Dialog Nasional merupakan suatu kebutuhan bagi seluruh negara demokrasi untuk menyelesaikan segala persoalan nasional, tanpa terkecuali Republik Sudan. Penyelenggaraan Dialog Nasional yang diinisiasi oleh pemerintah Bashir di Republik Sudan merupakan upaya pemerintah untuk menyelesaikan segala permasalahan nasional, sebagai upaya untuk mencegah krisis dan disintegrasi bangsa dengan menghadirkan perdamaian dan stabilitas nasional. Penelitian ini menguji seberapa peran Dialog Nasional dalam mengatasi krisis nasional di Sudan, bagaimana peran eksternal dan korelasi Revolusi Ketiga terhadap penyelenggaraan Dialog Nasional. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui signifikansi peran Dialog Nasional dalam mengatasi permasalahan nasional, serta mengetahui peran eksternal dan korelasi Revolusi Ketiga terhadap Dialog Nasional. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, serta menggunakan pendekatan deskriptif-analitik. Pemerolehan data dalam penelitian ini menggunakan studi pustaka, dan wawancara dengan menggunakan teknik triangulasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Dialog Nasional di Sudan sejauh ini mengalami kegagalan karena berbagai faktor, di antaranya tidak inklusif, pembahasan yang tidak komprehensif, dan gagalnya proses pimplementasi, dan puncaknya adalah dibubarkannya Dewan Dialog Nasional pasca kudeta Bashir pada 2019 tanpa menyisakan lembaga khusus yang berfungsi menjalankan wewenang Dialog Nasional. Akhirnya, dengan gagalnya dialog tersebut, maka Dialog Nasional hanya dapat dicatat oleh sejarah modern Sudan tanpa memanfaatkan nilai positif atas apapun yang dihasilkan melalui forum dialog.
Kata kunci: Afrika Utara, Dialog Nasional, Republik Sudan, Sudan, Timur Tengah
National Dialogue is a necessity for democratic countries to resolve national issues, without the exception of Republic Sudan which is one of the democratic countries in the world. National Dialogue was initiated by Bashir Government in the Republic of Sudan which is a government effort to resolve national issues and to prevent national crises by presenting national peace and stability. This research examines how is the role of National Dialogue in overcoming the national crisis in Sudan, and how is the role of externals and the correlation of the Third Revolution to the National Dialogue. It aims to determine the significance of the role of the National Dialogue in overcoming national problems, and to know the external role and correlation of the Third Revolution to National Dialogue by using qualitative methods, and descriptive-analytic approach. This study is derived from literature study and interviews by using triangulation techniques. This research shows that the Sudanese National Dialogue is failed because of various factors, including the worsening economic conditions, the incomplete discussion and the failure of implementation process, especially the dissolution of the National Dialogue Council in 2019 without leaving any special institution to carry out National Dialogue Authority. Finally, National Dialogue can only be noted in the Sudan’s modern history without utilizing positive values which are produced by the National Dialogue.
Key word: Middle East, National Dialogue, North Africa, Republic of Sudan, Sudanese National Dialogue, The Sudan
Konflik di Yaman yang pada dasarnya merupakan persaingan antara kelompok-kelompok lokal dan pemerintah untuk mendapatkan kendali atas negara telah bertransformasi menjadi isu internasional dengan terlibatnya pihak-pihak eksternal. Hal itu diawali dengan terlibatnya Arab Saudi dan koalisinya pada tahun 2015 yang bertujuan untuk menghilangkan pengaruh Houthi. Di samping itu, konflik di Yaman juga telah menjadi medan proxy antara Saudi dan Iran. Fenomena keterlibatan Iran di Yaman akan dianalisis menggunakan konsep identitas dan kepentingan dari teori konstruktivisme yang dikemukakan oleh Alexander Wendt, dengan tujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang melatar belakangi ketertarikan Iran untuk mendukung Houthi dengan memberikan bantuan berupa senjata dan bantuan militer lainnya. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitis dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelian ini menyimpulkan bahwa Syiahisme, anti imperialisme, baik terhadap AS maupun Israel, serta anti-Wahabisme merupakan faktor-faktor yang menarik Iran untuk mendukung Houthi. Di samping itu, keterlibatan Iran di Yaman juga dalam rangka mencapai kepentingan nasional berupa kepentingan politik dan ideologi.
Kata kunci : Houthi, Iran, Kepentingan, Konflik, Yaman
Keywords : Conflict, Houthi, Interest, Iran, Yemen