Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pattison, George
London: Routledge, 2000
193 PAT l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Beistegui, Miguel de.
London: Routledge, 1998
320.092 BEI h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Dilihat dari kemunculan istilah fenomenologi, Heidegger mendirikan filsafat fenomenologi eksistensialis dengan mempertanyakan ulang pendekatan filsuf sebelum dirinya, yaitu pertanyaan dari eksistensi sebagai suatu konsep, dengan propertinya menuju pada pertanyaan eksistensi sebagai diriya sendiri. Adapun beberapa tekanan Heidegger yakni konsep mit atau dengan, bersama itu mempunyai makna ekssitensial. artinya kebersamaan itu bukan melekat pada diri manusia, namun mengikuti manusia dan melekat. oleh karena itu Heidegger mengungkapkan untuk mengenal diri, harus melalui mitdasein, melalui orang lain. dengan mengenal orang lain, manusia bisa mengenal dirinya"
384 KOMAS 10:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Braver, Lee
"This book cuts through the jargon to present Heidegger's ideas in clear English, using illuminating examples and explications of thorny passages. In so doing, it offers readers an accessible overview of Heidegger's entire career."
Cambridge, UK : Polity Press, 2014
001.09 BRA h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rockmore, Tom, 1942-
London: Routledge, 1995
193 ROC h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hodge, Joanna
London: Routledge, 1995
171.2 HOD h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Richardon, William J.
New York: Fordham University Press, 2003
193 RIC h (2);193 RIC h (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sunaidi Efatra
"ABSTRAK
Manusia sebagai poros penyelidikan guna menemukan kenyataan sesungguhnya mulai dari Plato hingga Descartes masih belum selesai. Realitas sesungguhnya, yang dinamakan dengan Ada (Being), setiap pemikir selalu berdialektika satu sama lainnya sehingga tidak pernah menemukan titik akhir dari sebuah sintesa utuh yang tidak bisa diperdebatkan lagi. Titik persoalannya adalah karena berangkat dari perspektif esensial yang bersifat deskriptif-kategorial dalam menyelidiki Ada sehingga dikotomi subyek (manusia) dan Obyek (dunia) tidak bisa dielakkan. Baru kemudian pada Edmund Husserl mulai ada perubahan konseptual dalam mengatasi dikotomi tersebut. Melalui metode fenomenologi, Husserl menyelaraskan antara subyek dan Obyek dengan tidak ada pemisahan. Keduanya saling mengandaikan dalam memperoleh pengetahuan. Walaupun demikian, pada puncak penelitian, Husserl akhirnya masih melakukan diskriminasi terhadap obyek dalam konsep ego transendentalnya. Sehingga pencarian kenyataan yang hakiki melalui penyelidikan yang bersifat konseptual mulai dipertanyakan lagi. Kehadiran Kierkegaard ikut membawa perubahan yang mendasar, yaitu bahwa penelitian tentang esensi Ada yang selalu berangkat dari konsepsi-kategoris harus dibalik dengan penelitian yang menggunakan perspektif eksistensial. Being, tidak lagi dipahami sebagai Ada, tetapi Mengada. Artinya, manusia tidak semata-mata dipandang sebagai pelaku pasif dalam memahami dan menyelidiki Ada, tetapi manusia justru sebagai pelaku aktif dalam memaknai Ada. Dalam puncak memaknai Ada, bagi Kierkegaard, manusia dengan pilihan bebasnya harus melompat ke realitas e ketuhanan. Bagi Martin Heidegger, pengalaman tentang Ada yang dimaknai oleh Kierkegaard masih berbau moralitas dan religius. Manusia belum dipandang sebagai subyek yang mampu berdiri sendiri dalam memaknai hidupnya. Perlu kemudian memberikan sudut pandang yang lain, yaitu eksistensial-ontologis dalam memaknai Ada. Eksistensial bertujuan meneropong kondisi manusia yang otentik, dan kemudian diselaraskan dengan temporalitas yang memberikan makna tentang keberadaan manusia dalam dunia. Karena kondisi Dasein yang paling mendasar adalah Ada-menuju-kematian secara eksistensial-ontologis, maka puncak totalitas Ada Dasein itu akhirnya ditemukan pada momen Kematian. Sebab pada momen ini adalah zenit totalitas Ada Dasein di satu sisi, dan momen berakhirnya eksistensi Dasein dalam dunia di sisi lain. Oleh karena itu, pada Heidegger, manusia sebagai pemberi makna pada Ada dalam memaknai dirinya dan dunia, yang berpuncak pada kematian. Namun manusia dalam memaknai dirinya dan dunia keseharian menghadapi dilema. Di satu sisi, pemaknaan Ada-nya yang otentik melalui Mengada-menuju-kematian selalu tidak stabil karena is selalu terlupa. Di sisi lain, karakter keseharian Dasein selalu bernuasa inotentik di mana Dasein tidak bisa lari darinya. Meskipun secara eksplisit dia sudah menyatakan diri sebagai Ada yang otentik, tetapi secara implisit, bekas-bekas inotentik masih melekat pada otentisitas tersebut. Sehingga keutuhan manusia eksistensial-ontologis yang otentik itu secara tidak langsung masih berwarna ganda"
2007
T37417
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heidegger, Martin
New York: State University of New York Press, 1996
111 HEI b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Warminski, Andrzej
Minneapolis: University of Minnesota Press, 1987
121.68 WAR r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>