Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pudji Setyani
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
S28482
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siswanto
"Identication of upwelling processes reffers to analysis of wind stress curl distribution were held over Java ? Bali sea water and surrounding area. Surface wind data is used as input data to calculate curl of wind stress in WINDWAVE - BMG model. The output are : sea surface current, wind surface field and distribution of wind stress curl. After confirmating with corioly effect in the Southern Hemisphere, can be known that negative curl value haves relation with vertical motion of sea water asresulted by ekman transport. Analysis shows that negative curl near coast over Java Sea which is stretching to Lombok Sea occurs in Desember to April while wessterlies wind of the NW Monsoon actively, it can be guidance and related with season of coastal upwelling in the region. Reversal in the condition, the occurence of coastal upwelling in the south coast of Java Island related with the negative value of wind stress curl that occurs since easterlies wind lives in SE Monsoon episode. The negative curl over Hindia Ocean poorly identified as open sea upwelling that caused by surface layer divergent in located area, so not clearly in this research. Generally, upwelling occurence in field of study is a respons to Monsoon circulation. This study with related datas such as sea surface temperature, chlorophil concentration and mixed layer depth that derrivated from satellite imaging data shows a best confirmation pattern. So applying wind stress curl to recognize upwelling zone is alternative way to maps potential fertilizing of sea water in maritime-continent Indonesia."
Depok: [Universitas Indonesia, ], 2006
S29245
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Yuni Astuti
"ABSTRAK
Pemodelan Windwaves - 04 yaitu software numerik generasi kedua yang
diterapkan untuk menghasilkan data gelombang hasil dari pengamatan angin. Salah
satu syarat ketika menjalankan model ini yaitu perairan lautan yang dalam.
Tujuan pekerjaan dalam pemodelan ini yaitu mengamati karakteristik
gelombang dalam hal ini arah dan tinggi sehubungan dengan arah dan kecepatan
angin.
Windwaves - 04 menggunakan metode numerik dengan kombinasi beda
hingga dan teknik loncatan energi. Kombinasi ini mengurangi banyak dispersi energi
sementara teknik loncatan energi mengurangi tingkat kesalahan dalam skala ruang
dan waktu. Melalui input angin pengamatan yang diproses dalam prosedur running
program Windwaves-04, program tersebut kemudian menghasilkan output baru yaitu
data gelombang dan angin. Output terakhir ini kemudian di-ekstrak melalui prosedur
plotting dalam format baru yang dapat dibaca. Akhirnya output tersebut siap
dipetakan melalui perangkat lunak Arc View GIS versi 3.1 atau 3.3. Hasil terakhir
yaitu peta arah dan tinggi gelombang serta peta arah dan kecepatan angin ( Lampiran
A ).Dari hasil analisa terhadap peta dan grafik per wilayah secara visual, didapat
bahwa ternyata EL Nino 1997 dan 1998 tidak mempengaruhi pola pemusiman dan
penyebaran arah angin dan arah gelombang juga kecepatan angin dan tinggi
gelombang, tetapi dengan bantuan analisa dari tabel hasil interpretasi dari peta dan
grafik, ternyata El Nino 1997 dan 1998 menjadikan lebih dari separuh tahun tinggi
gelombang menjadi lebih kecil dan pada sebagian besar bulan, kecapatan anginpun
lebih kecil dengan asumsi El Nino terjadi pada bulan Maret 1997 hingga Agustus
1998 berdasarkan analisa kedalaman termoklin. Arah angin dan arah gelombang
secara keseluruhan tidak diubah oleh peristiwa El Nino dan arah angin secara
keseluruhan sama dengan arah gelombang.
Dilihat dari analisa per wilayah, tinggi gelombang tertinggi dan kecepatan
angin tertinggi terdapat pada Musim Timur atau Musim Barat bergantung pada letak
geografi perairan ( Belahan Bumi Utara = BBU atau Belahan Bumi Selatan = BBS ).
Untuk wilayah BBU, gelombang tertinggi terdapat pada Musim Barat dan di BBS
gelombang tertinggi pada Musim Timur. Terlihat, kecepatan angin makin besar
menyebabkan tinggi gelombangpun semakin besar.
Berdasarkan analisa dari peta untuk perairan antar kepulauan , ternyata bahwa
untuk wilayah BBU, gelombang tertinggi terdapat pada Musim Barat dan di BBS
gelombang tertinggi pada Musim Timur kecuali di selatan NTT gelombang tertinggi
pada Musim Barat karena pengaruh angin dari daratan Australia. Juga di Laut
Andaman ( BBU ), gelombang tertinggi terdapat pada Musim Timur, karena
pengaruh angin dari daratan Asia. Berdasarkan analisa dari peta untuk perairan sekitar Indonesia yaitu dengan
melihat pada kontur kecepatan angin, secara keseluruhan ternyata bahwa pada tahun
1997, kecepatan angin lebih besar dari tahun 1998, paling besar tahun 2005.
Kelompok kecepatan angin besar untuk ketiga tahun 1997, 1998, dan 2005, terdapat
pada Musim Timur, perkecualian terdapat pada Musim Barat tahun 1998 dan 2005
ketika tidak terjadi El Nino, ada kecepatan angin terbesar mencapai 20 knot.
Secara keseluruhan, perairan Indonesia memiliki tinggi gelombang rata-rata
bulanan tidak lebih dari 3 meter terkecuali pada Desember 2005 di Laut Cina Selatan,
tinggi gelombang lebih dari 3 meter. Gelombang di Samudera Hindia dan Samudera
Pasifik tinggi dan kadangkala gelombang pada Samudera Hindia lebih besar
dikarenakan fetch yang lebih luas. Sedangkan gelombang di perairan antar kepulauan
secara keseluruhan rendah kecuali di Laut Banda."
2007
T39508
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roni Kurniawan
"Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari lima pulau besar dan ribuan pulau kecil, dan secara keseluruhan 70% wilayah teritorial Indonesia adalah lautan dan karena itu kehidupan sehari-hari penduduk Indonesia sangat berhubungan dengan laut. Berkaitan dengan pentingnya informasi tentang gelombang laut, terutama bagi keselamatan beragam kegiatan di laut, berdasarkan data dalam periode tahun 2000 - 2010, dilakukan studi tentang karakteristik gelombang di perairan Indonesia.
Hasil studi menunjukkan bahwa variasi spasial dan temporal tinggi gelombang dan frekuensi terjadinya gelombang tinggi mempunyai pola yang berasosiasi dengan siklus angin monsunal. Pola tinggi gelombang dan frekuensi terjadinya gelombang tinggi di sebagian besar wilayah perairan Indonesia mempunya dua puncak yang terjadi dalam periode monsun Australia (Desember, Januari, Februari) dan dalam periode monsun Australia (Juni, Juli, Agustus). Daerah rawan gelombang tinggi pada periode monsun Asia umumnya lebih luas daripada pada periode monsun Australia. Pada periode peralihan antar monsun, sebagian besar wilayah perairan Indonesia tidak rawan gelombang tinggi. Daerah rawan gelombang tinggi pada periode peralihan antar monsun umumnya lebih sempit dan terdapat di perairan yang Indonesia yang menjadi bagian dari Laut Cina Selatan, Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, terutama selatan Jawa sampai Bengkulu.
Meskipun korelasinya tidak signifikan, berlangsungnya El Nino menyebabkan meningkatnya tinggi gelombang di wilayah perairan Indonesia bagian timur, terutama utara ekuator dan berlangsungnya La Nina menyebabkan meningkatnya tinggi gelombang di perairan Indonesia yang berada di Samudera Hindia terutama di selatan Jawa. Sedangkan terjadinya IODM negatif menyebabkan meningkatnya tinggi gelombang di perairan barat Sumatera sebelah utara ekuator.

Indonesia is the world's largest archipelagic nation made up of five large islands and thousands of small islands, and overall 70% of the territory of Indonesia is the ocean and therefore the daily life of the population of Indonesia is closely connected with the sea. Related to the importance of information about ocean waves, especially for the safety of a variety of activities at sea, based on data in the period 2000 - 2010 obtained by numerical wave model, conducted a study of the characteristics of waves in the waters of Indonesia.
The study shows that the spatial and temporal variations in wave height and frequency of occurrence of high waves have a pattern associated with monsunal wind cycle. The pattern of wave height and frequency of occurrence of wave heights in most of the territorial waters of Indonesia possessed two peaks that occur in Australia monsoon period (December, January, February) and the Australian monsoon period (June, July, August). Areas prone to high waves in the period of monsoon Asia are generally wider than the Australia monsoon period. In the transitional period between monsoons, most of the territorial waters of Indonesia is not prone to high waves. Areas prone to high waves in the transitional period between monsoons are generally narrower and there in the waters of Indonesia, which became part of the South China Sea, Pacific Ocean and Indian Ocean, particularly south of Java to Bengkulu.
Although the correlation is not significant, ongoing El Nino led to an increasing wave height in the eastern waters of Indonesia, especially north of the equator and the ongoing La Nina led to an increasing wave height in the waters of Indonesia in the Indian Ocean, especially in the south of Java. While the occurrence of negative IODM cause increased wave height in the waters west of Sumatra north of the equator.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
T31929
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library