Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 39 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Alve Hadika
"Mangrove mempunyai luas 18 Ha di lokasi penelitian, yang mana luas ini masih jauh dari kondisi ideal. Permasalahan dari penelitian ini adalah adanya fluktuasi luas hutan mangrove karena peningkatan aktivitas pembangunan di wilayah pesisir. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis struktur vegetasi mangrove, menganalisis hubungan faktor internal dan faktor eksternal dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ekosistem mangrove, dan membuat model partisipasi masyarakat dan hubungannnya dengan struktur vegetasi mangrove di Kecamatan Pariaman Utara, Kota Pariaman. Metode yang digunakan untuk pengambilan data mangrove adalah plot sampling dan purposive sampling, sedangkan partisipasi masyarakat menggunakan accidental sampling. Pembuatan model partisipasi masyarakat menggunakan regresi ordinal. Hasil penelitian menunjukkan struktur vegetasi mangrove mempunyai kerapatan 841 Ind/Ha. Nilai indeks Keanekaragaman (H') dan Keseragaman (J') masuk dalam kategori rendah, yakni H' dengan nilai 0,0-0,3 dan J' sebesar 0,0-0,04. Kesimpulan dari penelitian ini adalah mangrove masuk pada kategori rusak dan secara keseluruhan semua tahap partisipasi masuk pada kategori rendah.

Mangrove has an area of 18 hectares in the research location, which is still far from ideal conditions. The problem of this research is the fluctuation of mangrove forest area due to increased development activities in coastal areas. The purpose of this study was to analyze the structure of mangrove vegetation, to analyze the relationship between internal and external factors with the level of community participation in mangrove ecosystem management, and to make models of community participation and its relationship with the structure of mangrove vegetation in North Pariaman District, Pariaman City. The methods used to collect mangrove data were plot sampling and purposive sampling, while community participation used accidental sampling. Making community participation models using ordinal regression. The results showed that the mangrove vegetation structure had a density of 841 Ind/Ha. The value of the Diversity index (H') and Uniformity (J') falls into the low category, namely H' with a value of 0.0-0.3 and J' of 0.0-0.04. The conclusion of this study is that mangroves are in the damaged category and overall all participation stages are in the low category.
"
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Dwifebri Christian Wibowo
"Sub DAS Cikapundung, sebagai bagian dari DAS Citarum, masih sangat potensial bagi penyediaan air baku untuk kebutuhan penduduk Kota Bandung dengan penggunaan lahan di DAS Cikapundung sangat beragam antara lain permukiman, perkebunan, dan pariwisata. Sungai Cikapundung yang juga berfungsi sebagai sumber air baku bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) adalah sungai terbesar di Kota Bandung. Perubahan tata guna lahan di DAS Cikapundung, yaitu perubahan lahan hutan menjadi lahan terbangun, memberikan dampak pada kuantitas air sungai. Studi ini bertujuan untuk membuat model guna lahan yang optimal di Sub DAS Cikapundung-Maribaya yang adalah hulu dari DAS Cikapundung untuk keberlanjutan debit Sungai Cikapundung. Metode yang digunakan adalah overlay peta guna lahan, observasi lapangan, analisis korelasi, analisis Poligon Thiessen, analisis Thomas- Fiering, analisis deskriptif, dan system dynamics. Berdasarkan hasil model system dynamics, kedua skenario intervensi yang dilakukan menghasilkan peningkatan rerata besaran debit pada tahun 2019-2028 dengan komposisi masing-masing luas lahan yang dihasilkan adalah 43,2 persen untuk lahan hutan tanaman, 22,9 persen untuk lahan permukiman, 19 persen untuk lahan pertanian lahan kering, 6,9 persen untuk lahan pertanian lahan kering bercampur, dan 5,4 persen untuk lahan hutan kering sekunder. Selain itu, masih pembangunan daya tarik wisata (DTW) dan akomodasi penginapan masih dapat dilakukan dengan syarat setiap DTW dan akomodasi penginapan baik yang sudah dibangun maupun yang akan dibangun memiliki sumur resapan dengan kapasitas 155,5 m3/detik, rorak dengan kemampuan infiltrasi 0,00002 m3/detik, dan penanaman tanaman karet dengan kemampuan infiltrasi 0,0017 m3/detik.

The Cikapundung watershed, as part of the Citarum watershed, is still very potential for the provision of raw water for the needs of the residents of Bandung City with the use of land in the Cikapundung watershed, which is very diverse including settlements, plantations, and tourism. Cikapundung River which also functions as a source of raw water for the Regional Water Company (PDAM) is the largest river in the city of Bandung. Changes in land use in the Cikapundung watershed, namely changes in forest land to build land, have an impact on the quantity of river water. This study aims to create an optimal land use model in the Cikapundung-Maribaya watershed which is the upstream of the Cikapundung watershed for the sustainability of the Cikapundung River flows. The methods used are overlapping land use maps, field observations, correlation analysis, Thiessen Polygon analysis, Thomas-Fiering analysis, descriptive analysis, and system dynamics. Based on the results of the dynamics system model, the two intervention scenarios carried out resulted in an increase in the average flowrate in 2019-2028 with the composition of each area being produced is 43,2 percent for plantation forest land, 22,9 percent for residential land, 19 percent for dry land agriculture, 6,9 percent for mixed up agricultural land, and 5,4 percent for secondary dry forest land. In addition, the construction of tourist attractions (DTW) and accommodation accommodation can still be carried out on condition that each DTW and accommodation accommodation, both those that have been built and those that will be built, have infiltration wells with a capacity of 155,5 m3/second, rorak with the ability of infiltration 0,00002 m3/second, and planting of rubber plants with infiltration ability 0,0017 m3/second."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raity Arief Hidajat
"Kebutuhan energi listrik di Indonesia terus meningkat pesat seiring dengan pertumbuhan ekonomi, perkembangan teknologi, dan juga bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Salah satu sumber energi listrik yang potensial berasal dari energi panas bumi, dimana Indonesia memiliki potensi yang sangat besar di 331 lokasi dengan potensi sebesar 28.579 MW. Namun potensi panas bumi sebagian besar berada di kawasan konservasi seperti di kawasan Taman Nasional. Pengembangan dan operasional Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) menurut Word Wildlife Fund (WWF), menyebabkan pembukaan lahan yang merusak struktur vegetasi dan mempengaruhi habitat satwa liar. Data dari Taman Nasional Gunung Halimun Salak menunjukan adanya penuruan jumlah populasi macan tutul jawa dari 50 ekor pada tahun 2013 menjadi 40 ekor pada tahun 2018. Pengembangan PLTP banyak mendapat tantangan dari masyarakat sekitar mengenai kesempatan kerja dan berusaha yang belum mendapatkan perhatian. Untuk itu perlu dilakukan kajian mengenai keberlanjutan PLTP dari aspek lingkungan, ekonomi dan sosial, dan menilai indeks keberlanjutannya. Lokasi penelitian adalah di PLTP Gunung Salak yang berada di dalam Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) dengan pendekatan kuantitatif dan metode penelitian mixed method. Variabel penelitian ditetapkan melalui wawancara kepada para nara sumber ahli yang diolah dengan Analytical Hierarchy Process (AHP). Ada 7 variabel penelitian yang dijabarkan dari hasil pengolahan data dan analisa, yaitu: Kondisi tutupan lahan dalam kondisi yang baik dan tidak ada penurunan tutupan lahan sejak tahun 2003-2018, konservasi hutan dengan metode indeks Shannon Wiener berada dalam keanekaragaman sedang, konservasi satwa dengan metode camera trap menunjukan macan tutul jawa masih ada dan hidup di sekitar area PLTP dengan jumlah sekitar 10 ekor dengan indeks kelimpahan relatih 1,55% dan digolongkan dalam kategori rendah, pendapatan pekerja lokal melebihi dari survei Kebutuhan Hidup Layak (KHL) sehingga layak memenuhi kebutuhan hidup, serapan tenaga kerja lokal telah mencapai 72% dari kapasitas tenaga kerja di PLTP dan berada dalam komposisi tenaga kerja lokal dan non lokal di beberapa daerah yang berkisar antara 60-75%, penyerapan produk masyarakat lokal oleh PLTP masih kurang, hal ini tidak sesuai dengan harapan masyarakat karena persyaratan higienitas dan keamanan pangan. Secara keseluruhan indeks keberlanjutan PLTP Gunung Salak mencapai 55% yang berarti berada pada kondisi cukup berkelanjutan.

Electrical energy needs in Indonesia continues to increase rapidly along with economic growth, technological improvement, and also the increasing of population. One of the potential sources of electrical energy comes from geothermal, where Indonesia has a huge potential in 331 locations throughout Indonesia with a potential of 28,579 MW. However, most of the geothermal source location is in conservation areas such as in National Park areas. Development and operation of Geothermal Power Plants according to the Word Wildlife Fund (WWF), causing land clearing that resulting in damage of vegetation structures and affects wildlife habitats. Data from the Mount Halimun Salak National Park shows a decline in the population of Java leopard from 50 in 2013 to 40 in 2018. The development of Geothermal Power Plants has received many challenges from the surrounding community regarding employment and business opportunities that have yet to receive attention. And it is necessary to research the sustainability of geothermal power plants from environmental, economic and social aspects, and assessing the sustainability index. The research location is Gunung Salak Geothermal Power Plant which is located inside the Mount Halimun Salak National Park (TNGHS) with a quantitative approach and mixed method research. Research variable is determined through interviews to expert resource persons which are processed by Analytical Hierarchy Process (AHP). There are 7 research variables which is described from the results of data processing and analysis, namely: Land cover conditions are in good condition and there has been no decrease in land cover since 2003-2018, forest conservation using the Shannon Wiener index method are in moderate diversity, animal conservation using the camera trap method shows that Javan leopards still exist and live around the area of ​​the Power Plant with around 10 heads and classified in the low category with a relative abundance index of 1.55%, the income of local workers exceeds the survey of the Need for Decent Living (KHL) so that it is feasible to meet the needs of life, the absorption of local labor has achieved 72% of the workforce capacity at the Power Plant and are in the composition of the local and non-local workforce in several regions ranging from 60-75%, the absorption of local community products by the Power Plant is still lacking, this not according to community's expectations because of the hygiene and food safety requirements. Overall the sustainability index of the Gunung Salak Geothermal Power Plant reaches 55% which means it is in a fairly sustainable condition."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panji Prakoso
"Tumbuh berkembangnya DKI Jakarta untuk pemenuhan fasilitas perkotaan yang diikuti dengan alih fungsi lahan Ruang Terbuka Hijau (RTH) menyebabkan terjadinya penurunan kondisi lingkungan fisik kritis perkotaan seperti peningkatan suhu udara dan kebisingan perkotaan. Kondisi tersebut dapat diminimalkan dengan keberadaan hutan kota, melalui keberadaan vegetasi yang menghasilkan jasa ekosistem salah satunya adalah Hutan Kota Srengseng (HKS). Sehingga, riset ini bertujuan untuk menganalisis menganalisis kondisi vegetasi, iklim mikro, kebisingan, kenyamanan audial-termal, dan merumuskan strategi prioritas untuk pengelolaan hutan kota berbasis pemilihan jenis. Riset ini menggunakan metode kuantitatif melalui observasi lapangan dan penyebaran kuisoner kepada para ahli untuk penentuan prioritas pengelolaan. Analisis yang dilakukan dalam riset ini adalah melalui analisis vegetasi, analisis deskriptif dengan menggunakan instrument baku mutu serta Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil yang diperoleh adalah jenis Kapuk (Ceiba pentandra) dan Mahoni daun besar (Swietenia macrophylla) adalah jenis yang berperan pada masing-masing tingkat pertumbuhan yaitu semai, pancang, tiang dan pohon karena memiliki nilai Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi. Keberadaan vegetasi di HKS mampu memberikan efek pendinginan suhu udara serta peningkatan kondisi kelembaban sebesar 2,44⁰C dan 12,27%. Kemampuan reduksi kebisingan yang dihasilkan oleh HKS adalah sebesar 31,28 dB(A). Di lain sisi, HKS belum mampu memberikan kenyamanan audial-termal pada kategori nyaman. Prioritas pengelolaan HKS untuk mencapai kenyamanan audial-termal adalah melalui pengayaan jenis dengan komposisi 47,42% (audial) dan 55,28% (termal). Jenis prioritas yang ditanam secara berturut-turut adalah Tanjung (Mimustop elengi) dan Kirai Payung (Felicium decepiens).

The growth of DKI Jakarta for the fulfillment of urban facilities followed by land conversion of Green Open Space (GOS) has led to a decline in urban critical physical environmental conditions such as an increase in air temperatures and urban noise. This condition can be minimized by the presence of urban forests, through the presence of vegetation that produces ecosystem services, one of which is Srengseng Urban Forest (SUF). Thus, this research aims to analyze the analysis of vegetation conditions, microclimate, noise, audial-thermal comfort, and formulate priority strategies for urban forest management based on species selection. This research uses quantitative methods through field observations and distributing questionnaires to experts to determine management priorities. The analysis conducted in this research is through vegetation analysis, descriptive analysis using quality standard instruments and Analytical Hierarchy Process (AHP). The results obtained are the type of Ceiba pentandra and Swietenia macrophylla are the types that play a role in each level of growth, namely seedlings, saplings, poles and trees because they have the highest Importance Value Index (IVI). The presence of vegetation was able to provide a cooling temperature effect and an increase in humidity conditions of 2,44 ⁰C and 12,27%. The ability to reduce noise produced by SUF is 31,28 dB(A). On the other hand, SUF has not been able to provide audial-thermal comfort in the comfortable category. The priority of SUF management to achieve audial-thermal comfort is through species enrichment with a composition of 47,42% (audial) and 55,28% (thermal). Priority types planted consecutively are Mimustop elengi and Felicium decepiens."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aloysius Suratin
"

Konversi hutan alam menjadi perkebunan kelapa sawit monokultur menyebabkan menurunnya kadar unsur hara. Terbatasnya pengetahuan, akses unsur hara, dan dukungan kelembagaan bagi pekebun kelapa sawit swadaya menimbulkan kompleksitas pada upaya mempertahankan keberlanjutan unsur hara pada perkebunan kelapa sawit di tanah mineral. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis jaringan sosioekologis, akses informasi unsur hara, akses unsur hara, praktik pengelolaan unsur hara dan neraca unsur hara di perkebunan kelapa sawit swadaya. Peneliti menggunakan 5 metode yaitu Social Network Analysis untuk menganalisis struktur jaringan sosioekologis PKSS, Triad Census untuk mengukur stabilitas jaringan dan partisipasi PKSS pada jaringan, perhitungan neraca unsur hara dan Nutrient Use Efficiency untuk menganalisis keseimbangan unsur hara dan keberlanjutan ekologis, dan analisis Benefit Cost Ratio untuk menentukan kelayakan ekonomi. Hasil analisis menunjukkan bahwa praktik pengelolaan unsur hara di lokasi penelitian sangat rendah (IPH =0,63) akibat akses informasi unsur hara yang tergolong sedang (IAI=0,65) dan akses unsur hara yang rendah (IAH=0,37). Structural hole pada jaringan sosioekologis menyebabkan partisipasi PKSS pada proses interaksi pada jaringan sangat rendah (Indeks Partisipasi PKSS 0,13; Standar=0,59) dan stabilitas struktur jaringan sedang (Indeks Stabilitas Struktur Jaringan 0,39; Standar=0,76). Kendala tersebut menyebabkan tingkat pengetahuan PKSS pada sumber unsur hara anorganik lebih tinggi daripada sumber unsur hara organik, 52,29% PKSS tidak melakukan pemupukan; hanya 31,37% PKSS yang memperoleh akses pupuk bersubsidi, dan terjadi ekstrasi berlebihan pada unsur hara tanah. Unsur hara di perkebunan kelapa sawit swadaya tidak berkelanjutan karena tidak seimbangnya neraca unsur hara, tidak stabilnya jaringan sistem sosioekologis, dan sangat rendahnya partisipasi PKSS pada jaringan walaupun secara ekonomi perkebunan kelapa sawit tersebut layak (BCR=1,26).  Membentuk kelompok tani, mengembangkan kemitraan antara kelompok tani dengan jaringan ahli, membentuk kemitraan antara kelompok tani dengan perusahaan kelapa sawit, membentuk kemitraan dengan lembaga keuangan, dan meningkatkan aplikasi biomassa dan sumber unsur hara organik lain adalah intervensi yang perlu dilakukan untuk meningkatkan keberlanjutan unsur hara.


Conversion of natural habitat to oil palm plantation reduced soil nutrient contents. Limited smallholders’ knowledge, access to nutrients, and institution supports created complexity in efforts to maintain sustainability of socioecological system in the oil palm plantation in mineral soil. This research aimed to analyse the socioecological networks of the smallholders, access to information, access to nutrients, nutrients management practices and nutrients budget. I applied 5 methods: Social Network Analysis to analyse network structure, Triad Census to analyse network stability and smallholder’s participation, Soil Nutrient Budget Measurement and Nutrient Use Efficiency to measure nutrient balance and ecological sustainability, and Benefit Cost Ratio to estimate economic feasibility. Results of the research were: nutrient management practice was very low (IPH=0,63) as the impact of medium access to information (IAI =0,65) and low access to nutrients (IAH=0,37). Structural hole in the network contributed to the very low level of smallholders’ participation in the network (Smallholders Participation Index 0.13 of the standard 0.59) and medium level of network stability (Structure Stability Index 0.39 of the standard 0.79). As a results, the level of smallholders’ knowledge about inorganic fartilizer is higher (100%) than the organic (<100%), 52.29% (N=153) of the smallholders were not fertilized their plots, 31.37% (N=153) of the smallholders that have access to subsidized fertilizers, and soil nutrient mining occurred in the field. The socioecological system at the independent oil palm plantation was unsustainable due to soil nutrient imbalances, instability of the network structure, and limited the smallholders’ participation in the network although they are economically feasible (BCR=1.26). Imbalances of nutrients in the smallholder managed oil palm plantation can be addressed by forming smallholders’ group, developing partnership between the group and expert network, building the group partnership with oil palm plantation, creating partnership between the groups and the financial institutions; and increasing input of biomasses and other organic nutrient sources.

 

"
2019
T52662
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haqqi Annazili
"ABSTRAK
Kondisi keberlanjutan Daerah Aliran Sungai dapat dicapai apabila nilai Tingkat Bahaya Erosi Minimum TBEM le; 1. Permasalahan penelitian ini adalah kondisi nilai Tingkat Bahaya Erosi Minimum DAS Ciliwung Hulu menunjukkan angka yang masih jauh dari angka yang diharapkan, karena nilainya masih lebih besar daripada satu. Keberlanjutan fungsi DAS dipengaruhi oleh nilai Tingkat Bahaya Erosi Minimum, Pendapatan Petani, dan angka Produksi Tanaman Pangan. Beberapa luas jenis tutupan lahan diupayakan agar dapat mengoptimalkan faktor-faktor yang berpengaruh pada keberlanjutan fungsi DAS antara lain Luas Hutan, Luas Pertanian Lahan Kering, Luas Sawah dan Luas Permukiman. Tujuan dari penelitian ini adalah menyusun metode perhitungan Indeks Keberlanjutan Daerah Aliran Sungai IKFD Ciliwung Hulu dan mengetahui kondisi keberlanjutan DAS Ciliwung Hulu.. Metode penelitian ini adalah mix method yaitu mengkombinasikan data kuantitatif dan kualitatif dengan analisis data menggunakan AHP. Hasil penelitian ini adalah rumus IKFD. Berdasarkan rumus yang dibangun peneliti, yaitu:IKFD = ITBEM x 72,8 IPPet x 15,3 IPTPa x 11,9 , perhitungan akhir IKFD Ciliwung Hulu dilakukan melalui penjumlahan dari hasil perkalian nilai AHP setiap indikator dengan nilai kondisi real setiap indikator. Setelah Indeks Keberlanjutan DAS diperoleh, kemudian dikategorikan ke dalam kelas kategori yang didasarkan pada sebaran angka dalam perhitungan indeks. Dapat disimpulkan bahwa nilai Indeks Keberlanjutan Fungsi DAS Ciliwung Hulu pada saat ini adalah 30,7 termasuk ke dalam kategori sangat kurang .

ABSTRACT
The condition of the Upstream Ciliwung Watershed rsquo s Minimum Erosion Hazard value is still far from expected, since the value is still greater than one. The sustainability of watershed functions is influenced by the value of Minimum Erosion Hazard Rate, Farmer 39 s Revenue, and Food Crop Production Results. The purpose of this research is to build calculation method of Sustainability Index of Watershed Function IKFD of Upstream Ciliwung and to know the condition of Upstream Ciliwung Watershed sustainability. The method of this research is mix method that combine quantitative and qualitative data. Data analysis was done by using Analytical Hierarchy Process AHP . Based on the method used in this study, the authors build the calculation formula IKFD as follows IKFD ITBEM x 72.8 IPPet x 15.3 IPTPa x 11.9 . The final calculation of IKFD Upstream Ciliwung is done through the sum of the multiplication of the AHP value of each indicator with the real condition value of each indicator. After the Upstream Ciliwung Watershed Index is obtained, then it is categorized into category classes based on the distribution of figures in the index calculation. The Sustainability Index Value of Upstream Ciliwung Watershed Function at present is 30.7 and goes into very less level."
2018
T50865
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Muhsin
"Perilaku masyarakat membuang sampah ke badan air masih menjadi masalah di negara berkembang. Studi ini mengangkat masalah kelimpahan sampah di danau urban akibat perilaku membuang sampah sembarangan. Tujuannya adalah untuk membangun model pengelolaan kelimpahan sampah di inlet danau urban yang berkelanjutan. Metode yang digunakan adalah observasi lapangan, survey kuesioner berbasis Teori Perilaku Berencana, load-weight analysis dan system dynamics. Beberapa temuannya adalah Saluran Irigasi Cisadane Empang Timur telah berubah fungsi menjadi saluran drainase; potensi timbulan sampah perairan berdasarkan survey kuesioner TPB adalah 1,147 ton/hari; serta sampah yang masuk ke inlet danau memiliki pola yang dipengaruhi oleh debit saluran, perilaku masyarakat, curah hujan dan sampah daratan di wilayah Pasar Kemiri Muka. Validasi AME dari model yang dibangun adalah 0,1079. Faktor pengungkitnya adalah intensi perilaku masyarakat, potensi sampah perairan dari pasar, dan jumlah personil pembersihan trash trap. Kesimpulannya, aspek lingkungan, sosial dan ekonomi harus diperhatikan untuk mewujudkan pengelolaan sampah inlet danau yang berkelanjutan.

Littering is still a big issue in developing country. This study investigates urban litter phenomena and how it pollute freshwater ecosystem, especially urban lake. It aims to build a model of urban litter abundance management on inlet lakes located in urban environments. It used several methods field observation, Planned Behavior Theory questionnaire survey, load weight analysis and system dynamics. Its results are Cisadane Empang Timur Irigation Channel has become drainage channel potential aquatic waste generation based on the TPB survey is 1,147 ton day and inlet lake litter abundance has pattern influenced by channel discharge, littering behavior, rainfall and amount of litter in Kemiri Muka Traditional Market. AME value of the model is 0,1079. The leverage factors are people litter intention, potential amount of litter in Kemiri Muka Traditional Market, and trash trap clining personil. In conclusion, environmental, social and economic aspects must be considered to achived sustainable inlet lake litter management.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2018
T51655
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nila Ardhyarini Hayuning Pratiwi
"ABSTRAK
Indonesia memiliki persebaran sawah di wilayah pesisir yang sangat sensitif pada kejadian cuaca ekstrim seperti kekeringan. Kabupaten Cirebon yang berlokasi di Pantai Utara Jawa termasuk sebagai wilayah rentan kekeringan, diantaranya Desa Pegagan Kidul. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah petani padi di Desa Pegagan Kidul dapat menerima guncangan kekeringan sehingga memberikan implikasi pada penurunan pendapatan, namun mereka belum mempunyai ketahanan penghidupan yang berkelanjutan. Tulisan ini bertujuan untuk mengembangkan model ketahanan penghidupan petani padi untuk menangani dampak kekeringan. Metode yang digunakan adalah metode campuran dengan menggabungkan data kuantitatif dan kualitatif untuk mengembangkan dan mensimulasikan model system dynamics yang mengeksplorasi interaksi sistemik aset kapital, self-organisation, kapasitas pembelajaran dengan kondisi curah hujan. Model ini digunakan untuk menilai status ketahanan penghidupan petani padi yang diukur melalui pendapatan sebagai outcome dari penghidupan. Hasil permodelan dengan skenario bussiness as usual hingga tahun 2030 memperlihatkan bahwa pendapatan petani masih mengalami penurunan saat terindikasi kekeringan. Skenario intervensi model terbaik dilakukan dengan meningkatkan debit outflow Waduk Jatigede, klaim asuransi pertanian, pemahaman risiko produksi pertanian, dan mengembangkan usaha non-tani serta perlindungan sosial. Penelitian ini menyimpulkan bahwa peningkatan ketahanan penghidupan lebih berkelanjutan dan memberikan manfaat lebih besar dengan adanya intervensi di beberapa subsistem yang dapat menjadi langkah antisipatif dan adaptif.

ABSTRACT
Indonesia has a distribution of rice fields on the coastal area which very sensitive to extreme weather events such as droughts. Cirebon Regency located on the North Coast of Java is susceptible areas of drought, including Pegagan Kidul Village. The research problem is rice farmers in Pegagan Kidul Village has experienced drought which implicates income decline, but they do not have livelihood resilience. This paper aims to develop the rice farmers rsquo livelihood resilience model to cope with drought impact. We employed mixed methods by combining quantitative and qualitative data to develop and simulate a system dynamics model that explores the systemic interaction of capital assets, self organisation, capacity for learning with rainfall condition. The model is used to assess rice farmers rsquo livelihood resilience status that measured through the income earned as a livelihood outcome. The result of modelling with business as usual scenario up to 2030 shows that farmers 39 income still decreased during drought event. The best model intervention scenario is done by increasing the outflow of Jatigede Reservoir, agricultural insurance claims, understanding the risks of agricultural production, and developing non farm enterprises as well as social protection. This study concludes that improving livelihood resilience is more sustainable and provides greater benefits with interventions in some subsystems that can be anticipative and adaptive measures. "
2018
T50188
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Robbi Qawi
"Perekonomian nasional mendapatkan kontribusi yang signifikan dari sektor pertanian. Namun tidak begitu halnya pada aspek sosial ekonomi petani, mayoritas petani hidup dalam kemiskinan. Rendahnya pendapatan petani membuat petani beralih profesi dan profesi petani tidak menarik bagi generasi muda, sehingga hal tersebut dapat menjadi ancaman bagi keberlanjutan pertanian. Berkembangnya financial technology dapat membantu meningkatkan pendapatan petani. Namun peningkatan pendapatan petani yang dimaksud belum ada ukurannya secara kuantitatif. Oleh karena itu dengan menggunakan studi kasus pembiayaan financial technology bagi Kelompok Tani Eko Proyo di Kecamatan Wajak Kabupaten Malang, penulis merumuskan beberapa tujuan penelitian untuk menjawab kekosongan penelitian, yaitu: Menganalisis start up financial technology dan kelompok tani dalam hal pinjaman dan memastikan pemasaran; Menghitung pengaruh financial technology terhadap biaya produksi, luas lahan pertanian, hasil produksi, harga pembelian, penerimaan petani, dan pendapatan petani; Mengembangkan model financial technology untuk pendapatan petani. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan menggunakan metode campuran. Analisis pada penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif eksploratif, perhitungan matematis, dan komparatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa start up iGrow menjadi perantara antara investor dengan peminjam (operator). Peminjam modal seharusnya adalah petani, tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan peminjam merupakan perusahaan yang membangun kemitraan dengan petani dalam hal produksi dan pemasaran. Hal tersebut terjadi karena prosedur pinjaman memiliki administrasi yang rumit dan adanya risiko moral pada petani. Sementara itu hasil perhitungan implikasi pemanfaatan financial technology adalah financial technology memberikan pengaruh sangat kecil pada biaya produksi, tidak memberikan pengaruh pada luas lahan dan harga pembelian, signifikan mempengaruhi hasil produksi, dan memberikan pengaruh yang tidak signifikan bagi peningkatan penerimaan serta pendapatan petani. Selanjutnya model financial technology yang dapat meningkatkan pendapatan petani mesti dibangun dengan adanya nota kesepakatan, prosedur yang mudah dan tanpa agunan, meminimalkan biaya tenaga kerja, memperbesar pinjaman hingga dapat membiayai seluruh sarana produksi dan sewa lahan, pembelian sarana produksi dari toko bersubsidi, menyiapkan dana ta'awun untuk jaminan risiko produksi, dan mengefisienkan jalur pemasaran.

The national economy gets a significant contribution from the agricultural sector. However, this is not the case in the socio-economic aspect of farmers, the majority of farmers live in poverty. The low income of farmers makes farmers switch professions and the profession of farmers is not attractive to the younger generation, so this can be a threat to the sustainability of agriculture. The development of financial technology can help increase farmers' income. However, the increase in farmer income is not measured quantitatively. Therefore, by using a case study of financial technology financing for the Eko Proyo Farmer Group in Wajak Subdistrict, Malang Regency, the authors formulated several research objectives to answer the research gaps, namely: Analyzing financial technology start-up and farmer groups in terms of loans and ensuring marketing; Calculating the effect of financial technology on production costs, agricultural land area, production yields, purchase prices, farmer income, and farmer income; Developing a financial technology model for farmer income. This study used a qualitative approach and used mixed methods. The analysis in this study uses descriptive exploratory analysis methods, mathematical calculations, and comparative. The results showed that the iGrow start-up became an intermediary between investors and borrowers (operators). Capital are supposed to be farmers, but the reality on the ground shows that the borrowers are companies that build partnerships with farmers in terms of production and marketing. This happens because the loan procedure has complicated administration and there is moral risk to the farmers. Meanwhile, the results of the calculation of the implications of the use of financial technology are that financial technology has a very small effect on production costs, does not have an effect on land area and purchase price, significantly affects production results, and has an insignificant effect on increasing farmers' income and income. Furthermore, a financial technology model that can increase farmers' income must be built with a memorandum of understanding, easy and unsecured procedures, minimizing labor costs, enlarging loans so that they can finance all production facilities and land leases, purchase production facilities from subsidized shops, prepare ta'awun funds to guarantee production risk, and streamline marketing channels."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhri Rafi
"Kota Pekanbaru belum terlayani air bersih seluruhnya oleh PDAM. Hal ini menyebabkan semakin banyak masyarakat membuat sumur air tanah dangkal. Pada kecamatan Bukit Raya keberadaan air tanah dangkal yang masih melimpah di daerah Kota Pekanbaru. Situasi ini, air tanah dangkal dapat semakin menurun daya dukungnya akibat bertumbuhnya populasi dan menurunnya lahan terbuka. Interaksi antara manusia dengan sumber daya air tanah dangkal menjadi perhatian untuk diteliti. Karenanya tujuan penelitian untuk menganalisis sumber, daerah resapan, kualitas, ketersediaan, daya dukung air tanah dangkal, pengetahuan, sikap, tindakan, perilaku kebutuhan air tanah dangkal oleh rumah tangga, dan deskripsi model keberlanjutanya. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan penyebaran kuesioner, dan analisis air tanah dangkal. Analisis penelitian ini dengan metode analisis interpretasi, statistik dan deskriptif. Hasil penelitian sumber air tanah dangkal berasal dari pasir, daerah resapan yang cenderung menurun dalam 5 tahun, kualitasnya pada kondisi cemar. Analisis statistik pengetahuan, sikap dan tindakan memiliki pengaruh 32,4% terhadap perilaku kebutuhan rumah tangga. Ketersediaan air tanah dangkal hingga tahun 2030 adalah sedangkan kebutuhan air bersih hingga tahun 2030 adalah. Status daya dukung air tanah dangkal aman. Model keberlanjutan air tanah dangkal untuk kebutuhan rumah tangga masih berlanjut dengan skenario hemat air dan peningkatan distribusi air PDAM.

The city of Pekanbaru has not been fully served by clean water by the PDAM. This causes more and more people to make shallow groundwater wells. In Bukit Raya District, shallow groundwater is still abundant in Pekanbaru City. This situation, ground air is decreasing, increasing support, and decreasing open land. Talk between humans and groundwater resources Therefore, the purpose of the study is to analyze sources, regions, quality, participation, air carrying capacity, knowledge, attitudes, actions, needs, groundwater, households, and description of the sustainability model. The research data collection was carried out by distributing questionnaires, and analysis of shallow groundwater. The analysis of this research was interpretive, statistical and descriptive analysis methods. The results of groundwater research from sand, catchment areas that tend to decline in 5 years, the quality is in polluted conditions. Statistical analysis of knowledge, attitudes and actions has a 32.4% influence on household needs behavior. The need for ground water up to 2030 is 251,117,828.62 m3, while the need for clean water until 2030 is 71,485,794.97 m3. The carrying capacity of shallow groundwater is safe. The groundwater sustainability model for household needs still uses air-saving schemes and increases PDAM water distribution.
"
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2020
T54585
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>