Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Athaya Syaharani Putri Kusumowardhani
"Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) merupakantanaman obat Indonesia yang mengandung senyawa kurkuminoid dan xantorizol yang memiliki aktivitas biologis yang luas. Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) merupakan pelarut hijau alternatif yang memiliki dampak minimal untuk lingkungan karena sifatnya yang biodegradable.Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kemampuan menarik senyawa kurkuminoid dan xantorizol yang memiliki polaritas berbeda dengan pelarut NADES menggunakan metode ekstraksi berbasis utrasonik (UAE) yang dibandingkan dengan ekstraksi maserasi menggunakan pelarut etanol. Setelah dilakukan pengujian terhadap 3 kombinasi NADES, kombinasi NADES terpilih diekstraksi dengan 3 variabel bebas hingga dicapai kondisi optimum menggunakan rancangan Response Surface Methodology (RSM). Variabel bebas pada RSM yaitu penambahan air pada NADES (10, 20, 30%), waktu ekstraksi (10, 20, dan 30 menit), dan rasio pelarut terhadap serbuk (15, 20, 25 mL/g). Penetapan kadar kurkuminoid dan xantorizol dilakukan dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dengan fase gerak 0,07% asam format–asetonitril (45:55 v/v) lalu dideteksi pada panjang gelombang 425 nm untuk kurkuminoid dan 275 nm untuk xantorizol. Dari hasil analisis, kondisi ekstraksi optimal dihasilkan dari kombinasi NADES kolin klorida-gliserol (1:1) pada variasi 8 dengan kondisi penambahan air pada NADES sebanyak 10%, waktu ekstraksi 20 menit, dan rasio pelarut terhadap sampel 25 mL/g. Kondisi tersebut menghasilkan kadar kurkuminoid sebesar 7,32 mg/g dan kadar xantorizol sebesar 2,01 mg/g. Berdasarkan hasil penelitian, UAE-NADES lebih efektif dalam menarik senyawa kurkuminoid sebesar 7,32 mg/g dan maserasi-etanol lebih efektif dalam menarik senyawa xantorizol sebesar 12,61 mg/g. Kondisi optimum dipilih berdasar solusi RSM dengan kadar kurkuminoid sebesar 4,952 mg/g dan kadar xantorizol sebesar 0,694 mg/g.

Javanese turmeric contains curcuminoid and xanthorrhizol that have wide range of biological activities. Natural Deep Eutectic Solvents (NADES) is an alternative green solvent that has minimal impact on the environment due to its biodegradable nature. This study aimed to evaluate the ability to extract curcuminoids and xantorizol that have different polaritieswith NADES using Ultrasound-Asissted Extraction (UAE) compared to conventional maceration extraction using ethanol. After testing 3 NADES combinations, the selected NADES was extracted with 3 independent variables until the optimum conditions were achieved using the Response Surface Methodology (RSM) design.The independent variables used were the addition of water to NADES (10, 20, 30%), extraction time (10, 20, and 30 minutes), and the ratio of solvent to powder (15, 20, 25 mL/g). The levels of curcuminoids and xanthorrhizol were determined using High-Performance Liquid Chromatography (HPLC) with a mobile phase of 0.07% formic acid–acetonitrile (45:55v/v) then detected at a wavelength of 425 nm for curcuminoids and 275 nm for xanthorrhizol. From the analysis results, the optimal extraction conditions resulted from the combination of NADES choline chloride-glycerol (1:1) at run 8 with the conditions of adding 10% of water to NADES, 20 minutes extraction time, and solvent to sample ratio 25 mL/g. This condition resulted in curcuminoid levels of 7.32 mg/g and xantorizol levels of 2.01 mg/g. Based on the results of the study, UAE-NADES was more effective in attracting curcuminoid of 7.32 mg/g and maceration-ethanol was more effective in attracting xanthorizolof 12.61 mg/g. The optimum conditions were selected based on the RSM solution, with curcuminoid levels of 4.952 mg/g and xanthorizol levels of 0.694 mg/g."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Utami
"Rifampisin merupakan antibiotik yang biasa dikonsumsi bersamaan dengan isoniazid dalam bentuk kombinasi dosis tetap yang digunakan sebagai regimen terapi dalam pengobatan tuberkulosis. Resistensi bakteri dapat terjadi apabila kadar rifampisin berada di bawah rentang terapi, yaitu 8 – 24 μg/mL setelah pemberian dosis oral 600 mg. Oleh karena itu perlu dilakukan pemantauan kadar obat untuk mencapai keberhasilan terapi. Beberapa metode analisis rifampisin menggunakan plasma dan Dried Blood Spot telah dikembangkan dan divalidasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode analisis rifampisin yang tervalidasi dalam Volumetric Absorptive Microsampling (VAMS) menggunakan kromatografi cair kinerja ultra tinggi – tandem spektrometri massa. Penelitian ini menggunakan VAMS karena tekniknya yang sederhana dan lebih nyaman, volume pengambilan yang lebih sedikit, serta tidak adanya efek hematokrit. Metode preparasi sampel dilakukan dengan cara pengendapan protein menggunakan metanol-asetonitril 1:2 sebanyak 500 μL dan dianalisis menggunakan kromatografi cair kinerja ultra tinggi dengan detektor spektrometri massa dengan mode electrospray ionization positif dan multiple reaction monitoring pada m/z 823,48 > 791,76 untuk rifampisin, dan m/z 370,35 > 288,28 untuk silostazol sebagai baku dalam. Kondisi analisis optimum diperoleh menggunakan kolom Acquity® UPLC BEH C18 (2,1 x 100 mm; 1,7 μm); laju alir 0,10 mL/menit; fase gerak asam format 0,1% dan metanol (20:80), suhu kolom 40°C, dengan volume injeksi 10 μL. Nilai LLOQ yang didapatkan adalah 0,4 μg/mL untuk rifampisin dengan rentang kurva kalibrasi 0,4 – 30 μg/mL. Metode analisis telah tervalidasi sesuai dengan kriteria persyaratan yang ditetapkan oleh US Food and Drug Administration (2018) dan European Medicines Agency (2011).

Rifampicin is an antibiotic that is usually taken together with isoniazid in the form of a fixed-dose combination that is used as a therapeutic regimen in the treatment of tuberculosis. Bacterial resistance can occur if the levels of rifampicin and isoniazid are below the therapeutic range, which is 8 – 24 μg/mL after oral administration of 600 mg dose. Therefore, it is necessary to monitor drug levels to achieve therapeutic goals. There are several analytical methods of rifampicin using plasma and Dried Blood Spot have been developed and validated. This research aims to develop a validated analysis method of rifampicin in Volumetric Absorptive Microsampling (VAMS) using UHPLC- MS/MS. This research used VAMS because the technique is simpler and more convenient, requires small volume of samples, and not affected the hematocrit effect. The sample preparation in VAMS extracted using protein precipitation method using 500 μL of methanol – acetonitrile 1:2 and analyzed using liquid chromatography with mass spectrometry detector and positive electrospray ionization and multiple reaction monitoring with m/z 823,48 > 791,76 for rifampicin, and m/z 370,35 > 288,28 for cilostazol. Optimum analytical conditions were obtained using the Acquity® UPLC BEH C18 column (2.1 x 100 mm; 1.7 m); flow rate 0.10 mL/min; mobile phase 0.1% formic acid and methanol (20:80), column temperature 40°C, and injection volume of 10 μL. The LLOQ value obtained was 0,4 μg/mL for rifampicin with a calibration curve range of 0,4 – 30 μg/mL. The analytical method has been validated in accordance with the requirements criteria set by the US Food and Drug Administration (2018) and the European Medicines Agency (2011)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library