Dilaporkan kasus seorang perempuan Bali, berumur 33 tahun, agama Hindu dengan nodul multipel sistiserkosis di bawah kulit dan otak. Ditemukan gejala kejang sejak remaja yang kemudian tidak diobati. Sejak tiga tahun sebelum dirawat di rumah sakit, penderita menemukan nodul multipel di dalam kulit, mulai pada dahi dan sejak setahun yang lalu juga di bagian lain dari kepala dan tubuh, seperti pada bahu, dada dan punggung. Ternyata sampel serum yang diperiksa dengan cara immunoblot positif terhadap antigen Taenia solium. Hasil tes kopro-antigen yang juga positif memberi petunjuk adanya cacing dewasa T. solium di usus. Penderita diterapi dengan prazikuantel terhadap infeksi dengan cacing dewasa dan kemudian dengan albendazol terhadap stadium larva, yang berupa kista. Tidak berhasil ditemukan cacing dewasa di dalam tinja 24 jam. Setelah tiga minggu jumlah kista yang teraba di dalam kulit sangat berkurang, demikian juga di dalam otak. Setelah setahun tes imunoblot masih positif. (Med J Indones 2002; 11: 169-73) A case of multiple subcutaneous and cerebral cysticercosis in a 33-year-old Balinese female, is reported. The patient suffered from seizures since adolescence, which was not treated. Since three years before admission she started developing multiple nodules in the skin, starting from her forehead and since a year ago also in other parts of the head and body such as shoulders, chest and back. Serum sample tested against cysticercus antigen by immunoblot assay against antigen of Taenia solium was positive. The copro-antigen test was also positive, indicating the presence of the adult worm in the intestines. The patient was treated with praziquantel for the adult T. solium infection and thereafter with albendazole for the larval stages, which resulted in obvious reduction of the cerebral cysts and most of the subcutaneous nodules disappeared. However the adult worm was not recovered in the 24 hours stool specimen and after one year the immunoblot test was still positive. (Med J Indones 2002; 11: 169-73) |