Pembentukan jaringan telekomunikasi seluler dapat dilakukan menggunakan sebuah komputer. OpenBTS dan OpenAirInterface (OAI) merupakan alternatif membangun jaringan seluler GPRS dan LTE secara portabel dengan bantuan USRP B210 yang dapat mengimplementasikan sistem radio secara fleksibel. Aplikasi open source tersebut memungkinkan modifikasi atau kustomisasi pada source code untuk ekstensibilitas fungsi dalam evaluasi eksperimental. Bekerja berdasarkan standarisasi yang ada, termasuk OAI sepenuhnya berdasarkan Release 10 sehingga memungkinkan pembentukan berbagai komponen seperti UE, eNB, MME, HSS, SGW dan PGW pada peralatan komputasi standar berbasis Linux.
Penelitian berfokus pada studi untuk melakukan evaluasi kinerja komparatif terhadap perkembangan teknologi seluler untuk akses internet. Evaluasi meliputi throughput, delay, jitter, dan persentase packet loss dengan nilai masing-masing untuk GPRS yaitu 62,34 KBps, 1,03 s, 433,47 ms, dan 5,20% sedangkan untuk LTE yaitu 2,17 MBps, 54,44 ms, 12,48 ms, dan 3,12%. Penggunaan GPRS untuk layanan saat ini seperti akses video dan penelusuran tidak dimungkinkan. Hasil persentase kualitas LTE untuk browsing sebesar 69,96% dan streaming sebesar 83,80%. LTE mengoptmasi QoS dibandingkan GPRS hingga 3492% untuk throughput, 1904% untuk delay, 3473% untuk jitter, dan 166% untuk packet loss.
The formation of cellular telecommunications networks can be done using a computer. OpenBTS and OpenAir Interface (OAI) are an alternative to building portable GPRS and LTE cellular networks with the help of USRP B210 to implement flexible radio systems. This open source application allows modification or customization of the source code for the extension of functions in experimental evaluations. Work based on existing standards, including OAI is fully based on Release 10, allowing the formation of various components such as the EU, eNB, MME, HSS, SGW and PGW on standard Linux-based computing equipment.
The research focuses on studies to conduct comparative performance evaluations of the development of cellular technology for internet access. Evaluation includes throughput, delay, jitter, and percentage of packet loss with their respective values for GPRS, which are 62.34 KBps, 1.03 s, 433.47 ms, and 5.20% while those for LTE are 2.17 MBps, 54 , 44 ms, 12.48 ms, and 3.12%. The use of GPRS for current services such as video access and search is not possible. The percentage results of LTE quality for browsing were 69.96% and streaming was 83.80%. LTE optimizes QoS compared to GPRS up to 3492% for throughput, 1904% for delay, 3473% for jitter, and 166% for packet loss.
"Software Defined Network (SDN) adalah suatu arsitektur baru dalam jaringan komputer. SDN dirancang dengan pendekatan berupa pemisahan antara lapisan kontrol (control plane) dan lapisan penerus (forwarding plane). Arsitektur SDN bertujuan agar manajemen jaringan lebih dinamis dan mampu beradaptasi dengan traffic yang besar. Meski begitu isu keamanan menjadi permasalahan tersendiri dalam implementasinya. Controller yang terspusat menjadi titik yang banyak memiliki celah keamanan. Berbagai controller SDN dikembangkan oleh vendor jaringan dengan karakteristik dan environment yang berbeda-beda. Oleh karena itu dalam pengujian keamanan suatu controller diperlukan lingkukan uji yang khusus bergantung pada controller yang dipakai. Dalam penelitian ini analisis keamanan SDN dilakukan menggunakan alat automasi berupa framework berbasis open source. Berbagai lingkungan uji dan skenario serangan tertentu pada beberapa controller dapat dilakukan menggunakan framework ini. Pada penelitian ini dilakukan empat skenario serangan yaitu Flow Rule Flooding, CPU Exhaustion, Flow Table Clearance, dan Flow Rule Modification. Masing-masing serangan diujikan pada controller Floodlight, ONOS, dan Ryu. Floodlight dan ONOS dapat mengatasi skenario serangan Flow Rule Flooding, dan CPU Exhaustion namun tidak dapat mengatasi serangan Flow Table Celarance dan Flow Rule Modification. Sedangakan Ryu tidak dapat mengatasi keempat serangan tersebut.
"