Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Heidy Octaviani Rachman
Abstrak :

Proses pembentukan ruang publik di kota dilakukan oleh tiga pemerintah, pebisnis dan masyarakat. Dalam mewujudkan kota yang berkeadilan, setiap pemerintah memiliki kontrol terhadap ruang berupa kebijakan (top-down), sedangkan pebisnis dan masyarakat melakukan necessary dan optional activity-nya masing-masing dalam ruang kota sebagai tindakan dari sisi bottom-up. Fenomena terjadinya pembentukan ruang publik oleh ketiga aktor tersebut dapat ditinjau dengan metode placemaking. Studi kasus yang diambil untuk penelitian ini adalah CFD Sudirman-Thamrin, DKI Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi mekanisme pemerintah dalam membentuk ruang CFD serta menganalisis proses pembentukan ruang publik melalui placemaking oleh pebisnis dan masyarakat pada kegiatan CFD. Untuk mengetahui kondisi lapangan, peneliti melakukan observasi partisipatif. Selanjutnya dilakukan wawancara secara mendalam dan observasi lanjutan, serta analisis data secara deskriptif dan spasial. Masing-masing dinas/pemerintahan melakukan pengontrolan atas ruang sesuai tugasnya, tetapi belum dalam kerangka besar mewujudkan ruang publik untuk masyarakat. Adanya masyarakat yang melakukan necessary dan optional activity-nya menarik partisipan lainnya untuk berpartisipasi dalam ruang publik. Ruang publik pada saat pelaksanaan CFD telah menjadi ruang aktivitas sosial yang yang inklusif dan atraktif. Kekayaan aktivitas ruang publiknya yang terbukti dalam tinjauan The Power of 10 Places and Things to do, menjadi modal sosial dan ekonomi yang baik untuk masyarakat perkotaan.

 


The process of making public spaces in the city is carried out by three main actors that are governments, business people and community. In the making of equity city, every government has control over space in with their policies (top-down action), while businesses and communities do necessary and optional activity in the city space as a bottom-up action. The phenomenon of making public spaces by the three actors can be reviewed by the method of placemaking. The case study taken was CFD Sudirman-Thamrin, DKI Jakarta. This study aims to identify government mechanisms in making CFD space and analyze the process of making public spaces through placemaking by business people and the communities in CFD. To find out the field conditions, researchers conducted the participatory observation. Furthermore, in-depth interviews and follow-up observations were carried out, as well as descriptive and spatial data analysis. The findings are each department/government controls the space according to its duties, but it is not in the big framework of making places or public space for the community yet. The existence of communities that does necessary and optional activity attracts other participants to participate in public spaces. Public spaces at the time of CFD implementation have become spaces of social activity that are inclusive and attractive. The wealth of public space activity that is evident in the review of The Power of 10 Places and Things to do, is a good social and economic capital for urban communities.

 

2019
T53562
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Riska Phillia Br
Abstrak :

Penelitian ini membahas pentingnya pelestarian kawasan cagar budaya sebagai warisan perkotaan dalam mengembangkan identitas dan budaya kota. Penelitian ini melibatkan kolaborasi dengan masyarakat dalam menilai integritas dinamis warisan perkotaan melalui pendekatan sense of place dan memori kolektif. Fokus penelitian ini adalah pada kawasan Kotatua di Jakarta yang mengalami perubahan fisik dan fungsi seiring waktu. Pemerintah provinsi DKI Jakarta telah mengeluarkan kebijakan untuk menjaga keaslian dan kelestarian kawasan ini, tetapi perlu ada instrumen yang kuat untuk meminimalisir dampak negatif. Penelitian ini berusaha menyusun konsep perencanaan tata ruang yang aplikatif dan fleksibel, dengan mempertimbangkan urban memory masyarakat. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas kawasan pemugaran dan mempertahankan nilai sejarah serta identitas lokal. Hasil penelitian ini mengungkap bahwa kawasan Pemugaran Tambora memiliki aspek fisik dan non-fisik yang menjadi urban memory yang diingat oleh masyarakat. Jalan Kali Besar Barat, Masjid, Rumah Cina/Pecinan, dan Pasar Pagi menjadi elemen penting yang diingat karena aktivitas yang beragam, nilai religius, identitas budaya, dan simbol perdagangan. Penelitian merekomendasikan pelestarian Jalan Kali Besar, Masjid-Masjid Cagar Budaya, Rumah Cina/Pecinan, dan Pasar, sementara aspek lain dapat dimodifikasi dan diberi penggunaan baru untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan produktivitas kawasan. ......This study discusses the importance of preserving cultural heritage areas as urban heritage in developing urban identity and culture. This research involves collaboration with the community in assessing the dynamic integrity of urban heritage through a sense of place and collective memory approach. This research focuses on the Kotatua area in Jakarta, which has undergone physical and functional changes over time. The provincial government of DKI Jakarta has issued a policy to maintain the authenticity and sustainability of this area, but robust instruments are needed to minimize negative impacts. This research seeks to develop a spatial planning concept that is applicable and flexible, taking into account the urban memory of the community. The goal is to improve the quality of the restoration area and maintain historical value and local identity. The results of this study reveal that the Tambora Restoration area has physical and non-physical aspects that become urban memories that the community remembers. Jalan Kali Besar Barat, the Mosque, the Chinese House/Chinatown, and the Morning Market are essential elements to remember for their diverse activities, religious values, cultural identity, and trade symbols. Research recommends preserving Jalan Kali Besar, Heritage Mosques, Chinese Houses/Chinatown, and Markets. At the same time, other aspects can be modified and given new uses to improve the environmental quality and productivity of the area.

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Faizal Rajab
Abstrak :
Jakarta, sebagai kota metropolitan dengan populasi terbesar di Indonesia, menghadapi tantangan dalam menyediakan transportasi yang efektif dan terintegrasi. Pemerintah telah melakukan investasi besar-besaran dalam pembangunan infrastruktur transportasi massal, termasuk pembangunan jaringan Mass Rapid Transit (MRT). Salah satu kawasan yang terpengaruh oleh pembangunan MRT adalah kawasan Transit Oriented Development (TOD) Fatmawati. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh keberadaan infrastruktur stasiun MRT dan jaringannya terhadap nilai lahan di kawasan TOD Fatmawati serta potensi pemanfaatannya sebagai mekanisme penangkapan nilai lahan untuk sumber pembiayaan baru. Melalui pengumpulan data primer menggunakan metode observasi lapangan dan penyebaran kuesioner kepada responden terkait, data tentang kondisi lingkungan dan perubahan yang terjadi di wilayah penelitian dikumpulkan. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan model Hedonic Pricing Model untuk mengestimasi pengaruh spesifik dari keberadaan stasiun MRT terhadap nilai lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti jarak persil ke stasiun MRT, jarak persil ke jalan utama, dan fungsi guna lahan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap nilai lahan di kawasan TOD Fatmawati. Penggunaan metode DiD menggambarkan lebih jauh bahwa keberadaan stasiun MRT memiliki dampak yang signifikan terhadap kenaikan nilai lahan dengan persentase uplift yang cukup besar hingga 61,26% (tertinggi) pada rentang jarak 200-400 meter. Pola karakteristik nilai lahan juga dianalisis berdasarkan nilai NJOP, yang menunjukkan bahwa kedekatan jarak dengan stasiun MRT belum menjadi faktor utama yang mempengaruhi nilai lahan. ......Jakarta, as the largest metropolitan city in Indonesia, faces challenges in providing effective and integrated transportation. The government has made significant investments in the development of mass transportation infrastructure, including the construction of the Mass Rapid Transit (MRT) network. One of the areas affected by the MRT development is the Fatmawati Transit Oriented Development (TOD) area. This study aims to examine the influence of the presence of MRT station infrastructure and its network on land value in the Fatmawati TOD area, as well as its potential utilization as a mechanism for capturing land value for new sources of financing. Through the collection of primary data using field observation methods and questionnaires distributed to relevant respondents, data on environmental conditions and changes occurring in the research area were gathered. The data was then analyzed using the Hedonic Pricing Model to estimate the specific influence of the presence of MRT stations on land value. The research findings indicate that factors such as the distance from plots to MRT stations, the distance from plots to main roads, and land use function collectively have a significant impact on land value in the Fatmawati TOD area. The use of the DiD method further illustrates that the presence of MRT stations has a significant impact on the increase in land value, with a considerable uplift percentage of up to 61.26% (highest) within the distance range of 200-400 meters. The characteristics of land value patterns were also analyzed based on the NJOP value, indicating that proximity to MRT stations is not yet a primary factor influencing land value.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Arimurti Afandi
Abstrak :
COVID-19 yang dinyatakan sebagai pandemi pada tahun 2020 merupakan bencana non-alam yang menambah satu poin kompleksitas permasalahan di perkotaan, termasuk di antaranya kota-kota yang ada di Indonesia. Pertambahan kasus konfirmasi positif COVID-19 yang sangat signifikan mendasari dikeluarkannya kebijakan untuk menjalankan isolasi mandiri di rumah sebagai solusi atas permasalahan keterbatasan kapasitas fasilitas kesehatan pada masa pandemi COVID-19. Namun, adanya kasus kematian saat melaksanakan isolasi mandiri menjadi permasalahan baru yang dihadapi kota dalam proses penanganan COVID-19. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis penyebab kasus kematian saat isolasi mandiri di rumah pada masa pandemi COVID-19 di Kota Administrasi Jakarta Timur, mengevaluasi mekanisme penanganan COVID-19 di perumahan dan kawasan permukiman Kota Administrasi Jakarta Timur selama pelaksanaan isolasi mandiri di rumah pada masa pandemi COVID-19, dan merekomendasikan strategi penanggulangan pandemi di perumahan dan kawasan permukiman Kota Administrasi Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data yang dilakukan melalui kegiatan wawancara, observasi, dan dokumentasi serta pengambilan sampel yang menggunakan teknik rujukan berantai atau snowball sampling. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa faktor utama penyebab kematian saat isolasi mandiri di rumah pada masa pandemi COVID-19 adalah faktor klinis yang meliputi usia, riwayat penyakit penyerta atau komorbid, dan derajat keparahan COVID-19. Mekanisme penanganan COVID-19 yang telah diimplementasikan di perumahan dan kawasan permukiman Kota Administrasi Jakarta Timur selama pelaksanaan isolasi mandiri di rumah pada masa pandemi COVID-19 dinilai belum sepenuhnya berhasil dengan adanya kasus kematian saat melaksanakan isolasi mandiri di rumah. Oleh karena itu, penelitian ini mengusulkan beberapa rekomendasi strategi penanggulangan pandemi dengan harapan dapat meningkatkan ketahanan di perumahan dan kawasan permukiman Kota Administrasi Jakarta Timur dalam jangka panjang sebagai bentuk antisipasi apabila terjadi pandemi baru di masa yang akan datang. ......COVID-19, which was declared as a pandemic in 2020, is a non-natural disaster that adds one point to the complexity in a city, including cities in Indonesia. The significant increase in positive confirmed cases of COVID-19 underlies the issuance of a policy to carry out home-isolation as a solution to the problem of limited capacity of health facilities during the COVID-19 pandemic. However, the existence of death cases while carrying out home-isolation is a new problem faced by the city in the process of handling COVID-19. The aim of this research are to analyze the causes of death cases during home-isolation during the COVID-19 pandemic in the East Jakarta Administrative City, to evaluate the mechanism for handling COVID-19 in housing and settlements of the East Jakarta Administrative City during the implementation of home-isolation during the period of the COVID-19 pandemic, and to recommend strategies to deal with the pandemic in housing and settlements in the East Jakarta Administrative City. This study use qualitative approach with data collection carried out through interviews, observation, and documentation using snowball sampling. The findings of this study indicate that the main factors causing death during home-isolation are clinical factors which include age, comorbidities, and the spectrum of severity of COVID-19. The mechanism for handling COVID-19 that has been implemented in housing and settlements of the East Jakarta Administrative City during the implementation of home-isolation during the COVID-19 pandemic has not been fully successful with cases of death while carrying out home-isolation. Therefore, this study recommends several strategies as a response against pandemic with the aim to improve resilience in housing and settlements in the East Jakarta Administrative City for a long term as a coping mechanism against another pandemic in the future.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tofani Wahyu Saputro
Abstrak :
Aksesibilitas jalur pedestrian di kawasan transit merupakan faktor penting dalam mewujudkan sistem transportasi yang efisien dan berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aksesibilitas jalur pedestrian di kawasan transit terutama dalam pembangunan kawasan MRT Tahap 1. Dengan studi kasus kawasan transit Cipete Raya dan Dukuh Atas analisis dilakukan dengan tiga aspek penelitian aksesibilitas. Pertama aksesibilitas di analisis dari segi konfigurasi ruangnya, kedua aksesibilitas jalur pedestrian dinilai dari tingkat kepuasan pejalan kaki terhadap kondisi fisik jalur pedestriannya, dan yang ketiga analisis aksesibilitas diidentifikasi dari bagaimana pelayanan transportasi publik di kedua kawasan tersebut terhadap pejalan kaki. Metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung melalui survei pejalan kaki dan kuisioner. Untuk aksesibilitas konfigurasi ruang menggunakan space syntax analysis dengan bantuan software DepthmapX, penilaian tingkat kepuasan pejalan kaki dinilai berdasarkan penilaian sikap yang diolah dengan metode skala likert, sedangkan untuk aksesibilitas pelayanan transportasi publik menggunakan metode PTAL (Public Transport Accessibility Levels). Hasil menunjukkan bahwa adanya hubungan antara konektivitas dan integrasi ruang jalan pada aksesibilitas konfigurasi ruang yang dinamai dengan kejelasan ruang. Serta menurut responden kondisi fisik di kedua wilayah tersebut sudah mencapai penilaian baik dengan nilai >32,5, akan tetapi masih terdapat kekurangan mengenai variabel keamanan, dan kenyamanan, serta ukuran lebar jalan masih kurang dari standar yang ditetapkan. Sedangkan di kedua wilayah tersebut pelayanan transportasi bagi pejalan kaki masih harus ditingkatkan dengan kekurangannya pelayanan di wilayah bagian barat masih terdapat kesenjangan aksesibilitas. ......The accessibility of pedestrian paths in transit areas is an important factor in realizing an efficient and sustainable transportation system. This study aims to analyze the accessibility of pedestrian paths in transit areas, particularly in the development of Phase 1 of the MRT. Using the case study of the Cipete Raya and Dukuh Atas transit areas, the analysis is conducted based on three aspects of accessibility research. Firstly, accessibility is analyzed in terms of spatial configuration. Secondly, the accessibility of pedestrian paths is evaluated based on the satisfaction level of pedestrians regarding the physical conditions of the pedestrian paths. Lastly, the analysis of accessibility is identified based on how public transportation services in both areas cater to pedestrians. Data collection methods involve direct observation through pedestrian surveys and questionnaires. For the analysis of spatial configuration accessibility, space syntax analysis is conducted using the DepthmapX software. The assessment of pedestrian satisfaction levels is based on attitude assessments processed using the Likert scale method. Furthermore, the accessibility of public transportation services is evaluated using the PTAL (Public Transport Accessibility Levels) method. The results show a relationship between connectivity and spatial integration of road networks in terms of spatial configuration accessibility, referred to as spatial clarity. According to respondents, the physical conditions in both areas have received satisfactory ratings, with scores above 32.5. However, there are still shortcomings regarding safety and comfort variables, as well as road width measurements that do not meet the established standards. Moreover, transportation services for pedestrians in both areas need to be improved, particularly in the western region where there are still accessibility gaps.
Depok: 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Milka Vincentiya
Abstrak :
Skripsi ini mengenai hubungan antara aktor, dalam konteks ini antara stranger dengan stranger, dan aktor dengan lingkungan sekitarnya.  Dengan adanya perubahan makna dari stranger yang awalnya stranger adalah, orang yang tidak termasuk dalam lingkungan tempat seseorang tinggal, menjadi orang lain yang memiliki kesamaan umum dengan seseorang tersebut. Karena, sekarang kita berada pada tahap appearance dari spectacle, yang mana kita akan menilai sesuatu berdasarkan apa yang kita lihat atau tampak, skripsi ini menggunakan teori coding appearance, yang mana aktor akan beraktivitas berdasarkan tiga hal, yaitu: lokasi (location), appearance, dan sikap (behavior). Para aktor ini akan bersikap dan membawa properti menyesuaikan dengan ruang publik (lokasi), sebaliknya ruang publik juga dapat memengaruhi aktor dalam bersikap dan properti yang dibawa. Lalu, interaksi yang terjadi antar-stranger dalam ruang publik ini dapat terlihat dari keberadaan shield of privacy yang tidak bisa dilihat secara fisik namun, dapat diukur secara keruangan. ......This study focusing in the relationship between actor, in this context stranger with stranger, and actor with the surrounding. Stranger then was categorized by those who did not live in someons living territory, and now stranger categorized as the people who have the same commonness with someone. With the state of appearance in spectacle, where we judge based on what we see (what appear in front of us), this study mainly use the theory about coding appearance, where actor will act based on three things: location, appearance, and behavior. They behave (behavior) and bring property (appearance) as what supposed in that public space (location), also the public space may affect the behavior and appearance of the actor. In the same location, interaction between stranger could be seen in the existence of shield of privacy, that is not physical but it is there with a measurement in space.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wongkaren, Vannya Istarinda
Abstrak :
ABSTRACT
The planet earth we inhabit is frankly one that is not permanent. Its well-being and deterioration corresponds to our daily actions, decisions and how we take care of our surrounding environment. The earth will eventually become unstable when it is stripped away from its natural resources and polluted by activities caused by humanity.  Climate change and natural disasters signals an urgency to act upon it by preserving its natural resources, reducing energy consumption, reusing and recycling materials. The condition of the environment reflects our quality of living , thus  affecting our health and eventually the economy. Architects have been designing with the idea of sustainability and ecological design that minimises damage on the environment and integrates the design with living processes, connecting green architecture, sustainable agriculture, ecological engineering, ecological restoration and other fields. From the study of sustainable practices and theories, research of precedents and case studies and direct observation this report will incorporate sustainable and ecological design ideas to maximise efficiency in the mixed-use project portrayed through diagrammatic sketches applied to the site.
ABSTRACT
Bumi yang kita huni adalah dengan terus terang planet yang tidak permanen. Kesejahteraan dan kemerosotannya mencerminkan tindakan dan keputusan kita sehari-hari dan cara kita menjaga lingkungan sekitar kita. Bumi pada akhirnya akan menjadi tidak stabil ketika dilucuti dari sumber daya alamnya dan tercemar oleh kegiatan manusia yang merusak alam. Perubahan iklim dan bencana alam menandakan urgensi untuk bertindak atasnya dengan melestarikan sumber daya alamnya, mengurangi konsumsi energi, menggunakan kembali dan mendaur ulang bahan. Kondisi lingkungan mencerminkan kualitas hidup kita, sehingga mempengaruhi kesehatan kita dan akhirnya berdampak kepada ekonomi. Arsitek telah merancang dengan gagasan keberlanjutan dan desain yang meminimalkan kerusakan pada lingkungan dan mengintegrasikan desain dengan memikirkan proses hidup, menghubungkan arsitektur hijau, pertanian berkelanjutan, rekayasa ekologi, restorasi ekologi dan bidang lainnya. Dari studi tentang praktik dan teori yang berkelanjutan, penelitian preseden dan studi kasus dan pengamatan langsung, laporan ini akan menggabungkan ide-ide desain yang berkelanjutan dan ekologis untuk memaksimalkan efisiensi dalam proyek mixed-use yang digambarkan melalui sketsa diagram yang diterapkan ke proyek.
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Ratriananda
Abstrak :
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan merupakan kota satelit pertama di selatan Jakarta dan merupakan wilayah yang terencana. Akan tetapi sejak sepuluh tahun terakhir terjadi perubahan pesat dengan kemunculan komersial, kafe dan restoran hampir di setiap jalan lingkungan dan kolektor yang berada dan menggantikan fungsi hunian. Kemunculan secara cepat "ruang publik" komersil yang eksklusif, atau ruang publik semu berupa kafe dan restoran merupakan salah satu penanda terdapatnya gentrifikasi pada suatu kawasan. Consumer class lifestyle mengubah kondisi wilayah yang tergentrifikasi dan berkontribusi terhadap kenaikan harga lahan sehingga warga yang sejak dulu tinggal di situ tak mampu lagi dan akhirnya pindah ke tempat lain. Bila dilihat sekilas, hal ini mirip dengan apa yang terjadi di Kebayoran Baru. Akan tetapi wilayah tersebut sejak awal sudah menjadi lingkungan kaum menengah ke atas sehingga yang terjadi di wilayah tersebut merupakan gentrifikasi gelombang ke dua. Melalui penelusuran arsip dan pengamatan lapangan secara spasial, kajian ini akan mencoba memahami transformasi spasial tersebut dan kaitannya dengan social production of public space yang demokratis. Kebayoran Baru, Jakarta Selatan is the first satellite city in the southern part of Jakarta and is a planned area. In the last ten years, there has been a rapid transformation within the area due to the land use change from what is predominantly residential to commercial; cafes and restaurants in almost every street. The rapid growth of these commercial and exclusive “public space” or quasi-public space in the form of cafes and restaurants is one of the signs of gentrification. Consumer class life-style changes the condition of the gentrified neighbourhood and contributes to the increase of the land value, making it unaffordable for the residents and causing them to seek housing areas with lower cost. This is similar to what has been happening in Kebayoran Baru. However, the area has always been a relatively middle-class neighbourhood from the beginning. This indicates that what is currently happening in Kebayoran Baru is actually second wave gentrification. Through archival studies and spatial on-site observation, this research aims to understand the spatial transformation and its relation to social production of public space that considers democracy.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dondi Daharyadika
Abstrak :
ABSTRAK
Fasad pada gedung bertingkat tinggi merupakan fitur arsitektur yang penting. Sebagai selubung bangunan, fasad memberikan pemisahan antara interior dan eksterior. Sistem Curtain Wall merupakan salah satu dari banyak cara untuk menerapkan fasad bangunan. Skripsi ini menguraikan tentang fitur aplikasi Curtain Wall, dengan sistem unitized dan stick pada gedung bertingkat tinggi. Secara umum, penerapan fasad memerlukan pertimbangan tertentu, seperti waktu, kualitas, dan biaya, sebagai contoh. Dalam fungsinya, ada fitur-fitur umum yang tentu harus disediakan; seperti fungsi yang menyangkut alam, dimana melibatkan tentang perlindungan hujan dan filtrasi sinar matahari, keamanan, dan juga estetika. Ini semua adalah hal-hal penting dalam menyediakan fasad pada bangunan tinggi.
ABSTRACT
Façade in high-rise building is an essential architectural feature. It encloses the building, and provides separation to interiors and exteriors. Curtain walling system is one of many ways in applying building façade. This thesis elaborates the features of application both the unitized and stick curtain wall system in high-rise building. In general, the application of façade required certain consideration; time, quality, and cost for instances. In its functionality, there are common features that necessarily to be provided; such as nature related functions, which involves rain protection and sunlight filtration, safety, and also aesthetic. These are all important matters in providing high-rise building façade.
2014
S53797
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rendy Primrizqi
Abstrak :
ABSTRACT
Taman Kota, sebagai salah satu bagian dari Ruang Terbuka Hijau (RTH), merupakan salah satu elemen penting bagi kehidupan di perkotaan. Tidak jarang taman menjadi sarana rekreasi bagi masyarakat. Masyarakat yang mendatangi taman kota ini—berasal dari berbagai kalangan usia—memiliki kebutuhan yang bermacam-macam. Namun, tidak semua taman mampu memenuhi kebutuhan setiap kalangan usia masyarakat. Mengacu pada teori kebutuhan manusia di setiap fase umur menurut Erikson (1982) dan Turner (1996), saya melakukan pengamatan langsung pada taman-taman di suatu kawasan yang berdekatan untuk mengetahui sejauh mana kebutuhan masyarakat pada suatu kawasan bisa terpenuhi oleh taman-taman kota yang tersedia di dalamnya. Pengamatan yang dilakukan di Taman Menteng, Taman Suropati, dan Taman Situ Lembang menunjukkan bahwa belum semua taman di kawasan Menteng tersebut mampu memenuhi kebutuhan masyarakat di setiap fase umur.
ABSTRACT
The presence of city parks has been unquestionably essential for our daily urban life. They frequently become recreational facilities for the people of the cities. These people—who come from different range of ages—certainly have different needs. However, not all city parks can fullfill those people needs. Referring to Erikson’s (1982) and Turner’s (1996) theories about human needs in every stages of life cycle, this undergraduate thesis observed city parks in the same neighborhood to discover whether the needs of its users can be fullfilled or not. The observation in Taman Menteng, Taman Suropati, and Taman Situ Lembang shows that the human needs in every stages of life cycle in Menteng neighborhood can not yet be fulfilled by the city parks.
2014
S56667
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>