Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 211 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Djuni Akbar
"Studi ini memfokuskan pada iklan tv, dimana dengan kemunculan berbagai stasiun tv swasta baru maka pemirsa mendapatkan banyak pilihan, disamping itu iklan-iklan yang mensponsori suatu program tayangan juga semakin bertambah frekwensi tayangannya. Peneliti tertarik mengambil iklan media tv karena beberapa alasan antara lain, karena media ini menampilkan aspek komunikasi yang cukup beragam seperti pendengaran, penglihatan, demikian juga akibat tayangan iklan tersebut bagi masyarakat akan membentuk konsumerisme. Pemilihan iklan produk ponsel diambil karena produk ini sedang banyak diperbincangkan.
Sebagai market leader, Nokia sedang berusaha mempertahankan dan memperluas market sharenya di pasar ponsel Indonesia. Teks iklan tv Nokia 8310 diteliti dengan menggunakan metode yang dijelaskan oleh Guy Cook yaitu teks iklan diperlakukan sebagai pesan non-verbal. Pada tataran messo peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap seorang informan yang masuk dalam segmentasi pengguna ponsel tersebut, observasi juga dilakukan dengan mengikuti kegiatan informan ke kafe.Pada tingkat produksi peneliti mencoba menguraikan latar belakang produsen ponsel tersebut, posisi persaingannya, target konsumennya serta proses pembuatan ikian televisi pada umumnya, sehingga dapat diketahui latar belakang diluncurkannya iklan tv tersebut.
Gambaran teks ikian Nokia 8310 pada kenyatannya tidak terlepas dari ideologi yang mendasari beroperasinya produsen ponsel tersebut Penciptaan adegan yang mencitrakan expresi diri serta gaya digunakan dalam menjuai ponsel tersebut. Citra yang diciptakan merupakan salah satu elemen dalam budaya yang berideologi yang dimiliki oleh produsen. Ideologi tersebut juga sedang memasyarakat dikalangan rakyat Indonesia, yaitu Ideologi materialisme dan kapitalisme."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T163
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagalung, Inge
"Organisasi adalah sistim kerja atau daya dari dua orang atau lebih yang dikoordinasi secara sadar dengan unsur meliputi komunikasi, kerelaan mengabdi, dan tujuan bersama.
Fungsi komunikasi dalam organisasi merupakan sarana untuk memodifikasi perilaku, mempengaruhi perubahan, memproduktifkan informasi, dan untuk mencapai tujuan organisasi.
Komunikasi dalam organisasi sangat berbeda dengan proses komunikasi di luar organisasi. Hal ini disebabkan adanya struktur hierarki yang merupakan karateristik dari setiap organisasi. Kenyataan menunjukkan bahwa dalam kehidupan organisasi, komunikasi tidak selalu mengikuti pola dalam struktur organisasi. Pola komunikasi di luar struktur yang bersifat informal dapat terjadi. Pada komunikasi formal maupun informal, komunikasi antar pribadi banyak memainkan peranan penting. Adanya komunikasi antar pribadi yang efektif akan sangat membantu untuk pencegahan pertentangan yang berlanjut. Jika pertentangan berkelanjutan dalam suatu organisasi maka pada akhirnya akan merugikan organisasi dalam pencapaian tujuannya.
Pada sebagian organisasi komunikasi informal tidaklah dianggap sebagai 'pengganggu' daripada komunikasi formal. Lebih jauh kehadiran jaringan komunikasi informal dimanfaatkan untuk melengkapi adanya jaringan komunikasi formal, melalui pengembangan kegiatan yang dilakukan secara berkesinambungan.
Adanya iklim organisasi yang kondusif bagi berlangsungnya komunikasi baik formal maupun informal menumbuhkan komunikasi antar pribadi yang efektif. Keterbukaan komunikasi berlangsung dari tingkatan pimpinan hingga bawahan. Keanekaragaman forum komunikasi baik formal maupun informal dimanfaatkan untuk membina rasa kekeluargaan dan kebersamaan diantara sesama pelaku kerja.
Keefektifan komunikasi antar pribadi yang terjadi, menjadikan konflik yang timbul pada organisasi dipandang sebagai sesuatu hal yang manusiawi dan wajar. Dan menjadi salah satu tolak ukur keharmonisan komunikasi yang berlangsung.
Konflik pada organisasi lebih dipandang sebagai bagian dinamika pekerjaan daripada sesuatu yang bersifat pribadi, karena komunikasi khususnya antar pribadi telah berjalan baik."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T2902
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mediana Handayani
"Studi ini memfokuskan diri pada majalah khusus pria. Di masa ekonomi kapitalistik seperti saat ini, sensualitas makin menjadi komoditi dalam media. Media tampaknya menyadari bahwa masalah yang berkaitan dengan hal-hal yang sensual akan selalu up to date dan terus dikonsumsi oleh konsumen, walaupun dalam skala yang bervariasi.
Tampaknya pula, sensualitas menjadi bumbu yang paling sering dipakai oleh kaum kapitalis untuk mendorong konsumen mengkonsumsi produk yang disodorkan. Hal ini pada gilirannya memunculkan pemikiran bahwa sebenarnya para kapitalis telah dengan mudah menjadikan sensualitas sebagai kuda troya di dalam `menyelundupkan' atau bahkan secara terang-terangan menggelar produknya. Ini pula yang diasumsikan terjadi pada majalah POPULAR.
Majalah POPULAR merupakan majalah khusus pria yang memfokuskan diri pada pria-pria yang menyenangi kehidupan malam dan gemar mencari sesuatu yang baru dalam rite life entertainment. POPULAR bersikukuh bahwa ia hanyalah sebuah majalah yang berperan sebagai jendela bagi pria-pria tersebut, yang memperlihatkan bahwa ada perempuan cantik dengan ukuran tubuh seperti ini, ada pelayanan seperti ini di daerah A, ada fenomena atau trend terbaru mengenai hiburan di cafe di daerah C, dan lain sebagainya. Hal yang juga tampak jelas pada POPULAR adalah bahwa di setiap isu hampir dapat dipastikan akan bersinggungan dengan apa yang dinamakan sensualitas, terutama sensualitas pada wanita.
Penelitian ini ingin menjawab beberapa pertanyaan. Pertama, nilai sensualitas macam apa yang ditawarkan oleh majalah Popular ? Kedua, bagaimana majalah Popular memasukkan unsur sensualitas sebagai pendukung gaya hidup konsumtif dan hedonisme ? Ketiga, landasan ideologis apa yang melatarbelakangi majalah Popular dalam memproduksi gagasan tentang sensualitas tersebut. Penemuan mengenai kandungan nilai-nilai konsumerisme serta konteks ideologis yang menyertainya dilakukan melalui wacana kritis Pairclough. Untuk analisis teks digunakan analisis framing dengan konsep yang dikemukakan oleh Gamson dan Modigliani.
Penelitian dilakukan terhadap 10 nomor majalah POPULAR dari edisi tahun 1998 hingga tahun 2003 dengan pengampilan sampel secara random. Pemilihan tahun 1998 sebagai tahun dimulainya edisi untuk majalah yang dijadikan sampel disebabkan karena pertimbangan bahwa pada tahun tersebut media massa mendapatkan sedikit kelonggaran di dalam menampilkan isi yang sebelumnya dinilai panas (dalam hal ini yang berkaitan dengan sensualitas).
Dari analisis teks nampak bahwa POPULAR membawa gagasan hedonisme, dimana di dalam hidup dengan kehedonisan tersebut sebangun dengan konsumtivisme. Majalah ini membangun bingkai-bingkai yang secara keseluruhan menggambarkan karakteristik budaya hedonisme dan konsumtivisme seperti keistimewaan, kesempurnaan fisik, belanja, hiburan dan kenikmatan yang semuanya berkonteks duniawi.
POPULAR merupakan majalah khusus pria yang hingga kini tetap eksis dan konsisten dengan konsepnya, yaitu swimsuit. Tidak seperti majalah lain (contohnya MATRA) yang seolah rancu dengan konsep majalah prianya, POPULAR dengan teguh memegang konsep majalah hiburan untuk pria dengan selalu menampilkan model yang mengenakan pakaian renang. POPULAR menyajikan beritanya dengan gaya bahasa sehari-hari yang ringan. Dan segi teks yang menonjol dari POPULAR adalah penggunaan bahasa yang tidak baku dan penggunaan bahasa asing dalam jumlah yang relatif tinggi. Bahasa asing ini seolah menjadi bagian dari bahasa pergaulan yang digunakan oleh pembacanya. Berita yang diangkat oleh majalah ini pun relatif berita yang `menghibur' dan informatif. Menghibur karena disampaikan dengan bahasa yang ringan (dari masalah olahraga, musik, film, sampai seks) dan informatif karena khusus untuk liputan mengenal hiburan yang berkaitan dengan seks, majalah ini melakukan investigasi ke lapangan. Sedangkan yang menonjol dari pemuatan gambar (terutama foto) oleh POPULAR adalah pengeksposan kulit dan siluet tubuh.
Dari penelitian ini juga ditemukan bahwa POPULAR mengatasnamakan keterbukaan atau open minded atas globalisasi sebagai rasionalisasi dari tindakannya dan mengkondisikan pembacanya sebagai orang-rang yang open minded atas segala perubahan jaman.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa POPULAR cenderung menjadi agen kapitalis, agen liberalisme sensualitas, sekaligus agen hedonisme ketimbang menjadi pemberi informasi atau jendela semata bagi pembacanya. Disinilah kebutuhan untuk bersikap bijak sekaligus kritis menjadi penting. Dibutuhkan sikap bijaksana dan kritis untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi agar tidak terjebak pada kebutuhan yang diciptakan oleh kapitalis, dimana mereka meraup keuntungan dari hedonisme dan konsumtivisme yang diinternalisasikan melalui hal yang melenakan, salah satunya sensualitas."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T2579
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indriastuti
"Studi ini meneliti tentang relasi gender di dunia domestik dalam teks media. Adapun tujuan dari studi ini secara khusus adalah berusaha mendeskripsikan bagaimana relasi gender yang terjadi di dunia domestik serta bagaimana media menggambarkan posisi perempuan di dunia domestik yang selama ini diidentikan sebagai dunia perempuan. Penelitian ini dilakukan terhadap artikel-artikel utama majalah Ayahbunda yang terbit pada bulan Desember dalam tahun 1994 - 2000. Metode yang digunakan dalam studi ini adalah analisa wacana.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa relasi gender yang ada di dunia domestik masih cenderung timpang, hal ini terlihat dari posisi perempuan tidak dominan di dunia yang dianggap sebagai dunianya. Ketimpangan itu terlihat dari banyaknya kewajiban yang dibebankan dan kurangnya hak perempuan di wilayah ini, juga dari keberadaan perempuan yang selalu diletakkan setelah suami dan anaknya.
Pemakaian beberapa kosakata serta simbol-simbol tertentu oleh media cetak, menggambarkan keadaan ini. Politik bahasa, yaitu penggunaan simbol-simbol tertentu guna melegitimasi realitas hubungan kekuasaan sehingga hal itu kelihatannya berjalan secara alamiah dan masuk akal, juga terjadi di sini, misalnya kata anak, merawat, mengasuh, mendidik, melayani, rumah tangga, wilayah domestik dihubungkan dengan perempuan. Semuanya itu kemudian dianggap wajar oleh kita semua dalam arti bahwa memang sudah seharusnya perempuan melakukan hal tersebut.
Apa yang terdapat di dalam teks media adalah cerminan apa yang terjadi di masyarakat, karena media tidak dapat 'lari' dari lingkungannya dan pengaruh ideologi pada teks media cenderung tidak dapat diabaikan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T3024
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Sari
"Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keinginan remaja dalam membeli produk kosmetika "PUTERI". Penelitian dilakukan di wilayah Jakarta Timur. Penelitian tentang sikap dan keinginan dalam konteks perilaku membeli produk ini didasarkan pada teori-teori penerimaan dan pemrosesan pesan, teori Komunikasi Pemasaran, dan teori Perilaku Konsumen: proses pembelian.
Penelitian dilakukan dengan memakai pendekatan kuantitatif dan dilaksanakan dengan metode survey. Populasi penelitian adalah remaja putri usia 15-21 tahun, sampling dilakukan secara sistematik random yang didahului pengklasteran berdasarkan wilayah. Data digali menggunakan kuesioner yang disusun berdasarkan Skala keinginan membeli. Kemudian uji statistik menggunakan faktor analisis dan regresi.
Hasil uji statistik faktor analisis menunjukkan bahwa dari sepuluh variabel, tereduksi menjadi 4 faktor yang dominan (surrogate variable). Pada uji kekuatan hubungan antara variabel independent (Harga, tempat, jenis dan uang), dengan variabel dependen (keinginan membeli) didapatkan r pearson's sebesar 0,964. Uji regresi menunjukkan diantara variabel independen, yang paling besar pengaruhnya terhadap variabel dependent, adalah variabel harga produk. Kesimpulannya, faktor yang mempengaruhi keinginan membeli adalah faktor harga.
Kegiatan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh Mustika Ratu antara lain, melalui media massa, kerjasama dan sponsorship, serta mengadakan event-event khusus. Strategi komunikasi pemasaran yang sebaiknya diterapkan oleh Mustika Ratu, sesuai dengan kondisi obyektif yang ada, dengan menggunakan bauran pemasaran (marketing mix), dengan mengaplikasikan beberapa atau seluruh elemen strategi komunikasi pemasaran, yang meliputi pemilihan pasar, perencanaan produk, penetapan harga, sistem distribusi, dan promosi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T8018
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suprawito
"Kondisi perkembangan kesenian utamanya seni pertunjukan tradisional Indonesia sekarang ini masih dirasakan belum mendapatkan perhatian yang cukup dari para pihak terkait baik dari pihak penentu kebijakan (dalam hal ini Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI), para pelaku seni dan para pemasar seni maupun penggemarnya. Hal tesebut dapat dilihat dengan adanya persepsi/ anggapan dari berbagai kelompok masyarakat mengenai seni itu sendiri. Anggapan-anggapan tersebut antara lain: mereka yang menganggap bahwa kesenian (seni pertunjukan tradisional) lahir karena suatu kebutuhan untuk mengagungkan asma Tuhan YME atau membuat suatu tradisi bagi masyarakatnya, mereka yang menganggap bahwa seni adalah suatu karya yang dapat dinikmati baik bagi dirinya sendiri maupun orang lahir dan tidak pernah memikirkan untuk mendapatkan nilai ekonomi/ penghasilan dari hasil karyanya tersebut, kelompok masyarakat seni yang menyadari bahwa kesenian dapat dinikmati oleh masyarakat, bersama-sama dengan kegiatan pariwisata. Pagelaran-pagelaran semi tradisional ini biasa dilaksanakan sebagai pelengkap kehadiran wisatawan di daerah tujuan wisata, kelompok masyarakat utamanya para pelaku seni pertunjukan tradisional yang melihat peluang adanya penggemar seni tradisional Indonesia di luar negeri mencoba dengan caranya sendiri sehingga mereka mampu mengadakan pagelaran di luar negeri. Para penentu kebijakan pada umumnya masih menganggap bahwa kebudayaan termasuk kesenian khususnya seni pertunjukan tradisional di dalam negeri dapat digunakan sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa sedangkan untuk di luar negeri dipergunakaa sebagai salah satu alat diplomasi untuk meningkatkan persahabatan antar bangsa.
Pokok bahasan dalam tesis ini adalah mengenai strategi komunikasi pemasaran untuk mengembangkan seni pertunjukan tradisional. Penulis melakukan analisa dengan metode penelitian kualitatif. Adapun metode pengumpulan data menggunakan analisis data sekunder dan indepth interview untuk memperoleh data primer.
Dalam tesis ini, model perencanaan komunikasi pemasaran dari Smith (1996) dan bentuk-bentuk komunikasi pemasaran menurut Kotler (2000) merupakan model yang sangat relevan dalam kaitannya dengan model Strategi Komunikasi Pemasaran Seni Pertunjukan Tradisional.
Dengan dukungan komunikasi pemasaran yang tepat, sebuah kesenian tradisional khususnya seni pertunjukan tradisional pun dapat dijadikan industri yang memberikan manfaat dan keuntungan seluas-luasnya bagi Para pendukung seni di dalamnya. Tak jarang sebuah seni pertunjukan tradisional yang sebelumnya dilupakan dan dipandang tidak memiliki potensi bisnis (komersial), dengan pendekatan komunikasi pemasaran ternyata hasilnya menjadi tak terduga bahkan luar biasa. Dengan memasarkan seni pertunjukan tradisional khususnya ke mancanegara, Indonesia juga dapat memperbaiki citra bangsa di mata bangsa-bangsa lain. Pada saatnya nanti seni pertunjukan tradisional Indonesia diharapkan dapat sejajar kedudukannya dengan pariwisata sehingga seni pertunjukan tradisional dapat memberikan kontribusi terhadap bangsa, yaitu dapat memberikan perolehan devisa negara.

Marketing Communication Strategy for Traditional Art Performance (Study: Strategy Marketing Communications for Traditional Art Performance The Indonesian Excellency of Culture and Tourism)Art development, especially traditional art performance in Indonesia is revealed as yet to have a sufficient attention by the decision-maker (government - Department of Tourism & Cultural), the artist and business sectors. This situation can be seen from some perceptions to the meaning of `traditional art' by some groups of people. Some people thought art was born from the need of religions (i.e. praise to the God) then create a `tradition' to those own people. Some other thought art is an activity that can be enjoyable by everyone but not for business purposes. These people thought that traditional art can not be commercialized (i.e. benefit purposes). They thought their traditional art was meant for their own group, not to be exposed for different purposes. They even don't think of getting economic value (revenue) from their art creation. However, there are specific groups of people who are aware that traditional art is economically potential and it is enjoyable/consumable by lot of people. These groups thought traditional art performances can be explored for a business purposes, especially in conjunction with `tourism'. Indonesian traditional art is used to be as a complementary to the tourism in some favorite tourism destinations. Recently, groups of people (especially the traditional artist) have seen the opportunity for traditional art performances to be more recognized by domestic or foreign tourists. They are aware of potential around the world fans for Indonesian traditional art. Given to this opportunity, Indonesian traditional artist try with their own way to be able to perform overseas. On the other hand, in general the decision maker (Government or investors) may still thinking that traditional art as part of culture is mainly good to be used for uniting the country, and in overseas, this can be used as a diplomatic tool for foreign relationship.
The main discussion of this thesis is about the marketing communication strategy in developing traditional art show business (commercial traditional art performances). Qualitative methods were used to support the analysis. In-depth interview and support data gathering were also used to get the primary data."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T 8994
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
C. P. Sarwono
"Media cetak, khususnya majalah, mengalami perkembangan pesat dalam beberapa tahun belakangan ini (meningkat lebih dari 300%). Implikasi dari perkembangan media majalah adalah kompetisi yang ketat diantara majalah-majalah tersebut. Kompetisi yang terjadi semakin ketat untuk memperebutkan "kue" iklan dan khalayak pembaca agar dapat mempertahankan kelangsungan hidup majalah tersebut.
Thesis ini adalah sebuah thesis tentang kompetisi empat majalah otomotif, MOBIL, AUTOCAR, MOBIL MOTOR, dan INTAN MOTOR. Peneliti memutuskan untuk melakukan penelitian terhadap keempat majalah ini karena keempatnya mengincar pasar yang sama: otomotif. Keempatnya menunjukkan performa yang sama. Perbedaannya hanya pada jumlah halaman dan harga jual majalah.
Thesis ini bertujuan untuk mengetahui fenomena kompetisi diantara keempat majalah tersebut, dan kemudian memberikan alternatif "positioning" untuk majalah MOBIL. Untuk mendapatkan data dasar penelitian digunakan tehnik analisis isi sederhana, dengan menghitung frekuensi dan volume isi majalah, periode tahun Juli 2000 sampai dengan Juli 2001.
Analisis hasil penelitian dilakukan dengan mengaplikasi teori Niche dengan rumusan Niche Breadth untuk menentukan apakah posisi keempat majalah tersebut cenderung spesialis atau generalis dan Niche Overlap untuk mengetahui derajat ketumpang tindihan antara keempat majalah tersebut. Setelah mengetahui fenomena kompetisi keempat majalah tersebut, maka dengan konsep-konsep "positioning" dapat diberikan alternatif "positioning" untuk majalah MOBIL.
Ternyata kompetisi keempat majalah tersebut sangat tinggi, keempat majalah tersebut cenderung generalis dan terjadi ketumpang tindihan antara satu dengan yang lainnya, dan majalah MOBIL disarankan untuk tetap generalis agar dapat menjaga khalayak pembacanya serta pemasukan iklan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T8061
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supratman
"Dunia iklan di televisi dipenuhi dengan beraneka ragam bentuk gambaran kehidupan masyarakat dari yang sangat realistis sampai pada gambaran tentang mimpi-mimpi imajinatif. Gambaran tersebut membentuk Persepsi yang lambat laun membangun citra masyarakat akan kehidupan dalam realitas sosialnya. Ukuran modernitas, kemewahan, kecantikan, kekuatan dirujuk dari penampilan iklan di media massa. Kekuatan inilah yang digunakan oleh produsen barang dan jasa untuk menampilkan pesan komunikasinya untuk menjangkau kesan maupun rangsangan bagi konsumen untuk mengkonsumsi produknya sehingga membentuk realitas semu. Penelitian ini ingin mengetahui sejauhmana iklan televisi dikonstruksi untuk mempengaruhi citra produk konsumen.
Penelitian ini didasari atas beberapa teori tentang proses komunikasi dan penandaan iklan yang membentuk citra tertentu. Teori Raymond Williams dan Simon During (1993) mengatakan bahwa iklan membentuk sebuah dunia magis yang mengubah komoditas ke dalam situasi gemerlap dan mempesona Melalui media massa. Melalui proses kreatif iklan mampu mengkontruk suatu realitas dari realitas sosial yang terjadi dan membentuk realitas bentukan Baru (Berger dan Luckman, 1990), yang disebut sebagai kesadaran palsu (Marx). Terjadinya proses pengaruh atau transformasi citra tersebut diakibatkan oleh interaksi simbolik yang menghadirkan dunia kesadaran dan mempengaruhi pandangan budaya manusia. Atas dasar itu, pencitraan ikian dapat dikatagorikan kedalam delapan golongan; yakni citra perempuan, citra maskulin, citra kemewahan, citra kelas sosial atas, citra kenikmatan, citra manfaat, citra persahabatan, dan citra seksisme.
Penelitian ini menggunakan tipe kualitatif yang memakai teknik semiotika untuk menggali citra yang dikonstruksi iklan dan wawancara mendalam untuk mengetahui citra yang dikemukakan oleh konsumen. Ada 8 informan yang memiliki pola jawaban yang relatif berbeda yang diambil dari konsumen produk yang digunakan, yakni produk shampo Emeron Gingseng Madu dan Sunsilk Protect Balance di sekitar lokasi.
Hasil penelitian menunjukkan adanya kesesuaian konstruksi iklan dengan citra yang diterima oleh konsumen. Citra-citra iklan kedua shampo tersebut adalah citra manfaat, citra persahabatan, citra perempuan dan citra kemewahan. Dengan demikian, implikasi dari hasil penelitian ini adalah adanya konstruksi sosial yang dibentuk oleh iklan dan berlangsung secara terus-menerus. Secara metodologis, penelitian ini perlu ditindaklanjuti dengan studi survei atau eksperimental untuk mengetahui secara akurat pengaruh iklan terhadap persepsi konsumen."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T9056
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Johniar Parlindungan
"Dengan dibubarkannya Departemen Penerangan, Televisi Republik Indonesia atau yang lebih dikenal dengan TVRI berubah fungsinya dari TV pemerintah yang lebih banyak menyuarakan program dan propaganda politik pemerintah menjadi TV publik yang lebih mengedepankan kepentingan masyarakat luas. Perubahan status TVRI menjadi PERJAN memerlukan perhatian dan upaya dari berbagai pihak, baik dari dalam sendiri yang harus menghadapi audit, maupun situasi eksternal yang belum memperoleh kepastian.
Dengan membatasi obyek penelitian pada salah satu kasus yang terjadi di TVRI khususnya di lingkungan Divisi VII Pengembangan Organisasi Perusahaan dan Diklat mengenai persepsi para pelaksana penyelenggara dan tenaga administrasi yang bekerja sebagai pegawai tetap lembaga tersebut. Divisi VII Pengembangan Organisasi Perusahaan dan Diklat merupakan bagian dari TVRI yang kegiatannya melakukan pengembangan, pendidikan dan pelatihan bagi seluruh karyawan TVRI yang memerlukan biaya operasional sangat tinggi, guna memenuhi kebutuhan siaran TVRI yang memerlukan peningkatan manajemen sumber daya manusia agar dapat bersaing dengan stasiun TV lainnya. Dengan kondisi yang demikian, sangat menarik untuk dikaji lebih dalam dan untuk melihat pengaruh iklim komunikasi (kepercayaan, keterbukaan, dukungan, partisipasi dalam pengambilan keputusan, tujuan kinerja tinggi) yang merupakan faktor yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan.
Yang menjadi pertanyaan adalah : Apakah iklim komunikasi mempengaruhi motivasi kerja karyawan di lingkungan Divisi VII Pengembangan Organisasi Perusahaan dan Diklat TVRI Jakarta?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut dilakukan penelitian terhadap -32 responden yang terdiri atas bagian penyelenggara siaran dan bagian administrasi umum. Pemilihan alat Bantu statistik yang dilengkapi dengan regresi linear berganda metode stepwise untuk mengukur ada tidaknya dan kuat lemahnya hubungan kedua variabel yaitu variabel komunikasi dan variabel motivasi kerja. Teknik ini dapat memberikan gambaran tentang suatu pembuktian apakah memang benar bahwa iklim komunikasi itu berpengaruh terhadap motivasi kerja, dan variabel mana yang paling besar pengaruhnya.
Dan pada kenyataannya variabel yang benar-benar mempengaruhi motivasi kerja secara signifikan yaitu variabel dukungan dan variabel partisipasi. Walaupun masih ada variabel lain diluar dari variabel iklim komunikasi yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan di lingkungan Divisi VII Pengembangan Organisasi Perusahaan dan Diklat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T8063
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Melati Mediana
"The world is changing at a very high speed. Changes taking place have made human anticipate them at the same manner. Global culture has become unavoidable as the impact of advanced civilization and technological advancement which, on the one hand, bring human happiness in their life. On the other hand people have to meet the requirement to be part of the global world; either they have to 'run' or 'walk slowly'.
Culture is a set of values which should be the strength to develop human life over a long period of time. Being a follower of other culture that has been a success has caused human to lose their identity over forgetting their own values and characters.
Corporate organization as part of the society also has culture values that grow along the corporate development. Each corporate always (or should) has its own culture, strong or weak. The stronger the cultures the more potential the corporate has in order to survive and succeed over time. Thus, the development of corporate value will be useful to meet the company objectives and gain benefits.
Each communication interaction taking place always takes up spatial dimension. People create their living environment by organizing their bed .and sitting area, furniture, house until their city. Gradually, the living environment will create back the way people live which include communication among people within. Characteristics of culture are reflected in the behavior of the people within the culture.
However, space as the external factor in communication is often ignored. There have only been several research and studies on space facilitated communication. Every culture uses space in various different ways. Environment plays an important role in communication and shaping communication behavior in a small scope. Therefore, it will be interesting to look at the culture concepts of a society (in this case is Bank -corporate).
This research helps us to better understand the different culture contexts. The mindful, communication also helps us to be successful communicators across cultures which in the end will increase quality production and avoid conflicts and culture shock."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T 9151
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>