Berita

Berita

STRATEGI MEMBANGUN BUDAYA LITERASI PADA GENERASI ALFA
Diunggah pada: 29-05-2022

Budaya literasi sejatinya sudah harus dimulai dari keluarga, sejak anak usia dini. Budaya literasi juga sangat terkait dengan pola pembelajaran di sekolah dan ketersediaan bahan bacaan di perpustakaan maupun Taman Bacaan Masyarakat. Menghadapi generasi alfa, dengan karakter dan pengaruh teknologi yang sangat kuat, pustakawan dan komunitas literasi perlu mengembangkan strategi yang lebih masif dan terstruktur agar menjadi generasi yang berbudaya literasi. Untuk menghadapi tantangan tersebut, UPT Perpustakaan UI menyelenggarakan Webinar Nasional Seri ke-3 dengan tema: Strategi Membangun Budaya Literasi pada Generasi Alfa. Webinar ini diselenggarakan secara daring pada Rabu, 25 Mei 2022.

 Sambutan Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UI

Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UI, Prof. Dr. rer. nat. Abdul Haris, M.Sc. menyampaikan dalam sambutannya, bahwa sejatinya budaya literasi menjadi tanggung jawab setiap orang, dimulai dari keluarga, sejak anak usia dini. Literasi dapat diartikan sebagai kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan segala sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas seperti membaca, melihat, menyimak, menulis dan berbicara. Literasi sendiri memiliki cakupan yang sangat luas yang tujuan akhirnya adalah untuk membentuk insan-insan yang berpikir kritis dan menjadi pemelajar seumur hidup (lifelong learner). Literasi bukan bakat melainkan keterampilan yang perlu dilatih. Dengan adanya budaya literasi, akan terbentuk kebiasan berpikir kritis yang diikuti dengan proses membaca dan menulis sehingga hasil akhir pada proses tersebut adalah sebuah karya.

 Sambutan Kepala UPT Perpustakaan UI

Sambutan kedua disampaikan oleh Kepala UPT Perpustakaan UI, Ibu Mariyah, S.Sos., M.Hum. Dalam sambutannya Ibu Mariyah menyampaikan bahwa perpustakaan akademik memiliki peran penting dalam membangun budaya literasi, mengingat perguruan tinggi akan melayani berbagai karakter mahasiswa dari lintas generasi. Melalui webinar ini, UPT Perpustakaan UI mengajak semua pengelola perpustakaan, baik perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan sekolah, perpustakaan khusus, perpustakaan umum, dan pengelola taman bacaan masyarakat untuk belajar bersama dalam rangka menyiapkan strategi yang jitu agar mampu menghadapi generasi alfa khususnya dan generasi X,Y, dan Z.

 Narasumber

Webinar kali ini menghadirkan empat orang narasumber yang kompeten, yaitu Bapak Gol A Gong (Duta Baca Indonesia), Bapak Syarifudin Yunus (TBM Lentera Pustaka), Bapak David Judha Siagian, S.Hum. (Pustakawan Binus School Semarang) dan Ibu Kurniawati Yuli Pratiwi, S.Hum (Pustakawan Universitas Indonesia).

 

Bapak Gol A Gong dalam pemaparannya menyampaikan 5 indikator tingkat kegemaran membaca pada 2021, yang mencakup frekuensi membaca 5 – 5 kali per minggu dengan durasi 1 jam 34 menit per hari atau 8 jam 42 menit per minggu dengan jumlah bacaan 4-5 bahan bacaan per tiga bulan. Untuk mengakses internet, frekuensi aksesnya sebanyak 5-6 kali per minggu dengan durasi 1 jam 46,5 menit per hari atau 10 jam 38,2 menit per minggu.

 

Materi selanjutnya disampaikan oleh Bapak Syarifudin Yunus, pengelola Taman Baca Masyarakat Lentera Pustaka. Pak Syarifudin menyampaikan bahwa alasan beliau membuat TBM karena Pendidikan di Indonesia masih rendah, sedangkan persoalan besar dalam membangun literasi adalah terkadang ada penggunanya, ada bukunya, namun tidak ada komitmen pengelolanya. Atau ada penggunanya, ada komitmen pengelolanya, namun tidak ada bukunya. Atau yang paling menyedihkan, ada bukunya, ada komitmen pengelolanya, namun tidak ada penggunanya. Untuk itu, Bapak Syarifudin menciptakan TBM dengan konsep Edutainment, dengan menjadikan TBM asyik, menyenangkan, kreatif, dan inovatif.

 

Materi dilanjutkan oleh Bapak David Judha Siagian, S.Hum., Pustakawan Binus School Semarang. Bapak David menjelaskan bahwa karakteristik dari Generasi Alfa ini adalah digital natives, tech savvy, balanced, dan open minded. Keuntungannya, generasi alfa ini lebih tanggap mengenai teknologi, pembelajaran yang dimodifikasi secara personal, dan mandiri. Tantangannya, biasanya generasi alfa sebagai digital natives tidak dilengkapi dengan kemampuan digital literacy. Untuk itu, Bapak David memberikan tips dan trik dalam mengembangkan layanan perpustakaan berbasis budaya literasi, yaitu perpustakaan harus terus meningkatkan kompetensi, stay up to date, membangun relasi yang baik dengan anak, kreatif, inovatif, kolaboratif, memasarkan layanan dan koleksi dengan cara yang berbeda serta konsisten.

 

Materi terakhir disampaikan oleh Ibu Kurniawati Yuli Pratiwi, S.Hum., Pustakawan Universitas Indonesia. Ibu Tiwi melengkapi pemaparan dari ketiga narasumber sebelumnya dengan memberikan tips dalam memberikan bahan bacaan untuk anak, yaitu dengan memperhatikan tujuan dalam memilih bahan bacaan tersebut; sesuaikan dengan usia, minat, dan bakat; sesuaikan bahan bacaan dengan tingkat perkembangan anak; perhatikan kemampuan baca anak dengan kalimat pada bahan bacaan; perhatikan ilustrasi pada bahan bacaan; serta perhatikan Bahasa yang digunakan, apakah perlu menggunakan Bahasa bilingual. Ibu Tiwi juga menyampaikan bahwa metode bercerita dan mendongeng dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan budaya literasi karena dapat membangun kepercayaan pada anak, membuat orang tua lebih kreatif, dan membangun interaksi yang lebih intens dengan anak.

Foto Bersama

Webinar yang dimoderatori oleh Ibu Maulidya Istiqfani A. (Pustakawan FKM UI) ini dihadiri oleh lebih dari 500 peserta yang terbagi dalam Zoom Meeting dan Live Streaming YouTube.

 

*****

 

Mariyah, S.Sos., M.Hum.

Kepala UPT Perpustakaan UI

Media Contact: Moethia Anggraeni, S.Hum

(Media Relations Perpustakaan UI, pro.lib@ui.ac.id ; @ui_library; 0821-1389-3177)