Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reggina Diah Ayuningtyas
Abstrak :
Dark tourism merupakan wisata dengan berkunjung ke tempat terjadinya kekejaman dan pembunuhan yang berhasil menarik minat wisatawan. Hal ini dikarenakan oleh keunikannya yang tidak didapatkan oleh wisatawan jika berkunjung ke jenis wisata lain. Oleh karena itu, wisata ini berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut, terlebih lagi Indonesia memiliki banyak daya tarik wisata dark tourism, salah satunya yaitu Kawasan Kota Tua Jakarta, seperti Pelabuhan Sunda Kelapa, Museum Sejarah Jakarta, dan Toko Merah. Adapun tujuan penelitian ini yaitu mengetahui tingkat kekelaman dark tourism sebagai daya tarik utama, potensi wisata, serta upaya pengembangan wisata di Kawasan Kota Tua Jakarta. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode skoring pada penilaian tingkat kekelaman dan potensi wisata. Sementara itu, pengumpulan data diperoleh melalui wawancara, observasi lapangan, dan studi pustaka. Selanjutnya data dianalisis menggunakan analisis deskriptif keruangan dan analisis spasial komparatif. Berdasarkan hasil penilaian spektrum dark tourism, diketahui bahwa Pelabuhan Sunda Kelapa tergolong ke dalam tingkatan light-dark, sedangkan Museum Sejarah Jakarta dan Toko Merah tergolong ke dalam tingkatan dark. Sementara itu, berdasarkan penilaian potensi wisata, Toko Merah tergolong ke dalam potensi sedang, sedangkan Museum Sejarah Jakarta dan Pelabuhan Sunda Kelapa memiliki potensi yang tinggi. ......Dark Tourism is a tour by visiting places of atrocities to murders that have succeeded in attracting tourism, because of its uniqueness that tourists will not get when visiting other types of tourism. Therefore, dark tourism has the potential to be developed further, especially Indonesia has a lot of dark tourism attractions, in the Kota Tua Jakarta, such as Pelabuhan Sunda Kelapa, Museum Sejarah Jakarta, and Toko Merah. The purpose of this study is to determine the dark level of dark tourism as the main attraction, tourism potential, and tourism development efforts. The approach used in this study is a qualitative using the scoring method in assessing the dark level of dark tourism and assessing tourism potential. Meanwhile, data collection was obtained through interviews, field observations, and literature studies. Furthermore, the data analysis in this study is descriptive analysis with a spatial approach, and comparative spatial analysis. Based on the results of the dark tourism spectrum assessment, it is known that Pelabuhan Sunda Kelapa belongs to the light-dark level, while the Museum Sejarah Jakarta and Toko Merah belong to the dark level. Meanwhile, based on the assessment of tourism potential, Toko Merah dan is classified as a medium potential to be developed, while the Museum Sejarah Jakarta and Pelabuhan Sunda Kelapa have high potential value.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhitya Anggit Wicaksono
Abstrak :
Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem yang sangat penting bagi kehidupan flora dan fauna, serta manusia yang ada disekitarnya. Sehingga ekosistem ini perlu diperhatikan keberlanjutannya sebagai upaya pemanfaatkan ekosistem. Kecamatan Cilamaya Wetan merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Karawang yang memiliki hutan mangrove yang sangat luas, dimana luas hutan mangrove di Kecamatan Cilamaya Wetan mencapai 1.019 ha, sehingga dinilai berpotensi untuk dikembangkan menjadi wisata bahari mangrove. Dalam menentukan wilayah yang paling berpotensi untuk dijadikan wisata bahari, variabel yang perlu dipertimbangkan adalah kondisi biofisik ekosistem mangrove, kualitas air, dan faktor lokasi terhadap aksesibilitas dan kaitannya dengan jarak dari permukiman. Variabel biofisik dianalisis menggunakan kesesuaian mangrove untuk wisata, kemudian variabel kualitas air dilakukan analisis menggunakan Pollution Index (PI), serta aspek lokasi dianalisis secara deskriptif. Hasil analisis potensi ekosistem mangrove untuk wisata bahari berdasarkan kondisi biofisik dan kualitas air didapatkan tiga zona yang memiliki potensi untuk dijadikan wisata bahari, yaitu pada zona Maryamah – Tunut, zona Tarsip – Ci lamaya, dan zona Cilamaya. Kemudian berdasarkan analisis spasial menggunakan faktor lokasinal berdasarkan aksesibilitas dan jarak dari permukiman di dapatkan zona Tarsip – Ci lamaya dan zona Ci Lamaya yang berpotensi untuk dijadikan wisata bahari mangrove. Karena dimana selain wilayahnya sesuai berdasarkan kondisi biofisik ekosistem mangrove dan kualitas airnya, wilayah ekosistem mangrove yang berada di zona Tarsip – Ci Lamaya dan zona Ci Lamaya memiliki aksesibilitas yang mudah untuk dijangkau dan juga jarak dari permukiman yang relatif jauh sehingga wilayah tersebut memiliki nilai keasrian dan keaslian yang tinggi. Selain itu, keanekaragaman jenis objek biota yang beragam dan pemandangan yang indah di sekitar ekosistem mangrove juga dinilai akan menjadi nilai tambah sebagai daya tarik untuk dijadikan wisata.
Mangrove ecosystem is the ecosystems that has an important role not only for the life of flora and fauna, but also for the society around the ecosystem. So that this ecosystem needs to be considered for its sustainability as an effort to utilize the ecosystem. Cilamaya Wetan Subdistrict is one of the sub-districts in Karawang Regency which has a very wide mangrove forest that reaches 1,019 ha, so it is considered to be developed into mangrove tourism. Biophysical condition and water quality, and also location factors for accessibility and its distance from the settlement need to consider, in which to develop mangrove ecosystem into tourism. Biophysical variables were analyzed using the suitability of mangroves for tourism, then water quality variables were analyzed using Pollution Index (PI), and location aspects were analyzed spatially using buffer method. The results of the analysis of the potential of mangrove ecosystems for marine tourism based on biophysical conditions and water quality obtained three zones that suitable to develop into tourism. Those zones are Maryamah-Tunut zone, Tarsip-Ci lamaya zone, and Cilamaya zone. Then based on spatial analysis using locational factors based on accessibility and distance from settlements, Tarsip-Ci lamaya zone and Ci Lamaya zone have the potential to be used as mangrove marine tourism. Because besides those 2 zones area are suitable based on the biophysical conditions and water quality, the accessibility is quite good because the main road is provided towards the ecosystem and also the distance from the settlement is in ideal distance, so that the ecosystem can be kept in good condition. In addition, the diversity of diverse species of fauna and the beautiful scenery around the mangrove ecosystem is also considered to be an added value as an attraction for tourism on those zones.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhsan Maulana Mulya
Abstrak :
Kabupaten Bandung Barat selain memiliki keindahan wisata alam yang terkenal, tetapi juga memiliki wisata lain yang terkenal yaitu wisata kuliner. Lokasi-lokasi wisata kuliner di Kabupaten Bandung Barat sudah berkembang pesat dan memiliki ciri khas yang berbeda-beda. Pemilihan berbagai lokasi wisata kuliner tidak terlepas dari karakteristik lokasi dan juga karakteristik wisatawan yang berada di setiap lokasi wisata kuliner. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah karakteristik lokasi dan wisatawan di setiap lokasi wisata kuliner di Kabupaten Bandung Barat serta menganalisis hubungan antara karakteristik lokasi dengan karakteristik wisatawan di lokasi wisata kuliner. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah karakteristik lokasi dan karakteristik wisatawan yang terdiri dari indikator jarak dari lokasi wisata alam atau buatan, jaringan jalan, penggunaan tanah, jenis makanan, asal wisatawan dan teman perjalanan. Metode yang digunakan adalah analisis komparasi keruangan dan analisis statistik chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik lokasi wisata kuliner dengan jenis makanan tradisional dan memiliki lokasi strategis menjadi yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan, dan karakteristik wisatawan asal Jawa Barat bersama keluarga menjadi yang paling banyak mengunjungi lokasi wisata kuliner. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik lokasi wisata kuliner dengan karakteristik wisatawan di lokasi wisata kuliner Kabupaten Bandung Barat.
West Bandung Regency, besides having the beauty of famous natural attractions, but also has another renowned tourism such as culinary tourism. Culinary tourism in West Bandung Regency has developed rapidly. Many new culinary tourism locations have emerged with different characteristics from other regions. The selection of various culinary tourism locations inseparable from the characteristics of the location and the characteristics of tourists who come in each culinary tourist location. This research aims to determine how the characteristics of locations and tourists in each culinary tourism location in West Bandung Regency and analyze the relationship between the location characteristics with the characteristics of tourists in culinary tourism locations. In this research, the variables used are characteristic of tourists location and characteristics, consisting of indicators of distance from natural or artificial tourist sites, road networks, land use, types of food, the origin of tourists, and travel companions. The methods used are spatial comparison analysis and chi-square statistical analysis. The results showed that the characteristics of culinary tourism with a traditional food type and has the strategic location were mostly visited by tourists and the characteristics of tourists from West Java, with their families being the most visited culinary tourism locations. Chi-square statistical test results show that there is a significant relationship between the characteristics of culinary tourism locations with the characteristics of tourists in culinary tourism locations in West Bandung Regency.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tristano Edwan Cancer Ananta
Abstrak :

Kota Surakarta adalah salah satu destinasi wisata budaya dan sejarah yang terus berkembang di Indonesia. Adanya tren peningkatan jumlah wisatawan tahun 2016-2018 menyebabkan banyak bermunculan bangunan fasilitas akomodasi di Kota Surakarta. Perbedaan karakteristik lokasi di setiap fasilitas akomodasi akan mempengaruhi wisatawan dalam memilih fasilitas akomodasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik lokasi fasilitas akomodasi seperti apa yang dipilih oleh wisatawan baik domestik dan mancanegara di Kota Surakarta serta hubungan antara karakteristik lokasi fasilitas akomodasi dengan karakteristik wisatawan berdasarkan usia wisatawan dan tempat asal wisatawan. Penelitian ini menggunakan metode analisis komparasi keruangan serta menggunakan analisis uji statistik chi-square untuk melihat hubungan antar variabel yang terdiri dari karakteristik lokasi fasilitas akomodasi dan karakteristik wisatawan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik lokasi fasilitas akomodasi yang dipilih oleh wisatawan mancanegara dan domestik berbeda. Wisatawan mancanegara cenderung memilih hotel berbintang, sedangkan untuk wisatawan domestik lebih bervariasi pemilihan nya yaitu hotel berbintang dan hotel non-bintang. Selain itu, terdapat hubungan antara karakteristik wisatawan domestik dengan karakteristik lokasi fasilitas akomodasi yang dipilih, sedangkan untuk karakteristik wisatawan mancanegara tidak terdapat hubungan dengan karakteristik lokasi fasilitas akomodasi yang dipilih.


The city of Surakarta is one of the cultural and historical tourist destinations that continues to develop in Indonesia. The trend of an increase in the number of tourists in 2016-2018 has led to the emergence of many accommodation facilities in the city of Surakarta. Differences in location characteristics in each accommodation facility will affect tourists in choosing accommodation facilities. This study aims to determine the characteristics of the location of accommodation facilities chosen by domestic and foreign tourists in the city of Surakarta, as well as the relationship between the characteristics of the location of accommodation facilities with the characteristics of tourists based on the age and place of origin of tourists. This study uses a spatial comparison analysis method and uses a chi-square statistical analysis to see the relationship between variables, such as the characteristics of the location of accommodation facilities and characteristics of tourists. The results of this study indicate that the location characteristics of the accommodation facilities chosen by foreign and domestic tourists are different. Foreign tourists tend to choose star hotels, while for domestic tourists the choice varies, namely star hotels and non-star hotels. In addition, there is a relationship between the characteristics of domestic tourists with the characteristics of the location of selected accommodation facilities, while for the characteristics of foreign tourists there is no relationship with the characteristics of the location of selected accommodation facilities.

Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fadlullah
Abstrak :

Perairan Yogyakarta merupakan salah satu perairan Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 573 dengan aktivitas penangkapan ikan. Nelayan sebagai aktor utama aktivitas tersebut akan terus memanfaatkan sumber daya perikanan untuk kebutuhan hidupnya. Padahal perairan merupakan common-pool resources yang dapat menimbulkan sebuah masalah akibat adanya kegiatan penangkapan ikan. Masalah tersebut dapat berujung pada eksploitasi dan degradasi lingkungan perairan. Perairan Yogyakarta umumnya dimanfaatkan oleh komunitas nelayan di Provinsi Yogyakarta dengan pemanfaatan terbesar pada komunitas nelayan di Kabupaten Bantul. Salah satu komunitas nelayan di Kabupaten Bantul, Yogyakarta yang paling besar dan maju adalah nelayan di Pantai Depok, Desa Parangtritis. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemilihan fishing grounds dan aktivitas penangkapan ikan berdasarkan jarak dari garis pantai untuk mencapai pengelolaan sumber daya perikanan yang tepat. Metode analisis yang digunakan adalah analisis keruangan dan keterkaitan hubungan yang dijelaskan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nelayan masih sangat bergantung kepada kondisi cuaca dan perairan. Pemilihan fishing grounds hanya mencapai 10 mil dari garis pantai ketika musim berlimpah. Fishing grounds tersebut akan berubah dan cenderung mendekat ke arah garis pantai ketika memasuki musim paceklik. Pemilihan fishing grounds memiliki hubungan yang cukup erat dengan asal daerah nelayan. Nelayan pendatang dari Cilacap yang sudah terbiasa dengan aktivitas penangkapan ikan dapat memilih fishing grounds yang lebih jauh dibandingkan nelayan lokal. Untuk pola spasial penangkapan ikan, jarak fishing grounds akan mempengaruhi ukuran mesin armada. Sementara faktor penangkapan lain seperti armada (kepemilikan dan ukuran), alat tangkap, dan hasil tangkapan cenderung sama baik pada fishing grounds dekat dan jauh di Perairan Yogyakarta. Komoditas tangkapan ikan yang sama serta kondisi cuaca dan perairan diperkirakan membuat aktivitas penangkapan kurang bervariasi oleh nelayan di Pantai Depok.


Yogyakarta waters are one of the waters in Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 573 with capture fisheries activity. Fisher is the main actor in fisheries activity who always uses the resources to their life necessities. Waters is a common-pool resource that can cause problems with capture fisheries activity. These problems could lead to exploitation and environmental degradation of waters. Generally, the fisher community who lived in the coastal area in Yogyakarta fishing in Yogyakarta waters. Bantul Regency becomes the biggest fishery production in 2018 than the other regency in Yogyakarta Province. One of the fishing communities in Bantul Regency, Yogyakarta that continues to grow and the most advanced in capture fisheries is the fisher at Depok Beach, Parangtritis Village. Therefore, the research conduct to analyze the fisher spatial behavior of fishing activities based on distance from the coastline to do proper fisheries management. The analytical method used was spatial analysis and quantitative descriptive. The results showed that fisher at Depok Beach still depends on the weather and water condition. Fishing grounds can reach 10 miles from the coastline on west monsoon (good season). Those fishing grounds will change and got shorter to the coastline on east monsoon (bad season). Fishing grounds choice has a relationship with the origin of the fisher. Migrant fishers from Cilacap who familiar with fishing activities choose fishing grounds more distant than a local fisher. For the spatial pattern of fishing, the fishing grounds distance will affect the size of the boat engine. While other fishing activities like a boat (ownership and size), gears, and the amount of catch fish tend to be the same both near and far fishing grounds at Yogyakarta waters. The same commodities and weather and water conditions are thought to make fishing activities less varied by fisher on Depok Beach.

Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Astariningsih Setyoputri
Abstrak :

Pariwisata merupakan salah satu sektor industri yang memiliki perkembangan pesat. Daya tarik wisata memiliki kekuatan tersendiri untuk menarik wisatawan melakukan perjalanan wisata. Daya tarik wisata pada umumnya berdasarkan adanya aksesibilitas yang tinggi dan fasilitas penunjang untuk melayani para wisatawan. Faktor penentu wisatawan memilih destinasi wisata adalah preferensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi wisatawan terhadap wisata pantai yang terletak di Kabupaten Kebumen. Dalam penelitian ini digunakan metode analisis spasial dan analisis statistik crosstab untuk menjawab pertanyaan preferensi wisatawan terhadap daya tarik wisata pantai. Obyek wisata pantai di Kabupetan Kebumen memiliki daya tarik yang beragam, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Atraksi berupa site attraction dan event attraction, fasilitas, dan aksesibilitas menjadi karakteristik pada obyek wisata dengan daya tarik rendah. Obyek wisata dengan daya tarik sedang memiliki atraksi berupa site attraction dan event attraction, serta fasilitas sebagai karakteristik obyek wisata. Obyek wisata daya tarik tinggi memiliki atraksi dan fasilitas sebagai karakteristiknya. Mayoritas obyek wisata di Kabupaten Kebumen memiliki daya tarik rendah. Berdasarkan hasil crosstab, obyek wisata dengan daya tarik tinggi memiliki jenis preferensi wisatawan yang berbeda. Hal ini disebabkan karena preferensi wisatawan tidak hanya pada atraksi.


Tourism is one of the industrial sector growing rapidly. The tourist attraction has its strength to attract tourists traveling. Tourist attractions mostly based on high accessibility and facilities to serve the tourist. Preference is a determinant tourist to determine tourism destinations. The purpose of this research is to find out preference tourists for tourist attraction of beaches in Kebumen Regency. The method used to achieve the purpose of the research is spatial analysis and crosstab. Beach tourist objects have low, medium, and high-level attractions. Beach tourist objects that have low level have characteristics like site attractions, event attractions, facilities, and accessibility. The medium level one has characteristics like site attractions, event attractions, and facilities. The high-level one has characteristics like site attractions, event attractions, and facilities. The tourist objects in Kebumen majority have low level attractions. Based on crosstab, the tourist objects that first liked by respondents and have high-level attractions have different preferences type. Because preferences are not only by their attractions.

Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amrullah Fathurrahman
Abstrak :

Taman Kehati mempunyai fungsi sebagai pusat penelitian dan keanekaragaman biota. Kawasan lindung mayoritas dimiliki oleh negara dan menjadi strategi wilayah konservasi. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui peluang dan tantangan taman kehati sebagai wilayah konservasi dengan analisis secara spasial, deskriptif, dan SWOT yang mencakup faktor fisik dan sosial. Variabel fisik mencakup penggunaan tanah, kemiringan lereng, dan fungsi kawasan hutan. Faktor sosial berfokus pengetahuan ekologi lokal masyarakat adat dan juga HHBK terhadap taman. Pada faktor fisik, beberapa titik taman kehati mempunyai keindahan alam yang menarik seperti air tebing indah apabila dilihat dari puncak. Dalam faktor sosial, pengetahuan ekologi lokal masyarakat adat dapat dikatakan cukup baik. Masyarakat adat pada seluruh titik responden dan juga tuan tanah taman kehati sudah mempunyai pengetahuan yang baik mengenai keanekaragama   n flora fauna di wilayah nya. Tantangan taman kehati sebagai wilayah konservasi yaitu bahwa masyarakat umum pada keseluruhan desa kurang paham akan pentingnya menjaga lingkungan. Pada diskusi kelompok terarah di titik desa Mangais, bahwa masyarakat lebih mementingkan akan upah yang bisa didapat dalam hal jangka pendek.

 


Biodiversity Park has a function as a center for research and biodiversity. Protected areas owned by the state and become a conservation strategy area. This research aims to look at the opportunities and challenges of a biodiversity park as a conservation area with a spatial, descriptive and SWOT analysis that includes physical and social factors. Land use spatial variables uses land use, slope, and function of forest area. Social factors focus on the local ecology of indigenous peoples and also HHBK at the park. On the physical factor, some points of the park are of attractive natural beauty such as beautiful cliffs seen from the top. In terms of social factors, local ecological knowledge of indigenous peoples can be said to be quite good. The indigenous peoples at all points and also the biodiversity park landlords already have good knowledge about the diversity of flora and fauna in their area. The challenge of the biodiversity park as a conservation area is that the general public in the whole village does not understand how to protect the environment. In a focus group discussion at the point of Mangais village, that the community is more concerned with wages that can be obtained in the short term.

Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aurel Hewy Sabita
Abstrak :
Selama era post pandemi, banyak aktivitas yang kembali normal. Banyak remaja sering melakukan hangout sebagai sarana untuk berkumpul dengan teman. Kehadiran Kumulo Creative Compound dan The Lapan Square menyediakan one-stop hangout place. Remaja memilih tempat hangout berdasarkan preferensi atau pilihan pribadi. Proses pemilihan space melibatkan berbagai aspek psikologi seperti motivasi, intensi pribadi, emosi serta intelektual. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pola Pemilihan Lokasi Kumulo Creative Compound dan The Lapan Square Sebagai Tempat Hangout Remaja Di Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan studi literatur menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian membuktikan bahwa pemilihan lokasi Kumulo Creative Compound dan The Lapan Square sebagai tempat hangout remaja di Kota Tangerang Selatan sangat mempengaruhi dalam keberhasilan pemenuhan kebutuhan hangout remaja di Kota Tangerang Selatan. Secara umum pemilihan lokasi dari pengunjung Kumulo Creative Compound dan The Lapan Square di Kota Tangerang Selatan ditentukan oleh karakteristik responden melalui usia, jenis kelamin, status pekerjaan, pendidikan terakhir dan domisili tempat tinggal menjadi pola awal menetapkan keputusan lokasi hangout yang dituju, karakteristik perjalanan melalui perilaku konsumen dan karakteristik lokasi hangout melalui perilaku keruangan(site dan situation). Pemilihan lokasi Kumulo Creative Compound dan The Lapan Square dapat juga dilihat dari leisure motivation yang lebih termotivasi kepada hubungan social yaitu kebutuhan seseorang akan persahabatan dan hubungan interpersonal khususnya dalam interaksi dengan orang lain dan pengembangan persahabatan yang diikuti dengan motivasi competence mastery seseorang dalam bersaing dengan kemampuan personal terhadap orang lain dan memotivasi intellectual seseorang dalam membantu memperluas minat atau belajar tentang hal-hal lain di sekitarnya, sedangkan berkaitan dengan stimulus avoidance lokasi hangout masih belum menyentuh motivasi seseorang untuk dapat merasakan rileks secara mental atau belum dapat menghilangkan stress dan ketegangan individu yang datang ke lokasi hangout tersebut. ......During the post-pandemic era, many activities have returned to normal. Many teenagers often hang out as a means to gather with friends. The presence of a Kumulo Creative Compound and The Lapan Square in providing one-stop hangout place. Teenagers choose hangout places based on personal preferences or choices. The space selection process involves various aspects of psychology such as motivation, personal intentions, emotions, and intellect. This study aims to analyze the Location Selection Pattern of Kumulo Creative Compound and The Lapan Square as a Teenage Hangout Place in South Tangerang City. This research uses quantitative methods with literature studies using descriptive analysis. The results of the study prove that the location selection of Kumulo Creative Compound and The Lapan Square as a teen hangout place in South Tangerang City greatly influences the success of fulfilling the hangout needs of teenagers in South Tangerang City. In general, the location selection of visitors to Kumulo Creative Compound and The Lapan Square in South Tangerang City is determined by the characteristics of visitors through age, gender, employment status, latest education, and domicile of residence is the initial pattern in determining the intended hangout location decision, travel characteristics through consumer behavior and location characteristics through spatial behavior (site and situation). The selection of Kumulo Creative Compound and The Lapan Square locations can also be seen from leisure motivation which is more motivated by social relationships, namely a person's need for friendship and interpersonal relationships, especially in interactions with others and the development of friendships followed by a person's competence mastery motivation in competing with personal abilities against others and motivating a person's intellectual in helping to broaden interests or learn about other things around him, while concerning stimulus avoidance, hangout locations still do not touch a person's motivation to be able to feel mentally relaxed or not be able to relieve stress and tension of individuals who come to the hangout location.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bella Hena Samira
Abstrak :
Kecakapan digital menjadi salah satu upaya pencapaian target SDGs yang tercantum pada SDG Tujuan 9 poin c. Salah satu faktor penyebab ketimpangan akses internet yaitu ditemukan masalah pengaksesan, terutama di tempat-tempat dataran tinggi seperti gunung dan sekitarnya. Selain itu, keadaan muka bumi yang berbeda di beberapa titik dapat mempengaruhi penerimaan sinyal. Salah satu kecamatan di Kabupaten Sukabumi, yaitu Parakansalak rupanya hanya memiliki satu lokasi tower BTS dimana mampu berpengaruh terhadap pengaksesan internet. Berdasarkan survei lapang, provider Telkomsel sebagai anak perusahaan BUMN yang seharusnya mampu mengungguli provider lainnya justru berkualitas buruk pada wilayah tersebut. Maka, perlunya dukungan perluasan coverage area dari jaringan ISP Telkomsel yang dapat dilihat dari sisi kondisi lahan agar tercapainya kemudahan akses dan bebas hambatan. Analisis yang dilakukan yaitu analisis spasial yang dibantu oleh SIG. Selain itu, dilakukan pengukuran Quality of Service (QoS), signal strength, dan internet speed untuk memvalidasi performansi jaringan. Kemudian, menggunakan teknik overlay, analisis buffer dan analisis korelasi untuk memperlihatkan hubungan dengan kondisi lahan dari wilayah penelitian yakni Kecamatan Parakansalak, Kabupaten Sukabumi. Kondisi lahan yang diteliti mencakup jarak dengan BTS, arah hadapan lereng, bentuk medan, dan tutupan lahan. Hasil menunjukkan, dari ketiga pengukuran yaitu Quality of Service, Signal Strength, dan Internet Speed didapatkan pola spasial yang berbeda. Pola spasial internet speed terlihat paling sesuai jika dihubungkan dengan kondisi lahan. Selain itu, berdasarkan pengaruh atas ketersediaan ISP Telkomsel, didapatkan hasil bahwa arah hadapan lereng berpengaruh, bentuk medan tidak terlalu berpengaruh, tutupan lahan tidak terlalu berpengaruh, dan jarak ke BTS berpengaruh. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan pemerintah, instansi, akademisi, maupun masyarakat untuk memperbaiki akses internet di Indonesia dengan membangun infrastruktur BTS secara merata ......Digital skills are one of the goals to achieve the SDGs targets that listed in SDG Goal 9 point c. One of the factors causing inequality in internet access is access problems, especially in high-altitude areas such as mountains and their surroundings. In addition, different ground conditions at several points can affect signal reception. One of the sub-districts in Sukabumi Regency, Parakansalak District apparently only has one BTS tower location which can affect internet access. Based on a field survey, Telkomsel's provider as a subsidiary of BUMN, which should be able to outperform other providers, is actually of poor quality in that area. So, it is necessary to support the expansion of the coverage area of Telkomsel's ISP network which can be seen from the side of the land conditions in order to achieve easy and barrier-free access. The analysis carried out is spatial analysis assisted by GIS. In addition, measurements of Quality of Service (QoS), signal strength, and internet speed were carried out to validate network performance. Then, using overlay techniques, buffer analysis and correlation analysis to see the relationship with the land conditions of the research area, Parakansalak District, Sukabumi Regency. The conditions of the land studied included the distance to BTS, the direction of the slope, the shape of the terrain, and land cover. The results show that from the three measurements, Quality of Service, Signal Strength, and Internet Speed, different spatial patterns are obtained. The spatial pattern of internet speed seems to be the most suitable if it is related to the condition of the land. In addition, based on the effect on the availability of Telkomsel's ISP, the results show that the direction of the face of the slope has an effect, the shape of the terrain is not too influential, the land cover is not too influential, and the distance to BTS has an effect. With this research, it is hoped that it can become a reference for the government, agencies, academics, and the public to improve internet access in Indonesia by building BTS infrastructure evenly.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deka Alif Renaldy
Abstrak :
Curah hujan ekstrim diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan pemanasan global di sebagian besar dunia dikarenakan adanya peningkatan konsentrasi uap air atmosfer. Amplikasi curah hujan ekstrim dapat meningkatkan intensitas dan frekuensi banjir yang merugikan di berbagai sektor. Melaui investigasi spasial dan temporal berdasarkan indikator hujan ekstrem yaitu meliputi aspek frekuensi, persistensi, absolut maksimal dan rata-rata per kejadian. Penelitian ini mengungkap kecenderungan hujan ekstrem dan karakteristik hujan ekstrem di DAS Citarum Hulu periode 1980-2022. Analisis yang digunakan dikenal dengan metode non-parametrik yaitu Mann-Kendall Test sebagai salah satu metode yang paling populer digunakan untuk mengevaluasi ada tidaknya kecenderungan pada data rentang waktu hidrologi. Hasil menunjukkan bahwa secara spasial kecenderungan hujan ekstrem di DAS Citarum Hulu terdeteksi terdapat 5 titik stasiun penakar curah hujan dengan kenaikan/penuruan trend secara signifikan dalam periode 1980-2022. Sedangkan secara termporal bulanan, memperlihatkan trend kenaikan/penurunan signifikan terjadi pada 12 lokasi stasiun curah hujan di DAS Citarum. Dalam penelitian ini juga diketahui bahwa kondisi topografi dan fenomena iklim (ENSO & IOD) terindikasi mempengaruhi intensitas curah hujan di DAS Citarum Hulu. Hasil dari visualisasi spasial curah hujan dan curah hujan ekstrem berdasarkan indikator hujan ekstrem juga menampilkan kecenderungan hujan ekstrem relatif tinggi di ketinggian >1000 mdpl dan berdasarkan analisis temporal bersama fenomena iklim ditemukan peningkatan curah hujan di tahun-tahun La Nina kuat IOD negatif, namun untuk curah hujan ekstrem tidak semua parameter menunjukkan keterkaitan terhadap fenomena iklim. ......Extreme rainfall is expected to continue increasing along with global warming in most parts of the world due to an increase in the concentration of atmospheric water vapor. The application of extreme rainfall can increase the intensity and frequency of floods, which is detrimental in various sectors. Through spatial and temporal investigations based on extreme rain indicators, which include aspects of frequency, persistence, absolute maximum, and average per event, this study reveals the trend of extreme rainfall and the characteristics of extreme rain in the Citarum Upper Watershed for the period 1980-2022. The analysis used is known as the non-parametric method, namely the Mann-Kendall Test, as one of the most popular methods used to evaluate whether there is a trend in hydrological time span data. The results show that spatially, the trend of extreme rain in the Upper Citarum watershed was detected at 5 rainfall measuring stations with a significant increase/decrease trend in the 1980-2022 period. Meanwhile, on a monthly basis, a significant increase/decrease trend occurred in 12 rainfall station locations in the Citarum watershed. In this study, it is also known that topographical conditions and climatic phenomena (ENSO & IOD) are indicated to affect the intensity of rainfall in the Upper Citarum watershed. The results of the spatial visualization of rainfall and extreme rainfall based on extreme rain indicators also show a tendency for relatively high extreme rain at altitudes > 1000 meters above sea level. Based on a joint temporal analysis of climatic phenomena, it is found that there is an increase in rainfall in strong La Nina years when IOD is negative. However, for extreme rain, it does not show all parameters related to climate phenomena.
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>