Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 110 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tambunan, Shuri Mariasih Gietty
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
T19802
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarafina Vidyadhana
Abstrak :
Studi ini mengeksplorasi novel "How Should a Person Be?" karya Sheila Heti sebagai narasi metafiksi yang terkait erat dengan wacana feminis, mengatasi kekurangan dalam analisis sastra kontemporer tentang metafiksi dan feminisme, khususnya dalam ranah Alt Lit. Dengan mengkaji teknik naratif dan kerangka feminis novel tersebut, penelitian ini mengungkapkan penyajian Heti tentang perjalanan protagonis menuju pemahaman diri di tengah harapan sosial dan penulisan maskulin, bertujuan untuk mengungkapkan munculnya konsep feminis dalam narasi metafiksi. Melalui analisis yang mendalam, studi ini mengungkapkan kedalaman tema novel dalam menantang narasi patriarki dan meretas pengalaman perempuan, pada akhirnya berargumen bahwa teknik metafiksi Heti menggambarkan konsep écriture féminine yang diusulkan oleh Helene Cixous.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martha Endah Susanti
Abstrak :
ABSTRAK
Sula dan The Mixquiahuala Letters adalah dua novel yang memiliki beberapa persamaan. Keduanya ditulis oleh penulis wanita yang berasal dari kelompok masyarakat minoritas di Amerika. Sula ditulis oleh Toni Morrison, seorang penulis wanita terkemuka Amerika dari kelompok masyarakat African-American, sedangkan The Mixquiahuala Letters ditulis oleh Ana Castillo, dari kelompok masyarakat Mexican-American.
Persamaan lain yang menurut saya cukup menonjol adalah tema persahabatan yang terjalin antara tokoh-tokoh utamanya yang adalah juga wanita. Persahabatan antar wanita dalam kedua novel ini ternyata merupakan usaha pencarian identitas tokoh-tokoh wanita yang terlibat di dalamnya. Bentuk dan perkembangan persahabatan dalam kedua novel ini memiliki persamaan dan perbedaan. Persahabatan tersebut juga sedikit banyak dipengaruhi dan berkaitan dengan sistem masyarakat patriarkhat yang cenderung menekan wanita.
Skripsi ini mencoba mengupas masalah-masalah tersebut dengan menggunakan pendekatan feminisme. Teori-teori yang digunakan terutama teori perkembangan identitas wanita oleh Nancy J. Chodorow dan teori tentang persahabatan antar wanita Janice G. Raymond.

1995
S14144
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Diah Retno Pratiwi
Abstrak :
Setelah lebih dari lima puluh tahun diterbitkan, Lolita karya Vladimir Nabokov tetap saja memesona. Dengan kekayaan bahasa dan topik kontroversialnya, Lolita melampaui anggapan banyak pembaca awam yang mengira bahwa ia hanyalah sebuah novel pornografik. Skripsi ini menganalisis Lolita dengan menggunakan Teori Nilai Polinomik dari Kelley L. Ross untuk melihat nilai-nilai yang terdapat dalam Lolita, yaitu nilai individu dan nilai normatif. Setelah kedua nilai diketahui, analisis dikembangkan untuk mengetahui hubungan antara kedua nilai tersebut dalam kerangka teori nilai yang sama. Pada akhirnya, hubungan antar akedua nilai tersebut akan memaparkan pembacaan baru terhadap Lolita dan tokoh-tokohnya yang kompleks, yaitu sebagai tokoh-tokoh yang memiliki nilai-nilai individu dan hidup di
suatu lingkungan yang memiliki nilai-nilai normatif tersendiri.

Abstract
Fifty years after it was first published in the United States, Vladimir Nabokov_s Lolita is still enchanting to its readers. With its literary richness and controversial topic, Lolita has gone beyond its first-time readers_ expectations of merely finding a pornographic novel out of it. This undergraduate thesis analyzes Lolita with the help of Kelley L. Ross_ Polynomic Theory of Values to see the values in Lolita, both individual values and normative values. After both kinds of values are discovered, further analysis is done to see the relationships between values, still with the help pf the same theory of values. Lastly, the relationships give a new reading to Lolita and its complex characters, the characters who live with their own individual values and in a society with its own normative values.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S14159
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Angela Patricia W.
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang konsep pernikahan putih di dalam budaya Barat
yang direpresentasikan oleh film Bride Wars. Dengan menggunakan teori
semiotik milik Roland Barthes, beberapa ritual serta atribut pernikahan putih yang
ditampilkan dalam film tersebut dianalisa untuk mengetahui makna yang terdapat
di dalamnya, terkhusus makna konotasi atau mitos. Dari analisa tersebut,
diketahui bahwa di dalam ritual dan atribut pernikahan putih terdapat mitos-mitos
yang memanipulasi perempuan. Mitos-mitos tersebut membentuk tataran ideal
pernikahan yang harus dipenuhi oleh perempuan. Tuntutan untuk perempuan
mengikuti tataran ideal tersebut akhirnya membangun karakter-karakter di dalam
diri perempuan, yang tanpa disadari merugikan diri perempuan itu sendiri

ABSTRACT
The focus of this study is to show the way the white wedding concept manipulate
women as represented in a movie, titled Bride Wars. Using the semiotic theory of
Roland Barthes, some white wedding rituals and attributes in Bride Wars are
analyzed in order to find the denotative and conotative meanings within them.
From the analysis, it is shown that the connotative meanings or myths which lies
within the rituals and attributes manipulate the idea of wedding on women?s
minds. The myths unconciously put pressure in women?s mind so that women
follow the ideal standard of a wedding which is constructed by the myth.
Unfortunately, the pressure build some characters within women that causes
detriment to women.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43701
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kumpiady Widen
Abstrak :
Pendahuluan
Sejarah merupakan kisah tentang masa lampau yang tidak mungkin. bisa terulang kembali kejadiannya. Apabila kita ingin mempelajari tentang beberapa peristiwa yang terjadi dimasa lampau, seperti perang, pemberontakan, pemerintahan, penjajahan, perbudakan dan lain-lain, maka yang kita pelajari tersebut adalah peristiwa sejarah.
Pada hakekatnya sejarah memliki dua arti:
1. Sejarah sebagai peristiwa pada masa lampau,
2. Sejarah sebagai kisah dari peristiwa itu sendi ri .
Bila kita perhatikan dengan seksama, kita akan sadar bahwa yang banyak menyangkut diri kita adalah sejarah sebagai kisah dari peristiwa itu sendiri. Sebab pada hakekatnya sejarah dalam anti yang pertama sudah tidak ada lagi, karena hal itu tidak mungkin kita amati atau saksikan kembali. Namun yang kita hadapi dewasa ini adalah sejarah sebagai kisah, yaitu penjelasan dari sejarah sebagai peristiwa (Notosusanto, 1984: 10).
Sejarah sebagai kisah seperti di atas adalah hasil karya orang yang menulisnya , yaitu para sejarawan atau historians. Setiap peristiwa masa lampau ditulis kembali oleh para sejarawan dengan cara mengumpakan beberapa bukti yang mereka peroleh, baik melalui penelitian, dengan mempelajari jejak-jejak ataupun melalui orang yang langsung terlibat atau pernah melihat dan menyaksikan peristiwa masa lampau tersebut.
Setiap negara dan bangsa di dunia ini sudah tentu memiliki kisah masa lampau yang disebut sejarah. Amerika Serikat sebagai salah satu negara terbesar di dunia juga memiliki kisah masa lampau atau perkembangan sejarah yang tidak kalah menariknya dibandingkan dengan sejarah negara lain, khususnya tentang perkembangan perbudakan yang pada akhirnya menimbulkan konflik yang berlarut-larut antara Utara dan Selatan dan mencapai puncaknya pada tahun 1861, yaita pecahnya Perang Saudara di Amerika.
Bila kita perhatikan perkembangan sejarah' Amerika, sejak awal mengalirnya para pejiarah ke Dunia Baru hingga Perang Saudara (1861-1865), maka masalah perbudakan sudah lama berkembang di Amerika, yaitu sejak kedatangan pertama para pendatang baru dari Inggris. Bersama-sama dengan mereka, orang-orang Inggris yang miskin dibawa ke Dunia Baru dan dipekerjakan sebagai pelayan kontrak (Indentured Servant) di koloni-koloni di New England.
Para pelayan kontrak ini adalah orang-orang yang terikat dengan suatu kontrak di mana seorang pelayan harus bekerja pada seorang tuannya selama masa kontrak yang telah ditetapkan bersama, sebagai imbalan biaya perjalanan mereka dari Inggris ke Dunia Baru yang telah dibayarkan terlebih dahulu oleh calon-calon tuannya. (Stampp, 1956: 16)
Pengertian pelayan kontrak sebenarnya indentik dengan konsep perbudakan, sebab selama masa kontrak yang mereka tetapkan barsama, seorang pelayan wajib menuruti kehendak dan melakukan kepentingan-kepentingan tuannya lagipula selama seorang pelayan menjalani kontraknya, ia dianggap sebagai milik (property) tuannya yang sewaktu-waktu dapat dijual atau disewakan kepada orang lain yang memerlukannya.(Jordan, 1968: 47 - 48).
Di samping orang-orang kulit putih, juga terdapat sejumlah orang hitam (Negro) dari Afrika, yang pada mulanya diperlakukan sama, yaitu sebagai pelayan kontrak. Namun setelah tahun-tahun 1600-an, keadaan pelayan kulit putih semakin membaik, sementara keadaan pelayan kulit hitam semakin memburuk.
1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johanna J. Kasakeijan
Abstrak :
Diskriminasi terhadap kaum wanita kulit putih di Amerika Serikat sudah ada sejak beberapa ratus tahun lalu. Dengan adanya diskriminasi ini maka timbullah gerakan-gerakan feminisme yang menentangnya. Maka pada tahun 1848 konvensi feminis awal yang dilakukan oleh kaum wanita di Seneca Falls, New York, mengungkapkan Declaration of Sentiments yang mengatakan bahwa semua wanita diciptakan sama/identik dengan pria baik dalam hal kapasitas maupun tanggung jawabnya. Jika wanita dan pria itu serupa di mata Tuhan, maka tidak ada dasar lain untuk memperlakukan wanita sebagai individu yang berbeda dan lebih rendah dari pria. Masalah yang dibahas dalam tesis ini ialah diskriminasi terhadap wanita kulit putih eksekutif dalam upah dan kedudukan. Sekalipun seorang wanita kulit putih eksekutif melakukan tugas yang setara dengan pria eksekutif, upah yang diterima wanita akan lebih rendah dari yang diterima pria. Dalam hal kedudukan pun demikian pula. Lebih mudah bagi kaum pria untuk memperoleh posisi puncak dari pada kaum wanitanya. Tujuan penulisan tesis ini adalah untuk menunjukkan bahwa di Amerika Serikat yang terkenal sangat demokratis itu, masih ada diskriminasi terhadap wanita, juga wanita kulit putih. Lebih-lebih lagi diskriminasi ini teijadi terhadap wanita kulit putih eksekutif yang tergolong tinggi pendidikannya. Metode penulisan yang saya pakai sepenuhnya mengguuakan studi kepustakaan sebagai sumber utama, ditunjang oleh informasi yang saya peroleh melalui internet.
Hasilnya ialah bahwa diskriminasi terhadap wanita kulit putih eksekutif itu memang ada, khususnya mengenai upah dan kedudukan mereka yang tidak setara dengan pria eksekutif untuk membuktikan adanya diskriminasi ini saya memberikan kasus-kasus dengan melampirkan tabelnya. Saya juga memperoleh jawaban bahwa sampai tahun 1990-an masih terjadi diskriminasi terhadap wanita kulit putih eksekutif dalam upah dan kedudukan, yang disebabkan oleh adanya perbedaan dalam cara mendidik dan membesarkan anak laki-laki dan perempuan dalam keluarga Amerika serta sikap patriarki yang kuat dalam masyarakat Amerika yang menganggap kaum wanita sebagai subordinasi dari kaum pria. Juga saya menguraikan pola-pola yang digunakan dalam mendiskriminasikan wanita kulit putih eksekutif ini. Pada akhirnya saya memberikan kesimpulan, bahwa wanita kulit putih eksekutif masih menghadapi hambatan-hambatan yang mencegah mereka untuk memperoleh upah dan kedudukan yang setara dengan pria eksekutif.

Discrimination against white females in the United States started some hundred years ago. Due to discrimination, feminist movements appeared and tried to oppose it. The radical nature of the early feminist movement was revealed in the Declaration of Sentiments, which asserted that `all men and women are created equal'. Equal in their capacity as well as responsibility. If man and woman are equal in the eyes of God, there is no reason to treat one sex as different from and less equal than the other. The problem in this thesis is that discrimination against white female executives concerns pay and position. Even though a white female executive does an equal job as a male executive, the pay a female gets is lower than what the male executive receives. This is the same in position. It is much easier for a male to get a top position but this does not count for a female. My aim to write this thesis is to show that there is still discrimination against white women. Significantly this discrimination is against the white female executives who belong to the highly educated ones. The writing method I conduct is by using fully a literature study as a primary source, backed up with some information from the Internet.
The result is that discrimination against white female executives really exists, mainly concerning pay and position. To prove these, I have stated some cases of discrimination in which I include a table showing inequality of pay and position between female and male executives. I also prove that discrimination happens due to the difference of the parents' attitude in the way of upbringing their son and daughter. Besides that the patriarchy is deeply embedded in the social culture of the United States. I also mention how the patterns of discrimination are. Finally in conclusion, I wrote that female executives still face barriers in their efforts to get equal pay and position.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2000
T3505
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joanna Deborah
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini membahas kaitan antara memori dan opresi gender yang dialami tokoh utama perempuan di dalam novel The Teardrop Story Woman (1998) karya Catherine Lim dengan menggunakan konsep seks/gender Kate Millett dan teori
memori Daniel Schacter. Analisis memperlihatkan bahwa memori berperan
sebagai sarana internalisasi konstruksi sosial yang bersifat gender-oppressive
yang menghalangi tokoh utama perempuan untuk keluar dari opresi gender.
Namun, di saat yang bersamaan, memori ? melalui proses seleksi ? juga dapat
digunakan sebagai strategi pertahanan tokoh utama perempuan dalam menghadapi
opresi gender ketika perlawanan secara nyata tidak mungkin dilakukan

ABSTRACT
This thesis is aimed at finding out the connection between memory and gender
oppression that is experienced by the female protagonist in Catherine Lim?s The
Teardrop Story Woman (1998). Using Kate Millett?s concept of sex/gender and
Daniel Schacter?s memory theory, the analysis shows that memory serves as a
means of internalizing gender-oppressive social constructions that eventually
prevent the female protagonist from rebelling against gender oppression.
However, at the same time, memory ? through selection process ? also serves as a
defense strategy that helps the female protagonist cope with gender oppression in
a situation where real resistance is not possible
2016
T44767
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhria Nesa
Abstrak :
Tesis ini membahas subjektivitas tokoh utama dalam novel Hanauzumi karya Watanabe Junichi 1970 dengan penjabaran penokohan. Analisis penokohan dilakukan dengan menggunakan unsur naratif yang dikemukakan oleh Luc Herman dan Bart Vervaeck 2001, kemudian pemaparan subjektivitas dilakukan dengan pendekatan subjektifitas Woodward 1999. Narasi memperlihatkan bahwa tokoh utama hadir sebagai perempuan mandiri, namun melalui penjabaran subjektivitas, tokoh utama dihadirkan sebagai perempuan yang tidak dapat mempertahankan perannya di ranah publik dan kembali menempatkan dirinya di ranah domestik. Novel ini menegaskan bahwa perempuan akan tetap berada di bawah laki-laki dan tidak dapat keluar dari kekuasaan patriarki.

This thesis discusses the subjectivity of the main character in the novel Hanauzumi written by Watanabe Junichi 1970 by observing the characterization. The characterization then will be analyzed using narrative element proposed by Luc Herman and Bart Vervaeck 2001 , while the subjectivity of the main character will be analyzed through a concept by Woodward 1999. The story presents the main character as an independent woman, however, through the subjectivity analysis, it is shown that the main character could not sustain her role in the public sphere, after which she returns and reestablishes herself in the domestic realm instead. This novel reaffirms that women will always be inferior to men and could not escape patriarchy.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T47484
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thaharatul Huda
Abstrak :
Tesis ini membahas tentang pemaknaan perubahan perayaan Thaipusam bagi masyarakat Tamil di Banda Aceh. Tujuannya adalah untuk melihat perayaan keagamaan sebagai sebuah upaya atau strategi masyarakat Tamil Banda Aceh untuk mempertahankan budaya leluhur serta mempertahankan keberadaan mereka sebagai kelompok minoritas di Banda Aceh. penelitian kualitatif ini menggunakan metode etnografi dengan pendekatan Cultural Studies. Dengan menggunakan konsep artikulasi dari upacara keagamaan sebagai perayaan atau festival kebudayaan, dapat dilihat pemaknaan masyarakat Tamil Banda Aceh terhadap Thaipusam melalui ingatan sejarah dan kondisi sosial yang harus mereka hadapi sebagai kelompok minoritas yang membuat perayaan Thaipusam berubah dari ruang privat menjadi perayaan budaya di ruang publik. Hasil yang diperoleh ialah terdapat pemaknaan yang lebih luas dari tranformasi perayaan Thaipusam sebelum dan sesudah Tsunami Aceh. Sebelum Tsunami Aceh, perayaan Thaipusam hanya dirayakan sebagai sebuah upacara keagamaan yang dilakukan di dalam kuil namun setelah Tsunamni Aceh terjadi, perayaan Thaipusam menjadi sebuah perayaan kebudayaan yang dilakukan di ruang terbuka dan dapat disaksikan oleh masyarakat sekitar. Minimnya jumlah anggota Tamil akibat dari bencana Tsunami membuat pemuka agama Hindu Aceh menyadari dampak akan hilangnya budaya Tamil dan keberadaan mereka yang semakin termarjinalkan, sehingga timbul keinginan dari pemuka agama Hindu Aceh untuk terus menjaga budaya dan agama Tamil agar tidak hilang melalui perayaan Thaipusam. Di samping itu, perayaan Thaipusam juga dapat diterima oleh masyrakat sekitar sehingga keberadaan mereka mulai terlihat kembali di kalangan masyarakat luas. Bagaimanapun, perayaan Thaipusam di Banda Aceh tidak hanya dimaknai sebagai sebuah upacara agama saja namun juga sebagai sebuah upaya atau strategi kelompok minoritas untuk bertahan hidup.

This thesis discusses the meaning-making of the Tamil community Banda Aceh toward the transformation of Thaipusam celebration. By conducting an ethnographic method with a Cultural Studies approach, this qualitative research aims to see religious ritual as an effort or strategy of the Tamil community in Banda Aceh to maintain their ancestral culture and maintain their existence as a minority group. The concept of articulation from religious ceremonies as a cultural celebration or festival was used in this study to see the meaning of the Tamil people of Banda Aceh towards Thaipusam through historical memories and the social conditions they had to face as a minority group that made Thaipusam celebrations change from a private space to a cultural celebration in public spaces. The findings show that there is a deeper meaning of the transformation of the Thaipusam celebration before and after the Aceh Tsunami. Before the Aceh Tsunami in 2004, the Thaipusam celebration was held as a religious ceremony carried out inside the temple yet after the Aceh Tsunami happened, the Thaipusam celebration became a cultural celebration that was carried out in an open place and could be witnessed by the surrounding community. After the tsunami in Aceh, there were only a few Hindu communities left. This could make their culture disappear and their existence even more marginalized. Therefore, the Tamil religious leaders in Aceh wanted to protect their religion and traditions through Thaipusam celebrations. Besides, the surrounding community can also accept Thaipusam celebrations so that their existence has begun to be seen again in the wider community. However, the Thaipusam celebration in Banda Aceh is not only interpreted as a religious ceremony but also as an effort or strategy for minority groups to survive.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>