Manfaat rehabilitasi paru terhadap perubahan kualiti hidup dan kapasiti fungsional penderita penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dinilai dengan St. George`s Respitory Questionnaire (SGRQ) dan uji jalan 6 menit
Joko Riyadi;
Faisal Yusuf, supervisor
(Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005)
|
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang ditandai oleh hambatan aliran udara menahun di saluran napas, bersifat progresif nonreversibel atau reversibel sebagian. Penyakit ini merupakan salah satu gangguan pernapasan yang menyebabkan kecacatan dan kematian. Tahun 199I di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 14 juta orang menderita PPOK, meningkat 41,5% dibandingkan tahun 1982. Angka kematiannya menduduki peringkat ke-4 dari sebab kematian terbanyak yaitu 18,6 setiap 100.000 penduduk. Laki-laki dan perempuan angkanya sama sebelum usia 55 tahun, laki-laki terus meningkat dan saat usia 70 tahun menjadi dua kali perempuan. Tahun 1995 di Indonesia PPOK dan asma menduduki peringkat kematian ke-5 berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga Departemen Kesehatan RI. Tahun 1997 Yunus memberikan gambaran pola kasus PPOK yang mengalami eksaserbasi akut dan dirawat di bagian Pulmonologi RS Persahabatan yaitu 104 kasus didiagnosis PPOK dan hanya 65 kasus memenuhi kriteria PPOK. Di Rumah Sakit Persahabatan sebagai pusat rujukan paru nasional, PPOK menduduki peringkat ke-5 dari jumlah penderita yang berobat jalan serta menduduki peringkat ke-4 dari jumlah penderita rawat. Tahun 1990 Sherrill dick. menyatakan statistik kesehatan sulit mencatat prevalensi PPOK ini karena definisi, pengenalan dan salah mengklasifikasikan. Tahun 2000 di Inggris terdapat 600.000 penderita PPOK dan keluhan mulai timbul setelah usia 40 tahun. Prevalensi laki-laki lebih banyak daripada perempuan dan laki-laki akan meningkat 5% saat usia 65-75 tahun serta meningkat 10% saat usia lebih dari 70 tahun. Di negara berkembang prevalensi PPOK meningkat terus seiring dengan peningkatan konsumsi rokok. Stadium akhir PPOK didahului oleh suatu disability (ketidakmampuan) yang progresif yaitu penurunan kapasiti latihan dan berbagai gejala yang tidak hanya terbatas masalah pemapasan saja misalnya cepat lelah, sukar tidur, cepat marah dan putus asa. Akhimya penderita akan masuk ke dalam lingkaran masalah yang berkelanjutan yang berakibat handicap (kacacatan) menetap, mulai dari sesak berkepanjangan, inaktiviti sampai dekondisi yang berat, keterbatasan dalam aktiviti psikososial yang diikuti oleh depresi. |
T-pdf-Manfaat rehabilitasi.pdf :: Unduh
|
No. Panggil : | T58469 |
Entri utama-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama orang : | |
Penerbitan : | Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005 |
Program Studi : |
Bahasa : | ind |
Sumber Pengatalogan : | LibUI ind rda |
Tipe Konten : | text |
Tipe Media : | unmediated ; computer |
Tipe Carrier : | volume ; online resource |
Deskripsi Fisik : | |
Naskah Ringkas : | |
Lembaga Pemilik : | Universitas Indonesia |
Lokasi : | Perpustakaan UI, Lantai 3 |
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
T58469 | 15-21-649076468 | TERSEDIA |
Ulasan: |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 108002 |