Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 59 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aus Al Anhar
Abstrak :
ABSTRAK
APK TS Banjarmasin adalah salah satu institusi pendidikan tenaga kesehatan lingkungan didirikan tahun 1983 dan sampai akhir tahun 1988 sudah menghasilkan lulusan sebanyak 151 orang. Pendirian institusi ini terutama dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan lingkungan setingkat S0/D III pada propinsi-propinsi di Kalimantan; dan diharapkan dapat menunjang pelaksanaan upaya peningkatan kesehatan masyarakat umumnya dan bidang kesehatan lingkungan khususnya.
Program pelayanan kesehatan sejak awal 1980-an mencanangkan kesehatan untuk semua orang pada tahun 2000 melalui upaya kesehatan primer ( Primary Health Care), dengan salah satu bentuk kegiatan adalah upaya penggalian potensi dan partisipasi masyarakat. Di Indonesia hal tersebut di operasionalkan dengan kegiatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) dan kemudian lebih disederhanakan dalam bentuk kegiatan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).
Melihat adanya kebutuhan upaya penggalian potensi dan partisipasi masyarakat, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah tenaga kesehatan lulusan suatu institusi pendidikan tenaga kesehatan (dalam hal ini APK TS) mempunyai kemampuan untuk melakukannya pada bidang keahliannya, sesuai (relevan) dengan kemampuan pelaksanaan yang diharapkan.
Selain itu, penelitian ini juga ingin mengetahui kesesuaian (relevansi) antara nilai hasil belajar dengan kemampuan untuk melaksanakan fungsi dimaksud, sebagai upaya evaluasi terhadap proses pembentukan kemampuan (selama proses pendidikan) dengan memperhatikan mata-mata kuliah yang dianggap mempunyai kontribusi untuk itu.
Penelitian ini bersifat deskriftif dengan rancangan cross sectional . Dilihat dari segi program pendidikan, penelitian ini bersifat evaluatif prediktif . Dilakukan terhadap lulusan APK TS Banjarmasin yang bekerja di Puskesmas di seluruh Propinsi Kalimantan Selatan. Analisis dilakukan secara kualitatif dan uji statistik Chi kuadrat (dan derivatnya).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai UKP responden cenderung rendah, kemampuan untuk melaksanaan fungsi UKP relatif belum sesuai, kecuali untuk fungsi 1 dan 3, sedang pada bidang kemampuan tersebut relatif tinggi pada bidang FAB dan PTA.
Relevansi antara nilai UKP dengan kemampuan untuk melaksanakan fungsi-fungsi UKP secara kualitatif hanya terdapat pada beberapa fungsi, yaitu fungsi 1 dan 2 bidang PTA, PS, STTU dan HSM; pada fungsi 3 bidang PAB, PTA, STTU, HSM dan KL; fungsi 4 dan total pada bidang STTU. Walaupun secara statistik diperoleh hasil perhitungan, bahwa nilai UKP masing-masing bidang tidak mempunyai relevansi dengan kemampuan untuk melaksanakan fungsi-fungsi UKP pada bidang yang bersangkutan.
Di lihat dari segi karakteristik responden, beberapa karakteristik mempunyai hubungan secara kualitatif dengan kemampuan pelaksanaan fungsi UKP yaitu angkatan pendidikan, masa kerja total dan masa kerja di Puskesmas, pengalaman kerja, penataran/latihan yang pernah diikuti, strata puskesmas, masa kerja atasan dan lokasi puskesmas. Secara statistik hubungan tersebut bermakna pada masa kerja responden dan masa kerja atasan untuk bidang PAB dan PTA.
Saran yang dikemukakan oleh penulis antara lain bahwa nilai hasil belajar tidak dapat dipergunakan sebagai satu-satunya indikator kemampuan, supaya disusun suatu acuan minimal penguasaan kemampuan dari suatu proses pendidikan (critical competency), pemikiran perbaikan ataupun peningkatan pola pemberian materi belajar serta penelitian dengan skala yang lebih luas dan dalam terutama untuk tujuan penetapan standar dan kriteria pemanfaatan tenaga menurut jenisnya.
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Sumartini
Abstrak :
Industri yang bergerak dalam pengolahan makanan dan penyajian makanan slap santap yang disebut industri jasabogal catering telah berkembang dengan pesat pada saat ini. Industri semacam ini banyak dimanfaatkan untuk penyediaan makanan di berbagai tempat dan untuk berbagai keperluan. Kabupaten Bekasi yang telah berkembang sebagai daerah industri, mempunyai dampak yang besar terhadap pertumbuhan usaha jasaboga dalam rangka memenuhi kebutuhan makanan bagi karyawan perusahaan. Dengan makin meningkatnya kasus kejadian luar biasa keracunan makanan yang diakibatkan karena makanan yang disediakan oleh jasaboga yang tidak hygienes dan aman, telah dikembangkan suatu sistem manajemen yang dapat menjamin keamanan makanan yaitu HACCP ( Hazard Analysis Critical Control Point). Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah suatu system pengawasan makanan yang dapat menjamin keamanan makanan secara menyeluruh yang telah diaplikasikan secara meluas pada industri pangan di negara-negara maju. Ada 7 prinsip dalam HACCP yaitu, analisis hazard, identifikasi CCP,Penentuan batas kritikal. prosedur pemantauan, tindakan koreksi, prosedur verifikasi dan dokumentasi serta pencatatan-pelaporan. Penelilian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan penerapan HACCP pada pengelolaan makanan di 5 jasaboga golongan B yang sudah mempunyai sertifikat talk sehat di Kabupaten Bekasi dan hubungan antara cara pengelolaan makanan dengan tingkal cemaran biologis, kimia dan fisik makanan yang dihasilkannya.Penelitian dilakukan dengan melakukan pcnilaian. mengamatan langsung, wawancara, pemeriksaan laboratorium dan pengolahan data sekunder. Dari penelitian ini didapat bahwa pada tahap pemilihan bahan Jasaboga I (nilai 37.5714) dan IV (nilai 36.5714) sudah menerapkan HACCP dengan balk (nilai antara 45-31), sedangkan Jasaboga II (28.1905), III dan V (17.2857) menerapan HACCP nya cukup ( nilai antara 30 - 16 ). Sedangkan rata-rata penerapan HACCP pada tahap pemilihan bahan di 5 jasaboga adalah cukup ( nilai antara 30 - 16 ). Pada tahap penyimpanan bahan Jasaboga I (nilai 38.0000) sudah menerapkan HACCP pada tahap penyimpanan bahan dengan balk (nilai antara 45-31), sedangkan Jasaboga lI (223143), III ( 30.0000 ) , IV (25.0000) dan V (30.0000) menerapan HACCP pada tahap penyimpanan bahan cukup ( nilai antara 30 - 16 )_ Sedangkan rata-rata penerapan HACCP pada tahap penyimpanan bahan di 5 jasaboga adalah cukup ( nilai antara 30 - 16 ). Pada tahap pengolahan makanan semua Jasaboga yang menjadi objek penelitian penerapan HACCP mempunyai nilai cukup (nilai antara 50-26). Rata-rata penerapan HACCP pada tahap pengolahan makanan di 5 jasaboga adalah cukup ( nilai antara 50 - 26 ). Pada tahap penyimpanan makanan matang Jasaboga I, III dan V penerapan HACCP nya adalah baik (nilai antara 45-31), sedangkan Jasaboga II dan IV menerapan HACCP nya adalah cukup ( nilai antara 30 - I6 )_Sedangkan rata-rata penerapan HACCP pada tahap penyimpanan makanan masak di 5 jasaboga adalah cukup (nilai antara 30 - 16 ). Pada tahap pengangkutan makanan Jasaboga I , 111 dan V penerapan HACCP nya adalah balk (nilai antara 45-31), sedangkan Jasaboga II dan IV menerapan HACCP nya adalah cukup ( nilai antara 30 --- 16 )_ Rata-rata penerapan HACCP pada tahap pengangkutan makanan di 5 jasaboga adalah balk (nilai antara 45-31). Pada tahap penyajian makanan Jasaboga I penerapan HACCP nya adalah back (nilai antdra 45-31), sedangkah Jasaboga I1,III ,IV dan V menerapan HACCP pada nya adalah cuktip ( nilai antara 30 - 16 ). Rata-rata penerapan HACCP pada tahap penyajian makanan di 5 jasaboga adalah back (nilai antara 45-31).Penerapan HACCP yang paling balk pada setiap tahapan penggelolaan makanan adalah Jasaboga I. Tahapan pengelolaan makanan yang berpengaruh terhadap cemaran biologis adalah tahap pemilihan bahan (nilai Sig. _000), pengolahan makanan (nilai Sig. .028), penyajian niakanan (nilai Sig. _006) dan tahapan pengelolaan makanan yang paling kritis atau paling berpengaruh terhadap cemaran biologis adalah tahap pemilihan bahan (nilai t-test adalah 17.214).
Today, industry that deals with food processing and serving called catering industry, has grown rapidly. The service given by this kind of industry is providing food in any places and for any occasions. Bekasi has become an industrial area, gives a great effect on the growth of catering industry in terms of fulfilling the need of a company's employees of food. Since the number of food poisoning caused by unhygienic and unsafe food provided by catering companies has increased, a management system that can guarantee the food safety. named HACCP ( Hazard Analysis Critical Control Point),is developed. Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) which has been applied widely to food industries in developed countries, is a system of food supervision that can give a total guarantee of food safety. HACCP has seven basic principles ; they are hazard analysis. CCP identification. critical level determination, procedures of control, conduct of correction, procedure of verification and documentation and recording reporting. A purpose of this study is to acknowledge the comparison of HACCP application to food processing at 5 catering companies of group B in Bekasi that have held healthy certificates ; and relation between food process method and contamination level of food biology. chemistry, and physic resulted from the food process. The method of this study is judgment, direct observation. interview, laboratory observation. and secondary data process. From this study it is learned Catering Company I (value 37.5714) and IV (value 36.5714) have applied HACCP good (value ranges from 45 - 31), while Catering Company II ( 28.1905), III and V ( 17.2857) of application its HACCP sufficient ( value ranges from 30 - 16 ). That an average of HACCP application to the ingredients selection step at 5 catering companies is sufficient (value ranges from 30 - 16). Catering Company I ( value 38.0000) have applied HACCP to the ingredient storage step is good (value ranges from 45-31), while Catering Company II (22.7143), III (30.0000), IV (25.0000) and V (30.0000) HACCP application to the ingredients storage step is sufficient (value ranges from 30 - 16).An average of HACCP application to the ingredients storage step at 5 catering companies is sufficient (value ranges from 30 - 16). An average of HACCP application to the food processing step at 5 catering companies is sufficient (value ranges from 30 - I6). All Catering Companies becoming research object of HACCP application to the cooked food storage have value is sufficient (value ranges from 50 - 26).An average of HACCP application to the cooked food storage at 5 catering companies is sufficient (value ranges from 50 - 26). Catering Company I,lll and V of HACCP application to the food delivery is good (value ranges from 45 - 3I ), while Jasaboga II and of IV HACCP application to the food delivery is sufficient (value ranges from 30 - 16). An average of HACCP application to the food delivery at 5 catering companies is good (value ranges from 45 - 3I ). Catering Company I of HACCP application to the food serving is good (value ranges from 45 - 31 ), while Catering Company II , III , IV and V of HACCP application to the food serving is sufficient (value ranges from 30 - 16). An average of HACCP application to the food serving at 5 catering companies is good (value ranges from 45 - 31 ). Catering company I has performed the best HACCP application to every step of food processing. The food processing step which has an effect on biological contamination is food selecting (value sig. .000), food processing (value sig. .028), food serving ( value sig. .006) and the food processing step which is most critical and has an effect on biological contamination is food selecting (t-test value is 17.214).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19059
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fredi Dwinanta
Abstrak :
PT Z adalah perusahaan yang bergerak di bidang perkapalan dan jasa maritim. Kegiatan bisnis utama dari PT Z adalah jasa pengangkutan pasokan bahan baku bagi kegiatan lepas pantai dan pengangkutan bbm ke wilayah di Indonesia melalui jalur perairan yang tidak dapat dilalui oleh kapal - kapal besar. Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya PT Z tidak lepas dari risiko bahaya baik bagi pekerjanya, lingkungan di sekitar area kerja dan aset properti perusahaan. PT Z menetapkan strategi dan penerapan aspek keselamatan kerja secara konsisten untuk mencegah terjadinya insiden keselamatan kerja agar aspek tersebut dapat menjadi daya saing bagi perusahaan dan nilai tambah bagi bisnis perusahaan. Sesuai dengan peraturan pemerintah No 45 Tahun 2012 tetang manajemen keselamatan kapal bahwa setiap perusahaan pelayaran harus memenuhi persyaratan manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal. Sedangkan sistem manajemen keselamatan yang yang sesuai persyaratan adalah International Safety Management (ISM) Code yaitu koda internasional tentang manajemen keselamatan pengoperasian kapal dan pencegahan pencemaran sebagaimana yang diatur dalam Bab IX Konvensi SOLAS 1974 yang telah diamandemen. Hasil yang paling signifikan dari penelitian ini adalah tingkat penerapan sistem manajemen keselamatan kelautan di kapal masih belum maksimal dan berpengaruh terhadap keselamatan kerja. Hal ini tergambar pada variable penelitian kepatuhan crew terhadap porsedur SMK Kelautan. Hasil penelitian menunjukan bahwa crew tidak sepenuhnya patuh pada prosedur yang ditetapkan. Hasil penelitian juga menunjukan belum maksimalnya penerapan sistem manejemen keselamatan kelautan di darat. Hal ini tergambar pada variable kebijakan dan prosedur. Hasil penelitian menunjukan bahwa prosedur yang ditetapkan oleh perusahaan tidak mudah dimengerti. ......PT Z is a company engaged in the field of shipping and maritime services. The main business activity of PT Z is a transportation service for the supply of raw materials and transportation of offshore activities in the area of fuel into Indonesia through the waterway impassable by boat - big boat. In the course of business of PT Z is not free from the risk of danger is good for workers, the environment around the work area and property assets of the company. PT Z set the strategy and implementation of consistent safety aspects to prevent the occurrence of safety incidents so that these aspects can be a competitive edge for the company and add value to the business enterprise. In accordance with government regulation No 45 of 2012 neighbors vessel safety management that any shipping company must meet the requirements of safety management and the prevention of pollution from ships. While the safety management system that suits the requirements of the International Safety Management (ISM) Code is an international code of safety management operation of the ship and the prevention of pollution as provided for in Chapter IX of the SOLAS Convention 1974 as amended. The most significant result of this study is the level of implementation of the safety management system on board marine still not up and affect safety. This is reflected in the research variable adherence to porsedur SMK Marine crew. The results showed that the crew did not fully comply with established procedures. The results also show the application of the system not maximal manejemen marine safety on land. This is reflected in the variable policies and procedures. The results showed that the procedures established by the company are not easy to understand.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T34903
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyani Mutiara
Abstrak :
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada sektor informal di tukang kayu pada industri pengolahan kayu adalah pekerjaan dengan karakteristik yang sering mengalami keluhan kesehatan yang sangat tinggi. Penelitian ini membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pekerja sektor informal pada industri kusen sepanjang jalan raya Jatibening, Bekasi 2012. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pekerja dalam menggunakan APD. Informan dalam penelitian ini sebanyak sembilan orang yang berasal dari lima toko yang berbeda dengan jumlah toko keseluruhan ada tujuh. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan desain penelitian case study. Metode penelitian ini dengan menggunakan wawancara mendalam dan observasi langsung. Untuk hasil penelitian berdasarkan variabel yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pemakaian APD dapat disimpulkan bahwa pengetahuan, ketersediaan fasilitas, dan juga pengawasan mempengaruhi pekerja dalam menggunakan APD Sedangkan untuk tema penelitian mengenai sikap, informan sudah memiliki kesadaran dalam penggunaan APD tetapi tetap tidak menggunakan APD untuk itu sikap tidak berpengaruh terhadap perilaku penggunaan APD. Peningkatan dan perbaikan dari pengetahuan, fasilitas, dan pengawasan pekerja dalam memakai APD perlu dilakukan agar perilaku penggunaan APD dapat sepenuhnya berjalan dengan baik. ......Based on research conducted in the informal sector in the carpenter's wood processing industry is a job with characteristics that often have very high health complaints. This study discusses the factors that influence the behavior of the use of Personal Protective Equipment (PPE) informal sector workers in the industry sills along the highway Jatibening, Bekasi 2012. The purpose of this research is to look at the factors that influence the behavior of workers in the use of PPE. Informants in this study were nine people from five different stores to shop overall number seven. This research is a qualitative case study research design. This research method by using in-depth interviews and direct observation. For results based on variables associated with factors that influence behavior and the use of PPE can be concluded that the knowledge, availability of facilities, and also affects workers' control in the use of PPE As for the theme of research on attitudes, informant already have awareness in the use of PPE but still no use APD for that attitude does not affect the behavior of the use of PPE. Enhancement and improvement of knowledge, facilities, and supervision of the workers wear PPE needs to be done so that the behavior of the use of PPE can be completely worked well.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45277
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Amaliyah
Abstrak :
Masinis bekerja pada lingkungan dengan bahaya fisik dan psikologis yang cukup signifikan untuk menyebabkan stres. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menggali pengalaman stres yang dialami serta faktor-faktor penyebab stres kerja pada masinis kereta api di Daerah Operasional 3 Cirebon. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan dengan metode wawancara mendalam. Triangulasi sumber dan metode dilakukan dalam penelitian ini untuk mempertahankan objektivitas data. Informan dalam penelitian ini adalah 10 orang masinis, manajer unit usaha kesehatan, kepala UPT kru masinis serta petugas medis pengecekan kru kereta api. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres pada masinis disebabkan karena bahaya pekerjaan berupa risiko kecelakaan/cidera, bising serta asap, konteks pekerjaan berupa tanggung jawab dan konten pekerjaan berupa beban kerja. ......Locomotive engineers work in the environment that has physical and psychological hazard which may cause work stress significantly. The aim of this study is to identify and to explore locomotive engineer’s experience regarding work stress and factors that may cause work stress in PT. Kereta Api Indonesia Operational Region 3 Cirebon. This research is a qualitative research using in depth interview as a method to collect the data. Triangulation sources and method are conducted to keep the objectivity. Interviews were conducted with 10 locomotive engineers, manager of health care center, head of locomotive crew and medical worker of railway crew. The result of this study shows that work stress on locomotive engineers caused by work hazard such as risk of accident or injury, noise and smoke from the operation of locomotive, context of work such as responsibility and content of work such as workload.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45626
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lugina Prativi
Abstrak :
Skripsi ini membahas faktor yang mempengaruhi stres kerja di fungsi Operasi dan Produksi PT. Pertamina Geothermal Energy area Kamojang tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain studi kasus. Penelitian ini menggunakan teori Cox, Griffith, dan Rial-Gonzales tahun 2000 dengan variabel yang digunakan yaitu Bahaya Fisik berupa kebisingan, Konten Pekerjaan (Beban Kerja dan Desain Kerja) dan Konteks Pekerjaanyaitu (Hubungan Interpersonal, Peran di Organisasi dan Pengembangan Karir). Data primer diperoleh dengan wawancara mendalam kepada informan dan observasi langsung ke area kerja, sedangkan data sekunder didapatkan dari data perusahaan dan studi literatur terdahulu. Hasil yang didapat, faktor yang mempengaruhi stres kerja adalah bahaya fisik dari kebisingan, sedangkan bahaya psikososial pada konten pekerjaan yaitu beban kerja dan kontek pekerjaan yaitu hubungan intepersonal. ......This research is the factors that influence job stress in the worker of Operations and Production PT. Pertamina Geothermal Energy Kamojang area in 2012. This research is a qualitative case study design. This study using the theory of Cox, Griffith, and Rial-Gonzalez in 2000 with the variable is a Physical Hazards such as noise, Content to Works (Workload and Work Design) and Context to Work (Interpersonal Relationships, Role in Organizations and Career Development). The primary data obtained by the informant in-depth interviews and direct observation to the work area, while the secondary data obtained from the company's data and previous literature. The results, factors affecting job stress is physical hazards of noise, whereas psychosocial hazards on the job content and context of the work load and the intepersonal relationships.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S43975
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Atisa
Abstrak :
Masih ditemukan perilaku pekerja yang buruk terhadap risiko pajanan bahan kimia di industri sepatu informal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pekerja terhadap risiko pajanan bahan kimia di bengkel sepatu PIK Pulogadung. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan studi deskriptif observasional dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara mendalam pada 8 informan yaitu 5 pekerja dan 3 pemilik bengkel sepatu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor personal yaitu pengetahuan pekerja sudah cukup baik namun persepsi terhadap bahaya dan risiko masih rendah dan faktor lingkungan meliputi tidak adanya pelatihan, peraturan, pengawasan terkait kesehatan dalam bekerja, dan kondisi ruang kerja yang buruk sehingga dapat mempengaruhi perilaku pekerja terhadap risiko pajanan bahan kimia. ......Still found the bad behavior of workers with the risk of chemicals exposure in informal footware industry. This study aims to analyze factors that influence workers behavior against the risk of chemicals exposure at informal footware industry PIK Pulogadung. The reserach was conducted using observational descriptive study with a qualitative approach. Data collected through observation and interviews to 8 informants are 5 workers and 3 owner. The results showed that personal factors are knowledge workers are good enough, but the perception of hazard and risk are low and environmental factors include lack of training, regulations, supervision of health-related work, and a work space conditions which may adversely influence workers behavior against the risk of chemicals exposure.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44278
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukman Hakim
Abstrak :
Penelitian ini membahas tentang analsis perilaku berisiko pada pekerja bengkel las sektor informal di jalan raya ciomas kota Bogor. Tujuan dibuatnya penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku berisiko yang terjadi di Bengkel Las Informal. Populasi yang digunakan adalah 6 (Enam) pekerja Bengkel Las Informal dari 6 (Enam) Bengkel Las Informal. Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan metode kualitatif. Tekhnik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori ABC yang menyatakan bahwa PErilaku dipengaruhi oleh faktor Anteseden dan Konsekuensi. Hasil penelitian menemukan bahwa kurangnya kepedulian, persepsi, pengawasan yang buruk, tidak adanya peraturan, ketersediaan APD, dan adanya sanksi dan penghargaan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku berisiko pekerja. ......This study discusses about analysis on the risk behavior of workers in the informal sector welding ciomas Street Bogor city. Objective of this study was to describe the risk behaviors that occurred in Informal Welding shop. The population used is 6 (Six) Workshop Las Informal workers from 6 (Six) Informal Welding shop. This research is a case study with qualitative methods. Techniques of data collection was conducted through in-depth interviews and observation. The theory used in this study is the ABC theory which states that behavior is influenced by Antecedents and Consequences factors. The study found that a lack of awareness, perception, poor supervision, lack of regulations, availability of PPE, and the existence of Punishment and rewards are all factors that influence the behavior of workers at risk.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52567
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Hifni
Abstrak :
Penelitian ini membahas tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pekerja bekerja di ketinggian. Tujuan dibuatnya penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran persepsi bekerja di ketinggian di proyek X dengan variabel umur, sikap, tingkat pendidikan. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan kuantitatif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengalaman yang mempengaruhi persepsi pekerja, tidak adanya hubungan yang bermakna antara sikap dan pelatihan K3 yang mempengaruhi persepsi pekerja. Peneliti menyarankan agar pihak manajemen memberikan pelatihan keselamatan kepada para pekerja untuk meningkatkan pengetahuan, perilaku, dan keterampilan pekerja untuk meminimalisir terjadinya risiko jatuh dari ketinggian. ...... This study discusses the analysis of the factors that influence the perception of workers working at heights. Objective of this study is to describe the perception of working at height on project X with variable age, attitude, the level of education. The study design used is descriptive analytical quantitative approach. From the results of this study concluded that there is a significant relationship between experience affects the perception of workers, no significant correlation between attitudes and training K3 affecting perceptions of workers. Researchers suggest that the management provide safety training to workers to improve the knowledge, attitudes, and skills of workers to minimize the risk of falls from height.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47793
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astuti Dwi Lestari
Abstrak :
Kebisingan di tempat kerja merupakan bahaya yang berisiko menimbulkan dampak terhadap kesehatan bagi pekerja. Pekerja yang terpajan kebisingan dan tidak diatasi dapat menyebabkan gangguan non-auditory berupa gangguan fisiologis, gangguan psikologis, dan gangguan komunikasi. Oleh karena itu, survei ini bertujuan untuk melihat efek kesehatan yang ditimbulkan oleh kebisingan serta hubungan pajanan bising tersebut dengan gangguan non-auditory pada pekerja bagian produksi PT. Tokai Dharma Indonesia. Variabel yang diteliti diantaranya intensitas kebisingan di unit produksi, penggunaan Alat Pelindung Telinga pada pekerja, dan keluhan subjektif gangguan non-auditory. Gangguan non-auditory diukur menggunakan kuesioner berdasarkan gejala yang dirasakan pekerja. Hasil survei menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pajanan kebisingan dengan gangguan fisiologis, gangguan psikologis, dan gangguan komunikasi pada pekerja bagian produksi PT. Tokai Dharma Indonesia.
Noise in the workplace is a health risk that can impact to the workers. If this noise can’t be managed, it will cause non-auditory effects like physiological effect, psychological effect, and communication disturbance. Therefore, the purposes of this survey are to see the occurrence of non-auditory effects and correlation of noise level to non-auditory effects of production’s workers in PT. Tokai Dharma Indonesia. Variables examined include noise level in production unit, use of Hearing Protection Device, and subjective symptom of non-auditory effects. Non- auditory effects based on self administered questionnaire. The analytical result indicated that there is a significant relationship between the level of noise exposure with physiological effect, psychological effect, and communication disturbance of production’s workers in PT. Tokai Dharma Indonesia.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S53287
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>