Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Jazmi Dwi Hartono
"Studi ini membahas mengenai interpretasi nilai penting dan pemanfaatan cagar budaya pada Gedung A.A. Maramis. Gedung ini merupakan bangunan peninggalan pemerintahan kolonial Belanda yang mulai dibangun pada masa pemerintahan Daendels. Saat ini Gedung A.A. Maramis yang dikelola oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia dalam kondisi tidak difungsikan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui nilai penting yang terdapat pada Gedung A.A. Maramis sebagai acuan dalam melakukan pemanfaatan cagar budaya sebagai salah satu upaya pelestarian cagar budaya. Penelitian ini dirancang dengan metode analisis deskriptif, yaitu mendeskripsikan bangunan dan nilai penting yang terdapat pada bangunan menggunakan definisi nilai penting dari Raharjo dan Muluk serta Pedoman Penilaian Kriteria Penetapan Cagar Budaya oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Studi ini menghasilkan identifikasi lima nilai penting yang terdapat pada Gedung A.A. Maramis yang terdiri dari nilai sejarah, nilai ekonomi, nilai politik, nilai pengetahuan, dan nilai keutuhan. Upaya pemanfaatan yang dapat dilakukan berdasarkan penelitian ini terdiri dari dua yaitu, pemanfaatan bangunan sebagai perpustakaan dan pemanfaatan bangunan sebagai museum.

This study discusses the interpretation of important values and utilization of cultural heritage in A.A. Maramis Building. This building is a relic of the Dutch colonial government that began to be built during the reign of Daendels. Currently, Gedung A.A. Maramis managed by the Ministry of Finance of the Republic of Indonesia is not functioning. The purpose of this research is to know the important value contained in A.A. Maramis Building as a reference in utilizing cultural heritage as one of the efforts to preserve cultural heritage. This research was designed with descriptive analysis method, which is to describe the building and important values contained in the building using the definition of important value of Raharjo and Muluk as well as Guidelines for Assessment of Criteria for The Establishment of Cultural Heritage by the Ministry of Education and Culture. This study resulted in the identification of five important values contained in the A.A. Maramis Building consisting of historical values, economic values, political values, knowledge values, and wholeness values. Utilization efforts that can be done based on this research consists of two, namely, the utilization of buildings as libraries and the utilization of buildings as museums."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Dewandaru
"Kajian ini membahas mengenai penggambaran dewa lokal Klenteng Boen San Bio dan Tjoe Soe Kong di Tangerang Menggunakan kajian Agensi. Kajian ini menggunakan sumber data petilasan dewa lokal di Klenteng Boen San Bio dan Tjoe Soe Kong di Tangerang. Dewa pada klenteng biasanya diadopsi dari tokoh Cina atau dewa dewa cina berdasarkan Agama Tri Dharma. Akan tetapi ada Dewa Lokal yang di sembah dan dihormati sampai memiliki petilasan atau ruang ibadah sendiri. Oleh karena itu, Kajian ini berfokus pada penggambaran dewa lokal. Metode yang digunakan adalah kerangka penelitian Sharer dan Ashmore yang terdiri atas enam tahap yaitu tahap formulasi, implementasi, pengumpulan data, pengolahan data, analisis, dan interpretasi. Hasil kajian analisis adalah agensi agensi dewa lokal dan alasan bisa menjadi dewa berdasarkan Petilasan dewa lokal dan Data lainnya.

This study discusses the depiction of local gods in the Boen San Bio and Tjoe Soe Kong temples in Tangerang using the Agency study. This study uses data sources of local deities in the Boen San Bio and Tjoe Soe Kong temples in Tangerang. The gods in pagodas are usually adopted from Chinese figures or Chinese gods based on the Tri Dharma religion. However, there are local gods who are worshiped and respected to the point where they have their own shrine or prayer room. Therefore, this study focuses on the depiction of local gods. The method used is the Sharer and Ashmore research framework which consists of six stages, namely the formulation, implementation, data collection, data processing, analysis, and interpretation stages. The results of the analysis study are the agencies of local gods and the reasons they can become gods based on the Recitation of local gods and other data."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
LP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Redika Cindra Reranta
"Penelitian ini dilakukan dalam rangka memecahkan masalah kesalahpahaman terhadap tuturan netral bahasa Lampung yang dianggap sebagai tuturan marah oleh penutur nonLampung. Data merupakan rekaman tuturan netral dan marah yang secara segmental identik. Tuturan tersebut
terdiri dari tiga pola kalimat yang masing-masing diulangi sebanyak empat kali oleh empat penutur jati bahasa Lampung. Selanjutnya, data dianalisis untuk menemukan ciri akustik tiap tuturan yang kemudian dikomparasi untuk menemukan kontras antara ciri akustik tuturan netral dan marah berdasarkan teori Paeschke & Sendlmeier (2000), teori Yildirim (2004), dan teori Sugiyono (2007). Hasil temuan menyatakan bahwa tuturan netral dan marah bahasa Lampung dibedakan oleh tinggi nada, yaitu tinggi nada tuturan marah lebih tinggi dan tuturan netral bahasa Indonesia dan Lampung dibedakan oleh tinggi nada dan alir nada, yaitu tinggi nada
tuturan netral Lampung lebih tinggi, dan pola tuturan netral Lampung menyerupai bentuk pola tuturan marah sehingga menggiring persepsi penutur nonLampung untuk menganggap tuturan netral Lampung adalah tuturan marah. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa tuturan netral dan
marah dapat memiliki dua puncak nada yang sama tinggi, tinggi nada adalah unsur suprasegmental yang membedakan tuturan netral dan marah bahasa Lampung, dan tinggi nada
dan alir nada tuturan netral Lampung adalah parameter akustik yang memberi kesan marah bagi penutur nonLampung.
Intonasi memiliki peran besar dalam membentuk makna dari sebuah tuturan. Dengan sebuah intonasi, suatu tuturan dapat dimaknai sebagai tuturan marah, senang, sedih, netral, atau emosi lainnya tanpa memandang kehadiran unsur segmental tuturan. Jika salah memahami intonasi, maka akan ada kendala atau masalah yang terjadi. Salah satu kasus kesalahpahaman memahami intonasi adalah seringnya penutur nonLampung mengira tuturan netral bahasa Lampung oleh penutur Lampung adalah tuturan marah. Penelitian ini dilakukan dalam rangka memecahkan masalah kesalahpahaman tersebut. Penelitian ini menerapkan pendekatan IPO yang terdiri dari tiga kegiatan utama: eksperimen produksi ujaran, analisis akustik ujaran, dan eksperimen uji persepsi ujaran. Data merupakan rekaman tuturan netral dan marah yang secara segmental identik. Tuturan tersebut terdiri dari tiga pola kalimat yang masing-masing diulangi sebanyak empat kali oleh empat penutur jati bahasa Lampung. Selanjutnya, data dianalisis untuk menemukan ciri akustik tiap tuturan yang kemudian dikomparasi untuk menemukan kontras antara ciri akustik tuturan netral dan marah berdasarkan teori Paeschke & Sendlmeier (2000), teori Yildirim (2004), dan teori Sugiyono (2007). Dari hasil analisis, diperoleh dua temuan. Pertama, tuturan netral dan marah bahasa Lampung dibedakan oleh tinggi nada, yaitu tinggi nada tuturan marah lebih tinggi. Kedua, ditemukan juga bahwa tuturan netral bahasa Indonesia dan Lampung dibedakan oleh tinggi nada dan alir nada, yaitu tinggi nada tuturan netral Lampung lebih tinggi, dan pola tuturan netral Lampung menyerupai bentuk pola tuturan marah sehingga menggiring persepsi penutur nonLampung untuk menganggap tuturan netral Lampung adalah tuturan marah. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa ada dua puncak nada pada tuturan netral dan marah yang sama tinggi dan tinggi nada adalah unsur suprasegmental yang membedakan tuturan netral dan marah bahasa Lampung. Selain itu, ditemukan bahwa tinggi nada dan alir nada tuturan netral Lampung adalah parameter akustik yang memberi kesan marah bagi penutur nonLampung.

Intonation plays an important role in creating meaning of utterance. With an intonation, a speech can be interpreted as angry, happy, sad, neutral, or other emotional utterance regardless of the segmental element presence. If intonation is interpreted incorrectly, there will be obstacles or problems. One case example of misunderstanding intonation is that nonLampungnese speakers often think that Lampungnese neutral speech uttered by native speakers is angry speech. This research was conducted in order to solve the problem. This study applied the IPO approach which consist of three main activities: speech production, speech acoustic analysis, and speech perception test experiments. The data were recordings of neutral and angry speech which are segmentally identical. The utterance consists of three sentence patterns, each of which was repeated four times by four native speakers. Furthermore, the data were analyzed to find the acoustic characteristics which was then compared to find the contrast between the acoustic characteristics of neutral and angry speech based on the theory of Paeschke & Sendlmeier (2000), Yildirim (2004), and Sugiyono (2007). From the analysis, two findings were obtained. First, neutral and angry speech in Lampung language were distinguished by pitch, that was the pitch of angry speech was higher. Second, it was also found that neutral speech in Indonesian and Lampungnese were distinguished by pitch and tone flow in which Lampungnese neutral speech was higher in pitch, and its patterns resembled angry speech patterns, thus leading the perception of nonLampung speakers to consider Lampungneses neutral speech as an angry speech. The experimental results showed that there were two pitch peaks in neutral and angry speech that were the same in height and the pitch parameter that distinguished Lampungnese neutral and angry speech. In addition, it was found that the pitch and flow of Lampungnese neutral speech were acoustic parameters that gave the impression of anger for non-Lampung speakers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library