Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 50 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andi Achdian
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas persoalan disekitar pelaksanaan landreform pada masa Demokrasi Terpimpin sejak dicanangkannya kebijakan tersebut pada tahun 1960 sampai dengan runtuhnya pemerintahan Orde Lama. Serangkaian pertentangan yang muncul di antara kekuatan-kekuatan politik di sekitar struktur kekuasaan pemerintahan Demokrasi Terpimpin, pada akhirnya justru menjadi kekuatan yang sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan landreform. Dalam skripsi ini, diuraikan bagaimana penyusunan kebijakan. pelaksanaan landreform, pelaksanaannya dan konflik-konflik yang timbul di sekitar kebijakan tersebut. Kemudian diuraikan pula bagaimana kemacetan pelaksanaan program landreform ketika dijalankan organisasi pelaksana landreform yang dibentuk oleh pemerintah. Lemahnya kekuasaan negara pada saat itu menjadi salah satu faktor yang melatarbelakangi kegagalan pelaksanaan landreform di Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin. Landreform pada akhirnya menjadi satu isu politik yang melibatkan peranan organisasi-organisasi massa yang radikal dalam menghadapi struktur sosial di pedesaan. Namun, tingkat radikalisasi massa yang tidak terkendali pada akhirnya justru menjadi bumerang yang menghancurkan kekuatan organisasi massa tersebut.

"
1996
S12137
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutardjo
"ABSTRAK
Naskah yang berjudul Babad Sindula berdesarkan nama seorang raja yang memerintah kerajaan Galub. Name Sindula sendiri tidak dikenal, sedang nama Galuh sangat popular di Jawa Barat terutama di daerah Priangan. Pada mulanya Galuh merupakan suatu kerajaan, kemudian dalam perkembangan selanjutnya Galuh menjiadi ka_bupaten Galuh, sekarang berubah menjadi kabupaten Cia_mis termasuk Propinsi Jawa Barat (Ekadjati, 1981 : xiv).Diperkirakan bahwa kerajaan Galuh dahulu terletak di sekitar kola Cirebon bagian barat sampai barat daya. Tetapi letak kerajaan Galub kurang jelas. Terdapat dugaan bahwa di dekat muara sungai Cimanuk di daerah Indramayu, dahulu diperkirakan sebagai kota pelabuhan kerajaan Galub (H.J.Graaf, 19d5 : 157-138). Secara keselurahan naskan Babad Sindula Hs.T:i.P 175 berisi cerita tentang perkembangan dan timbul teng_gelamnya kerajaan Galuh, sejak berdirinya hingga masa Pemerintahan raja-raja yang memerintah kerajaan- kera_jaan yang ada di Jawa seperti : Medang Kamolan, Medang Pangramesan, Kediri, Singasari, Jenggala Ga1uh, Galuh, .Paja jaran, Majapahit dan Demak. Penulis babad dalam .

"
1986
S11457
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Fitrisia
"
ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk membahas peranan PPPKI dalam pergerakan nasional dan melihat sejauh mana ide dan semangat persatuan yang dikembangkan PPPKI mempengaruhi pergerakan di Indonesia.
PPPKI didirikan pada tanggal 17 Desember 1927 di Bandung oleh PNI, PSI, Budi Utomo. Pasundan, Kaum Betawi, Sarekat Sumatera dan Indonesische Studieclub dengan tujuan untuk menggalang persatuan dan kerja sama di antara berbagai perhinpunan yang ada di tanah air serta menyamakan arah perjuangan demi menuju kemerdekaan Indonesia.
Semula PPPKI berhasil menjalankan fungsinya sebagai wadah pemersatu kalangan pergerakan dengan mengadakan aksi balasan, membentuk dana bantuan nasional dan mengeluarkan program pengajaran nasional. Namun dalam perkembangan sslanjutnya, terjadi perpecahan di antara anggota-anggota PPPKI. Perbedaan-perbedaan yang ada di antara mereka, yang semula tidak dihiraukan akhirnya tidak dapat dihindarkan lagi. Akibatnya PPPKI mengalami kemunduran dan sejak lahun 1935 keberadaan PPPKl sudah tidak terdengar lagi dalam dunia pergerakan Indonesia karena PPPKI tidak pernah mengadakan kegiatan.
Meskipun PPPKI nengalami kegagalan sebagai wadah pemersatu, PPKI telah berhasil mengembangkan paham persatuan di antara kalangan pergerakan aan mencapai puncaknya dengan dicetuskannya Sumpah Pemuda. PPPKI juga mendorong perhimpunan-perhimpunan lain untuk saling bekerja sama dengan bergabung membentuk badan federasi atau fusi. Dengan begitu, kalangan pergerakan Indonesia semakin bertambah kuat dalam menentang penjajahan Belanda.
"
1998
S12722
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Indarti
"ABSTRAK
Sepanjang masa pemerintahan Hindia Belanda masalah Islam merupa_kan persoalan sosial yang cukup pelik yang harus dihadapi oleh pemerintah Hindia Belanda. Pemerintah sebenarnya kurang menguasai masalah-masalah Islam oleh sebab itu mereka selalu kuatir terhadap kekuatan gerakan Islam. Mereka mempunyai pendapat bahwa golongan Islam selalu ingin memberontak terhadap pemerintah Hindia Belanda.
Sehubungan dengan masalah itu saya terdorong untuk menulis skrip_si yang berjudul Partai Islam Indonesia (1938-1942), karena meskipun Partai ini adalah Partai Islam tetapi mempunyai haluan ko-operasi jadi tidak seperti partai Islam pada umumnya yang berhaluan non-kooperasi.
Selain itu yang menarik perhatian saya adalah para anggota yang duduk di dalam kepengurusan Partai terdiri dari 2 golongan Islam, yang mendapat pendidikan Barat, dimana mereka itu semuanya dapat bersatu dalam PII.
Di dalam studi sejarah masih sedikit sekali masalah mengenai PII ini dibahas., memang ada beberapa tulisan yang membahas mengenai PII teta_pi hanya dibahas secara sekilas lintas seperti misalnya yang ditulis oleh J.M. Pluvier, A.K. Pringgodigdo dan Deliar Noer. Jadi tidak secara _

"
1984
S12418
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lapian, Bart
"ABSTRAK
Politik Pembendungan terhadap komunisme adalah politik luar negeri yang diterapkan secara global di dunia oleh Amerika Serikat mulai pada tahun 1947, yaitu pada masa pasca Perang Dunia II. Pertama-tama untuk membendung ekspansi komunisme di Eropa yang dimotori oleh Uni Soviet, kemudian pada tahun 1950-an untuk membendung komunisme di Asia baik yang diprakarsai Uni Soviet maupun Republik Rakyat Cina (RRC). Dikaitkan dengan kawasan Asia Tenggara, nama politik pembendungan ini berbenturan dengan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif.
Memasuki tahun 1960-an, hubungan Amerika Serikat dan Indonesia menjadi renggang setelah Indonesia pada masa itu berhubungan erat dengan Uni Soviet dan juga RRC. Kedua negara raksasa komunis ini, terutasna RRC, adalah pendukung Indonesia pada waktu terjadi konfrontasi Indonesia-Malaysia yang berlangsung dari tahun 1963-1966. Dalam rangka membendung perluasan pengaruh komunisme di kawasan Asia Tenggara, Amerika Serikat mulai menerapkan kebijakan-kebijakan yang dianggap perlu agar kawasan ini tidak jatuh ke tangan komunis. Berbagai macam kebijakan, tindakan maupun sikap yang ditempuh oleh Amerika Serikat di Asia Tenggara pada umumnya, dan di Indonesia khususnya pada masa konfrontasi Indonesia-Malaysia, tetap dalam konteks pembendungan. Untuk meneliti langkah-langkah maupun sikap yang diambil Amerika terhapad Indonesia pada masa itu, dipakai sumber data dari berbagai buku, arsip, dokumen, artikel, masalah dan surat kabar, serta karya-karya leksikografis, yang sebagian besar bersudut-pandang Amerika dan masih ditambah dengan wawancara yang dilakukan terhadap seorang pelaku sejarah dari pihak Indonesia.
Setelah mempelajari dan menganalisa data-data yang didapat dari sumber-somber tersebut di atas, dapat dilihat bahwa Amerika semula berusaha untuk menjadi penengah dalam masalah konfrontasi itu tetapi merubah sikapnya menjadi mendukung Malaysia. Setelah dianalisa lebih lanjut serta dikaitkan dengan politik global Amerika untuk membendung komunis, dapat disimpulkan bahwa langkah yang ditempuh Amerika Serikat di Indonesia pada masa konfrontasi Indonesia-Malaysia kurang berhasil.

"
1995
S12236
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liesmawati
"Pada masa pergerakan nasional, khususnya dalam pergerakan _wanita ada suatu perkumpulan atau perhimpunan wanita yang mempunyai pendirian yang progresif (maju), yaitu bahwa nasib kaum wanita yang lebih baik (persamaan hak dan keduduk_an yang penuh antara pria dan wanita) akan tercapai melalui Indonesia Merdeka. Perhimpunan ini bernama perhimpunan Istri Sedar, yang didirikan pada tanggal 22 Maret 1930 di Bandung. Tetapi rupa-rupanya perhimpunan Istri Sedar yang berjuang begitu gigih, harus menghadapi berbagai permasalahan dengan golongan Islam, dengan Badan federasi PPII (Perikatan Perhimpoenan Istri Indonesia), serta dengan Pemerintah Hindia Belanda. Namun demikian, perhimpunan Istri Sedar tetap bertahan tidak membubarkan diri, kendati harus berada diluar. Badan federasi PPII terus, dan keluar sebagai anggota Kongres Perempoean Indonesia, serta memperlunak tujuannya, yaitu menghapuskan perkataan untuk mempercepat memperoleh Indonesia Merdeka."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvia Yulita
"ABSTRAK
Bertitik tolak dari sebuah lagu yang dapat berfungsi sebagai channel untuk menyampaikan pesan tertentu, maka minat untuk mengkaji persoalan-persoalan dalam seni musik semakin besar. Apalagi setelah tahu tentang pengalaman pahit yang menimpa kelompok band Koes Bersaudara, yang ter_jadi dalam periode Demokrasi Terpimpin (1959 - 1965). Minat yang besar itu terdorong oleh keinginan untuk menemukan ja_waban tentang mengapa kelompok band Koes Bersaudara itu harus berurusan dengan hamba hukum. Guna memperoleh jawabannya, maka dengan segera harus bisa mendapatkan data-datanya, dan kemudian menganalisa, serta merekonstruksinya. Data-data itu didapatkan dari Per-pustakaan-perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Indone_sia, LIPI, dan Institut Kesenian Jakarta, serta Dinas Doku_mentasi Pusjarah ABRI. Namun data-data yang telah didapatkan itu belum lengkap, sehingga perlu ditunjang oleh hasil wawancara dengan beberapa tokoh musik, seperti Praharyawan Prabowo, Lym Campay, Yok Koeswojo, dan Drs. Syoa_ib A. Ha_lim. Setelah persoalan yang menyangkut kelompok band Koes Bersaudara pada periode Demokrasi Terpimpin berhasil direkonstruksi, dengan demikian dapat ditarik kesimpulan, yaitu: pengalaman pahit yang menimpa kelompok band Koes Ber_saudara sebagai efek dari kebijakan budaya yang dilaksana_kan oleh Pemerintah Demokrasi Terpimpin.

"
1989
S15061
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dasman Djamaluddin
"Temuan kajian ini adalah bahwa Harian Merdeka, salah satu surat kabar perjuangan, yang khusus berbicara mengenai politik dan lahir pada tanggal 1 Oktober 1945, sangat konsisten melaksanakan garis politiknya hingga pendirinya B.M. Diah meninggal dunia pada tanggal 10 Juni 1996. Pada awal tahun 1950-an, muncul istilah Personal Journalism, sebuah corak jurnalistik yang berkembang setelah penyerahan kedaulatan dari Belanda. Istilah ini begitu lekat pada Harlan Merdeka, sehingga nama Harlan Merdeka tidak dapat dilepaskan dari nama pendirinya B.M. Diah. Sebaliknya, nama B.M. Diah tidak dapat dilepaskan pula dari nama Harlan Merdeka yang didirikan dan dipimpinnya. Yang menjadi ciri khas di Harian Merdeka adalah munculnya istilah personal journalism tidak didahului oleh subyektifitas B.M. Diah, tetapi lebih terkait dengan sikap B.M. Diah yang konsekuen melaksanakan garis politik yang telah digariskannya, baik dalam berita-berita, editorial, gagasan atau pikiran-pikiran di surat kabar yang dipimpinnya. Ini pula yang menjadi salah satu faktor mengapa Harian Merdeka mampu bertahan lama bila dibandingkan dengan surat kabar lain di masa perjuangan. Jika pada akhirnya muncul istilah "Kerajaan B.M. Diah" dan "Keluarga Besar B.M. Diah", hal itu adalah akibat dari sikap konsekuennya tersebut. Pada waktu itu, berdasarkan kenyataan di lapangan, hanya B.M. Diah yang mampu memahami ke arah mana surat kabarnya berjalan. Inilah ciri khas dari Harlan Merdeka yang tidak dapat ditemukan di surat kabar-surat kabar perjuangan semasanya. Bagi masyarakat pers, tentu bisa melihat kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan dari personal journalism yang diterapkan di Harlan Merdeka sejak 1945-1996 tersebut. Kelebihan dan kelemahan ini sudah tentu dapat dijadikan masukan berharga bagi perkembangan pers Indonesia di masa mendatang. Boleh jadi istilah personal journalism pads masa sekarang bisa saja muncul, baik di media cetak maupun elektronik, karena kelebihan-kelebihan seorang figur di dalam menata dan mengendalikan medianya tidak dapat dikesampingkan begitu saja. Hanya personal journalism yang diterapkan sekarang sudah tentu berbeda dengan personal journalism yang berkembang di masa perjuangan. Untuk itu perlu diberi pemaknaan baru tentang istilah personal journalism".

This study discovers that the Merdeka Daily, one of the newspapers of struggle which especially speaks about politics and was established on 1 October 1945, was very consistent in implementing its political line until the founder B.M. Diah passed away on 10 June 1996. In the early 1950s, a terminology Personal Journalism, emerged. a journalistic form which developed after the transfer of sovereignty from the Dutch. This terminology sticks to the Merdeka Daily. Thereby, the name Harian Merdeka (Merdeka Daily) could not be separated from the founder B.M. Diah. Conversely the name B.M. Diah cold not be separated from the name Harian Merdeka , which he established and led. But, what has become the special characteristics in the Merdeka Daily, was that the emergence of the personal journalism terminology was unpreceded by the subjectivity of B.M. Diah,'' but more related to the behaviour of B.M. Diah who consistently implemented the political line which he had outlined either in the news, in the editorials, in a concept or in his thoughts, in the newspaper he led. It was this which became one of the factors why was the Merdeka Daily able to survive longer compared to other newspapers in the time of struggle. If eventually the term " B.M. Diah Kingdom" and "B.M. Diah Extended Family," emerged, it was owing to his being consistent. At that time only B.M. Diah who was capable of understanding in which direction is his newspaper going. This was special feature of the Merdeka Daily unlikely to be found in other newspapers of struggle in its period. The press community would have certainly observed the superiorities and weaknesses of personal journalism applied in the Merdeka Daily from 1945 to 1996. The superiority and the weakness could surely be made as invaluable input for the development of the future Indonesian press. It is probable that the personal journalism terminology may emerge at the present time, either in the printed as well as electronic media, because the superiority of a figure in arranging and leading his media cannot be ignored. Only that the personal journalism applied nowadays of course differ from the personal journalism which developed during the time of struggle. Therefore, it needs to be given a new meaning regarding the personal journalism terminology";"This study discovers that the Merdeka Daily, one of the newspapers of struggle which especially speaks about politics and was established on 1 October 1945, was very consistent in implementing its political line until the founder B.M. Diah passed away on 10 June 1996. In the early 1950s, a terminology Personal Journalism, emerged. a journalistic form which developed after the transfer of sovereignty from the Dutch. This terminology sticks to the Merdeka Daily. Thereby, the name Harian Merdeka (Merdeka Daily) could not be separated from the founder B.M. Diah. Conversely the name B.M. Diah cold not be separated from the name Harian Merdeka , which he established and led. But, what has become the special characteristics in the Merdeka Daily, was that the emergence of the personal journalism terminology was unpreceded by the subjectivity of B.M. Diah,'' but more related to the behaviour of B.M. Diah who consistently implemented the political line which he had outlined either in the news, in the editorials, in a concept or in his thoughts, in the newspaper he led. It was this which became one of the factors why was the Merdeka Daily able to survive longer compared to other newspapers in the time of struggle. If eventually the term " B.M. Diah Kingdom" and "B.M. Diah Extended Family," emerged, it was owing to his being consistent. At that time only B.M. Diah who was capable of understanding in which direction is his newspaper going. This was special feature of the Merdeka Daily unlikely to be found in other newspapers of struggle in its period. The press community would have certainly observed the superiorities and weaknesses of personal journalism applied in the Merdeka Daily from 1945 to 1996. The superiority and the weakness could surely be made as invaluable input for the development of the future Indonesian press. It is probable that the personal journalism terminology may emerge at the present time, either in the printed as well as electronic media, because the superiority of a figure in arranging and leading his media cannot be ignored. Only that the personal journalism applied nowadays of course differ from the personal journalism which developed during the time of struggle. Therefore, it needs to be given a new meaning regarding the personal journalism terminology."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
T38593
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandu Dewonoto
"ABSTRAK
Persatuan dan kesatuan tekad rakyat dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada masa revolusi fisik, adalah hal yang sangat penting.
Bangsa Indonesia yang pada tanggal 17 Agustus 1945 baru memerdekakan dirinya dari penjajahan Jepang, harus mengangkat senjata untuk mempertahankan kemerdekaannya. Di seluruh pelosok Indonesia rakyat bersama TNI bahu-membahu untuk nelawan kembalinya pemerintah Belanda yang akan kembali menguasai Indonesia.
Perlawanan-perlawanan dan semangat mempertahan kemerdekaan juga terdapat di Karesidenan Malang, Jawa Ti_mur. Rakyat daerah ini yang pada waktu Perjanjian Renville merupakan ajang pertempuran yang paling keras akhirnya harus memberikan sebagian wilayahnya kepada pihak Belanda.
Wilayah yang tinggal sebagian ini yaitu Malang Selatan, akhirnya harus menampung beribu-ribu pengungsi dan merupakan basis gerilya bagi pejuang--pejuang Indonesia. Dan daerah-daerah ini pulalah mereka bertahan den berjuang untuk merebut kembeli wilavah Karesidenan Milona.
Perjuangan-perjuangan serta hambatan-hambatan yang dialami oleh rakyat dan TNI di daerah Malang Selatan inilah merupakan inti dari skripsi ini.

"
1990
S12765
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julianri
"ABSTRAK. Keberadaan masyarakat Arab Indonesia sebagai bagian dalam masyarakat Hindia Belanda, dan akhirnya setelah kemerdekaan menjadi warga negara Indonesia, telah mendorong saya untuk menulis tentang mereka. masalah yang diketengahkan adalah mengenai persatuan di kalangan masyarakat Arab. Persatuan bagi masyarakat minoritas seperti masyarakat Arab Indonesia pada masa itu sangat dibutuhkan, tetapi justru hal itu yang tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya. Masyarakat Arab Indonesia justru terpecah dalam 2 golongan, Sayid dan bukan Sayid. Perpecahan ini sangat merugikan di kalangan mereka sendiri. tetapi usaha persatuan kemudian dirintis justru oleh para pemuda peranakan Arab yang telah berpikiran maju dan yang merasakan akibat-akibat dari perpecahan itu. pengakuan Indonesia sebagai tanah air peranakan Arab melibatkan mereka pada perjuangan menuju Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S12244
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>