Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 76 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Estiani
Abstrak :
Dengan filter dan fitur mengedit lainnya, Instagram seringkali dilihat sebagai platform yang memungkinkan pengguna untuk menyempurnakan foto. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana pengguna Instagram usia dewasa dini menggunakan situs jejaring sosial tersebut untuk mempresentasikan diri. Melalui analisis tematik data dari photo-elicitation interview dengan tiga individu berbeda, temuan menunjukkan bahwa pengguna menunjukkan potret diri ideal melalui foto Instagram agar bisa diterima di lingkungan pergaulan. Presentasi diri melalui foto tersebut menunjukkan karakteristik mereka masing-masing, namun juga dibentuk faktor lain di luar diri pengguna. ...... Armed with filters and photo-editing tools, Instagram is known to have the builtin abilities to idealise images. This research aims to know how early adult users utilise the social networking site to present themselves. Through thematic analysis of data obtained from photo-elicitation interview with three different individuals, findings show that users present an ideal self-image through their Instagram photos based on the motive to be socially accepted. This self-presentation shows their unique characteristics, but is "socialised" by other factors outside themselves.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S56803
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margareta Marisa
Abstrak :
ABSTRACT
Secara umum, ada pemahaman bahwa ruang berkesenian di Jakarta problematik bagi produktivitas suatu kelompok teater, mulai dari keterbatasan infrastruktur, kesulitan pendanaan, sampai tak adanya khalayak penonton teater. Dalam kondisi ruang tersebut, Teater Pandora berhasil menyelenggarakan empat judul pementasan pada tahun 2018. Penelitian saya mengkaji produktivitas tersebut dalam konteks ruangnya, yaitu dalam interaksi antara praktik produksi Teater Pandora dengan ruang berkesenian di Jakarta pada tahun 2018. Sesuai kerangka MediaSpace milik Couldry (2004), saya melihat interaksi tersebut bekerja dua arah; kondisi ruang membentuk Teater Pandora dan Teater Pandora juga membentuk ruangnya. Dengan etnografi sebagai metode, saya memaparkan bagaimana Teater Pandora memetakan, merespon, dan akhirnya membentuk ruangnya. Penelitian saya menemukan bahwa kuasa Teater Pandora adalah produktivitas itu sendiri yang terjadi dalam interaksi dengan ruang berkesenian di Jakarta pada tahun 2018.
ABSTRACT
There is a general understanding that Jakartas space of artistic production is problematic for a theater grous productivity; in terms of lack of infrastructure, financing problems, and the non-existent market of theater-goers. Amidst those spatial conditions, Teater Pandora succeeded in staging four performances in 2018 alone. My research is a study of that productivity in its spatial context, through analysis of interaction between Teater Pandoras production practices and Jakartas space of artistic production in 2018. With Couldrys MediaSpace (2004) perspective, I argue that the interaction works both ways; the conditions of its space shapes Teater Pandora while Teater Pandora shapes that space also. Using ethnography as my method, I elaborate on how Teater Pandora maps, responds, and ultimately shapes its space. My research finds that Teater Pandoras power is the productivity itself, which takes place in its interaction with Jakartas space of artistic production in 2018.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margaretha
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola penyajian cultural heritage pada berita wisata kiriman jurnalis warga dalam perspektif faktualitas berita. Cultural heritage merupakan bagian dari jurnalisme wisata yang menggambarkan daya tarik yang dimiliki suatu lokasi wisata. Dalam penyajian berita wisata, faktualitas menjadi hal yang sangat penting meskipun berita tersebut dihasilkan oleh jurnalis warga. Dari 28 sampel berita, ditemukan bahwa pola penyajian berita wisata oleh jurnalis warga di NET 10 telah menunjukkan keberagaman. Nampak ada hubungan erat antara cultural heritage dengan jurnalisme wisata, serta semua berita memenuhi standar faktualitas berita sehingga bisa dikategorikan sebagai faktual.
This research aims to analyze the presentation pattern of cultural heritage in travel news from citizen journalist in news factuality perspective. Cultural heritage is a part of travel journalism which describes the attraction of travel destination. In travel news presentation, factuality is important even though the news is produced by citizen journalist. From 28 samples, researcher found that the presentation pattern of travel news by citizen journalist in NET 10 has shown diversity. It is clear that there is a strong relationship between cultural heritage with travel journalism, and all news have fulfilled the news factuality standart. That means, those news could be considered as factual.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S60619
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Subhan Asra
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan sebuah kajian media yang hendak mencari ada-tidaknya imperialisme media pada pemberitaan Intervensi Rusia di Suriah oleh majalah Tempo melalui perbandingan dengan pemberitaan yang dilakukan oleh Time atas peristiwa yang sama. Perbandingan dilakukan dengan menganalisis setiap teks terpilih terlebih dahulu menggunakan metode analisis naratif model aktan dan oposisi segiempat. Setelah perbandingan dilakukan, hasilnya kemudian dipertemukan dengan teori imperialisme media. Penelitian ini ternyata menemukan bahwa Tempo memiliki naratif pemberitaan yang jauh berbeda dari Time berdasarkan sisi logika dan ideologisnya. Hal tersebut dapat dicapai walau dari konsep cultural dependency Tempo memang memiliki ketergantungan pada media asing berkat adanya agensi individu yang berdasarkan pada konsep strukturasi. Dengan demikian pada pewartaan peristiwa ini, imperialisme media tidak terjadi dalam Tempo.
ABSTRACT
This research is a media study who were looking for the presence or absence of media imperialism in the news on Russian intervention of Syria by Tempo magazine via a comparison with news carried by Time on the same event. Comparisons were made by analyzing each of the selected text in advance using the actant model of narrative analysis and semiotic square. Once the comparison is done, the results are then matched with the theory of media imperialism. This study found that Tempo had the news narrative much different from Time based on the logical and ideological ground. This can be achieved despite of cultural dependency that Tempo does have a on foreign media due to their individual agency that based on the concept of structuration. Thus in the news on this event, media imperialism doesn't have its pressence in Tempo.
2016
S63434
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Langit R.
Abstrak :
ABSTRAK
Discover Jakarta TV (DJTV) tidak dioperasikan layaknya televisi komunitas dalam pakem UU Penyiaran. Dibangun oleh komunitas penyuka dan/atau pembuat dokumenter yang berbasis nongeografis dan heterogen, DJTV terbuka bagi partisipasi profesional maupun awam. Selain itu, tayangan DJTV juga disiarkan secara luas melalui internet alih-alih frekuensi radio publik. Web tv ini telah dikembangkan sejak tahun 2014 oleh Imaji Bumi Films, rumah produksi yang mengkhususkan diri pada tayangan yang mayoritas bersifat jurnalistik dan berfokus pada isu human interest, terutama people (manusia), culture (budaya), dan nature (lingkungan). Imaji Bumi Films selanjutnya berperan sebagai penyedia konten dan kontrol kualitas utama bagi DJTV, yang diinisiasi dengan tujuan memfasilitasi dokumenter inspiratif yang sulit ditayangkan di televisi mainstream. Penelitian kualitatif ini menggunakan paradigma konstruktivisme dengan strategi studi kasus untuk mengkaji praktik jurnalisme advokasi dalam konteks televisi komunitas berbasis internet. Prinsip dan elemen jurnalisme diteliti baik dalam proses produksi (melalui wawancara), maupun distribusi tayangan ke pemirsa (melalui analisis konten) dalam bentuk video-on-demand (VOD).
ABSTRACT
Discover Jakarta TV (DJTV) does not work like national broadcasting regulation?s definition of community television. Built by heterogenic and geographic-unlimited community who shares fondness of watching and/or creating documentaries, DJTV is open for participation of both professionals and commoners. DJTV also broadcasts its programs widely via internet instead of public-owned radio frequency. This web tv has been developed since 2014 by Imaji Bumi Films, a production house focusing on producing human interest-themed journalistic-based shows, especially about people, culture and nature. Imaji Bumi Films assumes the role of main content provider as well as quality control for DJTV, which is initially built to facilitate inspiring documentaries in which mainstream television rarely puts interest. This qualitative research holds on constructivism as paradigm and case study as research strategy, in order to examine the practice of advocacy journalism within context of internet-based community television. Principles of journalism is examined both in production process (through in-depth interviews) and contents distribution (through content analysis) in form of video-on-demand (VOD).
2016
S65470
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Zakiah
Abstrak :
Penelitian ini mencoba menggambarkan teks budaya populer Majalah Laiqa sebagai fenomena Post-Islamisme: menyeimbangkan antara menjadi muslimah muda urban pengguna hijab yang modern dan taat secara bersamaan. Peneliti menggunakan majalah Laiqa, majalah fashion muslim dan gaya hidup Islam, milik HIJUP.com ? e-dagang pakaian muslim untuk segmentasi muslimah kelas menengah, sebagai teks budaya populer. Menggunakan paradigma konstruktivis, peneliti berfokus mencari gambaran muslimah muda urban pengguna hijab melalui cara berpakaian dan industri busana muslim dalam teks Majalah Laiqa dan kaitannya dengan fenomena Post-Islamisme. Untuk menjawabnya, penelitian ini mengumpulkan data melalui koleksi data berupa artikel dan kutipan wawancara dari berbagai sumber serta wawancara mendalam terhadap pembuat konten di Laiqa dan pembaca Laiqa. Studi ini menemukan bahwa terdapat muslimah muda urban pengguna hijab memiliki otoritas diri dalam menentukan pakaian yang ia kenakan, namun, di sisi lain, mereka tetap harus mengikuti aturan-aturan yang membatasi ekspresi diri mereka. Lalu, di tataran industri, fashion muslim tetap berprilaku kapital, namun konsumen tetap dapat mengakalinya. ...... This research describe pop culture text in Laiqa Magazine as Post-Islamism phenomena: being modern yet modest young urban Muslim women. Researcher uses Laiqa magazine ? muslim fashion and Islamic lifestyle magazine, owned by HIJUP.com, a muslim clothes e-commerce for middle class muslim ? as analysis unit of pop culture text. Using constructivist paradigm, researcher tend to explore description of young urban muslim women wearing hijab through their dress up and muslim fashion industry in Laiqa magazine and its relation to Post-Islamism phenomena. For answering, this research gathers data through collecting data, such as articles from various sources and interviewing Laiqa magazine?s content producers and readers. This study find that young urban muslim women have authority to explore their style and expression through the way they dress up. But, on the other hand, they have to follow small authority which restrict their expression. Then, on industry level, muslim fashion is following capital logic, but consumers can trick the producers.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S65376
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Dyah Agustina
Abstrak :
ABSTRAK
Nasionalisme banal merupakan konsep di mana media melakukan ritual mengingatkan kedudukan negara dalam masyarakat untuk mengukuhkan nasionalisme melalui hal banal atau dangkal. Film olahraga merupakan salah satu sarana mengukuhkan nasionalisme. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan bagaimana pandangan kritikus film mengenai nasionalisme banal yang tampak di dalam film olahraga Indonesia setelah reformasi. Dalam melihat penggambaran nasionalisme banal dalam film olahraga, hal yang perlu diperhatikan adalah penokohan, alur cerita, dan penggunaan identitas negara. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitiatif deskriptif dengan paradigma konstruktivis. Data dikumpulkan melalui wawancara kritikus dan data sekunder mengenai film olahraga setelah reformasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bagaimana film olahraga pasca reformasi ditampilkan untuk mengukuhkan nasionalisme pada tataran banal. Pengukuhan nasionalisme ini dilihat semakin banal hingga mengarah pada komodifikasi.
ABSTRACT
Banal nationalism is a concept in which the media perform a ritual reminder of the state in society to strengthen nationalism. Sports film is one of many ways to strengthen nationalism. The purpose of this study was to describe how the views of film critics about banal nationalism which appeared in Indonesia post-reform sports films. In looking at the depiction of banal nationalism in sports film, the thing to note is the characterization, plot, and the use of state identity. This study used a descriptive approach qualitative constructivist paradigm. Data were collected through interviews and secondary data critics about the films. The results of this study show how the post-reform sports films shown to strengthen banal nationalism. Banal nationalism is seen to lead to commodification.
2016
S62937
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Scholastica Gerintya Saraswati
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana kritik sosial terhadap pejabat publik direpresentasikan dalam meme. Analisis teks menggunakan semiotika Roland Barthes. Meme yang diteliti adalah meme yang membahas tentang pejabat publik, mengandung kritik, dan populer pada kurun waktu tertentu. Analisis pembahasan diperkuat dengan menggunakan konsep meme dan mitos dalam Barthes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media massa dianggap tidak lagi mampu menyuarakan kritik sosial, sehingga masyarakat memanfaatkan meme sebagai media alternatif penyampaian kritik. Temuan lainnya adalah bahwa mitos di dalam meme memperkuat gambaran pejabat di benak masyarakat. Pemilihan dan penempatan teks di dalam meme adalah hasil dari framing yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu dalam upayanya untuk menyampaikan kritik. Tanpa mitos, fungsi meme sebagai media penyampaian pesan tidak akan kuat.
ABSTRACT
The purpose of this research is to find out how social critics on public officials is represented through a meme. Text analysis is done using Ronald Barthes' semiotics. The memes being researched are the ones mentioning public officials, which contains critics, and also popular within a certain period of time. The analysis discussion is then strengthened by Barthes' concepts of meme and myth. The findings shows that mass media is no longer considered capable of expressing social criticism, therefore the society then uses memes as an alternative media to express their critics. Other findings suggest that myths within memes strengthens the image of public officials in the minds of society. The text selection and placement inside memes are a result of framings that are done by certain parties in their effort to express critics.
2016
S65225
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Habiibati Bestari
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam dunia yang didominasi oleh laki-laki, perempuan menjadi pihak yang terdiamkan dalam masyarakat. Untuk membuka ruang publik dan berpolitik serta bersuara, perempuan memiliki cara feminin yang digunakan yaitu dengan menulis. Penulis perempuan bukan sekadar perempuan yang menulis, melainkan manusia yang menyadari secara penuh identitas dan perannya sebagai seorang perempuan, serta merefleksikan hal tersebut dalam setiap tulisannya. Leila Chudori, salah satu penulis perempuan Indonesia yang berusaha menyuarakan kegelisahannya melalui tulisan. Pulang menjadi karya Leila Chudori yang diterima secara luas di kalangan nasional maupun internasional merupakan sebuah dialog besar akan refleksi Leila sebagai seorang warga negara sekaligus seorang perempuan. Menggunakan metode analisis kode milik Roland Barthes, penelitian ini akan membedah representasi perempuan yang digambarkan oleh Chudori dalam Pulang dan melihat bagaimana kesadaran identitas gender yang ada dalam Chudori juga tampak terbangun pada Pulang.
ABSTRACT
In the world dominated by men, women was being muted in the society. To open the public sphere and voiced, women has a feminine way, writes. A Women writer was not simply a women that writes, it is about a human having a full consciousness of her identity and her role as a women, and reflect those in everything she writes. Leila Chudori is one of the Indonesia female writer that write to voice out her concern. Pulang is Leila Chudori’s work that had a big sucsess in a national and international scale. It is a grand dialogue of Leila’s reflection as a citizen as well as a women. Using Roland Barthes’s code analysis, this research will explore women representation that Chudori wrote n Pulang and see how did Chudori’s gender consciousness affect Pulang.
2016
S62972
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Artika Isnanda Sarah
Abstrak :
ABSTRAK
Penekanan terhadap representasi visual, seperti tampilan fisik, kostum dan koreografi tari membuat girlband dan boyband K-pop menjadi terseksualisasi, menjadikan mereka hanya sebagai gambaran objek seksual. Pada musik video, yang merupakan media paling utama bagi girlband dan boyband K-pop generasi kedua dalam mempromosikan lagu serta menghimpun penggemar dari global, seksualisasi ini ditunjukkan dengan gambaran tubuh perempuan dan posisinya dari laki-laki. Pada tahun 2015, kecenderungan berbeda ditunjukkan oleh Brown Eyed Girls dan Stellar yang memunculkan tanda-tanda (sign) merujuk pada genital perempuan. Bahkan Big Bang, kelompok boyband juga ikut menampilkan hal serupa. Menggunakan pemikiran Julia Kristeva tentang abjeksi terhadap tubuh perempuan, tiga video tersebut dianalisa menggunakan metode semiotika pragmatis Pierce untuk menemukan makna di balik simbol-simbol yang menjadi tanda bagi subjektifitas. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa musik BigBang dengan lagu Bae Bae menunjukkan subjektifitas perempuan yang pasif dan aktif bagi laki-laki seperti pada ajaran Konfusius, lagu Brown Eyed Girls, menunjukkan subjektifitas perempuan pada era 1960-an yang menjadikan tubuhnya sebagai ekspresi diri dan identitas feminin, sementara musik video Stellar Vibrato menunjukkan komersialisasi tubuh dalam industri K-pop.
ABSTRACT
K-pop girlband and boyband has been emphasized visual representations on their physical appearance, costume, and dance choreography which make their own been sexualized as sexual imagery. This sexualization can also been found on On the music video, the main media for second wave K-pop to promote song and gather global fans, potrays women body and their position from man. In 2015, the sexualization coming with new trends which the sexual innuendos that refer to female genitalia is significantly appear. There are three music videos which the girlbands, Brown Eyed Girls, Stellar and Big Bang boyband showed this kind of sexual innuendos in their new single. Using the Kristeva thought and Peirce pragmatics semiotics, this research found that on Big Bang Bae Bae music video, the genitalia signs is potrayed woman and man subjectivity based on Confusianism. Meanwhile, on Brown Eyed Girls music video, the subjectivity representation is related to Korean women who in 1990?s transformed their body as expression and feminine identity. The transformation on woman thought about their mind and body is comersialized on K-pop industry which can be observed on Stellar music video.
2016
S64926
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>