Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ulaan, Ronald
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dama Aliya Izza
Abstrak :
Pajanan radikal bebas yang terlalu tinggi pada tubuh dapat menyebabkan keadaan stres oksidatif. Stres oksidatif mengarah pada timbulnya berbagai penyakit terutama penyakit tidak menular yang saat ini menduduki prevalensi penyakit tertinggi di Indonesia. Untuk mencegah penyakit tersebut, dibutuhkan agen protektif berupa antioksidan. Daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) merupakan tumbuhan yang memiliki kandungan antioksidan salah satunya adalah flavonoid. Pada penelitian ini, ekstrak daun pandan wangi digunakan untuk melihat efek hepatoprotektif dengan mengukur aktivitas alkali fosfatase (ALP) dan alanin aminotransferase (ALT) pada plasma tikus jantan yang diberi CCl4. Dua puluh empat ekor tikus Sprague-Dawley dibagi ke dalam 4 kelompok perlakuan yaitu kontrol normal, kelompok CCl4, kelompok pandan, dan kelompok pandan + CCl4. Pemberian pandan dilakukan selama 7 hari dengan dosis 85- mg/kgBB dan CCl4 diberikan pada hari ke 8 dengan dosis 0,55 mg/kgBB. Berdasarkan hasil penelitian, pemberian ekstrak daun pandan wangi tidak menunjukkan penurunan pada aktivitas ALP, namun menunjukkan penurunan pada aktivitas ALT hanya saja penurunan tersebut tidak bermakna secara statistik (p < 0,05). Oleh karena itu, disimpulkan bahwa pemberian ekstrak daun pandan wangi dengan dosis 85 mg/kgBB selama 7 hari tidak memberikan efek hepatoprotektif pada hati tikus jantan yang diberi CCl4 karena dosis terlalu rendah. ......Too much exposure of free radicals in the body can cause oxidative stress. Oxidative stress leads to some non communicable diseases which currently occupy the highest prevalence in Indonesia. To prevent the disease, protection agent, namely antioxidant is required. Fragrant pandan leaves (Pandanus amaryllifolius) is a plant which have antioxidant content, one of which is flavonoid. In this research, fragrant pandan leaves extract is used to see the hepatoprotective effect by measuring the activity of alkaline phospatase (ALP) and alanine aminotransferase (ALT) in plasma rats given CCl4. 24 Sprague-Dawley rats divided into four groups of treatments, namely normal control, CCl4 group, pandan group and pandan + CCl4 group. Pandan extract was given for 7 days at a dose 85 mg/kgBW and CCl4 was given on the 8th days at a dose 0,55 mg/kgBW. Based on the result of this reasearch, fragrant pandan leaves extract did not lower ALP activity. However, it lowered ALT activity, although it was not statistically significant (p < 0,05). In conclusion, the administration of fragrant pandan leaves extract at a dose 85 mg/kgBW had not proved to give hepatoprotective effect on the liver of in male rats given CCl4 because the dosage is too low.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almira Ramadhania
Abstrak :
ABSTRACT
Peningkatan radikal bebas dapat mengakibatkan sejumlah besar masalah kesehatan penyakit degeneratif dan penyakit tidak menular dengan prevalensi tinggi di Indonesia dan merupakan masalah kesehatan di dunia. Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius) merupakan salah satu tanaman yang banyak tumbuh di Asia khususnya Indonesia dan memiliki kandungan yang bersifat antioksidan yakni flavonoid, alkaloid, dan fenolik. Penelitian ini mengkaji kemampuan antioksidan ekstrak etanol daun pandan wangi pada hati tikus yang diberi CCl4. Kondisi stres oksidatif dipicu dengan pemberian CCL4 0,55 mg/kgBB, 24 tikus Sprague-Dawley jantan dibagi menjadi 4 kelompok yakni kontrol, CCl4, ekstrak, ekstrak+CCl4. Dosis ekstrak yang digunakan yakni 85 mg/KgBB. Kemampuan antioksidan ekstrak pandan dinilai dari pengukuran MDA, GSH, dan aktivitas spesifik katalase. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antar kelompok (p>0,05). Berdasarkan perbedaan reratanya, pemberian ekstrak daun pandan wangi menurunkan kadar MDA hati dan meningkatkan kadar GSH dan aktivitas spesifik katalase hati yang diinduksi oleh CCl4 dibanding kelompok CCl4. Pemberian CCl4 0,55 mg/kgBB menunjukkan peningkatan kadar MDA hati dan penurunan aktivitas spesifik katalase dan GSH yang tidak signifikan dibanding kelompok kontrol. Dari hasil yang didapat masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan dosis CCl4 yang lebih tinggi dan membandingkan efek pemberian ekstrak pandan dengan kontrol positif vitamin E.
ABSTRACT
Increased production of free radicals leads to numbers of health problems of degenerative and non-communicable diseases which have a high prevalence in Indonesia and common health problem in the world. Pandan Leaf Extract (Pandanus amaryllifolius) is one of plants that grows in Asia, especially in Indonesia. Major compounds tact as antioxidants found in pandan leaf is flavonoids, alkaloids, and phenolics. This study investigated the antioxidant capacity of ethanolic extract of pandan leaves on CCl4-induced liver of rats. Oxidative stress was triggered by oral administration of 0,55 mg/kgBW CCL4, 24 male Sprague-Dawley rats were divided into 4 groups,(normal control, CCl4, extract, extract+CCl4). Dose of extract used is 85 mg/KgBW. Antioxidant capacity of pandan extract was assessed by measuring MDA, GSH, and catalase specific activity. Results of this study showed no significant differences between groups (p>0,05). Based on mean differences, administration of pandan leaf extract decreased liver MDA and increased GSH and catalase specific activity of liver induced by CCl4 compared to CCl4 group. Administration of 0,55 mg/kgBW CCl4 demonstrated an increase in liver MDA levels and a decrease in catalase specific activity and GSH level insignificant compared to control group. Further research is needed by using higher dose of CCl4 and comparing effect of administrating pandan extract with positive control.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febby Valentara Cindy
Abstrak :
Peningkatan jumlah radikal bebas yang tidak dapat diatasi oleh tubuh menyebabkan terjadinya stres oksidatif. Kondisi stres oksidatif mengakibatkan terjadinya berbagai penyakit seperti kanker, diabetes melitus, penyakit neurodegeneratif dan sebagainya. Untuk mengatasi kondisi stres oksidatif diperlukan antioksidan. Antioksidan bisa diperoleh dari bahan alami seperti daun pandan wangi. Daun pandan wangi telah dibuktikan memiliki kandungan antioksidan alami seperti flavonoid dan asam fenolik. Untuk melihat aktivitas ekstrak daun pandan wangi dalam mengatasi kondisi stres oksidatif, dilakukan uji coba pada sel darah merah sapi 2% dengan mengukur kadar MDA dan GSH. Ekstrak Etanol daun pandan wangi diberikan pada sel darah merah sapi 2% yang telah diberikan H2O2 ­­­atau akan diberikan H2O2 setelahnya, untuk melihat efek antioksidan secara preventif dan kuratif. Hasil uji coba didapatkan bahwa kadar MDA tidak dapat diintepretasi karena pigmen warna daun pandan wangi mengganggu pembacaan hasil. Hasil pengukuran kadar GSH menunjukkan adanya peningkatan signifikan pada kelompok perlakuan preventif dan kuratif dibandingkan kelompok kontrol negatif. Berdasarkan hasil salah satu indikator yang diuji tersebut, disimpulkan bahwa ekstral etanol daun pandan wangi memiliki efek preventif dan kuratif sebagai antioksidan terhadap kondisi stres oksidatif sel darah merah sapi 2%. Akan tetapi, perlu dilakukan modifikasi dalam pembuatan ekstrak daun pandan wangi pada penelitian selanjutnya untuk menangani faktor pengganggu dalam pembacaan hasil. ......The increase in number of free radicals that cannot be overcame by human body can lead to a condition called stress oxidative. This condition causes several diseases such as cancer, diabetes mellitus, neurodegenerative disease and more. Antioxidant is needed to conquer stress oxidative. Antioxidants can be obtained from natural ingredients, for example pandan leaf. Pandan leaves have been proven to have antioxidant compounds such as flavonoid and phenolic acid. To observe the antioxidant activity of pandan leaves extract, an experiment on 2% cows blood cells is performed by measuring its MDA and GSH concentration. Ethanol extract of pandan leaves is given to 2% cows red blood cells, that has been given H2O2 or that will be given H2O2 later, in order to observe antioxidant effect preventively and curatively. The resulting MDA concentration from this experiment is not able to be interpreted because of the pigmentation of pandan leaves confounding the absorbance reading. The measurement result of GSH concentration showed a significant increase on the preventive and curative groups compared to the negative control group. Based on the result of one of the indicators in this experiment, it can be concluded that ethanol extract pandan leaves have preventive and curative effects as an antioxidant to overcome stress oxidative condition on 2% cows red blood cells. However, modifications in preparing the pandan leaves extract should be done in further research to deal with the confounding factors in absorbance reading.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fianti Ratna Dewi
Abstrak :
Oksidasi merupakan reaksi alami yang dapat merusak sel dan dapat dicegah dengan adanya antioksidan. Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) merupakan salah satu tanaman yang digunakan di Asia sebagai bumbu makanan, yang dipercaya mengandung metabolit sekunder yang memiliki aktivitas antioksidan. Belum pernah dilakukan pengujian efek antioksidan daun pandan wangi pada sel darah merah. Penelitian ini dilakukan untuk melihat efek antioksidan ekstrak etanol daun pandan wangi terhadap sel darah merah sapi yang diberi H2O2 1% secara in vitro melalui pengukuran aktivitas spesifik katalase dan pembentukan methemoglobin. Penelitian eksperimental ini dilakukan dengan dua perlakuan utama, yaitu preventif (pemberian ekstrak etanol daun pandan wangi terlebih dahulu) dan kuratif (pemberian H2O2 terlebih dahulu). Hasil menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun pandan wangi menyebabkan penurunan aktivitas spesifik katalase dan pembentukan methemoglobin yang signifikan baik preventif maupun kuratif (p<0,05). Hasil ini membuktikan bahwa ekstrak etanol daun pandan wangi memiliki aktivitas antioksidan pada sel darah merah sapi yang diinduksi H2O2 1%. ......Oxidation is a natural process that can damage cells and can be prevented with antioxidants. Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius) is one of many plants that is used in Asia as food seasoning, which is believed to contain secondary metabolites that have antioxidant activities. No previous studies have experimented the antioxidant effect of pandan wangi leaf on red blood cell. In this study, we examine the antioxidant effect of ethanol extract of pandan wangi leaf on cattle red blood cell treated with H2O2 1% through in vitro experiment by measuring catalase specific activity and the formation of methaemoglobin. This experimental study was conducted on two main treatments, which are preventive (first administered with ethanol extract of pandan wangi leaf) and curative (first treated with H2O2). The result shows that administration of ethanol extract of pandan wangi leaf causes significant decreases in catalase specific activity and the formation of methemoglobin in both preventive and curative groups (p<0.05). This result proves that ethanol extract of pandan wangi leaf has antioxidant activities on red blood cell induced with H2O2 1%.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nalagafiar Puratmaja
Abstrak :
Ketidakseimbangan tingkat oksidan dalam tubuh dapat berkembang menjadi berbagai kondisi yang membutuhkan perawatan medis seperti penyakit neurodegeratif, penyakit jantung, dan kanker. Durian (Durio sp.) sebagai buah yang terkenal di kalangan masyarakat Indonesia telah diketahui memiliki efek antioksidan berdasarkan sejumlah penelitian. Pemberian durian dengan manfaat sebagai antioksidan diharapkan dapat menyeimbangkan kadar tersebut. Diketahui bahwa kadar senyawa karbonil dalam plasma dapat digunakan sebagai indikator oksidan yang stabil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsumsi durian terhadap kadar senyawa karbonil pada plasma darah tikus. Jenis tikus Sprague-Dawley digunakan sebagai binatang percobaan dengan berat berkisar antara 100-150 gram. Tikus ini kemudian dibagi ke dalam empat grup. Grup kontrol hanya diberikan makanan standar dan air. Grup A, B, dan C mendapatkan tambahan larutan durian 10 mg/10 ml sebanyak dua kali per hari selama satu minggu (grup A), dua minggu (grup B), dan tiga minggu (grup C). Senyawa karbonil pada plasma diukur menggunakan teknik spektrofotometri. Hasil penelitian menemukan penurunan kadar senyawa karbonil pada grup A dengan kontrol. Temuan pada grup lain tidak dapat dianalisa karena jumlah sampel yang tersisa terlalu sedikit untuk mendapatkan kesimpulan.
Oxidant level imbalance in human body is related to several medical conditions including neurodegenerative disease, heart disease and cancer. Durian (Durio sp.), a famous fruit in Indonesia, is known for having antioxidant effect based on several studies. Administration of durian with its antioxidant effect expected to balance the amount of oxidant. Plasma carbonyl compounds have the capability to act as stable indicator of oxidant. The aim of this study is to investigate the effect of durian to the level of rat?s plasma carbonyl compound. Sprague-Dawley rats were used in this study, weighted between 100-150 grams. The rats then divided into four groups. Control group only received standard feeding and water. Group A, B, and C were given additional treatment with 10 mg/10 ml twice daily of durian solution for one week (group A), two weeks (group B), and three weeks (group C). Plasma carbonyl compound concentration measured under spectrophotometer. Result of this study shows that in-group A there was lower level of plasma carbonyl compound compared to control group. However, the amounts of samples from the other groups were too small. Therefore, the result from the other groups cannot be analysed.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kenny Andrianus Jusmanto
Abstrak :
ABSTRAK
Sebagai makhluk hidup kita terus terpapar dengan radikal bebas dalam aktifitas sehari ? hari. Molekul ini dapat menggangu fungsi normal sel dan juga dapat merusaknya. Maka dari itu antioksidan berperan penting dalam menangkal proses buruk dari radikal bebas. Antioksidan sendiri dapat berasal dari berbagai macam sumber, dari dalam tubuh dan dari luar. Dalam hal ini buah djengkol dikatakan memiliki kadar antioksidan yang tinggi sehingga penulis ingin mengetahui lebih dalam djengkol yang sering dikonsumsi oleh warga Indonesia dapat memberikan efek positif dalam melawan radikal bebas. Penelitian ini dilakukan Juni 2015 menggunakan sel darah domba yang dibagi 5 grup intervensi dengan diberi hydrogen peroksida dan sari djengkol. Setiap grup intervensi dilakukan 5 kali pengambilan hasil. Parameter hasil ditandai dari hasil pengukura MDA dan GSH pada darah domba. Olah data digunakan program SPSS 2.0. Uji normalitas menggunakan Shapiro-Will dan Kruskal-Wallis untuk non-parametric test. Hasil tes pada kedua grup MDA dan GSH menghasilkan perbedaan yang signifikan (p=0.001). Pada uji MDA penambahan sari djengkol meningkatkan MDA lebih dari grup kontrol. Sedangkan level GSH meningkat setelah diberikan sari djengkol.
ABSTRACT
As a living organism we continually exposed to free radicals during our daily activities. This molecule can alter the normal function of cell as well as creating a damage. So an antioxidant is required to tackle the adverse effect of free radicals. Antioxidant itself can be derived from various sources, naturally from our body and supplementary. In this case, djengkol bean is said to have high antioxidant content and so the writer would like to know more about the positive effect of this commonly consumed food by Indonesian. The research was performed in June 2015 using sheep?s red blood cell and the intervention group is divided into 5 including hydrogen peroxide and djengkol extract. Each group includes 5 times sampling. The result is interpreted by the level of MDA and GSH. Data analysis is performed using SPSS programme. Normality test using Shapiro-Wilk and Kruskal-Wallis for non-parametric test. The result for both MDA and GSH group were significant (P=0.001). The addition of djengkol extract to MDA group result in higher MDA level than in control group. Whereas the addition of Djengkol extract to GSH group multiplied GSH level.
2016
S70429
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gerald Alain Aditya
Abstrak :
Biji djenkol / Pithecellobium lobatum / Pithecellobium jiringa / Archidendron pauciflorum adalah buah dengan bau yang menyengat dan dapat dimakan. Walaupun dengan bau yang menyengat tersebut, biji djengkol ini bukan hanya sangat diminati oleh orang-orang Indonesia saja, tetapi juga diminati oleh orang-orang yang tinggal di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Thailand, dan Phillipines. Biji ini mengandung vitamin dan asam djengkol. Asam djengkol ini kaya akan sulfur sistein tioasetal formaldehid. Karena komponen tersebut, biji djengkol bisa berpotensi untuk menjadi antioksidan. Tujuan riset ini adalah untuk mengobservasi efek dari ekstrak biji djengkol dalam melindungi sel darah domba yang telah di induksi H2O2 dengan mengukur aktivitas enzim superoxide dismutase SOD . Dalam riset ini, sel darah domba diberikan lima perlakuan yang berbeda. Diantaranya adalah kontrol, H2O2, H2O2 Djenkol, Djenkol, and Djenkol H2O2. Dengan perlakuan tersebut, kami dapat melihat fungsi proteksi dan kuratif dari ekstrak biji djengkol. Hasil menunjukan adanya perbedaan yang signifikan antara grup kontrol dan grup H2O2 dimana aktivitas SOD lebih tinggi pada grup kontrol. Perbedaan yang signifikan juga ditemukan pada grup H2O2 dengan grup djenkol p=0.036 , dan grup djenkol H2O2 0.011 . Tetapi, perbedaan antara grup H2O2 dengan grup H2O2 Djenkol tidak signifikan p=0.059 . Hasil ini menunjukan bahwa ekstrak biji jengkol dapat menghambat perusakan sel darah merah domba karena H2O2. Sebagai kesimpulan, ekstrak biji jengkol lebih menunjukan efek proteksi dibandingkan dengan efek kuratifnya. ......Djenkol bean Pithecellobium lobatum Pithecellobium jiringa Archidendron pauciflorum is a pungent smelling consumable fruit. Despite its repulsive smell, djenkol bean is quite favored by not only Indonesian, but also by the people of the Southeast Asian region, including Malaysia, Thailand, and Philippines. It contains vitamins and substance called djenkolic acid, which is a sulfur rich cysteine thioacetal of formaldehyde. Due to its components, djenkol bean has a potential to be an antioxidant. This research aims to observe the effect of djenkol bean extract in protecting sheep rsquo s red blood cells that treated by H2O2 by measuring the superoxide dismutase SOD activities. The sheep rsquo s red blood cells were given five different treatments, which include control, H2O2, H2O2 Djenkol, Djenkol, and Djenkol H2O2. Those treatments enable us to see the protective and curative effects of djenkol bean extract. The result showed that there was a significant difference between control group and H2O2 group where control group has higher SOD activity. H2O2 group was also significantly different compared to the djenkol p 0.036 , and djenkol H2O2 group p 0.011 . However, there were no significant difference between H2O2 group and H2O2 Djenkol group p 0.059 . The result indicates that djenkol bean extract were able to prevent harm caused by the H2O2. Therefore, djenkol bean extracts are more into its protective effect rather than its curative effect.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debora Roselita Karo Sekali
Abstrak :
Stress oksidatif berpengaruh kepada banyak hal, termasuk infertilitas pria. Semakin tinggi konsentrasi malondialdehida, indikator dari lipid peroxide, pada seminal plasma berpengaruh pada tingkat motilitas sperma. Namun, ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa malondialdehida tidak memiliki hubungan dengan astenozoospermia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan konsentrasi malondialdehida dalam seminal plasma pada normozoospermia dan astenozoospermia. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar malondialdehida pada seminal plasma dan motilitas sperma pada pria infertile. Penelitian ini adalah studi analitik observasional yang menggunakan metode kasus-kontrol. Sampel yang digunakan berasal dari 15 pria dengan astenozoospermia dan 20 pria dengan normozoospermia. Metode thiobarbituric acid digunakan untuk mengukur konsentrasi malondialdehida. Tes non-parametrik Mann-Whitney digunakan untuk mencari hubungan antara kadar malondialdehida dan astenozoospermia. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara konsentrasi malondialdehida pada seminal plasma dan astenozoospermia p value = 0.194. Rerata kadar malondialdehida pada seminal plasma pria normozoospermia adalah 1.1 0.5 nmol/mL, sedangkan rerata kadar malondialdehida pada seminal plasma pria astenozoospermia adalah 1.68 1.2 nmol/mL. Rerata konsentrasi malondialdehida pada kelompok astenozoospermia lebih tinggi dari konsentrasi malondialdehida pada kelompok normozoospermia. Namun, tidak ditemukan hubungan antara konsentrasi malondialdehida dengan motilitas sperma. Masih dibutuhkan jumlah sampel yang lebih besar untuk mengkonfirmasi hasil ini. ...... Oxidative stress plays an important role in male infertility. Higher malondialdehyde concentration, an indicator of lipid peroxide, contributes to lower sperm motility. However, there are some studies show there is no significant correlation between malondialdehyde and asthenozoospermia. This study aimed to compare the seminal fluid malondialdehyde concentration in normozoospermia and asthenozoospermia. This study asessed the correlation between malondialdehyde concentration and sperm motility in infertile males. It was an observational and analytical study conducted using case control design that studied using human seminal plasma, 15 asthenozoospermia and 20 normozoospermia. Thiobarbituric acid assay was done to assess malondialdehyde level. Independent Samples Mann Whitney non parametric test was used to display the significance level. There was no significant relationship between the concentration of malondialdehyde in seminal fluid analysis and asthenozoospermia p value 0.194. The mean standard concentration of MDA in seminal fluid of normozoospermic males was 1.1 0.5 nmol mL. Meanwhile, the mean standard concentration of MDA in seminal fluid of asthenozoospermic males was 1.68 1.2 nmol mL. The average of malondialdehyde concentration in asthenozoospermia is higher than the average of malondialdehyde concentration in normozoospermia. This research concluded that seminal fluid malondialdehyde concentration has no correlation with asthenozoospermia. Higher sample size is required to confirm this finding. Keywords Malondialdehyde concentration, lipid peroxide, asthenozoospermia, normozoospermia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Nisapratama
Abstrak :
ABSTRAK
Memiliki anak kandung merupakan salah satu tujuan umum dari pernikahan. Untuk menghasilkan anak, organ reproduksi yang sehat sangat diperlukan, dimana sekitar 40 kasus infertilitas berasal dari faktor pria. Analisis semen merupakan pemeriksaan rutin untuk menganalisa status kesehatan sistem reproduksi pria menggunakan referensi dari WHO tahun 1999, salah satu faktor penting yang berpengaruh adalah motilitas sperma. Pria dengan asthenozoospermia memiliki nilai abnormal pada beberapa zat yang berkontribusi membangun motilitas cairan sperma, salah satunya adalah Seng, sebuah mikronutrien vital dalam pertumbuhan sel, motilitas, viabilitas, volume, pH, konsentrasi, dan morfologi sperma. Beberapa penelitian menyatakan bahwa konsentrasi Seng dalam cairan semen terbukti memiliki korelasi dengan motilitas, konsentrasi, dan morfologi sperma. Namun adapula beberapa literatur yang menyatakan bahwa kadar seng tidak berkontribusi terhadap infertilitas pria. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh konsentrasi seng terhadap pria infertil dengan asthenozoospermia. Dengan demikian, prevalensi infertilitas karena jumlah seng yang tidak memadai dapat dicegah sehingga jumlah infertilitas di Indonesia dapat berkurang. Penelitian ini menggunakan metode comparative case-control. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Departemen Biokimia FKUI. Data dan Sampel diambil melalui proses masturbasi dan didapatkan dari RSIA Sayyidah. Adapun jumlah sampel adalah lima belas 15 untuk asthenozoospermia, dan dua puluh 20 sampel untuk normozoospermia. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kandungan Seng pada semen plasma diketahui tidak berhubungan dengan asthenozoospermia pada pria infertil. Hasil dari kedua kategori, asthenozoospermia dan normozoospermia tidak menunjukan perbedaan bermakna yang signifikan.
ABSTRACT
Abstract To reproduce and have children is one of the main objectives of married couple. To breed and produce children, having a healthy reproductive organ is required, where about 40 cases of infertility come from male factors. Seminal plasma analysis is a rouine examination to analyze male reproduction health status using the reference value from WHO 1999, one of the important factor is sperm motility. Males with asthenozoospermia has abormal value of several substances that build sperm motility, one of them is Zinc, a vital micronutrient in cell growth, mobility, viability, volume, pH, concentration, and morphology.Several studies stated that Zinc concentration in seminal fluid is proven to have strong correlation with male infertility. In contrast, there are also some literatures stated that zinc concentration and male infertily has has no correlation. This study aimed to find the correlation between seminal plasma Zinc concentration and asthenozoospermia in infertile males. This research project used comparative case control method. Data an sample were taken from RSIA Sayyidah through masturbation process. Then the data was analysed in Biochemistry Laboratory FKUI. As a result, fifteen asthenozoospermic semen plasma and twenty normozoospermic semen plasma are included in this project. Based on the statistical analysis, zinc was not shown to have any association with asthenozoospermia in infertile men. Both groups, the asthenozoospermic and normozoospermic sampples do not show any significant difference.
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>