pendahuluan dilakukan penelitian kualitatif mengenai siklus logistik obat, terutama perencanaan dan pengendaliannya. Dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi. Langkah kedua, melakukan analisis ABC dan analisis ABC indeks kritis. Langkah ketiga, melakukan peramalan pemakaian obat kelompok A indeks kritis, dengan menggunakan 10 metode time series yang terdapat pada program WinQSB Versi 2.0, metode terbaik dipilih berdasarkan parameter bias terkecil. Hasil peramalan dari metode tersebut menunjukkan perkiraan pemakaian obat di tahun 2010. Berdasarkan informasi ini, jumlah pesanan ekonomis (EOQ) dan titik pesan kembali (ROP) dapat dihitung.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa RSU Zahirah telah melakukan perencanaan obat, tetapi pelaksanaannya belum baik. Pengendalian obat yang dilakukan oleh RSU Zahirah menggunakan sistem minimum dan maksimum untuk semua jenis obat. Dari analisis ABC indeks kritis diperoleh 60 item obat dalam kelompok A, 433 kelompok B, dan 884 kelompok C. Kelompok A memiliki 14,86% dari jumlah investasi obat keseluruhan dan 12,27% dari seluruh pemakaian obat. Dari 10 metode time series hanya 7 yang dapat di terapkan di RSU Zahirah. Melalui hasil peramalan didapat EOQ (Economic Order Quantity), ROP (Reorder Point) dan OI (Order Interval).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertama, perencanaan obat di RSU Zahirah belum dilaksanakan secara optimal. Kedua, pengelompokan obat berdasarkan analisis ABC indeks kritis dapat membantu pengendalian obat. Ketiga, peramalan menggunakan metode time series yang akurat dapat membantu RSU Zahirah memperkirakan investasinya pada tahun berikutnya. Keempat, pemesanan obat setiap dua minggu merupakan yang terbaik bagi RSU Zahirah.

This operation research is to find out drug planning and controlling at Zahirah General Hospital in 2010. The first step of this research was qualitative one, about drug logistic cycle of Zahirah General Hospital, mainly on planning and controlling. It was done by deep interviews and observations. The second step was conducting ABC and ABC critical index analyses. The third step was forecasting the use of group A Critical Index drugs in 2010 by using the 10 time series method of WinQSB 2.0 Version program, the best method is chosen by the smallest bias parameter. Based on this information, Economic Order Quantity (EOQ) and Re Order Point (ROP) were calculated.
The result of this research showed that Zahirah General Hospital had conducted drug planning but it was not done satisfactorily. The drug controlling carried out by Zahirah General Hospital was using maximum and minimum method for all kind of drugs. ABC critical index analysis showed 60 drug items in group A, 433 drug items in group B, and 884 drug items in group C. Group A had 14.86% of all the drug investment value and 12.27% of all drug usage value. From the 10 time series methods only seven could be applied to Zahirah General Hospital, the result of which showed EOQ, ROP and OI.
It could be concluded that firstly, drug planning of Zahirah General Hospital has not been carried out optimally. Secondly, drug grouping based on ABC critical index analysis can help controlling the drug. Thirdly, accurate time series forecasting can help Zahirah General Hospital estimate their investment for the following year. Fourthly, drug order every two weeks is the best time span for Zahirah General Hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T31413
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shifa Zakia
"Pada tahun 2016 sektor kesehatan menyumbang setidaknya 2 gigaton CO2 ke permukaan atmosfer atau setara dengan emisi yang dihasilkan oleh 514 industri batu bara setiap tahun. Volume limbah dan emisi karbon ini tidak hanya menimbulkan pencemaran lingkungan namun juga memicu terjadinya fenomena perubahan iklim yang mengancam keberlangsungan ekosistem di seluruh dunia. Sebesar 57-71% emisi karbon yang berasal dari sektor kesehatan disebabkan oleh aktivitas rantai persediaan logistik, terutama pada pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan. Fungsi rumah sakit sebagai fasilitas penyembuhan dan rehabilitasi pasien justru menjadi kontradiktif akibat produk sampingan dari kegiatan operasional pelayanan kesehatan. Melalui pelaksanaan green procurement pihak rumah sakit dapat memastikan bahwa kegiatan perencanaan pengadaan hingga penentuan supplier mampu meminimalisir segala potensi kerusakan lingkungan yang berasal dari kegiatan produksi dan konsumsi sediaan farmasi. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan informasi terkait faktor yang mempengaruhi pelaksanaan green procurement terutama pada sediaan farmasi sekaligus mengetahui potensi pengimplementasian praktik serupa pada rumah sakit di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah literature review untuk mengidentifikasi faktor-faktor terhadap green procurement di rumah sakit melalui pencarian jurnal pada database ScienceDirect, ProQuest, Wiley, dan PubMed. Hasil penelitian dari 10 studi terinklusi menunjukkan beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan green procurement sediaan farmasi, yakni komitmen internal, hubungan kerja sama dengan supplier, total quality management (TQM), tekanan institusional, peresepan dan dispensing obat, serta manajemen sediaan farmasi yang tidak terpakai. Sementara itu di Indonesia sendiri pengadaan sediaan farmasi kini dilakukan secara daring melalui portal e-procurement yang difasilitasi oleh LKPP. Kebijakan pengadaan ini ditujukan untuk mendukung pelayanan kesehatan era JKN dengan melaksanakan pengadaan obat secara lebih efektif dan efisien. Walaupun belum mencapai tahap green, adanya e-procurement pada sediaan farmasi merupakan langkah awal implementasi green procurement untuk mewujudkan rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang aman untuk populasi manusia maupun lingkungan hidup.

The health sector contributed at least 2 giga tons of CO2 alone in 2016. This number is equivalent to emissions committed by 514 coal industries every year. The huge amount of waste as well as carbon emission and other greenhouse gasses (GHG) not only causes environmental pollution but also triggers climate change which threaten the sustainability of our ecosystem. The crisis brought WHO and other organization to build a new paradigm called low carbon healthcare or green hospitals as mitigation strategy to climate change. Unfortunately the efforts to implement each green hospital principles have not been carried out as holistic measure, which mostly happen in developing countries. Most hospitals only focused on certain practices, such as waste management, energy efficiency, water conservation, and green building. Meanwhile 57-71% of health sector carbon emissions are caused by supply chain activities, especially pharmaceuticals and medical devices. The healthcare facility can no longer provide a safe environment for patients due to its by-products from each operational activity. Through the implementation of green procurement, hospital can ensure that the planning up to supplier selection are able to minimize all potential environmental risk that comes from production and consumption activity of pharmaceutical products. This research was conducted to obtain information about factors that influence the implementation of pharmaceutical green procurement in hospital. Also this study aim to identify the chances for hospitals in Indonesia in order to adopt the said practice. Through literature review and data extraction from 10 included studies from Science Direct, ProQuest, Wiley, and PubMed the results showed that internal commitment, supplier collaboration, total quality management (TQM), institutional pressure, prescribing and dispensing of drugs, also management of unused pharmaceuticals as factors influences green procurement in hospital. Meanwhile the secondary data analysis shows that most of pharmaceuticals procurement Indonesian is now carried out online through a system called e-procurement. This platform is facilitated by LKPP in order to provide more sustainable healthcare service delivery in the era of JKN. Although there is still a long
way to go until we finally reach the ‗green‘ stage, the implementation of e-procurement marked the first step of green procurement adoption in Indonesia therefore making hospitals as safe healthcare facility not only for human, but also environment and the planet.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Febrianti
"Tesis ini dilatarbelakangi oleh banyaknya penggunaan obat non DPHO dan tingginya beban cost sharing obat pada pasien ASKES di rawat inap gedung A RSCM. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan peresepan obat non DPHO yang terdiri dari faktor Dokter Penanggung Jawab Pasien (pendidikan, spesialisasi), faktor pasien (umur, jenis kelamin), faktor kelas ruang rawat terhadap rerata biaya obat non DPHO. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan desain cross sectional.
Hasil penelitian menunjukkan rerata biaya obat non DPHO per pasien adalah Rp 1.511.626 atau 55,3% dari total biaya obat. Pendidikan dan spesialisasi DPJP, umur dan jenis kelamin pasien, serta kelas ruang rawat berhubungan dengan rerata biaya obat non DPHO. Rerata biaya obat non DPHO Konsultan lebih tinggi daripada Spesialis, rerata biaya obat non DPHO paling tinggi pada spesialisasi Syaraf dan paling rendah pada Gigi Mulut, rerata biaya obat non DPHO tertinggi pada pasien kelompok umur tua dan paling rendah pada anak, rerata biaya obat non DPHO pasien laki-laki lebih tinggi daripada perempuan,dan rerata biaya obat non DPHO paling tinggi pada kelas VIP (4 bed) dan VVIP, paling rendah pada kelas 2 dan 3.

This study is triggered by the heavy use of drugs of non-DPHO and the high burden of drug cost sharing for ASKES? patients hospitalized in Gedung A RSCM. The purpose of the study was to determine the factors associated with the prescriptions of non-DPHO comprising factors of Responsible Patient Physician (i.e. education, specialization), patient factors (i.e. age, gender), the room class factor toward the average cost of non-DPHO drugs. This study is an analytical one using cross-sectional design.
The results showed that the average drug cost per patient non DPHO is Rp. 1,511,626 or 55.3% of total drug costs. Education and specialization of DPJP, age and sex of the patient, as well as room class have relationship toward non-DPHO average drug costs. The average of cost of medication non DPHO from Consultant is higher than that of drugs prescribed by Specialist. The highest cost for non-DPHO is neural specialization while Dental Mouth is the lowest. Furthermore, the average cost of non DPHO in older age groups are the highest whilst children are the lowest. Finally, male patients are higher than the female, as well as VIP class (4 beds) and VVIP are the highest and the class 2 and 3 are the lowest.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T33197
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Prita Vaudika
"Penilaian pelayanan rawat jalan secara menyeluruh dibutuhkan oleh pihak manajemen rumah sakit untuk mengetahui posisi layanan saat ini sebagai langkah awal untuk menentukan strategi peningkatan kualitas pelayanan rawat jalan di sebuah rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pelayanan rawat jalan di RS Karya Bhakti Bogor tahun 2013, bersifat kualitatif dengan menggunakan standar Matriks Penilaian Pelayanan Rawat Jalan. Kebijakan rawat jalan RS Karya Bhakti telah memperhatikan standar yang ditetapkan oleh Pemerintah dan kebutuhan internal rumah sakit. Pelayanan rawat jalan RS Karya Bhakti termasuk ke dalam kategori transisi untuk indikator penjadwalan dokter, rencana strategis, struktur organisasi dan manajemen, kepuasan pasien, dokter, dan perawat rawat jalan serta tradisional-sangat berkembang untuk indikator pemanfaatan teknologi informasi. Evaluasi komitmen dokter terhadap jadwal praktik, pemanfaatan dan perincian aktivitas di rencana strategis, pengukuran kepuasan pasien, kepuasan kerja dokter dan perawat rawat jalan diperlukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan rawat jalan rumah sakit.

An assessment of ambulatory care services is needed to determine current service position in order to improve the quality of ambulatory care in a hospital setting. This study was aimed to assess ambulatory care services in Karya Bhakti hospital on 2013. This is a qualitative study using Ambulatory Care Assessment Matrix as a standard. Ambulatory care policies in Karya Bhakti hospital have considered the Government and the internal needs of the hospital. Karya Bhakti hospital outpatient services assessed as trantition category for physician scheduling, strategic plans, organizational structure and management, patient-physician-nurses satisfaction and traditional-highly evolved category for information technology utilization. Evaluation of physician commitment to the practice schedule, utilization and activity details in the strategic plan, measuring patient, physicians and nurses satisfaction are needed to improve the quality of hospital ambulatory care services."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35273
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alkhamudi
"Proses pengadaan pebekalan farmasi di RSUP Dr. Kariadi sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan perbekalan farmasi yang digunakanan untuk pelayanan kesehatan pada pasien. Proses tersebut dilaksanakan oleh Unit Layanan Pengadaan dan Pembayaran dilaksanakan oleh Bagian Perbendaharaan dan Mobilisasi Dana.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif riset operasional untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan proses pembayaran pengadaan perbekalan farmasi. Data sekunder diambil dari alur proses pembayaran pengadaan perbekalan farmasi. Data primer diperoleh dari informan yang terlibat dalam proses pengadaan perbekalan farmasi.
Hasil penelitian didapatkan bahwa waktu penyelesaian berita acara 20 hari, waktu pengajuan kuitansi tagihan 8 hari, verifikasi dokumen tagihan sampai pembayaran 9 hari. Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan proses pembayaran antara lain Berita Acara Penerimaan Barang tidak segera dibuat, masih ditemukannya kesalahan penulisan dalam dokumen pengadaan maupun kuitansi tagihan, pembuatan dokumen-dokumen pengadaan belum dibantu dengan software yang untuk meningkatkan efisiensi pembuatan dokumen, belum pusatkan penyelesaian dokumen pengadaan.

Procurement process in pharmaceutical Supplies in the Dr. Kariadi Hospital as an effort to meet the needs of pharmaceutical supplies used for health care on the patient. The process implemented by the Procurement Services Unit and the payment is carried out by The Treasury and the mobilization of funds Department.
This research is qualitative operational research to identify the factors which affect the delay of the payment process. Secondary Data taken from flow of procurement payment process of pharmaceutical supplies. The primary Data were obtained from the informan involved in the procurement of pharmaceutical supplies.
The research found that the time resolution of news events 20 days, the time of the filing receipt 8 days, verification Bill documents until payment 9 days. Factors that affect the delay of the payment process between the other News Shows Acceptance of goods not immediately made, still finds the write error in the procurement documents or receipts bills, making procurement documents have not been helped by the software to improve the efficiency of document creation, not to centralize the completion of procurement documents.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T36768
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Istri Citra Dewiyani
"Pada tahun 2011 sampai tahun 2013 terdapat 48 barang dan jasa di RSUP Sanglah yang disediakan dengan cara KSO dan belum pernah dilakukan evaluasi. Salah satunya ESWL yang merupakan alat yang tinggi utilisasinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan biaya antara tindakan ESWL dengan KSO dan tanpa KSO. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa biaya total tindakan ESWL lebih tinggi 1,4x dibandingkan tanpa KSO, tetapi dengan KSO ESWL mampu menjamin ketersediaan pelayanan setiap saat. Disarankan agar rumah sakit melakukan evaluasi tarif dan perjanjian dengan penyedia alat ESWL.

In the year 2011 until 2013 there were 48 equipment and services in Sanglah General Hospital were provided through joint operation with private institution and has never been evaluated, which one of its equipment is ESWL with a quite high utilization. This study used a cross-sectional design and involved qualitative approach. The study revealed that total cost of ESWL with joint operation was 1.4x higher than the cost without joint operation (own purchase) and hospital has to cover part of the cost. However, joint operation has its advantage in securing provision of service. It?s necessary for hospital to re-evaluate its agreement on rates with ESWL providers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41562
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gede Made Arnata
"Dalam pelaksanaan prosedur sterilisasi di RSUP Sanglah Denpasar masih ditemukan ada beberapa indikator sterilisasi yang belum sesuai target diantaranya janji hasil pelyanan sterilisasi untuk kamar operasi IRD masih di bawah 100 % dan kesalahan distribusi masih diatas 5 kejadian per bulan. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berubungan dengan kepatuhan petugas terhadap prosedur sterilisasi instrument bedah endo urologi di Instalasi Sterilisasi Sentral (ISS). Sample sebanyak 33 orang dari seluruh petugas yang bekerja di ISS. Hasil penelitian ini menemukan adanya hubungan antara faktor masa kerja, pengawasan, sarana dan pelatihan dengan kepatuhan petugas dalam pelaksanaan sterilisasi instrument bedah endo urologi. Kepatuhan yang paling rendah ditemukan pada prosedur penerimaan : memisahkan alat kotor, pencucian: melakukan penyikatan, validasi : uji fungsi alat, pengemasan : melakukan kebersihan tangan, sterilisasi : tidak menumpuk alat, penyimpanan : menempetkan alat, distribusi : desinfeksi troly, dan faktor yang paling dominan adalah sarana kerja. Disarankan untuk memberikan pelatihan berkala dan penambahan fasilitas pencucian.

In implementing sterilization procedure in Sanglah Hospital, Denpasar, some sterilizationindicators are still below the target such as the minimum required time less then 100% and distribution error above 5 events per month. The aim of this study was to identify factorsrelated to staff compliance in sterilization procedure of surgical instruments in endo-urology of the Central Sterilisation Installation (CSI). The sample of this study consisted of 33 CSI staff. Findings indicated a significant correlation between the length of service, supervision, resources and training with staff compliance in conducting sterilization for endo-urology surgery. The lowest compliance was found in the admission procedure: separating dirty equipment, washing: brushing, validation: testing tool function, packing: washing hand, sterilization: not accumulating equipment, storage: placing equipment, and distribution: trolley disinfection. In addition, the most dominant factor is resources. It is recommended to provide training for staff, increase facilities for washing and disinfection.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41623
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robertus Aryo Seno Hindarto
"Keberadaan BPJS merupakan kabar yang menggembirakan bagi semua penduduk yang ditanggung, sekaligus menjadi persimpangan jalan bagi rumah sakit swasta dan dokter. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan analisis manfaat dari RS Karya Bhakti kabupaten bekerjasama dengan BPJS meliputi aspek supply, manfaat BPJS dan sikap manajemen terhadap kerjasama dengan BPJS. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan delapan orang informan sebagai sumber informasi penelitian ini.
Hasil penelitiaan menunjukan bahwa RS Karya Bhakti Kabupaten bogor sedang mempersiapkan proses untuk bekerjasama dan tetap meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Oleh karena itu pihak rumah sakit beserta semua yang terkait di dalamnya untuk menjaga dan meningkatkan mutu rumah sakit dalam persiapan kerja sama dengan BPJS.

The establishment of BPJS is a great news for all the dependent citizen as well as it become the crossroad for private hospital and doctor. The purpose of this research is to analize the benefit of Karya Bhakti Pratiwi Hospital in corporation with BPJS incuding supplies aspects, the benefit of BPJS and management attitude to cooperate with BPJS. This research uses qualititative methods with eight informends as sources of information for this research.
The result shows that Karya Bhakti Hospital is preparing the process to cooperate and in the stage to increase the quality of health services. Therefore the hospital and its stakeholders to maintain and increase the quality of the hospital in prelating cooperation with BPJS.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T43017
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laisa Muliati
"RSUDAM sebagai organisasi sektor publik yang berstatus BLUD, harus menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bertanggungjawab, efektif dan efisien. Untuk itu diperlukan alat pengukur kerja yang komprehensif sebagai wujud pertanggungjawaban kepada masyarakat maupun pemilik. Balanced scorecard oleh banyak lembaga nonprofit dianggap sebagai alat ukur yang komprehensif meliputi perspektif pelanggan, perspektif keuangan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja RSUDAM tahun 2011-2013 berdasarkan Balanced scorecard. Analisis data yang dipakai adalah univariat (deskriptif). Pengolahan data dengan metode studi kualitatif dan kuantitatif terhadap data sekunder kegiatan tahun 2011-2013.
Hasil analisis menunjukkan bahwa 1)kinerja perspektif pelanggan: Kepuasan pasien: tahun 2012 sebesar 73,75 % puas, tahun 2013 sebesar 75,88 % puas, pangsa pasar luas, retensi dan akuisisi pelanggan menunjukkan trend meningkat 2)Kinerja perspektif keuangan:pendapatan atas kegiatan pelayanan kesehatan mengalami kenaikan, dengan tingkat pertumbuhan yang menurun 3)Kinerja pada perspektif bisnis internal: menunjukan proses peningkatan mutu 4) Kinerja pertumbuhan dan pembelajaran: program yang diarahkan untuk peningkatan kompetensi, motivasi dan disiplin karyawan belum maksimal menghasilkan peningkatan kinerja secara riil.
Balanced Scorecard dapat dipakai sebagai alternatif untuk mengukur kinerja RSUDAM, karena lebih komprehensif dibandingkan pengukuran kinerja RSUDAM sekarang.

RSUDAM as public sector organizations BLUD status, health services should be held responsible, effective and efficient. It required comprehensive tools as a form of accountability to the community or the owner. Balanced scorecard by many nonprofits regarded as a comprehensive measuring tool. Namely the customer perspective, financial, internal business process perspective and the perspective of growth and learn. to analyze the performance of RSUDAM years 2011-2013 based balanced scorecard.
The data analysis univariate analysis (descriptive). Data processing with methods of qualitative and quantitative studies of secondary data research activities in 2011-2013 show that: 1) The performance of the customer's perspective: Patient satisfaction: in 2012 amounted to 73.75% satisfied, in 2013 amounted to 75.88% satisfied, share broad market, retention and customer acquisition shows an increasing trend 2) Performance on the financial perspective: income on health services has increased, with declining growth 3) Performance on the internal business perspective: shows the process of quality improvement 4) Performance of growth and learning:the program directed to increase competence, motivation and discipline employees not maximized results in improved performance in real terms.
Balanced Scorecard framework as alternative which able to be used on performance assesment of RSUDAM because more comprehensiv than performance in measurement is RSUDAM now."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T43016
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransisca Shinta Rahayu Pratiwi
"Penelitian ini menganalisis perencanaan dan pengendalian bahan makanan di Instalasi Gizi RSKBP. Pengumpulan data dilakukan di RSKBP pada bulan April sampai dengan Mei 2015 menggunakan pendekatan kualitatif dengan cara observasi, wawancara mendalam dan penelusuran dokumen. Hasil penelitian mendapatkan belum ada kebijakan dan prosedur secara tertulis yang disahkan oleh Direktur, struktur organisasi belum terstruktur dengan baik, SDM belum memenuhi kualifikasi, serta sarana/prasarana belum memadai, sehingga kegiatan perencanaan dan pengendalian bahan makanan belum berjalan dengan baik. RSKBP perlu segera memperbaiki kegiatan perencanaan dan pengendalian bahan makanan dengan upaya yang komprehensif dan terstruktur, dengan berpedoman kepada Permenkes no 78 tahun 2013 tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Upaya tersebut dapat diawali dengan dibuatnya kebijakan Direktur yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan di Instalasi Gizi sehingga dapat menjadi dasar untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan di Instalasi Gizi RSKBP.

This research analyzed the planning and inventory control process of food supply in nutrition unit at Karya Bhakti Pratiwi Hospital (RSKBP). Data were collected at RSKBP from April to May 2015, using quantitative approach by conducting observation, in-depth interview and document review. The results showed that there was no policy and written guidelines/procedure legalized by the Director, no clear organization structure, unqualified human resources, and not enough facilities, which resulted in the inefficient planning and inventory control in food supply management at the hospital. RSKBP needs to take action to improve the food planning and inventory control process through comprehensive and structured efforts. The efforts shall take Minister of Health Regulation No. 78 Year 2013 regarding Guidance for Nutrition Service at Hospital as guidance. It can be started by issuing relevant Director policies for nutrition instalation at RSKBP as the basis for planning and inventory control in the unit.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>