ABSTRAK Kandidosis adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur Candida spp. Spesiesterbanyak yang dapat menyebabkan penyaldt adalah Candida albicans. Jamurtersebut dapat ditemukan sebagai komcnsal dalam tubuh manusia, yaim dalamsaluran cema atau salman napas bagian atas. Pada keadaan tertcntu yaitu adanyafalctor predisposisi, jamur tersebut dapat berubah menjadi patogen dan menyebabkanpcnyakif. Berdasarkan iokalisasi, Candida dapat menyebabkan infeksi superlisialpada kuku, kulit, dan mukosa, tetapi juga dapal menyebabkan infeksi sistemik padaorgan dalam. Dalam proses teljadinya kandidosis sistemik turut berperan faktorpredisposisi antara lain pemberian antibiotik jangka panjang, pemberian obatimunosupresan seperti kortikosternid dan sitostatik yang dapat mengakibatkankankeadaan netropeni, keganasau termama hemarogenik., usia lanjut dan penyakitmetabolik seperti diabetes melitus (Emmons et al., 1977; Rippon, 1988; Odds, 1988;Reiss er al., 1998).
Dalam beberapa dekadc telakhir, iiekuensi kandidosis sistemik meningkatsepuluh kali tetapi diagnosis masih temp merupakan masalah (Maksymiuk et al.,1984; Komshian et az., 1989, Rex 8I af., 1995; Edwards, 1997). scnmsnya diagnosispasti kandidosis sistcmik dapat ditegakkan dengan menemukan jamur dalam sediaanhistopatologi jaringan yang terkena, tempi cara terrsebut invasif dan mengandungrisiko terhadap penderita. Sclain itu pengambiian bahan untnk biopsi tidak mudahdilakukan karena kondisi penderita yang biasanya sudah bm'uk dan sulit menetapkanlokalisasi biopsi yang tepat karena sifat lesinya sendiri yang dapat berupa abses multipel kecil-kccil (Emmons er al.,19'77; Rippon, 1988). Pada saat ini gold standarduntuk diagnosis kandisosis sistemik adalah biakan darah berulang, tetapi cara itusering memberikan hasil negatif dan perlu waktu lama apalagi bila diperlukanidentifikasi spesies. (Halley & Callaway, 1978; Walsh et ai., 1991; Bumie El al.,1997).
Masalah diagnostik kandidosis sistemik disebabkan: (i) Penyakit tersebut tidakmempunyai gejala klinik yang patognomonik; gejalanya tergantung pada organ yangterkena sehingga diagnosis tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan gejala kliniksaja. (ii) Pemeriksaan bahan klinik saja tidak memberikan hasil yang pasti karena sifatCandida yang oportunis; ditemukannya jamur dari bahan klinik sulit untukmenjelaskan perannya sebagai etiologi penyakit tersebut .(iii) Kultur darah lebihsering negalif dan apabila positif satu kali saja sulit dibedakan dengan keadaansementara (transient candidemia) seperti yang dapat terjadi pada pemberian infus(Bodey, 1984).
Selain biakan telah dikembangkan berbagai cara diagnosis, antara lain saraserologi dan polymerase chain reaction (PCR). PCR, suatu metode berdasarkan teoribiologi molekuler, merupakan cara paling baru dan dianggap sebagai cara palingsensitif untuk diagnosis kandidosis sistemik akan tetapi penerapan sehari-hari dilaboratorimn tidak mudah dilakukan (Miyakawa EI a1.,1993; Holmes er al., 1994).Uji serologi yang ada saat ini mempunyai spesifisitas dan sensitivitas yangrendah (Ruechel, 1989; Jones, 1990; Buckley er al., 1992). Hal itu dapat dijelaskan,karena C. albicans merupakan jamur saprofit yang dapat hidup sebagai komensaldalam tubuh manusia. Baik dalam keadaan saprofit maupun dalam keadaan patogenjamur tersebut melepaskan antigen misalnya mannan yang berasal dari dinding sel.Dengan demikian mannan akan merangsang pembentukan antibodi antimannan padakedua keadaan tersebut, sehingga deteksi antibodi antimannan tidak dapat digunakan untuk membedakan keadaan saproiit dari kandidosis sistemik (de Repenugny,Quindos er ai., l990a; Buckley et af., 1992; Ponton ex al, 1993).Dua bentuk penting C. albicans adalah bentuk blastokonidia atau khamir danbentuk hifa semu yang dapat didahului pembentukan germ tube oleh blastokonidia.Germ tube merupakan bentuk yang dianggap penting sebagai penentu virulensi karenaberperan dalam perlekatan dan invasi ke dalam jaringan (Sobel et al., 1984; DeBenardis el al., 1993; Calderone er al., 1994). Masing-masing bentuk balk khamirmaupun germ tube mempmmyai antigen spesiiik yang cliekspresikan pada dinding se](Penton & Jones, 1986). Bebempa peneliti telah melaporkan antigen spesitik germtube, antara lain antigen dengan berat molekul 19 kDa dan 230 kDa sampai 235 kDa(Ponton & Jones, 1986), 47 dan 43 kDa (Casanova et al., 1989; 1991). Peneliti lainmenemukan bahwa antibodi terhadap germ tube tidak ditemukan pada orang yangrnengandung C. albicans sebagai saproiit (Quindos et al., 1987; 1990a). Penemuantersebut memberikan dasar pemikiran untuk pengembangan uji diagnestik bam dalamusaha mendaparkan cara diagnosis kandidosis sistemik yang lebih akurat. |