Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 44 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fajar Firdaus Amin
"[ABSTRAK
Museum Polri tidak hanya berperan memberikan pendidikan dan pengetahuan
kepada anggota Polri, namun juga bagi masyarakat terutama yang berhubungan
dengan persoalan-persoalan sosial, salah satunya yang berkaitan dengan
permasalahan narkoba yang semakin meningkat di masyarakat. Perkembangan di
Indonesia yang saat ini bukan hanya sebagai pasar dan tempat transit bagi
peredaran narkoba yang dilakukan oleh jaringan internasional tetapi sudah bisa
dikatakan mampu untuk memproduksi dalam memenuhi permintaan yang sangat
tinggi di dalam negeri, dan bahkan disinyalir mengekspor hasil produksi ke luar
negeri. Akan tetapi koleksi dan informasi mengenai narkoba saat ini dianggap
belum dapat mewujudkan edukasi bahaya penyalahgunaan narkoba karena
pameran yang ada belum menampilkan keseluruhan informasi dan pengetahuan
mengenai narkoba secara jelas dan utuh kepada masyarakat. Oleh karena itu
dibutuhkan konsep pengembangan ruang pameran pemahaman tentang narkoba
sebagai cara preventif dan pre-emtif selain dengan melakukan cara represif. Tesis
ini menggunakan metode kualitatif dan menerapkan teori pendidikan
konstruktivis yang disesuaikan dengan perkembangan yang ada sehingga mampu
menciptakan ruang pameran yang melibatkan masyarakat secara aktif.

ABSTRACT
Indonesian National Police Museum not only serves in giving education and
knowledge to Policeman, but also for publics especially related to social issues.
One of the issues is narcotics and dangerous drugs. Today, Indonesia is not only
as a market place or transit point for international drug trafficking but also is able
to produce in order to meet the high demand in the country itself, and even
exports overseas. In Indonesian National Police Museum, the collection and
information about narcotics and dangerous drugs are not considered in delivering
the message and education of the abuse of narcotics and dangerous drugs because
the exhibition is not displaying the whole information and knowledge clearly
about narcotics and dangerous drugs to public. Hence, it needs to develop the
concept at the exhibition room for the understanding of narcotics and dangerous
drugs as a preventive and preemptive methods, beside the repressive method. This
study uses qualitative methods and applies constructivist education theory suited
with the existing condition in order to create exhibition room which engages the
public actively, Indonesian National Police Museum not only serves in giving education and
knowledge to Policeman, but also for publics especially related to social issues.
One of the issues is narcotics and dangerous drugs. Today, Indonesia is not only
as a market place or transit point for international drug trafficking but also is able
to produce in order to meet the high demand in the country itself, and even
exports overseas. In Indonesian National Police Museum, the collection and
information about narcotics and dangerous drugs are not considered in delivering
the message and education of the abuse of narcotics and dangerous drugs because
the exhibition is not displaying the whole information and knowledge clearly
about narcotics and dangerous drugs to public. Hence, it needs to develop the
concept at the exhibition room for the understanding of narcotics and dangerous
drugs as a preventive and preemptive methods, beside the repressive method. This
study uses qualitative methods and applies constructivist education theory suited
with the existing condition in order to create exhibition room which engages the
public actively]"
2015
T44259
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardiansyah
"Museum adalah tempat yang sangat strategis dalam penyampaian pesan dari pengelola museum kepada pengunjung ( masyarakat). Museum tidak boleh lagi hanya memikrkan kebutuhan internalnya saja tapi harus juga memikirkan pihak eksternalnya yaitu masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Untuk itu tesisi ini membahas bagaimana mengoptimalkan fungsi museum sebagai media komunikasi bagi pngunjung agar masyarakat atau pengunjung mendapatkan informasi yang luas dan benar tentang TNI melalui Museum Bhakti TNI. Museum memiliki empat media komunikasi yaitu melalui koleksi, melalui program kegiatan publik, ikut serta dalam kegiatan dan ruang publik, dan melalui kegiatan kebijakan kehumasan dalam kegiatan sehari. Empat hal inilah yang akan dioptimalkan perannya berdasarkan konsep dan teori komunikasi museum dan new museum sehingga akan menghasilkan konsep komunikasi yang efektif, atraktif, dan komunikatif di Museum Bhakti TNI.

Museum is a strategic place to send a message from museum to the visitor or people. Museum may not just be care of it internal need but it also must be care of the external need like visitor and it environments . Therefore this thesis is focused and discussed of how to optimize the function of museum as communication media for visitor in order to they can get more information effectively and accurately through Bhakti TNI Museum. Museum have four communications media they are: collections, Public activities program, following in activity and public space, by daily activities of public policy. These four things that will be optimized based on concept of communication theories and new museum theories, so it can produce the effective, attractive, and communicative communication concept in Bhakti TNI Museum."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
T44619
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Purnamasari
"Penelitian ini membahas penerapan museum situs dalam konteks new museology pada Kawasan Situs Prasejarah Maros, Sulawesi Selatan.Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Analisis difokuskan pada pendirian museum dengan konsep new museology yang didukung dengan teori komunikasi di museum, edukasi di museum, dan eksibisi di museum. Hasil dari penelitian ini mengusulkan pentingnya pendirian Museum Situs dalam konteks new museology pada Kawasan Situs Prasejarah Maros. Museum Situs Prasejarah Maros terdiri dari satu museum utama dengan sembilan museum pendukung. Komunikasi pada museum dilakukan melalui ekshibisi yang dibagi berdasarkan tema (theme oriented). Edukasi yang akan diberikan dalam museum dilakukan dengan pendekatan konstruktivis. Dengan demikian, pendirian Museum Situs Prasejarah Maros dengan menggunakan konsep New Museology diharapkan dapat berjalan sesuai dengan fungsinya dan tetap mengikuti perkembangan zaman.

This study discusses the application of site museum in the context of new museology in a Prehistoric Site Area in Maros, South Sulawesi. This is a descriptive qualitative study. The analysis focused on museum establishment with new museology concept that is supported by communication theory, education theory, and exhibition theory in the museum. Results from the study suggested the importance of Site Museum establishment in the context of New Museology in the Prehistoric Site Area in Maros, South Sulawesi. Maros Prehistoric Site Museum consists of one main museum with nine supporting museums. Communication in the main museum is conducted through an exhibition that is divided into themes (theme-oriented). Education in the museum is provided with constructivist approach. Thus, the establishment of Maros Prehistoric Site Museum by using New Museology concept expected to run well according to the function and stay abreast of the times."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
T43591
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.A. Teguh Harisusanto
"ABSTRAK
Tempayan keramik adalah sebuah wadah yang umumnya terbuat dari tanah fiat, batuan atau campuran keduanya; bentuknya tinggi dan membesar di bagian badannya. Pemakaian Tempa_yan keramik mempunyai kurun waktu yang begitu panjang, yai_tu sejak masa prasejarah, masa pengaruh agama Hindu-Budha, masa pengaruh agama Islam, masa pengaruh Kolonial dan bahkan pemakaian tersebut masih berlanjut sampai sekarang.
Kurun waktu yang begitu panjang dilalui oleh tempayan keramik, tentunya akan mempengaruhi perkembangan tempayan keramik tersebut dari waktu ke waktu, baik dari segi bentuk, hiasan, glasir maupun ukuran. Tidaklah berlebihan jika me-ngatakan, bahwa koleksi Museum Nasional Jakarta cukup mewah ntuk melihat perkembangan tempayan keramik dari waktu ke waktu, yang meliputi bentuk, hiasan, glasir dan ukuran.
Pemerian terhadap tempayan-tempayan keramik dilakukan untuk mengenali setiap atribut yang terdapat dalam tempayan keramik tersebut serta mengklasifikasikan atribut kedalam tipe dan' variasi. Atribut bentuk dijadikan dasar klasifikas i tipologi, karena tempayan keramik yang dikaji semuanya utuh. Sedangkan atribut hiasan, glasir dan ukuran dijadikan sebagai variasi tipe.
Analisa tempayan keramik dilakukan dengan mengkorela_sikan atribut bentuk dengan atribut lainnya, yaitu atribut hiasan, glasir dan ukuran. Bari setiap tipe terdiri dari sejumlah variasi, baik yang berupa variasi hiasan, glasir maupun ukuran.
Pada tahapan akhir dilakukan penafsiran atas data yang dikaji, dengan melakukan korelasi terhadap setiap tipe ben_tuk beserta variasi-variasinya dengan penjaman dan tempat asal pembuatan keramik itu. Penentuan jaman dan tempatt asal berlandaskaa kepada sejumlah atribut terbanyak, yang mengacu kepada jaman dan tempat asal pembu_atan dari tempayan-tempayan keramik tersebut.
Kajian lain yang mendukung analisa adalah tinjauan umum Tempayan yang terdiri dari Perkembangan Tempayan, Masuk_nya Tempayan Asing di Indonesia serta Tempayan dalam Sumber Sejarah.

"
1990
S12024
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Setyowati
"Genta pendeta merupakan jenis genta yang digunakan oleh seorang pendeta sebagai salah satu alat perlengkapan, upacara agama, khususnya agama Hindu dan Buddha. Ciri umum genta ini menurut Anom terdiri atas tiga bagian yaitu: bagian bawah berbentuk setengah bulatan, bagian tengah berupa susunan lingkaran-lingkaran, dan bagian atas (puncak) terdiri dari berbagai macam hiasan. Bentuk genta pendeta yang terdapat pada koleksi benda-benda perunggu Museum Nasional Jakarta tampak menunjukkan keanekaragaman bentuk, hiasan, dan ukuran. Keanekaragaman tersebut merupakan Masalah utama yang dibahas di dalam penelitian ini. Masalah lain yakni berkenaan dengan pemakaian genta di Jawa pada masa Hindu-Buddha, Genta pendeta rupanya telah dikenal oleh masyarakat di Jawa pada masa Hindu-Buddha (sekitar abad VIII-XV Masehi), terbukti dari banyaknya bukti sejarah di Jawa yang menunjukkan pemakaian genta pada masa itu, di antaranya relief dan naskah-naskah Jawa kuno. Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai data utama adalah genta pendeta koleksi Museum Nasional Jakarta yang berjumlah 170 genta, sedangkan relief digunakan sebagai data Bantu. Analisa genta dilakukan dengan menggunakan klasifikasi taksonomi yaitu suatu klasifikasi yang memusatkan perhatiannya pada sejumlah atribut, dan atribut-atrihut tersebut digunakan sebagai indikator di dalam pembentukan tipe. Tipe yang dihasilkan berupa tipe deskriptif yaitu tipe yang menunjukkan keadaan alamiah artefak. Pengamatan adegan-adegan pada relief dimaksudkan untuk mengetahui peranan genta pada masa lalu. Hasil analisa genta menunjukkan adanya 25 tipe genta pendeta, dan dari ke-25 tipe tersebut, tipe yang memiliki bentuk bagian bawah membulat, bagian tengah berupa susunan lingkaran-lingkaran, dan puncak berhias vajra serta berukuran kecil, merupakan tipe yang popular dari koleksi Museum Nasional Jakarta, Bentuk genta serupa ditemukan pula di dalam beberapa adegan relief. Selain itu dari relief diketahui pula fungsi genta pendeta di Jawa pada masa lalu yakni di samping digunakan, sebagai alat pengiring puji-pujian, kemungkinan digunakan pula sebagai benda persembahan."
1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanty Wulandari Putri
"Batavia merupakan wilayah yang memiliki sejarah panjang pada masa kolonial. Bangunan di Batavia memiliki perpaduan gaya akibat dari datangnya berbagai bangsa. Terciptalah akulturasi antara gaya kolonial dengan gaya tradisional Indonesia yang disebut Arsitektur Indis. Koningsplein merupakan pemukiman elit kolonial yang juga didiami oleh residen dan penjabat tinggi pemerintah di Weltevreden. Balai Kota yang merupakan tempat tinggal serta kantor Residen, memiliki perpaduan gaya antara Eropa dan tradisional yang diadaptasi dari perkembangan gaya abad 19 M. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Balai Kota Jakarta memiliki gaya Indische Empire dengan mengadaptasi gaya Neoklasik Romawi dari Eropa, vernakular Jawa dan Betawi dari Indonesia.

Batavia is a region with extended history about colonialism in Colonial Period. Built in Batavia had blended because of the arrival of various nations. Those was created an acculturation between colonial style with Indonesian traditional style called Indische Architecture. Koningsplein was a colonial elite settlement that inhabited by the resident and government high officials in Weltevreden. City Hall was the living place and Resident office, have a blended style between European and traditional that adapted from the development of 19th Century’s style. Therefore, it can be deduced that Jakarta City Hall had Indische Empire style adapted from European Roman Neoclassic style, Javanese and Batavia vernacular style from Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S46179
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Esykha Wulan Pertiwi
"ABSTRAK
“Benteng Sembilan” merupakan salah satu bangunan militer tinggalan Belanda dari
periode abad ke-20 yang belum diidentifikasi lebih lanjut mengenai bentuk dan
fungsinya dalam aktivitas militer masa lalu. Identifikasi bentuk dan fungsi diperlukan
guna mengetahui peranan bangunan ini terutama dalam peristiwa Agresi Militer
Belanda di wilayah Jakarta Timur serta menjadi satu pembuktian bagi peristiwa
bersejarah tersebut. Penelitian ini diawali dengan pendeskripsian yang kemudian
dilanjutkan analisis khusus dan analisis perbandingan dengan dua bangunan
pertahanan lain yang serupa. Penelitian ini menghasilkan interpretasi bahwa bangunan
ini merupakan bangunan gudang amunisi dan senjata serta diduga dahulu digunakan
dalam peristiwa Agresi Militer Belanda di sekitar daerah Cakung, Jakarta Timur.

ABSTRACT
“Benteng Sembilan” is one of Dutch’s military defense building which it form and
function in past military activities has not been identified yet. Form and function
identification is needed to recognize the building’s role in Dutch Military Agression
in North Jakarta and also to prove the building as features of the historical event. The
research was began with description method and continued by specific analysis and
comparative analysis with another two similar defense building. This research
produced an interpretation that the building was an ammunition and weapon storage
and probably used in Dutch Military Agression in Cakung, North Jakarta."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S54265
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elga Kusumastita
"[ABSTRAK
Skripsi ini membahas penerapan gaya neoklasik yang ada pada Gedung Chartered Bank di Jakarta Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa banyak unsur arsitektur neoklasik Eropa diterapkan pada bangunan yang letaknya jauh dari Eropa seperti contohnya di Jakarta dengan objek kajian Gedung Chartered Bank sebagai salah satu bangunan peninggalan pada masa kolonial Eropa Hasil analisis skripsi ini menunjukkan bahwa unsur neoklasik pada bangunan di Jakarta khususnya pada Gedung Chartered Bank diaplikasikan pada seluruh unsur-unsur bangunan.

ABSTRACT
, This thesis discusses about the applications of the elements of neoclassical architecture in the Chartered Bank Building at Jakarta The purpose of this thesis is to reveal how many elements of the European neoclassic architecture applied to building which is far away from Europe such us in Jakarta The result of the analysis of this thesis explains that the elements of neoclassical architecture of buildings in Jakarta especially on the Chartered Bank Building completely applied to all of the elements of the building ]
"
2015
S58787
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saiful Bakhri
"Penelitian ini membahas tentang pembagian adegan, identifikasi cerita, dan nilai-nilai yang diwariskan melalui relief Samkok yang terletak pada keempat sisi inner courtyard Museum Benteng Heritage. Pembagian adegan dilakukan dengan metode analisis konteks ruang dan menghasilkan 10 adegan. Dari 10 adegan tersebut, hanya dua yang dapat teridentifikasi dengan menggunakan novel Samkok. Dua cerita tersebut juga berhasil teridentifikasi karena keberadaan atribut aksara yang menunjukkan latar kejadian. Nilai-nilai yang terwariskan juga dapat diketahui setelah cerita teridentifikasi. Nilai tersebut antara lain: Kesetiaan, Bakti terhadap Saudara, Kejujuran/Keterbukaan, dan Kebajikan.

This research discusses the division of a scene, identification of the story, and values that are inherited through Samkok relief located on the four side of inner courtyard Benteng Heritage Museum. The division of scenes was done with the spacial context analysis and successfully divided into 10 scenes. From those 10 scenes, only two that can be identified by using Samkok novel. Those two stories have also been successfully identified due to the presence of a literacy attributes that shows the background of the event. Values that are heritable can also be obtained after identifying the story. Those values are: Loyality, Fraternal Piety, Honesty and Openness, and Appropriateness."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S60890
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldila Anisa Nurhidayati
"ABSTRAK
Vrijmetselarij atau Freemasonry adalah organisasi internasional bersifat rahasia. Pada masa Kolonial, organisasi ini masuk dan berkembang dengan pesat.
Organisasi ini juga membangun tempat perkumpulan/loji. Loji-loji ini tersebar di banyak kota di Hindia Belanda. Penelitian akan berfokus pada bangunan loji yang ada di Jakarta (loji De Ster in het Oosten dan loji Adhuc Stat), Surabaya (loji De Vriendschap), dan Yogyakarta (loji Mataram). Loji De Ster in het Oosten, loji De
Vriendschap, dan loji Mataram memiliki perpaduan gaya Eropa dan juga gaya Indis. Perbedaan terdapat pada loji Adhuc Stat yang dibangun pada abad ke-20, karena pada loji ini didominasi oleh gaya Modern.

ABSTRACT
Freemasonry or Vrijmetselarij is an international organization famous with the state of being secretive. This organization thrives rapidly during the colonial era. It also builds many lodges. These lodges are spread in many cities in the East Indies. This research will focus on lodges built in Jakarta (De Ster in het Oosten
lodge and Adhuc Stat lodge), Surabaya (De Vriendschap lodge) and Yogyakarta (Mataram lodge). De Ster in het Oosten, De Vriendschap, and Mataram lodges has a mix combination of European and Indies style in their design. While for the Adhuc Stat lodge the style is quite different, because for this 20th century built-in
lodge, the modern style has dominated it design."
2015
S61456
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>