Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yulian Nurtjita
"Horn adalah suatu komponen yang dapat menghasilkan suara tertentu dengan sumber energi battrey/accu. Tanpa adanya Horn pada kendaraan akan terasa kurang nyaman dan aman bagi pengemudi, apalagi pengemudi kendaraan melalui daerah yang cukup padat dan ramai. PT.KTB selaku ATPM kendaraan Mitsubishi mempunyai masalah horn yang digunakan pada kendaraan Colt Diesel. Masalah yang terjadi adalah tidak berfungsinya horn setelah beberapa waktu digunakan. Dari hasil pembongkaran pada unit horn eks klaim didapat bahwa penyebab paling dominan dari tidak berfungsinya hom adalah karena insulator pada unit horn tersebut terbakar. Dari hasil analisa dengan menggunakan '7 tools' dan pengujian yang dilakukan terbukti bahwa penyebab terbakamya insulator pada horn tersebut dikarenakan nilai tahanan/resistansi insulator tidak memenuhi spesifikasi yang telah di tentukan, terutama bila insulator tersebut terkena air/kelembaban yang cukup tinggi. Insulator yang mempunyai nilai resistansi kurang atau sama dengan 1 MQ akan bersifat sebagai konduktor, dan begitu pula sebaliknya. Material insulator yang terbuat dari bahan Cotton dan Resin sangat rawan terhadap air. Proses pemadatan material yang kurang sempurna dapat menimbulkan pori-pori yang dapat menyerap air. Alternatif perbaikan yang digunakan untuk mengatasi masalah terbakarnya insulator adalah dengan mengganti material insulator dari bahan Colton dan resin menjadi bahan fiber glass dan epoxy. Material insulator dari bahan Fiber glass dan Epoxy Iebih baik dibandingkan dengan bahan Cotton dan Resin, karena tidak menyerap air. Terbukti dari hasil pemeriksaan nilai resistansi setelah dilakukan penoelupan dalam air hasilnya tetap mempunyai nilai resistansi yang tinggi, dan setelah diaplikasikan pada unit hom tidak terjadi masalah."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S37583
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laksita Aji Safitri
"Micro Friction Stir Spot Welding (m-FSSW) merupakan pengelasan yang memanfaatkan gesekan serta axial force pada prosesnya. Hasil pengelasan yaitu lap-joint pada satu titik. Penelitian ini menginvestigasi pengaruh parameter pengelasan pada metode pengelasan m-FSSW menggunakan variasi geometri tool dan plunge depth terhadap karakteristik pengelasan. Dilakukan pengukuran temperatur, rotational speed, dan axial force pada proses pengelasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan plunge depth (200 µm, 400 µm, 600 µm) memiliki pengaruh signifikan pada temperatur, axial force, dan rotational speed. Semakin dalam penetrasi (plunge depth) dilakukan, temperatur yang dihasilkan semakin tinggi, axial force meningkat dan rotational speed menurun. Variasi geometri tool dan parameter pengelasan juga mempengaruhi kekuatan tarik geser dan geometri hasil pengelasan. Penetrasi yang lebih dalam menghasilkan diameter pengelasan yang lebih lebar dan meningkatkan kekuatan tarik geser. Pada pengujian struktur makro, terlihat beberapa zona pengelasan seperti Stir Zone (SZ), Thermo Mechanically Affected Zone (TMAZ), dan Heat Affected Zone (HAZ). Terdapat pula fenomena seperti Keyhole, Hook, dan EXTD Zone yang terbentuk pada pengelasan m-FSSW. Pengujian kekerasan menggunakan metode micro-hardness vickers menunjukkan bahwa kekerasan yang seragam pada daerah Stir Zone (SZ) mengindikasikan adanya optimal bonding antara dua lembar material. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan untuk mengunakan tool 1 (519,18 N) pada plunge depth 600 µm , tool 2 (432,86 N) pada plunge depth 400 µm serta tool 2 (329,79 N) pada plunge depth 200 µm pada pengelasan m-FSSW material AA1100.

Micro Friction Stir Spot Welding (m-FSSW) is a welding technique that utilizes friction and axial force in the process to create a lap joint at a single point. This research investigates the influence of welding parameters in m-FSSW, specifically the variation of tool geometry and plunge depth, on the welding characteristics. Measurements of temperature, rotational speed, and axial force were conducted during the welding process. The results of the study indicate that the different plunge depths (200 µm, 400 µm, 600 µm) have a significant impact on temperature, axial force, and rotational speed. Deeper plunge depths result in higher temperatures, increased axial force, and decreased rotational speed. The variation in tool geometry and welding parameters also affects the tensile shear strength and geometry of the weld. Deeper penetrations lead to wider weld diameters and increased tensile shear strength. Macrostructural examination reveals distinct zones in the weld, including the Stir Zone (SZ), Thermo Mechanically Affected Zone (TMAZ), and Heat Affected Zone (HAZ). Phenomena such as Keyhole, Hook, and EXTD Zone are also observed in the m-FSSW process. Micro-hardness Vickers testing demonstrates that uniform hardness in the Stir Zone (SZ) indicates optimal bonding between the two material sheets. Based on the research findings, it is recommended to use Tool 1 (519.18 N) for a plunge depth of 600 µm, Tool 2 (432.86 N) for a plunge depth of 400 µm, and Tool 2 (329.79 N) for a plunge depth of 200 µm in m-FSSW of AA1100 material."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
KGS. M. Ismail
"Mikrofluidik merupakan ilmu yang mengacu pada bidang sains dan teknologi untuk memanipulasi fluida dalam suatu jaringan di dalam channel yang dimensinya antara 5 - 500 μm. Tahapan proses yang dilakukan pada teknologi microfabrication yaitu desain, microstucturing dan back-end processes. Desain adalah bentuk dari channel yang diinginkan. Microstucturing adalah metode teknologi yang digunakan untuk pembentukan mikrofluidik, sedangkan back-end processes merupakan proses untuk joining material yang telah dilakukan pembentukan channel.
Dalam penelitian ini, proses desain channel menggunakan software autodesk inventor. Untuk proses microstucturing menggunakan laser CO2 daya rendah. Penggunaan laser CO2 sebagai alat pemotong untuk pembentukan mikrofluidik pada material acrylic menggunakan beberapa parameter yang dapat mempengaruhi hasil pemotongan, yaitu daya laser, kecepatan pemotongan dan pengulangan pemotongan (pass), kemudian dilakukan pengamatan terhadap hasil pemotongan tersebut yaitu kekasaran permukaan (surface roughness) microchannels.
Tahapan terakhir dari microfabrication adalah back-end processes, proses joining dengan menggunakan metode thermal bonding untuk membuat mikrofluidik yang dibentuk dapat berfungsi dengan baik. Dari hasil penelitian pembentukan perangkat mikrofluidik dan percobaan pengaliran cairan pada channel yang merupakan bagian dari perangkat mikrofluidik telah berhasil dilakukan.

Microfluidics is the science which refers to the analysis and technology for manipulating fluid inside the microchannels that dimensions 5 ? 500 μm. There are three process steps of microfabriaction technology for microfluidics device which are design, microstructuring and back-end processes. Design is the process to produce shape of microchannels. while back-end processes is joining process for material have been fabricated of channel. Microstructuring is a method that used for microfludics device fabrication.
In this research, a low power CO2 laser is applied for microstructuring process. CO2 laser cutting for micrluidics device fabricated on acrylic was applicated by three parameters: power of laser, cutting speed and cutting repeatition (number of pass). In the result of cutting is observed surface roughness of microchannels.
The last teps is back-end processes, to joining materials by thermal bonding method. The result of this research, microfluidics device was successfully fabricated and the fluid could flow in the microchannels of the microfluidics device.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T31767
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yendri Minggu Bali
"Pengembangan perangkat mikro yang baru dan inovatif sangat tergantung pada sistem dan proses manufaktur yang dapat diandalkan untuk memproduksi komponen berskala mikro dengan kualitas yang baik. Salah satu jenis manufaktur ini adalah fabrikasi mikro dengan menggunakan mesin Laser CO2.
Penelitian ini dilakukan berupa eksperimen proses fabrikasi micropattern dengan beberapa variasi variabel bebas seperti jarak fokus, daya Laser dan kecepepatan nozzle Laser dengan metoda engraving menggunakan mesin Laser CO2 pada material acrylic dengan tebal 4 mm.
Hasil fabrikasi diamati dan diukur menggunakan microscope digital dan surface tester SURFCOM untuk memperoleh variabel tak bebas fabrikasi berupa nilai kekasaran permukaan, lebar, dan kedalaman. Hubungan antara kedua variabel ini dianalisis dengan response surface methodology (RSM) yang menghasilkan persamaan hubungan untuk kedua variabel. Hasil analisis RSM menunjukkan bahwa variabel daya (P) memberikan hubungan yang linear terhadap kekasaran permukaan (Ra) dengan variabel kecepatan kecepepatan nozzle Laser sebagai variabel yang memberi pengaruh untuk kualitas permukaan yang baik (halus). Pada dimensi geometri pengaruh daya Laser (P) memberikan hubungan linear dengan pengaruh yang signifikan.
Hasil analisis RSM memberikan grafik karakteristik dan juga persamaan matematik untuk kedua variabel yang dimanfaatkan untuk memprediksi kualitas hasil fabrikasi untuk membuat produk micromold. Hasil fabrikasi pola mikro untuk micromold ini diperoleh dengan kualitas nilai kekasaran permukaan (Rax) 17,55 µm, lebar celah (W) 135 µm dan kedalaman (D) 341 µm.

The development of innovative micro components depends on the manufacturing system and process that reliable to produce the component in micro scale with good quality. In this case, using CO2 Laser is one of micro fabrication technique to fabricate material to get micro component.
In this research, do an experiment to fabricate micropattern using engraving methode by Laser CO2 machine with several independent variables such as focus distance of nozzle Laser to workpiece (F), power of Laser (P), and velocity of nozzle Laser movement (V). The workpiece in this research is an acrylic.
Result of fabrication process will be identified and measured using digital microscope and surface roughness tester to get the value of workpiece quality such as surface roughness and geometrical properties as the dependent variables. The relationship of both variables will be expressed in 3D curves characterictic and mathematical models were analyzed by response surface methodology (RSM).
The result of the analysis indicate that power of Laser (P) and velocity of Laser nozzle movement (V) effect is the significant variables affecting the quality of micropattern and micromold fabrication. Micromold can be fabricated using Laser CO2 with roughness value (Rax) is 17,55µm, width of grove (W) 135 µm, depth (D) 341 µm.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55703
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiq Andrianto
"ABSTRAK
Daun lotus memiliki struktur permukaan yang luar biasa karena permukaan lotus memiliki sifat hidrofobik dan self-cleaning. Sifat tersebut diatur oleh pilar-pilar berukuran mikron yang tersebar secara acak di seluruh permukaannya. Sifat tersebut dapat diaplikasikan ke kaca gedung, permukaan under water vehicle karena bertujuan untuk mengurangi koefisien gesek dan menghemat penggunaan energi. Polydimethylsiloxane (PDMS) merupakan salah satu dari banyaknya jenis-jenis silikon yang ada di dunia. PDMS ini dipakai dalam penelitian karena sifat karakteristiknya yang dapat mereplika permukaan benda sampai celah kecil yang berukuran mikron. Aplikasi nano struktur ini akan difokuskan ke bahan resin sehingga akan didapatkan resin yang memiliki nano struktur permukaan daun lotus. Penelitian ini dilakukan dengan metodologi pembuatan cetakan menggunakan polydimethylsiloxane dan produk hasil berupa resin yang telah memiliki nano struktur permukaan lotus. Metode pengujian yang akan dilakukan adalah metode Scanning Electron Microscop (SEM) untuk melakukan pengukuran pilar dan mengukur sudut kontak air terhadap permukaan resin menggunakan kamera Anyview. Hasil dari penelitian ini adalah mendapatkan cetakan berupa polydimethylsiloxane yang maksimal dan sudut kontak air terhadap permukaan resin yang memiliki nano struktur permukaan lotus.

ABSTRACT
Lotus leaf surface have a remarkable structure because the surface of the lotus are hydrophobic and self-cleaning. The properties are set by micron-sized pillars scattered randomly across the surface. The properties can be applied to the glass building, the surface under water vehicle as it aims to reduce the coefficient of friction and energy savings. Polydimethylsiloxane (PDMS) is one of many types of silicon in the world. PDMS is used in research due to the nature of the surface characteristics that can replicate objects to small micron-sized gap. Application of nano structures will be focused to the resin so that the resin will be obtained nano surface structure of lotus leaves. This research was conducted using the methodology of using polydimethylsiloxane mold making and product results in the form of resin that has a lotus surface?s nano structure. Methods of testing to be performed is a method of Scanning Electron Microscop (SEM) to perform the measurement pillars and measure the contact angle of water on the surface of the resin using Anyview camera. The results of this study is to get a polydimethylsiloxane mold maximum and the contact angle of water on the surface of the resin which has a nano structure of lotus surface."
2015
S61221
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amadeus Dewangga
"ABSTRAK
Penanganan kasus fraktur khususnya pada rahang manusia ( maxilla; rahang atas, mandibula; rahang bawah ) menggunakan alat fiksasi berupa miniplate. Secara komersil titanium merupakan material yang digunakan sebagai material miniplate karena biokompabilitas tinggi terhadap tubuh dan mechanical properties yang tinggi. Tetapi titanium kurang cocok dikarenakan young modulus yang tidak sesuai dengan tulang ( kemungkinan gagal fiksasi ) dan tidak bersifat biodegradeable. Material pengganti yang sudah sering diteliti adalah magnesium karena bersifat biodegradeable dan memiliki mechanical properties yang menyerupai tulang. Tetapi laju korosi magnesium sangat tinggi, sehingga perlu diberi perlakuan tambahan agar penyembuhan fraktur optimal. Penelitian ini berfokus pada komposit berbasis magnesium sebagai upaya mengurangi laju korosi dengan menambahkan karbonat apatit saat proses pembuatan dengan teknik powder metallurgy sebanyak 5%, 10%, dan 15%. Untuk mengetahui mechanical properties dari komposit dilakukan uji tarik dan uji bending dengan metodologi yang sesuai ASTM E8 ( tensile ) dan ASTM E290 ( bending ), dan data diolah untuk mendapat mechanical properties yang sesuai ASTM F67 ( tensile ) dan ASTM F382 ( bending ). Hasil pengujian membuktikan peningkatan mechanical properties dari magnesium murni, dengan kadar 15% yang terbaik, tetapi diperlukan penelitian untuk meningkatkan mechanical properties secara keseluruhan agar lebih sesuai menjadi material miniplate.

ABSTRACT
Fracture cases in maxilla ( upper jaw ) or mandibula ( lower jaw ) can be fixed with a fixation of a miniplate. Commercially the material used is titanium because of high biocompability with human body and good mechanical properties. But actually titanium is not suitable because its young modulus is not the same as human bone ( probable fixation failure ) and its not biodegradeable. A suitable material thats often researched is magnesium because its biodegradeable and more suitable mechanical properties compared to human bone. But corrosion rate of magnesium is high, it is mandatory to give a extra treatment so fracture recovery can be optimal. This research focuses on magnesium based composite as a way to reduce corrosion rate by adding carbonate apatite by 5%, 10%, and 15% in the powder metallurgy process. To figure the composite mechanical properties tensile testing and bend testing is done with methods approved by ASTM E8 ( tensile ) and ASTM E290 ( bending ), and data is processed to get mechanical properties based on ASTM F67 ( tensile ) and ASTM F382 ( bending ). Results shows a improvement of mechanical properties compared to pure magnesium with 15% being the best, but additional research is needed to improve overall mechanical properties so it is more suitable as a miniplate material."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Ayu Wibowo
"Pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG) merupakan salah satu metode pengelasan yang cukup popular dan sering digunakan dalam industri manufaktur. Dalam Upaya meningkatkan efisiensi dari pengelasan TIG ini, metode Wire Arc Additive Manufacturing (WAAM) pun telah diperkenalkan. Metode WAAM merupakan metode pengelasan yang menggunakan busur listrik (arc welding) dengan menggunakan pengumpan kawat tambahan atau biasa dikenal dengan wire feeder. Mesin TIG-WAAM terdiri dari komponen-komponen berupa sumber daya TIG, welding torch, kawat pengumpan atau wire feeder, dan sistem pengendali untuk mengontrol parameter pengelasan. Oleh karena itu, welding torch merupakan komponen yang penting dalam pengelasan penelitian ini dilakukan. Perancangan desain pada penelitian ini kemudian akan dilanjutkan pada perhitungan analitik dan simulasi menggunakan software Autodesk Inventor 2021 untuk memastikan apakah konstruksi mesin las TIG dapat menahan beban welding torch yang didesain. Penelitian ini akan lebih berfokus pada kekuatan mesin konstruksi mesin las TIG menahan beban sebelum dan setelah welding torch dirancang yang kemudian akan dibandingkan dengan hasil perhitungan simulasi menggunakan software Inventor. Hasil tegangan von miss yang didapatkan melalui perhitungan analitik pada konstruksi mesin sebelum welding torch sebesar 1,49 MPa dan pada simulasi sebesar 0,24 MPa, sedangkan perhitungan analitik setelah welding torch diberikan sebesar 0,167 MPa dan pada simulasi sebesar 0,27 MPa.

Tungsten Inert Gas (TIG) welding is a popular and widely used welding method in the manufacturing industry. To improve the efficiency of TIG welding, the Wire Arc Additive Manufacturing (WAAM) method has been introduced. WAAM is a welding method that utilizes an electric arc welding process with the use of an additional wire feeder. A TIG-WAAM machine consists of components such as a TIG power source, welding torch, wire feeder, and control system to regulate welding parameters. Therefore, the welding torch is an important component in this research on welding.

The designed which has been designed in this research, will then be analyzed through analytical calculations and simulations using Autodesk Inventor 2021 software to verify the construction of the TIG welding machine can withstand the load of the designed welding torch. This research will primarily focus on the strength of the TIG welding machine's construction to withstand the load after the welding torch is designed, and then compare the results with the simulation calculations using Inventor software. Analytical load calculations are essential to ensure the safety and strength of the equipment in performing its function. The results of the von mises stress through analytical and simulation before welding torch are 1,49 MPa and 0,24 MPa. Meanwhile the analytical and simulation after welding torch are 0,167 MPa and 0,27 MPa."

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laksamana Arria Wibowo
"Spreader bar pada pesawat amfibi merupakan sebuah komponen struktur yang bertujuan untuk memastikan floater pesawat amfibi tidak terpisah selama beroperasi diatas air. Komponen ini menerima pembebanan yang besar pada saat tahap take-off dan landing pesawat amfibi di air. Oleh karena itu, diperlukan desain yang aman dan kuat agar pengoperasian pesawat amfibi dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, pembuatan komponen spreader bar yang ringan karena berat pesawat merupakan hal yang penting. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dimensi dan ukuran profil spreader bar yang optimum pada 6 bentuk profil, yaitu profil elips, lingkaran, persegi panjang, I, H, dan U. Penelitian dilakukan dengan perhitungan margin of safety pada pembebanan tensi dan kompresi. Nilai margin of safety yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan hasil simulasi perangkat lunak MSC Patran dan Nastran. Hasil penelitian menunjukan bahwa keenam jenis profil dapat didesain menjadi profil spreader bar yang aman dan kuat. Selain itu, didpatkan juga spreader bar yang memiliki desain paling optimal adalah spreader bar yang memiliki profil lingkaran.

The seaplane spreader bar is a structural component that is used to ensure that the floater of a seaplane does not separate while operating on water. This component receives a large load during the take-off and landing stages of seaplanes in water. Therefore, a safe and robust design is needed so that the operations of seaplanes can run smoothly. In addition, the manufacture of light spreader bar components due to the weight of the aircraft is important. This study aims to find the optimum dimensions and sizes for 6 spreader bar profile shapes, namely elliptical, circular, rectangular, I, H, and U profiles. The research was carried out by calculating the margin of safety in tension and compression loading. The resulting margin of safety value is then compared with the MSC Patran and Nastran software simulation results. The results showed that the six types of profiles can be designed into a safety and strong spreader bar profile. In addition, the spreader bar that has the most optimal design is the one with a circular profile."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tedi Veradino
"Pengelasan memiliki peran penting dalam industri konstruksi, manufaktur, serta oil and gas. Salah satu penerapan teknologi pengelasan dalam industri adalah pengelasan pada pipa. Dalam penelitian ini, pengelasan pipa orbital dilakukan dengan Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) tanpa filler metal (autogenous) pada pipa baja tahan karat tipe SS316L. Dimensi material uji adalah diameter luar 114 mm dan ketebalan 3 mm. Pengujian pengelasan dilakukan untuk mengetahui kualitas pengelasan (lebar manik) dan kekuatan tarik. Parameter pengelasan yang digunakan adalah arus terpulsasi, kecepatan pengelasan sebesar 0,150 mm/s, 0,154 mm/s, dan 0,161 mm/s, serta 4 posisi sudut pipa saat pengelasan yaitu 0°, 90°, 180°, dan 270°. Tahapan pengujian yang dilakukan meliputi persiapan alat dan benda uji, pengelasan bahan uji, dan pengujian kekuatan tarik dan mikrokekerasan. Alat pengelasan yang digunakan adalah alat pengelasan pipa orbital prototipe dengan metode 5G. Selanjutnya, untuk material SS316L, setelah dilakukan pengelasan, dilakukan pembentukan benda uji kekuatan tarik dengan bentuk standar bahan uji menggunakan standar ASTM E-8M. Hasil pengukuran lebar manik paling lebar terjadi pada kecepatan pengelasan 0,154 mm/s dengan lebar manik 12,14 mm pada posisi 90°. Hasil pengujian kekuatan tarik tertinggi terjadi pada kecepatan pengelasan 0,150 mm/d dengan kekuatan tarik maksimum sebesar 571,07 MPa pada posisi 180° dengan arus sebesar 100A. 

Welding plays a significant role in the construction, manufacturing, and oil and gas industries. One application of welding technology in these industries is pipe welding. In this study, orbital pipe welding was conducted using Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) without filler metal (autogenous) on SS316L stainless steel pipes. The test material had an outer diameter of 114 mm and a thickness of 3 mm. Welding testing was performed to assess the weld quality (bead width) and tensile strength. The welding parameters used were pulsed current, welding speed of 0.150 mm/s, 0.154 mm/s, and 0.161 mm/s, and four pipe corner positions during welding: 0°, 90°, 180°, and 270°. The testing stages included tool and sample preparation, welding of the test material, and tensile strength and microhardness testing. A prototype orbital pipe welding tool using the 5G method was employed. Additionally, for SS316L material, after welding, test specimens for tensile strength were formed using the standard shape of the test material following ASTM E-8M. The widest bead width measurement was obtained at a welding speed of 0.154 mm/s with a bead width of 12.14 mm at the 90° position. The highest tensile strength test results occurred at a welding speed of 0.150 mm/s with a maximum tensile strength of 571.07 MPa at the 180° position with a current of 100A."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adam Febrian Setyandi
"Micro Friction Stir Spot Welding (mFSSW) merupakan turunan dari proses Friction Stir Spot Welding (FSSW) yang dapat digunakan pada proses pengelasan pelat tipis. Sebagai proses pengelasan single spot, mFSSW dapat dipertimbangkan sebagai alternatif untuk menggantikan proses resistance spot welding dan paku keling. Spot welding sendiri sudah banyak digunakan pada industri aerospace, kereta api dan otomotif. Oleh karena itu, komponen yang di las menggunakan proses mFSSW perlu diketahui kekuatan sambungan nya terhadap beban dinamis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh geometri pahat terhadap ketahanan sambungan las yang dihasilkan melalui teknik pengelasan mFSSW pada pelat tipis kuningan dengan Aluminium AA1100 dalam bentuk beban berulang. Dalam penelitian ini parameter yang divariasikan berupa geometri tool, dimana tiap-tiap tool tersebut memiliki dimensi pin dan shoulder yang berbeda. Setelah di las dan dipastikan terbebas dari crack, spesimen akan di uji Tarik terlebih dahulu untuk mendapatkan parameter dan dilakukan uji fatigue. Hasil dari pengujian fatigue ini menghasilkan jenis kegagalan terhadap spesimen berupa pulled out nugget, dan juga terdapat fenomena fracture selama proses pengujian fatigue yaitu kerusakan spesimen selama pengujian diawali dengan adanya initial crack berupa hook dan diakhiri dengan final fracture. Selain itu berdasarkan pengujian fatigue yang telah dilakukan, didapatkan bahwa semakin tinggi pin tool, semakin kecil diameter tool dan juga semakin kecil luas penampang keyhole maka ketahanan fatigue semakin meningkat. Dan tool dengan geometri medium tapper  adalah jenis tool yang menghasilkan siklus terpanjang.

Micro Friction Stir Spot Welding (mFSSW) is a derivative of the Friction Stir Spot Welding (FSSW) process that can be used in thin plate welding processes. As a single spot welding process, mFSSW can be considered as an alternative to replace resistance spot welding and rivet processes. Spot welding itself is already widely used in the aerospace, railroad and automotive industries. Therefore, components that are welded using the mFSSW process need to know the strength of the connection against dynamic loads. This study aims to determine the effect of tool geometry on the durability of welded joints produced through mFSSW welding techniques on brass thin plates with Aluminum AA1100 in the form of repeated loads. In this study, the parameters were varied in the form of tool geometry, where each tool has different pin and shoulder dimensions. After being welded and confirmed to be free from cracks, the specimens will be tensile tested first to obtain parameters and fatigue tests will be carried out. The results of this fatigue test resulted in a type of failure of the specimen in the form of a pulled out nugget, and there was also a fracture phenoma during the fatigue testing process, namely specimen damage during testing starting with an initial crack in the form of a hook and ending with a final fracture. In addition, based on the fatigue testing that has been carried out, it is found that the higher the tool pin, the smaller the tool diameter and also the smaller the keyhole cross-sectional area, the fatigue resistance increases. And the tool with medium tapper geometry is the type of tool that produces the longest cycle."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>