Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agussalim
Abstrak :
Dalam rangka mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka pelaksanaan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) perlu terus dipantau dan dievaluasi dari berbagai aspek. Salah satu aspek yang cukup penting dan banyak konstribusinya dalam menopang keberhasilan program KIA adalah aspek kemampuan manajerial dan bidan Puskesmas. Meskipun pemerintah telah melakukan terobosan-terobosan dengan penempatan bidan di desa, namun hasilnya sampai sekarang belum sesuai dengan harapan yang ditandai masih tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kemampuan manajerial bidan dalam pelaksanaan program KIA di Puskesmas, dan faktor-faktor yang berhubungan. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Cabang Dinas Kesehatan Ciawi Kabupaten Bogor. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional dengan unit analisis Bidan Puskesmas dan bidan di desa (individu) dan pengambilan sampel dilakukan dengan total populasi, sebanyak 105 responden. Variabel yang diteliti meliputi variabel dependen yaitu fungsi-fungsi pelaksanaan manajemen program KIA (perencanaan, penggerakan dan penilaian), sedangkan variabel independen adalah faktor internal (umur, pendidikan dan lama bekerya) dan faktor eksternaI ( supervisi, pelatihan, umpan balik, dorongan masyarakat dan sarana kerja). Penelitian ini menyimpulkan bahwa kemampuan manajerial bidan di Puskesmas dan desa proporsinya tidak jauh berbeda antara yang baik dan yang kurang baik. Dengan Kai Kuadrat dan multivariate, bermakna yang berhubungan dengan kemampuan manajerial bidan yaitu , supervisi, pelatihan dan dukungan masyarakat, dan yang paling bermakna adalah supervisi dengan p. value 0,000.Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor , Kepala Cabang Dinas Kesehatan Ciawi Kabupaten Bogor dan Kepala Puskesmas agar mengingatkan serta menegaskan kembali pentingnya melaksanakan manajemen program KIA oleh Bidan di Puskesmas, selalu melakukan bimbingan teknis dan segera memberikan umpan balik hasil kerja bidan di Puskesmas dan desa. ......In discreasing Maternal Mortality Rate (MMR) and Infant Mortality Rate (IMR) as one of the effort in the human resource improvement, the implementation of Mother and Child Care must be monitored and evaluated on several aspects. One of the aspect that is necessary which will contribute to success of break through Mother and Child Care program in Public Health Centre of Midwife is the midwife's managerial competence. While although government base distributed some midwife in Public Health Center and the village midwife, but the result is unmet with the expectation it is can be prospek by the highly Maternal Mortality Rate and Infant Mortality Rate. The goal of this study is feed back to describe the ralation factors in managerial competence of midwife in implementing Mother Chuld Care program in Public health. Design research is using cross sectional with analysis unit in Public Health Centre midwives and village midwives. Sampel has taken by total population, sum 105 respondent. The variables which was researched involve dependent variable by the function of the Application of Management Mother and Child Health Care program namely planning, actuating, and evaluation, where as the independet variables were age, educuation , periode of work, supervision, training, community support, jof feed back and infra structure. Result of this study is that midwif's managerial competence in Health Centre and in the village midwife is not so different. By the Chi-Square statistic exam and Multivariate, known that supervision was a factor related with comptence manajerial midwife of the mother and child Health care Program (p.value = 0,000). According to the reseach, recommended for District Health Bogor and Ciawi Health Area and head of Public Health centre in order to remind and will focus how necessary application of Mother and Child care by midwife, always technical guidance and job feed back with midwife resulted in Public Health Centre.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T634
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purnamawati
Abstrak :
Rumah sakit merupakan institusi dalam pemberi pelayanan kesehatan di Indonesia mempunyai fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan penderita. Kemampuan pemerintah untuk membiayai sektor kesehatan terbatas, oleh karena itu pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk lebih mendorong dengan perubahan status beberapa rumah sakit pemerintah dan pengguna Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) menjadi Perusahaan Jawatan (PERJAN). Rumah Sakit Anak & Bersalin Harapan Kita adalah salah satu dari 13 Rumah Sakit Pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 127 tahun 2000 tanggal 12 Desember 2000 berubah status dari PNBP menjadi PERJAN. Dengan perubahan status ini diharapkan rumah sakit akan lebih mandiri dan mampu bersaing dengan kompetitor. Berdasarkan laporan kinerja layanan rawat inap khususnya rawat inap kebidanan BOR (Bed Ocupancy Rate) periode tahun 2000 dan 2001 cenderung turun 3,23 %, kunjungan rawat jalan kebidanan mengalami penurunan 25,42 % pada tahun 2001, kunjungan perneriksaan kandungan juga mengalami penurunan 12,78 % pada tahun 2001 dan kunjungan antenatal baru mengalami penurunan 17,20 % pada tahun 2001. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian lebih dalam lagi bagaimanakah karakteristik serta pilihan dari pasien antenatal terhadap pemanfaatan layanan rawat inap kebidanan. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan layanan rawat inap kebidanan oleh pasien antenatal. Lingkup penelitian ini dibatasi pada karakteristik pasien antenatal yang memanfaatkan layanan rawat inap kebidanan dan yang tidak memanfaatkan layanan rawat inap kebidanan dan bagaimana pilihannya terhadap pelayanan kesehatan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif - analitik dengan design "Cross Sectional". Populasi penelitian adalah data-data sekunder dari medical record pasien antenatal trimester III periode Desember 2001 dan data primer pasien antenatal yang melahirkan di RSAB Harapan Kita dan tidak melahirkan di RSAB Harapan Kita. Dari 90 catatan medik pasien antenatal yang diteliti, diperoleh 70 % dari pasien antenatal yang memanfaatkan pelayanan rawat inap kebidanan melahirkan di RSAB Harapan Kita dan 30 % pasien antenatal tidak memanfaatkan layanan rawat inap kebidanan. Dari 8 variabel bebas yang diteliti, ternyata hanya 1 variabel yang terbukti menunjukkan hubungan bermakna dengan pemanfaatan layanan rawat inap kebidanan. Sedangkan 7 variabel lainnya tidak dapat dibuktikan berhubungan dengan pemanfaatan layanan rawat inap kebidanan. Dari 8 variabel bebas yang diteliti terdapat 5 variabel menunjukkan hubungan bermakna terhadap pilihan responden memanfaatkan layanan rawat inap kebidanan di RSAB Harapan Kita. Karakteristik pasien antenatal yang memanfaatkan layanan rawat inap kebidanan melahirkan adalah usia ibu terbanyak usia produktif dengan tingkat pendidikan tinggi, pekerjaan suami pedagang/ swasta, jarak tempat tinggal dekat dari RSAB Harapan Kita, dan membayar sendiri, diagnosa normal, sistem perjanjian, jumlah anak sedikit. Karakteristik pasien antenatal yang tidak memanfaatkan layanan rawat inap kebidanan pada dasarnya sama dengan pasien antenatal yang memanfaatkan layanan rawat inap kebidanan. Hanya faktor diagnosa ibu yang berhubungan dengan pemanfaatan layanan rawat inap kebidanan melahirkan. Alasan pilihan responder terhadap pemanfaatan layanan rawat inap melahirkan adalah kekhususan RSAB Harapan Kita, kualitas pelayanan medis, peralatan medis yang lengkap, mempunyai fasilitas ruang perawatan sesuai kelas perawatan dan tarif pantas. Mempertahankan pelanggan yang sudah ada yaitu pasien antenatal dengan cara-cara antara lain membuat paket melahirkan bekerjasama dengan Program Parent Education, kerjasama dengan Bank-Bank yang berlokasi di RSAB Harapan Kita. Memberikan sarana yang lengkap kepada para dokter dan perawat berupa ruang khusus yang nyaman agar dapat terus mengembangkan ilmu pengetahuan guna meningkatkan pelayanan. ......The Factors What Related To Utilization Of Mother's Room Care In Rumah Sakit Anak Dan Bersalin Harapan Kita On 2001 - 2002 By Antenatal PatientsIn Indonesia hospital is health care services institution what have functions is curing and recovering patients. Because of government limited prosperity in financing health sector, the administration had made prudence for urging change of hospital corporate, from Public Company on existence Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) to be Division Company or Perusahaan Jawatan (PERJAN). Rumah Sakit Anak Bersalin Harapan Kita has been being Division Company (Perjan) at 12 December 2000 under government regulation number 127 and year of 2000. This alteration was be able expect to be independent company what be capable compete with others. Under report performance of room care, especially in mother's room care on period 2000 -2001 had been inclined decrease of bed occupancy rate (BOR) about 3,23% and on mother ambulatory care, the trend was being about 25.42%. Meanwhile, on examination of womb had been happened too, about 12,78%. Whereas of prenatal visit, the decreased was being on last year 2001, about 17,20%. So that, researcher interested to engage study about characteristic and background of patient in utilization mothers room care. The objective for this research was be able to get information about factors what influence the patient to give birth on RSAB Harapan Kita, and spend the night at mother's room care. Stand on those reason, researcher had limited the research with the character of antenatal patients who using mothers room care and of antenatal patients who didn't use mothers room care and how theirs made decision for choosing its. This research was descriptive with "cross sectional" design. Population of research were secondary data from medical record of antenatal patient in trimester III on December 2001 and primary data from patient who give birth at RSAB Harapan Kita and from patient who didn't give birth on this hospital. From 90 medical record of patient who researched, were been obtained about 70% patient has gave birth on this hospital and their spend the night in mothers room care, but 30% patient didn't use those facilities. There was one independent variable what significant correlation with utilization of room care and other's (seven variables) were not. Besides that, from eight independent-variable, only five variable what significant correlation with reasons of choosing hospital facility for stay night after giving birth. The characteristic of patients who used hospital facility were related with age of patient (=they were on productivity age), were educated, and their husband worked as trade or worked on private company, children number, agreement system and pregnant diagnosis, in addition, distance between hospital and patient residence were being influence too. There were not different characters for patient who didn't use hospital facility. Pregnancy diagnosis was the only one factors what influence patient to give birth on RSAB Harapan Kita. The reason of respondent to choose its were stressing on specific services of hospital, quality of medical services, fully equipped medical, and effective cost for appropriate room care facilities. To maintenance those customers. RSAB Harapan Kita should has to have good plan, such as using the whole of source hospital optimally, for example co-operation with Parent Education Program to make package to give birth to, co-operation with many bank what on location. Finally, for doctor, nurse and other staffs. RSAB Harapan Kita has to supply tools and infrastructure sufficiently, but the important one is giving opportunity to grow effectively and efficiently.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T5786
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Prayitno
Abstrak :
Instalasi Rawat Darurat RSUD Kota Yogyakarta, pada tahun 1998 pernah mengadakan survei kepuasan pasien, Namun demikian, sesungguhnya sulit menilai kepuasan pasien IRD yang kebetulan sampai tahun 2001, baru satu kali dilakukan, itupun hasil penelitiannya masih ada hal-hal yang dapat menimbulkan bias bagi manajer rumah sakit khususnya pada instalasi rawat darurat dalam prioritas menyikapi hasil survei tersebut. Sedangkan pada penelitian kali ini, hasilnya, didapatkan karakteristik responden didominasi oleh usia 15-40 tahun sejumlah 75 %, pendidikan bawah-menengah (SD-SMA) 75 %, wanita 53 %, penghasilan lebih dari Rp.300.000,- sebanyak 66,07 % dan non pegawai (wirausahawan dan lain-lain) 57 %. Pada karakteristik penghasilan, ternyata ada perbedaan persepsi tentang kepuasan antara yang berpenghasilan kurang dari Rp.301.000,- dengan yang berpenghasilan lebih dari Rp.301.000,-. Dari hasil olahan statistik didapatkan rata-rata nilai kepuasan pasien 6,5 (dari skala Likert 1-10), dan rata-rata nilai pelayanan pelanggan yang dirasakan pasien 6,1 (dan skala Likert 1-10). Responden menyatakan kepuasannya terhadap fasilitas medis dengan memberikan nilai rata-rata 8 dan terendah Iingkungan fisik dengan nilai rata-rata 5. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan kepuasan pasien terhadap pelayanan pelanggan Instalasi rawat darurat belum sepenuhnya memuaskan. ......Patient Satisfaction at Emergency Installation at RSUD Kota Yogyakarta in 2001In fact that in 1998, RSUD kota Yogyakarta has conducted Medical patient satisfaction survey for Medical patient service. However, it is difficult to make evaluation on medical patient satisfaction for the medical patient service of emergency installation because of until 2001, there was only one survey that was in 1998. Also, the sample was doubly to be representative will resulting bias for hospital manager to make priority toward the survey result. The research was conducted as long as 12 December 2001 until 19 December 2001. The result shows that respondent characteristics is dominated by class of age 15-40 year (75 %), low and middle education level (basic-senior high school) is 75 %, female 53 %, income higher than 300.000 is 66.07 % and non government staff is 57 %. On income characteristics, there is a difference satisfaction perception between income class lower than Rp. 301.000 and higher than Rp. 301.000. The fact has relationship with quality of patient service that low for some aspects. The result is supported by hypothesis that the lower income, the higher satisfaction for some point. Statistically, the average of patient satisfaction is 6.5 (from Likert scale 1-10) and the average of patient service is 6.1 (from Likert scale 1-10). Respondent stated the satisfaction on medical facilities is 8 on average and the lowest is physical environment, namely 5. Due to the result, the conclusion is patient satisfaction on emergency installation service not fully yet satisfied.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T5623
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Alwini
Abstrak :
Kepuasan kerja merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi performa organisasi atau kualitas pelayanan rumah sakit. Sebagian besar kegiatan suatu organisasi kesehatan atau organisasi pelayanan kesehatan berlangsung melalui proses interaksi antara petugas dengan kliennya (pasien). Kualitas interaksi yang terjadi akan dipengaruhi oleh sikap kerja petugasnya dalam memberikan pelayanan (sikap positif petugas terhadap seluruh aktivitas organisasi). Dengan kata lain kualitas interaksi tadi akan dipengaruhi oleh kepuasan kerja petugas (dokter spesialis). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan kerja dokter spesialis, yang meliputi : gambaran karakteristik individu, komitmen pada organisasi dan kepuasan kerja dokter spesialis serta mengetahui hubungan antara karakteristik individu dengan kepuasan kerja, hubungan antara komitmen pada organisasi dengan kepuasan kerja, dan hubungan antara karakteristik individu dengan komitmen pada organisasi dokter spesialis di rumah sakit Mohammad Ridwan Meuraksa, Jakarta. Tingkat kepuasan kerja dilihat secara umum dan dari masing-masing dimensi kepuasan kerja yaitu pekerjaan itu sendiri, gaji, promosi, kondisi kerja, supervise, rekan kerja, organisasi dan manajemen. Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Analisis statistik dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat. Hasil dari analisis univariat menunjukkan bahwa dokter spesialis lebih banyak yang puas pada dimensi pekerjaan itu sendiri, promosi, supervisi, rekan kerja, serta organisasi dan manajemen. Sedangkan untuk dimensi gaji dan kondisi kerja lebih banyak yang tidak puas sebesar (53,3% dan 53,3%).Dari proporsi komitmen total dan komponen komitmen afektif sama antara yang baik dan kurang sebesar (50,0% dan 50,0%). Sedangkan komponen komitmen kontinuans dan komponen komitmen normative yang menyatakan komitmen baik lebih sedikit sebesar (46,7% dan 40,0%). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa hanya ada satu karakteristik individu yang berhubungan dengan kepuasan kerja yaitu status kepegawaian, ada dua komponen komitmen yang berhubungan dengan kepuasan kerja dokter spesialis yaitu komitmen kontinuans dan komitmen normative serta tidak ada hubungan antara karakteristik individu dengan komitmen pada organisasi. Hasil multivariat menunjukkan bahwa faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan kepuasan kerja dokter spesialis adalah komponen komitmen normative. Disarankan agar dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan maka perlu lebih ditingkatkan kepuasan kerja dokter spesialis dengan sistem pembagian jasa pelayanan yang lebih baik dan memperbaiki kondisi lingkungan serta melengkapi peralatan yang sesuai dengan kebutuhan, yang tentunya harus diikuti oleh komitmen dokter spesialis di rumah sakit Mohammad Ridwan Meuraksa. ...... The Factors Related to Job Satisfaction of Specialist Doctors in the Mohammad Ridwan Meuraksa Jakarta HospitalJob satisfaction is the important factor that influences organization performance or hospital quality service. Most of health service organization activities are carried out as personal interaction of provider and patients as the client. The interaction quality is influenced by positive employee attitude in the whole organization. In the hospital, quality interaction is most influenced by the job satisfaction of specialist doctor. This research purpose is to know the factors related to the job satisfaction of specialist doctors in the Mohamad Ridwan Meuraksa Jakarta Hospital, which comprise of individual characteristics, commitment to hospital organization and the work satisfaction of specialist doctors. Furthermore, the purposes are to reveal the relationship between: individual characteristics and job satisfaction, commitment to organization and job satisfaction, and individual characteristics and commitment to organization. The job satisfaction level is generally refer to each of job satisfaction dimensions, which comprise of the work itself, wages, promotion, work conditions, supervision, colleague, organization and management. This research uses quantitative analyze and cross sectional approach. Therefore, statistic analyze is conducted in univariate, bivariate and multivariate way. Univariate analyze shows that many specialist doctors are satisfied in the work it self, promotion, supervision, colleague, and organization and management dimension. Whereas, many of them are not satisfied in the wages and the work conditions dimension (53,3% and 53,3%). The proportion of total commitment and affective commitment component is equally between the good and poor (50% and 50%). Whereas in the continuants commitment component and normative commitment component, the good commitment is little more than the poor (46,7% and 40,0%). Bivariate analyze reveals that are: only one of individual characteristics, employee status that related to job satisfaction; two commitment component, continuants commitment and normative commitment, which related to job satisfaction; and no relationship between individual characteristics and commitment to the hospital. Multivariate analyzes reveals that the dominant factor in the job satisfaction of specialist doctors is normative commitment component. The suggestion in the quality service improvement is necessary to increase the job satisfaction of specialist doctors. Some ways can be done, increase the merit system sharing, workplace renovation, complete the appropriate work equipments, which are followed by the commitment of specialist doctors in the Mohammad Ridwan Meureksa Jakarta Hospital.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T10932
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Defiardi
Abstrak :
Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas layanan suatu rumah sakit dan dapat digunakan sebagai umpan balik bagi pihak manajemen rumah sakit. Kepuasan pasien adalah suatu outcome yang diinginkan dari setiap pelayanan dan berhubungan secara signifikan dengan tingkat minat kunjungan ulang pasien, yang akhirnya menentukan kesinambungan dan berdampak terhadap citra sebuah rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat kepuasan pasien dan minat kunjungan ulang pasien rawat jalan pada poliklinik obgin RSUD Kayuagung. Penelitian telah dilakukan pada tanggal 07 Mei s/d 05 Juli 2003. Cara pengambilan sample dengan menggunakan tekhnik sensus (non probability sampling). Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas, diambil data dari 100 responden yang menjadi sample penelitian. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif cross sectional, dengan menggunakan analisis univariat, Bivariat dengan uji chi square serta multivariat dengan regresi logistik. Dari hasil penelitian diperoleh rata rata angka kepuasan pasien rawat jalan terhadap keseluruhan jenis pelayanan pada poliklinik obgin ini adalah 29,39 % (95 % CI = 27,88 - 30,90) dengan nilai median 26,50 %, standar deviasi = 7,59. Sedangkan rata rata minat kunjungan ulang pasien rawat jalan poliklinik obgin RSUD Kayuagung ini adalah sebesar 4,37% (95 % CI = 3,62 -5,12) dengan nilai median 2 % dan standar deviasi = 3,76. Setelah dilakukan analisis statitik secara bivariat dengan uji chi square pada level of significant a 5 % diperoleh kemaknaan hubungan antara tingkat kepuasan pasien dengan variabel jenis layanan yang diterima dan preferensi pasien pada layanan konsultasi, layanan pemeriksaan umum dan khusus obgin, layanan pemeriksan penunjang, ketersediaan layanan dokter spesialis obgin, ketersediaan layananan bidan, ketersediaan layanan pemeriksaan penunjang, ketersediaan obat/BHP, serta kualitas layanan. Setelah dilakukan uji interaksi pada regresi logistik didapatkan variable yang paling dominan dan berhubungan secara bermakna terhadap kepuasan pasien adalah : layanan pemeriksaan umum dan khusus obgin, dan ketersediaan layanan bidan. Sedangkan variabel preferensi dan kepuasan pasien yang berhubungan secara bermakna dengan tingkat minat berkunjung ulang pasien adalah faktor-faktor ; ketersediaan layanan dokter spesialis obgin, ketersediaan layanan bidan, ketersediaan layanan pemeriksaan penunjang, ketersediaan layanan obat dan BHP serta kualitas layanan. Dan setelah dilakukan uji interaksi pada regresi logistik, maka diperoleh faktor yang paling dominan dan berhubungan secara bermakna terhadap minat kunjungan ulang adalah ketersediaan layan bidan. Dalam rangka perbaikan citra dan meningkatkan angka kunjungan pasien poliklinik obgin RSUD Kayuagung dimasa yang akan datang, maka perlu disarankan kepada pihak manajemen RSUD untuk; menyelenggarakan supervisi, self assessment terhadap petugas dan staf poliklinik obgin, pemberian reward dan punishment dengan aturan yang jelas. Sedang kepada petugas dan staf poliklinik ini dianjurkan untuk membuat kotak saran pasien dan melakukan benchmarking. Daftar kepustakaan : 37 (1986-2002)
The factors related to outpatient satisfaction and revisit desire to Obstetry and Ginecology Clinical at RSUD Kayuagung in 2001Patients' satisfaction is one of the indicators which could be used to measure the service quality of a hospital and could be used as a ricochet by the hospital management. Patients' satisfaction is a desired outcome of every services which relates significantly to the level of patients' revisiting interest, which ultimately determines the continuality and gives an impact to the hospital image. The objective of this study is to acquire a description of the level of patients' satisfaction and revisiting interest on the nursing and pregnancy polyclinic of Kayuagung General Hospital. This study had been carried out on 07 May to 05 July 2003. The sampling method is through census (non probability sampling). After validity and reliability test was carried out, data is taken from 100 respondents which are the study samples. The type of this study is cross sectional quantitative, using univariat analysis, bivariat with chi square, and multivariate with logistic regression. From the study, the approximate amount of check up patients' satisfaction acquired towards all types of services of the polyclinic is 29,39% (95% CI = 27,88 - 30,9) with the median value 26,50%, deviation standard = 7,59. While the revisiting interest of the polyclinic is 4,37% (95% CI = 2,62 - 5,12) with 2% median value and standard deviation = 3,76. After a statistical analysis is carried out bivariatly with chi square test on a 5% level of significant, the significance relation between patients' satisfaction level with acquired service types variables is obtained and the patients' preference is on: consultation service, polyclinic general and specific check up services, provided supporting check up service, provided specialist doctor, provided nursing service, provided medication/BHP, and the service quality. After interaction test is carried out on the logistic regression, the most dominant and significantly related variable on the patients' satisfaction obtained is: polyclinic general and specific check up services and provided nursing service. While the preference and patients' satisfaction variables which are related significantly with the level of patients' revisiting level are the such factors as: : polyclinic general and specific check up services, provided nursing service, provided supporting check up service, provided medication/BHP, and the service quality. And after the interaction test is carried out on the logistic regression, thus the most dominant and significantly related to the revisiting interest is provided nursing service. In order to secure the image and improve the patients' visit number on the nursing and pregnancy polyclinic of Kayuagung General Hospital in the future, thus it is advised to the hospital management to: undertake supervision, self assessment to the polyclinic workers and staffs, provide reward and punishment with clear regulations. While to the polyclinic workers and staffs, it is advised to make a patients' suggestion box and carried out benchmarking. Bibliography lists: 37 (1986-2002)
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T11207
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmad Ramadhan
Abstrak :
Instalasi Farmasi di Rumah sakit perlu mendapatkan pengelolaan yang baik, karena Instalasi ini berperan penting dalam menentukan baik tidaknya pelayanan Rumah Sakit dan juga pengeluaran Rumah Sakit untuk Inslalasi ini cukup besar. Di Rumah Sakit Karya Bhakti pengeluaran untuk Instalasi Farmasi tahun 2002 sebesar 36,24 % dari total pengeluaran Rumah Sakit dan dari jumlah tersebut 46,19% adalah untuk obat, sedangkan jumlah item obat adalah 2388. Dengan jumlah investasi yang sangat besar tersebut (Rp.8.571.147.483,00) dengan jumlah item obat yang cukup banyak memerlukan suatu sistem perencanaan dan pengendalian yang akurat. Pengawasan obat dengan jumlah item yang banyak akan lebih mudah dilakukan apabila dibuat pengelompokkan obat tersebut menurut tingkat pemakaian. tingkat investasi dan tingkat kekritisannya. Sedangkan perencanaan dapat dilakukan dengan melakukan forecasting menggunakan data tahun yang lalu. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Karya Bhakti dan merupakan penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan operation research. Melalui pendekatan kualitatif diharapkan diperoleh informasi tentang manajemen Farmasi, khususnya perencanaan dan pengendalian, sedangkan dengan operation research didapatkan bahwa dengan suatu jumlah persediaan yang optimal akan mengeluarkan biaya yang lebih rendah dan sekaligus dapat mengoptimalkan pelayanan. Objek yang akan diteliti adalah obat golongan antibiotik, karena obat golongan ini banyak dipakai 30,55 % dari total pemakaian obat dan investasi untuk obat ini cukup besar yaitu 24,05 % dari total investasi obat selama tahun 2002. Dilakukan Analisis ABC indeks la-ids untuk obat golongan ini dan dihitung prakiraan jumlah kebutuhan bulan Januari, Februari dan Maret 2003 untuk antibiotik kelompok A dalam analisis ABC indeks kritis dengan metode Simple Exponential Smoothing dengan at = 0.3 dan patokan penghitungan adalah MAD. Selanjutnya dibandingkan dengan perencanann yang dilakukan Rumah Sakit dengan uji peringkat bertanda Wilcoxon. Untuk antibiotik kelompok A juga dilakukan perhitungan jumlah pemesanan optimal (Economic Order Quntity) serta perhitungan frekuensi pemesanan optimal. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diketahui bahwa Instalasi Farmasi Rumah Sakit Karya Bhakti dalam melakukan perencanaan memakai metode Moving Average dan pemesanan dengan Order Cyrcie System namun tidak diperoleh alasan yang jelas mengenai pemilihan metode ini. Dari analisis ABC indeks kritis diperoleh 15 item antibiotik yang terrnasuk kelompok A, 44 kelompok B dan 148 kelompok C. Ke-15 item antibiotik yang termasuk kelompok A tersebut merupakan 35,90 % dari total pemakaian dan 28,46 % dari total investasi. Hasil forecasting terhadap kelompok A setelah dibandingkan dengan perencanaan yang dibuat Rumah Sakit ternyata tidak ada perbedaan yang bermakna. Sedangkan dari perhitungan jumlah pemesanan optimal yang apabila dihitung total cost nya dan dibandingkan dengan yang dilakukan RS didapatkan bahwa yang total cost dengan Cara yang dilakukan peneliti hanya 0,36 kali total cost yang dilakukan Rumah Sakit. Frekuensi pemesanan optimal yang dapat dilakukan untuk setiap item antibiotik berkisar antara 36 - 61 kali/tahun, dimana rata ratanya adalah 47,46 kali dan standar deviasi 7,78. Mengacu pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan melakukan pengelompokkan antibiotik menurut analisis ABC indeks kritis dapat mempermudah pengawasan karena dapat ditentukannya prioritas pengawasan, untuk itu disarankan kepada Rumah Sakit Karya Bhakti untuk membuat pengelompokkan semua obat menurut analisis ABC indeks kritis untuk memudahkan pangawasan, Dari hasil forecasting yang dilakukan dan setelah di uji ternyata tidak ada perbedaan yang bermakna dengan yang telah dilakukan Rumah Sakit, artinya metode perencanaan yang dilakukan Rumah Sakit telah cukup baik, disarankan untuk dipertahankan. Total cost yang dilakukan peneliti dengan metode Economic Order Quantity lebih ekonomis dibanding Rumah Sakit (36 %). Frekuensi pemesanan optimum sebaiknya dilakukan Rumah Sakit karena akan menekan biaya dan juga mengurangi jumlah persediaan. Kepustakaan : 25 (1980 - 2002)
Planning Analyses and Medicine Control on Pharmaceutical Instalation at Karya Bhakti Hospital in 2003Pharmaceutical instalation deserve good management because this instalation have an important role in determining the quality of service in the hospital and the cost of this instalation is quite high indeed. In Karya Bhakti hospital on 2002, the cost of this instalation is about 36.24% of total cost of the hospital from such amount 46.19% is paid for 2.388 items of medicine. Referring a large amount of such invest beside a large number of medicine (Rp.8.571.147.483,00), the accurate planning and control system is required. Managing of large number of medicine could be simplified by grouping the medicine according to level of use, level of invest and level of critical point. Therefore, the planning could be clone by forecasting using the last data. This research was conducted in pharmaceutical instalation of Karya Bhakti Hospital by qualitative and quantitative approach with operation research. By qualitative approach, we expect the information about pharmaceutical management especially planning and control. More over, operation research could be define that optimal amount of stock would cost less even optimize the service. Object the research are antibiotics, because the using of this kind of medicine is 30.55% of total number of all kind of medicine and the invest of antibiotics is quite large number, namely 24.05% of total invest all kind of medicine a long 2002. Critical index ABC analyses is carried out. Requirement in January, February and March 2003 have been estimated for A group of antibiotics by this analyses using Simple Exponential Smoothing method with a = 0.3 and calculation point is MAD. Furthermore, the value were compared with the data of planning which done by the hospital by wilcoxon signed ranks test. Economic order quantity and economic order frequency have been calculated. The result showed that pharmaceutical instalation in Karya Bhakti hospital, planning was carried out by Moving Average Method, meanwhile ordering was carried out by Order Cycle System, unfortunately there are no definitive reason in choosing these methods. Critical index ABC analyses found that 15 items of antibiotics were belonging A groups, 44 were belonging B groups and 148 were belonging C groups. All of 15 items of antibiotics belonging A groups were 35.90% of total using and 28.46% of total invest. The result of forecasting to A groups compared with planning carried out by hospital showed no significant difference. Meanwhile, calculation of economic order quantity by calculating total cost and compared with those carried out by hospital showed 0.36 times of total cost. Frequency of optimal order for each items of antibiotics is 36-61 times/year with average 47.46 times and standard of deviation 7.78. The data showed that grouping the antibiotics according to critical index ABC analyses could simply the controlling because the priority of controlling could be determined. Therefore, it could be adviced to the Karya bhakti hospital to grouping all the medicine according to the critical index ABC analyses. The result of forecasting and test showed no significant difference with those carried out by the hospital. It meaned that planning method carried out by hospital is good enough and could be continued. Total cost that was done by researcher by economic order quantity more economic compared by hospital was done (36%). Optimal order frequency better be deducted by hospital because it decreased the cost and amount of stock. Bibliography : 25 (1980-2002)
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T11232
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pargiono
Abstrak :
Program Imunisasi di Indonesia tahun 1997 mencakup 7 (tujuh) jenis antigen sesuai anjuran WHO. Pada tahun 1990 secara nasional Indonesia mencapai status Universal Child Immunization (UCI). Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) terbukti telah berhasil memantau cakupan sampai mencapai target Universal Child Immunization (UCI), Meskipun cakupan imunisasi di Kota Bekasi cukup tinggi, namun wabah campak masih tetap tinggi, sehingga perlu dilihat penyebabnya. Dari hasil penelitian diketahui salah satu penyebabnya adalah faktor kepatuhan petugas coldchain dan vaksin dalam menerapkan Standar Operasional Prosedur Imunisasi. Penelitian tentang kepatuhan petugas terhadap Standar Operasional Prosedur Imunisasi (SOPI) pada pengelola coldchain dan vaksin dilakukan dengan disain cross-Sectional dengan pendekatan kuantitatif. Banyaknya responder 62 orang dengan total populasi yang berasal dari 31 puskesmas yang tersebar di Kota Bekasi. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui kepatuhan petugas dalam menerapkan SOPI yang dilihat dari faktor internal dan eksternal. Prosentase petugas yang patuh terhadap SOPI sebanyak 32 orang (52 %), sedangkan yang tidak patuh 30 orang (48 %). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat faktor eksternal hanya terdapat satu variabel (variabel imbalan) yang memiliki hubungan bermakna dengan kepatuhan, karena variabel imbalan p < 0,05. Selain itu faktor internal dan eksternal yang memiliki p < 0,25, menjadi kandidat dalam model. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 4 (empat) variabel dengan p < 0,25, yaitu dari faktor internal adalah pendidikan, pengetahuan, dan motivasi, sedangkan faktor eksternal adalah imbalan. Adapun anaiisa keeratan hubungan pada 4 (empat) variabel tersebut menyatakan bahwa, petugas dengan latar belakang pendidikan medis mempunyai peluang untuk patuh 2,18 kali dibanding non-medis. Sedangkan petugas dengan tingkat pengetahuan baik mempunyai peluang untuk patuh 2,33 kali dibanding petugas dengan tingkat pengetahuan buruk. Selain itu petugas yang memiliki motivasi baik tingkat kepatuhannya 5,26 kali dibanding petugas yang memiliki motivasi buruk. Begitu pula dengan variabel imbalan, terlihat bahwa petugas yang mendapat imbalan baik berpeluang untuk patuh sebesar 8,46 kali dibanding petugas yang mendapat imbalan buruk. Berdasarkan hal tersebut diatas, kesimpulan secara umum adalah tingkat kepatuhan petugas terhadap Standar Opersional Prosedur Imunisasi pada pengelola coldchain dan vaksin di Kota Bekasi tahun 2002 belum balk, dan disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Bekasi perlu menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan strategi intensifikasi peningkatan penerimaan keuangan, dan membuat kebijakan kesehatan tentang peningkatan kualitas sumber daya manusia terutama yang berhubungan dengan pengetahuan melalui peningkatan frekuensi dan kualitas pelatihan dan supervisi petugas coldchain dan vaksin. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan selaku pengelola program disarankan supaya meningkatkan alokasi biaya untuk pelatihan petugas imunisasi.
The Fact which is Have a Relation with Employee Obedience to the Operational Immunization Standard Procedure for Executor of Coldchain and Vaccine in Bekasi, West Java 2002Indonesia immunization program in 1997 has 7 (seven) contents of antigent that suitable with the WHO suggest. In 1990 by a national, Indonesia get the status Universal Child Immunization (UCI). Small fresh district has successful to water fish until it gets the Universal Child Immunization (UCI) target. Eventhough the immunization in Bekasi is high enough, but the measles epidemic still high, so that we have to find the cause. From the observation, we know that the one of the cause is an employee obedience factor of Coldchain and Vaccine in making decision of The Operational Immunization Standard Procedure. The observation about the employee obedience by the Operational Immunization Standard Procedure (SOPI :Standart Operasional Prosedure Imunisasi), for executor Coldchain and Vaccine is done by cross sectional design with Quantitative approximation. More respondence 62 persons with population who come from 31 public clinic in Bekasi. The purpose from this observation is for knowing the employee in running the SOPI which is get from the internal and external factor. Presentation of employee who's obey by SOPI is 32 persons (52%), and then who hasn't obey is 30 persons (48%). The observation shows that there hasn't got a good relation between the internal and external factor with obedience, because P>0.005, and the external there is only one variable (wages variable), which is has a good relation with obedience, because the wages variable is P<0.005. Beside of that, the internal and external which have P<0.25, can be a candidate in models. The observation shows us that there are 4 (four) variables with P<0.25 from internal factor, they are study, knowledge, and motivation, but the external factor is a wages. The analyze fixed relation at 4 (four) variables, tell us that the medical educational background has an opportunity for obey 2.18 times than non medical. And an employee with a good step education has an opportunity for obey 2.33 times than employee who has bad education. Beside of that, the employee who has a good motivation, the step obedience is 5.26 times than the employee who has bad motivation. The same with wages variable, show us that an employee who has good wages, has opportunity for obey 8,46 times than an employee who has bad wages. Base from that case, the regular summary is a step obedience for Operational Immunization Standard Procedure at the executor of Coldchain and Vaccine in Bekasi in 2002, hasn't good enough, and there is a suggestion for the healthy dines service to make a healthy policy about the important grade Quality of human resource, which have relation with knowledge by the grade of frequency and training quality and employee supervisor of Coldchain and Vaccine. Directorate General Communicable Disease Control and Environmental Health as a program executor is suggest for manage a cost to an employee training immunization.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T 11666
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
H.R. Herri Harianto
Abstrak :
Dengan semakin meningkatnya kunjungan pasien ke Rumah Sakit Umum Kota Bekasi dan terus berkembangnya pembangunan Kota maupun Kabupaten Bekasi menjadikan suatu tantangan bagi Rumah Sakit untuk terus meningkatkan pelayanan terhadap pasien. Ketersediaan barang kebutuhan Rumah Sakit sangat membantu fungsi pelayanan terhadap pasien baik langsung kepada pasien seperti obat-obatan atau alat medis maupun tidak langsung seperti kebutuhan ruang perawatan, alat-alat administrasi status pasien. Rumah Sakit Umum Bekasi sebagai rumah sakit pemerintah, pengadaan .barang kebutuhan berpedoman kepada Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Nomor : 11 Tahun 2001 dengan membentuk Panitia Pembelian/Pengadaan Barang Unit (P3U). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui proses pelaksanaan pengadaan barang kebutuhan rumah sakit yang selama ini dilaksanakan oleh P3U. Untuk mengetahui proses pengadaan tersebut, dapat diketahui dengan menggunakan wawancara mendalam, FGD (Focus Group Discussion) serta observasi lapangan Wawancara mendalam dilakukan kepada informan yang dianggap cukup mengetahui proses yang dilaksanakan oleh P3U sedangkan FGD dilakukan kepada tenaga pelakasana serta informan yang terkait dengan kegiatan pengadaan barang kebutuhan rumah sakit. Observasi lapangan untuk melihat secara langsung proses yang sedang dilaksanakan oleh P3U dalam proses pengadaan. Penelitian ini memakai metode kualitatif. Hasil penelitian didapatkan bahwa proses pembuatan Surat Perintah Kerja cukup lama sehingga realisasi pengadaan barang sering tertunda, tidak sesuai dengan perencanaan dan beralabat tidak tercapainya penyerapan anggaran yang sudah ditentukan. Keterlambatan ini lebih disebabkan karena kurang dipahaminya prosedur tetap yang mengatur alur proses, kurangnya komitmen pejabat yang terkait, serta kurangnya koordinasi diantara petugas yang terkait dengan kegiatan P3U. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi RSUD Kota Bekasi khususaya P3U dalam meningkatkan kinerjanya di bidang pengadan kebutuhan Rumah Sakit. Increased of patient visits to the Bekasi Public Hospital and the development of the Kabupaten Bekasi caused challenges for the. hospital to increasing the service level to the public. The optimum stock level of medical supplies will support the service level to the public with direct ways e.g. drugs supplies or medical equipments and indirect ways e.g. medical facilities or administration tools. Bekasi Public Hospital owned by the government, for the purchasing process refer to the Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Nomor : 11 Tabun 2001 handled by a Purchasing Commissions named Panitia Pembelian / Pengadaan Barang Unit (MU). Purpose of this research is to study the process of purchasing system of medical supplies for the Bekasi Public Hospital by P3U. Methodology of this research uses a qualitative method with several instruments of researches e.g. the direct interview, FGD (Focus Group Discussion) and field observation. Interviews are targeted to the valid informants that directly handled the purchasing process. The FGD targeted to the in charge staffs and informants within the process of medical instrument of the hospital. Field observation used to analyze end to end the purchasing process of P3U. Result of the research is an ineffective process to set up an assignment letter or Surat Perintah Kerja (SPK) as a beginning purchasing process. The ineffective process resulted a the delay time for whole purchasing process that it will be impact to unbalance of budget that already set up before. The delays are caused' by unclear purchasing procedures, low of commitment of the persons in charge and lack of coordination between staffs. The result of this research could be a good-reference to The Bekasi Public Hospital particularly P3U in terms to increasing the effectiveness in purchasing process for medical supplies-of the hospital.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12731
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fairus Aziz
Abstrak :
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat saat ini menjadi primadona program kerja Departemen Kesehatan, direncanakan pada akhir tahun 1998 JPKM telah dapat menyebar dan dapat diikuti oleh seluruh rakyat Indonesia. PT. Bhaskara Citra Sehat adalah suatu Badan Penyelenggara JPKM yang baru mulai beroperaasi, dan harus terus memperbaiki kinerjanya agar dapat bersaing dengan Bapel JPKM yang lain Salah satu kinerja yang harus ditingkatkan adalah kemampuan Pelaksanana Pelayanan Kesehatan (provider) dalam hal ini pelayanan di Rumah Sakit Karya Medika Bekasi. Penelitian yang dilakukan untuk menilai kepuasan peserta pada proses rawat Inap, dan hubungannya dengan karakteristik peserta. Banyak sampel sebesar 100 orang, mereka adalah karyawan, dengan menjawab kuesioner yang isinya pertanyaan - pertanyaan tentang kepuasan mereka di pelayanan bagian penerimaan, pelayanan dokter, pelayanan perawat, kepuasan terhadap sarana dan fasilitas rumah sakit, serta pelayanan bagian gizi. Dan hasil penelitian didapatkan bahwa pada bagian - bagian pelayanan tersebut peserta lebih banyak menyatakan puas. Akan tetapi terhadap proses keseluruhan rawat inap peserta lebih banyak tidak puas. Pelayanan dokter paling banyak mempunyai hubungan bermakna dengan karakteristik responden. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk perbaikan - perbaikan, baik dari rumah sakit maupun dari penyelenggara, sehingga didapatkan hasil yang optimal dalam penyelenggaraan JPKM.
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (HMO) is the primadona of the Indonesian Health Department program recently, It was planned that by the end of 1998, JPKM will be spread and a hended to all over Indonesia population. PT. Bhaskara Citra Sehat is one of JPKM Organizer, which is new in the business, has to improve its performance in order to compete with other organizer. Improving the provider services performance is one of the improvement programs. In this case karya medika hospital service. This observation purpose is to evaluate customer satisfactory on inpatient process and the relation to the customer characteristic. Sample of a hundred of people, all of them are employee, answering question on the questionnaire about their satisfaction on the service of the Admission section, doctor, nursery, satisfactory on the hospital fadities, and also the nutrient service. On the result, It shown that on those department most of the customer was satisfied but to the over all inpatient process, most of them was not satisfied. The doctor's service was the most meaning relationship with the customer characteristic. These observation results, hopefully can be use to improved hospital services as well as the JPKM organizer services to optimizing program.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lilly Indrawati
Abstrak :
Angka kematian bayi di Indonesia masih tergolong cukup tinggi bila di bandingkan dengan negara-negara Asean. Sekitar 40 % kematian bayi terjadi pada saat neonatal (bulan pertama kehidupan bayi). Tetanus nennatorum masih merupakan salah satu penyebab tersering kematian neonatal di Indonesia. Dari 126.000 kematian neonatal, sekitar 50.000 diantaranya meninggal karena tetanus neonatorum. Bangsa Indonesia telah bertekad untuk mengeliminasi tetanus neonatorum di pilau Jawa dan Bali pada akhir tahun 1995 dan di seluruh Indonesia pada tahun 2000. Di Kotamadya DT. II Tangerang pada tahun 1994 - 1996 terdapat 20 kasus tetanus neonatorum ( laporan dari rurnah sakit ) sehingga masih dirasakan cukup sulit untuk mencapai eliminasi tetanus neonatonirn ( kejadian tetanus neonatorum setinggi-tingginya 1 per 10.000 kelahiran hidup ). Desain penelitian ini adalah kasus kontrol. Kasus adalah pendataan tetanus neonatorum yang di dapat dari rumah sakit pada tahun 1994 - 1995 sebanyak 20 kasus, sedangkan kontrol adalah bayi yang tidak menderita tetanus neonatorum yang lahir pada tahun 1994 - 1995 yang bertempat tinggal yang sama dengan kasus sebanyak 40 kasus. Untuk mengetahui besarnya hubungan faktor-faktor yang berperan dengan kejadian tetanus neonatorum di lakukan perhitungan Odd Ratio. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara status imunisasi tetanus toksoid ibu hamil, tenaga penolong persalinan, sterilitas alat pemotong tali pusat, obat/bahan perwatan tali pusat dengan kejadian tetanus neonatarum. Dari hasil penelitian ini penulis menyarankan untuk dilakukan peningkatan kualitas imunisasi mulai dari perencanaan, pcngawasan mutu vaksin, cold chain, bimbingan dan supenisi ke tenaga pelaksana dii puskesmas serta meningkatkan kerjasama lintas program, lintas sektoral dengan rnembina peran serta masyarakat dan sektor swasta. Selain itu ditingkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan/ persalinan di dampingi oleh tenaga kesehatan, bekerjasama dengan bidan praktek swasta, komitmen dan dukungan politis perlu ditingkatkan dalam upaya akselerasi penuntnan tetanus neonatorum. ......Among Asean countries, infant mortality rate in Indonesia is substantially high . Approximately 40 % of infant mortality occurred in the neonatal phase ( the first month of infant life ). Tetanus neonatorum still is one of the major causes of neonatal mortality in Indonesia. From 126,000 neonatal immortality 50,000 is approximately caused by tetanus neonatorum. The Government of Indonesia have targeted to eliminate tetanus noenatorum in Java and Bali at the end of 1995 and all over Indonesia in 2000. During 1994 - 1996 there were 20 cases of neonatal tetanus observed in Tangerang district hospital ( based or: report from hospital ). Assuring near nor all cases with treated in the hospital phase may be more cases in the whole district. Case control design was use in this research. A number of 20 eases of neonatal tetanus were identified base on tetanus neonatorum data from hospital in 1994 - 1996. The control were 40 infants with no tetanus neoantorum which were born in 1994 - 1996 and lived in the same area with the cases. To find facie rs suspected as related to tetanus neonatorum, odd ratio was calculated. The result of the research demonstrated treat neonatal tetanus is related to ( 1 ) TT immunization of pregnant mother, (2) the help of midwives, (3 ) sterilization of equipment utilised in cutting the umbilical cord and ( 4 ) wormed care of the umbilical cord. From this research writer recommended to improve the immunization quality starting from planning, control of vaccine quality, cold chain management, provision of guidance and supervision to staffs in puskesmas qually important is to improve cooperation among programs, among sectors, by building participation of the communities and private sector. The role of medical personnel to help delivery, also steamed be increased. This can be done by establishing cooperation with private midwives and enclosing political commitment and support.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>