Dewasa ini, batubara menjadi salah satu komoditi perdagangan terbesar di Kota Banjarmasin yang ditandai dengan tumbuhnya 9 (sembilan) kegiatan terminal batubara (stockpile) di pinggiran Sungai Barito sejak tahun 1999. Terminal ini berfungsi sebagai tempat pengumpulan, penumpukan, dan pemuatan batubara ke tongkang, untuk kemudian dibawa ke laut lepas. Aktivitas ini ternyata membawa dampak terhadap lingkungan, khususnya ruang udara. Debu yang dihasilkan dari proses pemuatan batubara ke tongkang telah menyebar sampai ke permukiman penduduk karena jarak lokasi stockpile yang berdekatan. Permasalahannya adalah seberapa jauh jaraknya sebaran debu tersebut terhadap kawasan permukiman penduduk dan bagaimana mereka dapat beradaptasi dengan kondisi tersebut?Berdasarkan basil penelitian, maka diketahui bahwa pola sebaran debu batubara lebih luas radius pencemarannya pada musim hujan, dan hal tersebut berdampak pada 6 (enam) kelurahan yang berada pada kategori status tercemar berbahaya sepanjang musim. Kualitas udara terbukti sangat buruk karena 2 (dua) tahun terakhir, kadarnya di atas ambang baku mutu dan sebagian besar penduduk merasa terganggu dengan kondisi tersebut. Walaupun tidak terbukti adanya hubungan peningkatan jumlah debu batubara terhadap jumlah penderita ISPA, namun jenis gangguan yang paling dirasakan adalah gangguan pernafasan, penglihatan, dan psikis. Pola adaptasi di daerah tercemar debu batubara, yang dilakukan secara perorangan secara keseluruhan berbeda dengan daerah kontrol, namun perbedaan tersebut mengarah pada ketidakaktifan dalam melindungi kesehatan maupun lingkungan di dalam rumahnya. Sedangan, tindakan adaptasi secara kolektif hanya terfokus pada kebersihan jalan, bukan pada perihal yang mendasar, seperti penyesuaian pola pemanfaatan lahan di daerah tersebut. Namun, harapan terhadap realisasi pelaksanaan terhadap prioritas tindakan adaptasi dimasukkan dalam suatu kuadran berdasarkan tingkat kebutuhan dan kepentingan, yaitu mensosialisasikan kegunaan peralatan pelindung pernafasan dan mata, pemberian tunjangan obat-obatan dan vitamin/susu secara berkala pada keluarga yang terkena debu batubara. Sedangkan rencana tindak adaptasi, yaitu penanaman pohon, pembersihan jalan, pembangunan fasilitas/bangunan pelindung. Dengan melaksanakan kegiatan tersebut maka diharapkan kegagalan pemenuhan unsur vitalitas dan kesesuaian dalam dimensi kinerja kota dapat diatasi dan dalam jangka menengah, pola adaptasi dapat dipertimbangkan dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) sehingga pembentukan kawasan permukiman (perkampungan) kota yang bebas debu dapat segera terwujud. Recently, coal has become one of the greatest trading commodities in Banjarmasin which was indicated with the growth of 9 (nine) coal terminal or stockpile in the Barito River Basin since 1999. The function of terminal is to collect, to stock, and to load the coal into the barge in order to take it to the mother vessel in outer river. The terminal activities unfortunately had environmentally impact, especially to the air. The dust that was resulted from the loading process has flown to the citizen houses because the short distance among them. The problem is how far the impact to the human settlement and how they adapt to this polluted air conditions.Based on the result, the pattern of coal dust distribution in rainy season has wider impact than dry season. And it caused to the 6 (six) kelurahan have been categorized as dangerous polluted area in whole seasons. The air quality was proved badly because in the last 2 years, the dust ambient in the air is over the standard minimum and part of the society feel inconvenience with this condition. Although according to statistic result, there is no relationship between coal dust volumes with the ISPA recipients, but the most influence of the coal dust to the people is about the respiration health, eyes health, and psychology health. The pattern of the adaptation in polluted area which was done individually completely different with the control area, but those distinctions are tend to become passive responds in order to protect their healthy status and house cleanliness, not doing something fundamental or structural things. But, the expectation of adaptation program has been ordered in the quadrant which based on needs and importance. So, the implementation of adaptation form was needed, which consist of dissemination of the breathe protection, eye protection, and medicine or vitamin support to the household periodically. And also the implementation of the adaptation plan, that was consist of tree plantation, road cleaning, and protection building or facilities. By doing so, the expectation of repairing the failure of vitality and fit dimension of the good city performance can be implemented properly. And in the medium term, the action plan of adaptation can be considered in the detailed spatial planning process of the dustless Kelurahan Pelambuan. Then, in the future, the settlement will be transformed from the dust city to become the healthy city. |