Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Najib
Abstrak :
Penelitian tentang kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Wilayah Kalimantan ini pada umumnya bertujuan untuk menentukan kualitas SDM daerah-daerah tingkat II di Wilayah Kalimantan dan sekaligus melihat perbedaan antar daerah dengan menggunakan metode Analisis Faktor. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data SUSENAS 2000 Wilayah Kalimantan. Dari data ini kemudian dipilih variabel-variabel yang didefinisikan dapat mengukur konsep kualitas sumber daya manusia daerah-daerah di Wilayah Kalimantan. Variabel-variabel yang dipilih tersebut merupakan gabungan dari berbagai sumber seperti Fadjri (2001), Agung dkk 1999, Rusli dkk (1995), LIPI (1992), serta Ananta dan Hatmadji (1985). Variabel-variabel yang terpilih ada 14, kemudian dikelompokkan secara substansi menjadi empat kelompok variabel tunggal yaitu kelompok pendidikan, kelompok kesehatan, kelompok keluarga berencana, dan kelompok aktivitas ekonomi. Dalam penelitian ini Analisis Faktor dilakukan dalam dua tahap. Analisis Faktor tahap pertama dilakukan berdasarkan setiap kelompok variabel tunggal untuk membentuk nilai faktor. Dari hasil analisis ini diperoleh nilai faktor pendidikan, nilai faktor kesehatan, nilai faktor keluarga berencana, dan nilai faktor aktivitas ekonomi. Kemudian dilanjutkan dengan analisis faktor tahap kedua yaitu membentuk nilai faktor baru dari hasil analisis faktor tahap pertama, menghasilkan sebuah nilai faktor total/gabungan yang disebut dengan nilai faktor kualitas sumber daya manusia. Dari nilai faktor total ini kemudian ditransformasi ke dalam Indeks Agung untuk mendapatkan Indeks Komposit Kualitas Sumber Daya Manusia (IKSDM). Dan nilai faktor total ini sekaligus juga dapat disajikan urutan ranking dan klasifikasi daerah. Hasil analisis menunjukkan ada 11 daerah tingkat II yang memiliki IKSDM terendah dan masuk dalam klasifikasi "Kurang". Lima daerah di Propinsi Kalimantan Barat yaitu Kabupaten Pontianak, Sanggau, Ketapang, Sintang, dan Kapuas Hulu. Lima daerah di Propinsi Kalimantan Selatan yaitu Kabupaten Barito Kuala, Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, dan Hulu Sungai Utara. Satu daerah Propinsi Kalimatan Tengah yaitu Kabupaten Barito Selatan. Daaerah-daerah tingkat II yang masuk dalam klasifikasi "Kurang" ini perlu mendapatkan perhatian dan prioritas intervensi kebijakan pemerintah. Karena nilai IKSDM merupakan indeks komposit yang dibentuk dari 4 faktor yaitu Pendidikan, Kesehatan, Keluarga Berencana, dan Aktivitas Ekonomi, maka untuk membuat suatu kebijakan atau program perlakuan haruslah dilihat nilai yang terendah dari keempat faktor tersebut. Selanjutnya berkaitan dengan faktor terendah tersebut dilihat lagi nilai yang terendah untuk variabel tunggal yang bersangkutan. Jadi saran perbaikan untuk pemerintah adalah agar kebijakan atau program perlakuan yang akan dibuat mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai variabel tunggal terendah tersebut.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T5235
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarjono Herry Warsono
Abstrak :
Penyusunan Tesis ini didasari oleh kerangka pemikiran bahwa dalam kegiatan mobilitas penduduk model transmigrasi selama ini, muncul sisi kegagalan yang perlu diteliti dan dianalisis, yaitu adanya Transmigran Meninggalkan Lokasi (TML) yang diduga asosiatif (subyektif) terhadap karakteristik `lapangan' dalam aspek Sosial, Ekonomi dan Demografi. Sebagai Unit Analisis adalah Unit Permukiman Transmigrasi (UPT). Dengan mempertimbangkan kompleksitas permasalahan dan ketersediaan data dasar, observasi dibatasi hanya wilayah pembinaan se-Kalimantan. TML diukur berdasarkan persentasi jumlah Kepala Keluarga dari daya tampung per UPT, sedangkan ukuran pada variabel kontrol sebagaimana : Aksesibilitas, Prevalensi penyakit, Rasio Jumlah Orang-Kasus Kriminalitas/Sara, Tahun Bina UPT, Rata-rata Umur KK, Pola Usaha, Rasio Pengeluaran per tahun, Produktivitas padi dan sebagainya, bersumber dari data sekunder : Data Perkembangan UPT dan Data Kesejahteraan, tahun 2000. Studi ini menggunakan analisis deskriptif dan inferensial. Deskriptif adalah permaknaan asosiatif dan atau kausal dari data, berdasarkan frekuensi karakteristik dihubungkan dengan tingkat TML, sedangkan Inferensial, mengarah pada mencari asosiasi matematis dengan model multinomial logistik dibandingkan dengan model regresi linier berganda (dengan data numerik), yaitu beberapa variabel independen terpilih dihubungkan dengan tingkat TML sebagai variabel dependen. Hasilnya, analisis inferensial secara statistik memberikan `dukungan' terhadap analisis deskriptif, bahwa meningkatnya TML dalam kategorik tertentu, berasosiasi dengan meningkatnya Rasio Jumlah Kasus kriminalitas/SARA. Dari kategorik TML `kecil' ke kategorik TML 'besar? menunjukkan semakin signifikan berasosiasi terhadap Rasio Kasus kriminalitas /SARA dan Akses Lokasi ke kota Kabupaten. Pola Transmigran Umum mengecilkan TML secara signifikan. Prevalensi Malaria/ISPA berpengaruh sangat kecil terhadap TML. Sementara secara deskriptif, menjelaskan pola Nelayan dan Jasa Industri tidak cocok pada lokasi yang bersangkutan.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T9737
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muda Saputra
Abstrak :
Posisi perempuan dalam keluarga dan masyarakat terhubung erat dengan aspek sejarah, budaya, sosial, ekonomi dan demografi yang juga mencerminkan tingkat pembangunan masyarakat itu sendiri. Pentingnya studi otonomi perempuan dalam pembuatan keputusan dalam rumah tangga sejalan dengan hasil International Conference of Population and Development (ICPD) Cairo 1994 bagian pemberdayaan dan peningkatan status perempuan. Studi ini ingin mengidentifikasi variabel apa saja yang mempengaruhi adanya serta tinggi rendahnya otonomi perempuan dalam keputusan rumah tangga. Keputusan rumah tangga yang dianalisa meliputi keputusan: pengeluaran sehari-hari, keputusan untuk anak, pengeluaran untuk barang tahan lama, tabungan, sumbangan, serta keputusan apakah suami/istri yang memakai kontrasepsi. Analisa deskripsi tabulasi silang dan inferensia Model Log Linier dilakukan berdasarkan data Survai Aspek Kehidupan Rumah Tangga (Sakerti) 1997. Hasil analisa menunjukkan keputusan rumah tangga mengenai `siapa diantara suami/istri yang memakai kontrasepsi merupakan keputusan kedua setelah `keputusan mengenai pengeluaran sehari-hari'. Kedua keputusan tersebut mendahului `keputusan rumah tangga secara berturut keputusan tentang: anak, pengeluaran untuk barang tahan lama, pengeluaran untuk tabungan, dan pengeluaran untuk sumbangan'. Dalam tesis ini, definisi perempuan yang mempunyai otonomi dalam keputusan rumah tangga adalah perempuan yang membuat keputusan rumah tangga sendirian tanpa ada satupun pihak lain yang terlibat dalam membuat keputusan rumah tangga. Dengan definisi otonomi tersebut, 91 persen rumah tangga (sebagai persentase tertinggi) menyatakan bahwa pengeluaran sehari-hari diputuskan oleh istri, disusul dengan keputusan tentang anak, pengeluaran tabungan, tentang siapa diantara suami/istri yang memakai kontrasepsi, dan 66 persen rumah tangga (sebagai persentase terendah) menyatakan bahwa pengeluaran untuk barang tahan lama diputuskan oleh istri. Kesemua hal tersebut berarti bahwa perempuan mempunyai otonomi dalam pembuatan keputusan rumah tangga. Keberadaan ibu mertua (dari istri) sebagai anggota rumah tangga umumnya merugikan otonomi istri dalam keputusan rumah tangga. Dalam beberapa segi otonomi yang ditelaah, istri bekerja membuat otonomi perempuan dalam keputusan rumah tangga lebih tinggi; kecuali untuk pengeluaran sehari-hari dan keputusan tentang siapa diantara suami/istri yang memakai kontrasepsi yang keduanya tidak terpengaruh; serta otonomi perempuan dalam hal mengurusi anak yang malah lebih rendah. Jika istri bekerja, otonomi perempuan dalam keputusan rumah tangga yang lebih tinggi berkaitan dengan adanya tambahan uang yang masuk ke rumah tangga dari upah istri. Umur kawin istri dan otonomi istri dalam keputusan rumah tangga mempunyai korelasi negatif. Hal ini berkaitan dengan perempuan yang berumur tinggi yang menjadi faktor penting (selain pendidikan) dalam pengambilan keputusan yang matang dan bijak dalam bentuk memberi kesempatan pada pasangannnya atau orang lain untuk membuat keputusan bersama. Keputusan yang dibuat bersama antara istri dan pihak lain menurut definisi tesis ini diklasifikasikan sebagai istri yang tidak punya otonomi. Kecuali untuk otonomi perempuan pengeluaran barang tahan lama dan sumbangan, umumnya otonomi perempuan lebih tinggi jika pendidikan istri lebih tinggi. Putusan rumah tangga untuk pengeluaran barang tahan lama dan sumbangan diduga banyak dilakukan secara bersama antara istri yang lebih berpendidikan bersama suami yang dikategorikan sebagai tidak ada otonomi perempuan dalam keputusan rumah tangga tersebut diduga mempengaruhi hubungan yang negatif antara otonomi perempuan dengan pendidikan yang lebih tinggi. Di sisi lain, umumnya pendidikan istri yang pendidikan dan sedang belum mampu membuat lebih tinggi otonomi perempuan dalam keputusan rumah tangga. Pendidikan istri yang lebih tinggi dari pendidikan sedang yaitu pendidikan tinggi, lama sekolah lebih dari 12 tahun baru mampu membuat lebih tinggi otonomi perempuan dalam keputusan rumah tangga. Umumnya, kecuali untuk otonomi perempuan dalam menentukan siapa diantara suami/istri yang memakai kontrasepsi, otonomi istri lebih tinggi jika penghasilan istri lebih tinggi daripada penghasilan suami. Namun data sampel tidak mendukung kebenaran kesimpulan ini. Beberapa rekomendasi yang mempertinggi otonomi perempuan dalam keputusan rumah tangga antara lain: kebijakan perawatan orang tua lanjut usia dengan konsep quasi resident jika konsep panti tidak dapat dijalankan, wajib belajar perlu ditingkatkan sampai umur 12 tahun yang juga secara tak langsung mendewasakan umur perkawinan perempuan. Jika wajib belajar umur 12 tahun belum bisa dilaksanakan, memasukkan materi kesetaraan gender dalam rumah tangga dalam pendidikan dapat menjadi bagian advokasi otonomi perempuan dalam pengambilan keputusan lewat jalur sekolah.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11110
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tommy Harun
Abstrak :
Tesis ini bertujuan mempelajari faktor-faktor sosial, ekonomi dan demografi yang mempengaruhi tingkat pendapatan atau upah pekerja migran di Indonesia. Faktor-faktor tersebut adalah status pekerjaan tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin, jam kerja, daerah tempat tinggal dan status perkawinan.

Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan, bahwa secara statistik dan substansi masing-masing variabel tersebut diatas mempunyai pengaruh yang berarti terhadap tingkat pendapatan atau upah pekerja migran setelah memperhatikan pengaruh tambahan variabel lainnya, atau dengan kata lain terdapat pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel tak bebas pendapatan setelah mempertimbangkan pengaruh tambahan variabel bebas lainnya.

Dari analisis deskriptif maupun analisis inferensial terhadap sampel migran risen yang berstatus bekerja dan menerima upah atau pendapatan, ditemukan hasil-hasil sebagai berikut :

1. Secara umum, pendapatan atau upah pekerja migran yang bekerja di sektor formal relatif lebih tinggi dibandingkan pendapatan atau upah pekerja migran di sektor informal.

2. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap tingkat pendapatan pekerja relatif besar dibandingkan pengaruh faktor lainnya. Hal ini menggambarkan bahwa pendapatan atau upah yang akan diterima oleh pekerja sangat tergantung dari mutu modal manusia yang dimiliki pekerja tersebut. Semakin tinggi atau baik mutu modal manusia yang dimiliki pekerja, produktivitasnya semakin tinggi, maka upah atau pendapatan atau belas jasa yang pekerja tersebut terima dari hasil pekerjaannya juga semakin besar.

3. Dilihat dari kelompok umur, proporsi pekerja migran yang berumur 30-39 tahun yang menerima pendapatan atau upah lebih besar sama dengan pendapatan rata-rata lebih besar dibandingkan kelompok umur lainnya. Sedangkan perbedaan pendapatan yang relatif besar antara pekerja sektor formal dan informal, terjadi pada kelompok umur 40 tahun keatas antara pekerja migran yang berpendidikan SLTA keatas. Hal ini menunjukkan, bagi pekerja migran di sektor formal yang berpendidikan SLTA keatas, semakin lama masa kerja yang mereka lewati, pengalaman kerja yang mereka peroleh semakin banyak dan kemampuan mereka semakin meningkat serta profesionalisme kerja mereka semakin baik. Sedangkan pekerja sektor informal kemampuan kerja mereka disamping didukung oleh pendidikan yang relatif baik, juga harus didukung oleh kondisi kesehatan fisik mereka yang sehat, sehingga puncak produktivitas pekerja sektor informal terlihat pada usia 30-39 tahun.

4. Pendapatan atau upah pekerja migran laki-laki relatif lebih tinggi dibandingkan pekerja migran perempuan. Setelah dikontrol dengan tingkat pendidikan, bahwa perbedaan pendapatan antara pekerja migran laki-laki yang berpendidikan tamat SLTP kebawah yang bekerja di sektor formal dengan yang bekerja di sektor informal relatif kecil, dibandingkan dengan perbedaan antara pekerja migran yang berpendidikan SLTA keatas. Demikian pula untuk pekerja migran perempuan yang berpendidikan tamat SLTP kebawah, perbedaan pendapatan atau upah antara yang bekerja di sektor formal dengan migran yang bekerja di sektor informal juga relatif kecil. Namun yang menarik disini, bahwa pendapatan pekerja perempuan yang berpendidikan tamat SLTP kebawah yang bekerja di sektor informal relatif lebih baik dibandingkan dengan pekerja perempuan dengan pendidikan yang sama yang bekerja di sektor formal. Sedangkan perbedaan pendapatan antara pekerja perempuan yang berpendidikan SLTA keatas yang bekerja di sektor formal dan informal relatif besar.

5. Dari alokasi waktu untuk bekerja, pekerja migran yang bekerja diatas atau sama dengan 40 jam kerja per minggu relatif berpendapatan lebih baik dibandingkan dengan pekerja yang bekerja kurang dari 40 jam per minggu. Pengaruh jam kerja terhadap tingkat pendapatan atau upah pekerja, lebih besar terhadap pekerja yang berpendidikan SLTA keatas, dan perbedaan pendapatan atau upah antara yang bekerja di sektor formal dan informal relatif besar, khususnya antara pekerja yang bekerja dibawah 40 jam per minggu. Hal ini menunjukkan bahwa upah pekerja di sektor formal sebagian besar terikat dengan kontrak kerja yang telah disepakati, sedangkan pekerja sektor informal, jika mereka tidak bekerja pendapatan yang mereka terima akan berkurang. Sedangkan untuk pekerja migran yang berpendidikan tamat SLTP kebawah pendapatan mereka relatif rendah dan perbedaan pendapatan atau upah antara pekerja di sektor formal dan informal relatif kecil, baik antara pekerja yang bekerja diatas atau sama dengan 40 jam per minggu maupun antara pekerja yang bekerja dibawah 40 jam per minggu.

6. Pendapatan atau upah pekerja migran di perkotaan relatif lebih baik. Sedangkan dipedesaan proporsi yang menerima pendapatan atau upah lebih besar sama dengan pendapatan rata-rata relatif kecil, khususnya bagi pekerja yang berpendidikan tamat SLTP kebawah. Pekerja migran diperkotaan yang berpendidikan SLTA keatas menunjukkan proporsi yang menerima pendapatan lebih besar sama dengan pendapatan rata-rata relatif besar. Perbedaan pendapatan antara pekerja migran diperkotaan yang berpendidikan SLTA keatas antara yang bekerja di sektor formal dan informal relatif besar, demikian pula antara pekerja migran yang berpendidikan SLTA keatas yang tinggal di pedesaan. Sedangkan antara yang berpendidikan tamat SLTP kebawah relatif kecil. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan SLTA keatas cukup berpengaruh terhadap tingkat pendapatan pekerja migran, baik diperkotaan maupun dipedesaan.

7. Status perkawinan cukup berpengaruh terhadap tingkat pendapatan pekerja migran. Pekerja yang berstatus pernah kawin atau berkeluarga menerima pendapatan atau upah yang relatif tinggi dari pekerja yang berstatus tidak kawin. Hal ini disebabkan, pekerja yang berstatus pernah kawin atau berkeluarga biasanya usia mereka lebih tua dan pengalaman kerja mereka lebih lama dibandingkan pekerja yang berstatus tidak kawin. Dipihak lain tanggung jawab pekerja yang berkeluarga lebih besar, karena mereka harus berusaha mencukupi kebutuhan keluarga mereka. Disamping itu pekerja yang berkeluarga kadangkala menerima tunjangan keluarga dari_ instansi atau perusahaan dimana mereka bekerja. Sedangkan fasilitas tersebut tidak diperoleh pekerja yang berstatus bujangan.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ninik Wara Lestari
Abstrak :
PENDAHULUAN Pada suatu sore kira-kira pada penghujung tahun 1992, terjadi perbincangan antara saya dengan teman-teman satu wisma/pondokan. Kami berjumlah delapan orang, terdiri dari tiga orang perempuan dan lima orang laki-laki yang dikirim oleh pimpinan Universitas kami di Semarang untuk menempuh studi S2 di Universitas Indonesia (UI) Jakarta. Ada dua orang (laki-laki) yang berpendidikan Sarjana Sastra Inggris ditawari mengajar bahasa Indonesia untuk orang asing di Jakarta. Kemudian lima orang ( tiga laki-laki dan dua perempuan termasuk saya ) yang berpendidikan Sarjana Ekonomi ditawari untuk ikut mengelola perusahaan teman atau mengajar di berbagai Universitas swasta di Jakarta. Pada umumnya mereka sudah hampir menyelesaikan teori dan tinggal menyusun tesis. Ada hal yang menarik dalam perbincangan ini, yaitu bagaimana mereka menanggapi masalah tersebut. Melihat tarif mengajar orang asing per jam dinilai tinggi oleh teman saya yang berpendidikan Sarjana Sastra Inggris, maka mereka mau menerima tawaran mengajar. Demikian juga teman saya yang berpendidikan Sarjana Ekonomi, mereka bersedia mengarbankan waktunya untuk menunda pulang ke Semarang demi menerima tawaran 'mengajar di berbagai Universitas swasta di Jakarta dengan imbalan jasa mengajar yang memadai untuk menambah penghasilan. Sebaliknya bagi teman saya perempuan dan saya sendiri masih berpikir panjang untuk menerima tawaran mengajar tersebut. Walaupun honor yang kami terima lama dengan teman laki-laki, tetapi karena kami menilai bahwa pulang (minimal dua minggu sekali) ke Semarang lebih panting daripada mendapat tambahan uang, maka kami belum bersedia menerima tawaran mengajar di Jakarta. Di penghujung tahun 1945, teman-teman saya sudah menyelesaikan pendidikan 52-nya. Mereka masih juga mengajar. Dengan pendidikan S2-nya, tawaran semakin banyan. Karena ada kewajiban untuk mengajar di Semarang, mereka semakin selektif untuk menerima tawaran pekerjaan. Tambahan uang sudah tidak begitu menarik bagi mereka, karena waktu untuk leisure yang dipunyai semakin terbatas. Mereka harus mengalokasikan waktu sebaik-baiknya untuk memenuhi kewajiban di Semarang (termasuk mengurus keluarga) dan kewajiban di Jakarta. Secara tidak sadar bahwa perbincangan tersebut sebetulnya membicarakan tentang penawaran tenaga kerja. Mereka yang memilih mengajar dan berapa jumlah jam kerja yang ditawarkan oleh mereka dipengaruhi oleh tingkat upah di pasar. Inilah yang disebut studi tentang penawaran tenaga kerja.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T3934
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Josef Tjahjo Baskoro
Abstrak :
Selama beberapa dasawarsa bahkan sampai saat ini, ukuran keberhasilan pembangunan dilihat dari tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi, baik untuk tingkat nasional maupun tingkat regional (propinsi). Berdasarkan model produksi Cobb-Douglas, sumber daya manusia yang berkualitas merupakan satu faktor penentu pertumbuhan ekonomi. Dua bidang yang berperan besar dalam peningkatan kualitas tersebut adalah pendidikan dan kesehatan. Investasi pada kedua bidang ini (non fisikal) menjadi sama pentingnya dengan investasi pada hal-hal fisikal (bangunan, peralatan dan sebagainya). Sejalan dengan hal itu ukuran keberhasilan pembangunan di daerah dapat pula dilihat melalui perbandingan kualitas sumber daya manusia ini. Hal ini menjadi sangat penting karena di Indonesia terdapat disparitas hasil-hasil pembangunan akibat perbedaan. kekayaan sumber daya alam dan kebijakan yang sentralistis dan pilih kasih. Dengan menggunakan indeks alternatif pengukuran kualitas sumber daya manusia (IKSDM), penelitian ini memusatkan pada perbandingan kualitas sumber daya manusia pada tiap propinsi dan melihat pengaruhnya pada pertumbuhan ekonomi regional. Penelitian yang menggunakan data sekunder dari publikasi terbitan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2001 mengambil dua indikator (pendidikan dan kesehatan) sebagai pembentuk kualitas sumber daya manusia. Dengan menggunakan analisis faktor, perbandingan antar propinsi untuk skor pendidikan, kesehatan dan kualitas SDM dapat dilakukan. Pengujian keandalan Indeks Kualitas SDM (IKSDM) ini dilakukan dengan korelasi ranking Spearman terhadap Indeks-indeks Pengukuran yang sudah ada yaitu: IPM (Indeks Pembangunan Manusia) dan IKM (Indeks Kemiskinan Manusia). Analisis regresi dilakukan sebagai analisis terakhir untuk melihat pengaruh kualitas sumber daya manusia (diwakili oleh pendidikan dan kesehatan) dan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi regional dalam model regresi. Pembedaan data untuk daerah Jawa dan luar Jawa dilakukan untuk melihat perbandingan model antara keduanya. Hasil analisis faktor menunjukkan bahwa terdapat 2 propinsi yang mempunyai nilai IKSDM terendah yaitu propinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Tirnur. Dua daerah ini ternyata juga merupakan daerah yang miskin akan sumber daya alam dan nilai investasi yang rendah. Sedangkan propinsi yang memiliki nilai IKSDM tertinggi adalah DKI Jakarta. Sebagai ibukota Negara dan pusat bisnis dan industri, tingginya nilai indeks di DKI tidaklah mengherankan. Indeks ini ternyata dapat mensubstitusi indeks-indeks yang sudah ada (IPM dan IKM). Pengujian korelasi Spearman menguatkan hal tersebut. Dari hasil analisis regresi, terdapat pengaruh positif pendidikan terhadap PDRB yang ditentukan oleh kesehatan dan besarnya investasi. Model ini sejalan dengan model yang dibuat UNDP mengenai keterkaitan antara ketiga varibel tersebut dengan pertumbuhan ekonomi. Walaupun terdapat perbedaan koefisien model untuk data Jawa dan luar Jawa, namun perbedaan itu tidaklah signifikan. Ini berarti tidak diperlukan pembedaan kebijakan antara Jawa dan luar Jawa, hanya saja upaya percepatan mengejar ketertinggalan pada daerah-daerah tertentu terutama dalam hal kualitas sumber daya manusia patut menjadi prioritas program.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T15722
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Guntur Syahputra
Abstrak :
Internet merupakan media informasi yang memiliki keunggulan dibandingkan media informasi yang lainnya. Dalam sektor pariwisata, wisatawan sebagai konsumen sangat membutuhkan informasi perihal daerah wisata yang akan dikunjunginya. Selain itu Internet juga berperan dalam hal memberikan dukungan layanan, seperti pemesanan tiket dan hotel, pembayaran terhadap travel agent.

Responden dalam penelitian ini adalah wisatawan yang sedang mengunjungi daerah wisata. Wilayah sampel meliputi kawasan candi Borobudur, candi Prambanan dan keraton Kesultanan Yogyakarta. Ada 138 responden yang berasal dari 22 negara dari benua Eropa, Amerika, Asia dan Australia.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari penggunaan intemet, khususnya milik Departemen Pariwisata Indonesia oleh wisatawan yang berkunjung ke Indonesia menurut Usia, Tingkat Pendidikan dan Jenis kelamin. Jenis media informasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah Buku, Brosur agen perjalanan, Majalah, Koran dan TV. Sedangkan jenis website yang diteliti adalah website Milik pemerintah dan bukan milik pemerintah. Website yang bukan milik pemerintah terdiri atas website industri pariwisata dan bukan industri pariwisata. Website industri pariwisata terdiri atas website Hotel, Maskapai Penerbangan dan Agen Perjalanan.

Analisis data yang dilakukan dengan menerapkan metode analisis deskriptif dan analisis inferensial. Untuk metode analisis inferensial diterapkan model regresi logistik untuk menguji hipotesis tentang pengaruh Usia, Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin terhadap status penggunaan internet dan status penggunaan website pariwisata Indonesia.

Hasil penelitian adalah proporsi wisatawan yang menggunakan internet untuk mencari informasi pariwisata Indonesia tinggi untuk semua kategori yang dibentuk oleh variabel Usia, Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin. Hasil ini dikarenakan internet bukanlah sesuatu yang asing bagi wisatawan. Sedangkan untuk proporsi wisatawan yang menggunakan website pariwisata Indonesia kecil, hasil ini dikarenakan sulitnya mengakses website tersebut di luar negeri, nama domain yang tidak familiar.

Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa Faktor Usia dan Tingkat Pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap status penggunaan internet untuk memperoleh informasi wisata Indonesia. Tetapi tidak memiliki pengaruh untuk status menggunakan website pemerintah Indonesia. Sedangkan untuk variabel jenis kelamin tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap status menggunakan internet untuk memperoleh informasi wisata lndonesia dan status menggunakan website Pariwisata Indonesia.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T16979
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endi Rekarti
Abstrak :
Meningkatnya persaingan bisnis dewasa ini membawa konsekuensi terhadap upaya yang dilakukan oleh manajemen perusahaan dalam mengembangkan strategi pemasarannya. Kualitas jasa yang tadinya dikembangkan untuk menciptakan kepuasan konsumen temyata sudah tidak cukup lagi untuk mendorong kemajuan pemasaran produk atau jasa. Kualitas produk atau jasa yang baik belum tentu dapat memberikan jaminan bertahannya konsumen pada produk perusahaan. Loyalitas ini merupakan salah satu hasil pemasaran yang diharapkan bagi setiap perusahaan. Mencari pelangan baru pada saat pesaingan merupakan sesuatu yang sulit sehingga pelanggan yang sudah ada perlu dipertahankan. Pemasaran relasional merupakan salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh para pemasar untuk menciptakan loyalitas tersebut, terutama bagi usaha pemasaran jasa. Pemasaran relasional berorientasi pada bagaimana menciptakan hubungan pemasar dengan pelanggannya dalam jangka waktu yang lebih panjang. Tentunya hal ini tergantung pada kualitas relasional yang tercipta di antara mereka, serta kualitas jasa yang ditawarkan. Kedua hal tersebut diharapkan dapat mempertahankan pelanggan untuk jangka waktu yang lebih lama melalui tingkat loyalitas yang tercipta dalam diri pelanggan. Atas dasar itulah, maka penelitian ini ditujukan untuk mempelajari bagaimana kaitan antara kualitas relasional, kualitas jasa, dengan loyalitas pelanggan jasa. Jasa yang diipilih untuk diteliti adalah jasa salon, dengan alasan jenis jasa ini rnemiliki kontak yang tinggi antara pelanggan dan pemberi jasa. Penelitian ini dilakukan dengan memilih populasi sampel mahasiswa Universitas Mercu Buana yang menjadi pelanggan salon. Sampel diambil sebanyak 200 responden dengan kuota yang seimbang antara mahasiwa pria dan wanita, mahasiswa bekerja dan yang tidak bekerja. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan non probability sampling atau tepatnya convinience sampling. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis faktor, analisis varians, analisis korelasi, dan regresi ganda. Hasil penelitian rnenunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan dari kualitas relasional dan kualitas jasa terhadap loyalitas pelanggan salon. Selain itu penelitian ini juga menemukan terdapat perbedaan kualitas relaional antara pelanggan pria dan wanita. ...... The increasing of business competition today having a consequence toward the effort of the business managements in developing their marketing strategic. The services quality that had been developed to create a customer satisfaction in the last time, it seems was not enough to push an improvement in goods or services marketing nowadays. It can not be assured that the good quality of goods or services should be able to guarantee the loyalty of customers to the product. This loyalty was one of the marketing results hoped by each company. Looking for new customers in this tight competition are something difficult, therefore the loyal customers must be maintained and retained. The Relationship Marketing was an alternative to the marketers for creating the customers loyalty especially in services marketing. The Relationship Marketing was oriented to the how to create a relationship between the marketers and their customers in the longer period. Of course, it depends on the quality of relationship created among them, and also the services quality delivered. Both of them (ie. relationship quality and services quality) is hoped to retain the customers for longer time through the loyalty level created in the mind of customers. Using the above argument, this research was intended to study the relationship among relational quality, service quality, and loyalty of service customers. The selected product (service) was a service salon. The reason was that service having a relatively high contact between the customers and servicers. As a sample, the research used the students of Mercu Buana University that have been a salon customer. The quantity of sample was 200 students with a balancing amount between male students and females students, worked students and non-worked students. Sampling technique was non probability sampling, ie. convinience sampling. The data was analyzed by using descriptive analysis, factor analysis, variance analysis, correlation analysis, and multiple regression analysis. The results of this research was that there was a significant effect of relational quality and service quality to salon customers loyalty. Also, the research found that there was a relational quality difference. between the male customers and female customers.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T17184
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Setyo Wibowo
Abstrak :
Semakin ketatnya pesaingan dalam industri perbankan, mengharuskan pihak manajemen bank mengembangkan strategi dan kebijakan, yang tidak hanya berorientasi pada menjaring nasabah baru tetapi juga mempertahankan nasabah yang sudah ada. Konsep pemasaran relasional yang berfokus pada membangun relasional yang saling menguntungkan antara perusahaan dan pelanggan merupakan strategi alternatif yang dapat digunakan bank untuk membangun loyalitas nasabahnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara manfaat relasional yang terdiri dari manfaat sosial dan manfaat kepercayaan dengan loyalitas, baik langsung maupun melaiui faktor perantara kepuasan dan komitmen. Sampel penelitian adalah mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Universitas Mercu Buana (UMB), dan Universitas Kristen Atmajaya (UNIKA). Sampel berjumlah 143 diambil dengan metode non probability sampling, yaitu dengan teknik quota sampling dan convinience sampling. Analisis data meliputi analisis deskriptif, analisis varians, analisis faktor, analisis korelasi bivariat, univariat, dan multivariat. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik independent sample t test, 1 way ANOVA, factor analysis, korelasi Pearson, dan General Linier Model. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh beberapa kesimpulan. Pertama, indikator-indikator yang dikembangkan tepat digunakan untuk membentuk variabel-variabel laten penelitian. Kedua, berdasarkan pengolahan data, kepuasan yang semula merupakan sebuah variabel dipecah menjadi dua, yaitu kepuasan terhadap jasa utama (core service) dan kepuasan terhadap dimensi berwujud (tangible dimension). Ketiga, berdasarkan jenis kelamin, status kerja, dan frekuensi kunjungan ke bank, tidak terdapat perbedaan rata-rata tentang nilai manfaat sosial dan kepuasan antar kelompok nasabah. Keempat, manfaat kepercayaan dan interaksi antara manfaat sosial dan manfaat kepercayaan secara bersama-sama memiliki hubungan yang positif terhadap, kepuasan, komitmen dan loyalitas nasabah.
High level of competition in banking industry recently should be followed by effective strategy and policy developed by banking management. The strategy and policies should not be focused on new customers recruitment only, but more important must be focused on maintaining the existing customers. Relationship marketing concept, which is focused on building beneficially mutual relationship between company and customers, could be an alternative strategy for banking to create customer loyalty. The aim of this research is to find out the relationship between relational benefits, which are consisted of social benefit and trust benefit, with customers' loyalty, both directly and indirectly through satisfaction and commitment as medium factors. Sample used in this research are 143 students of Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Universitas Mercu Buana (UMB), and Universitas Kristen Atmajaya (UNIKA). This research used non probability sampling method, quota sampling combined with convenience sampling as sampling method. Data analysis consist of: descriptive analysis, variance analysis, factor analysis, and bivariate, univariate and multivariate correlation. There are several conclusions of this research. First, all of indicators are appropriate to form latent variables. Second, satisfaction is divided into satisfaction to core services and satisfaction to tangible dimension. Third, related to gender, status of work, and frequencies visiting bank differences, there is no social benefit and satisfaction differences among that group of customers. Fourth, trust benefit and interactive factor between trust and social benefit simultaneously have significant impact to customers' satisfaction, commitment, and loyalty.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T17185
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priyono
Abstrak :
Di dalam dunia bisnis ada 3 kelompok besar bisnis, yaitu bisnis konvensional, franchise dan network marketing. Umumnya bisnis konvensional memerlukan modal yang relatif besar dengan tingkat keberhasilan yang penuh ketidakpastian. Disisi lain bisnis franchise memerlukan modal yang relatif kecil dan mempunyai tingkat keberhasilan yang tinggi karena sistemnya yang telah teruji. Dan yang terakhir adalah network marketing atau multilevel marketing, yang modalnya sangat kecil dan hampir tanpa resiko. Penelitian ini membahas Retensi Distributor Dalam Multilevel Marketing dan mengambil kasus MLM High Desert, sebuah perusahaan yang memproduksi food supplement, propolis, royal jelly, dan pollen. Perusahaan ini merupakan anak perusahaan CC Pollen Company yang berkantor pusat di Arizona, Amerika Serikat. Dalam penelitian ini digunakan 7 variabel laten, yang terbagi dalam 39 pertanyaan yang merupakan indikator ketujuh variabel laten tersebut Ketujuh variabel Iaten tersebut adalah retensi distributor, kepercayaan, komitmen, support perusahaan, jiwa wirausaha distributor, kinerja dan kepuasan kerja distributor. Sedangkan respondennya adalah para distributor yang telah bergabung di High Desert minimum 1 tahun, dengan jumlah sampel 125 orang responden yang berasal dari Bandung dan Jakarta yang diambil dengan metode convenience sampling. Selanjutnya pengolahan data menggunakan 4 metode analisis, yaitu : analisis deskriptif, analisis faktor, analisis varian multivariate, disamping regresi berganda dan regresi polynomial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 96 % responden yang bergabung 2-3 tahun minimum sudah menduduki posisi distributor director. Disamping itu lama bergabung, peringkat dan pendidikan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ketujuh variabel laten tersebut, sedangkan jenis kelamin tidak mempunyai pengaruh yang sinifikan. Interaksi antara komitmen distributor dengan kepuasan kerja distributor mempunyai pengaruh yang sinifikan terhadap retensi distributor. Selanjutnya faktor utama support perusahaan, interaksi antara jiwa wirausaha distributor dengan support perusahaan, dan interaksi antara kepercayaan distributor dengan support perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap komitmen distributor. Komitmen distributor mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja distributor, dan kinerja distributor mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja distributor.
There are 3 big groups in the business world, that is conventional business, franchise and network marketing. Generally, conventional business needs more capital with the highly uncertain efficacy storey. On the other hand; franchise business needs less capital and have the high efficacy storey; because its system have been tested. Finally, network marketing or multilevel marketing needs capital relatively small and almost without risk. This research study the Distributor Retention In Multilevel Marketing and take the case AIM of High Desert, a company producing food supplement : propolis, royal jelly, and pollen. This company represent the subsidiary company of CC Pollen Company having a head office in Arizona, United States. In this research used 7 latent variable, which divided in 39 question representing 7 latent variable mentioned before. The 7 latent variable consist of : distributor retention, trust, commitment, distributor support, entrepreneurship, performance and job satisfaction. While its respondent is all distributor joined in High Desert at minimum 1 year periods, with the sample amount 125 respondent who come from Bandung and Jakarta using convenience sampling methods. And data processing using 4 kind of analyzing method, that is : descriptive analysis, factor analysis, variant multivariate analysis, beside quadratic regression and polynomial regression. The result of research indicate that 96 % respondents joining at minimum 3 years have occupied the position of distributor director. On the other hand, the joining periods and education having a significant influence toward 7 latent variable, while gender is not having a significant influence. The interaction between distributor commitment and job satisfaction having a significant influence toward distributor retention. Hereinafter main factor of distributor support, interaction between entrepreneurship and company support system, and interaction between trust and company support system having a significant influence toward distributor commitment. Distributor commitment having a significance influence toward distributor performance, and distributor performance having a significance influence toward job satisfaction.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T17841
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>