:: UI - Tesis Membership :: Kembali

UI - Tesis Membership :: Kembali

Reson perempuan terhadap program pengembangan kecamatan kasus ppk bongas Kabupaten Indramayu

Dudi Farid Wazdi; Sulistyowati Irianto, supervisor (Universitas Indonesia, 2006)

 Abstrak

Dalam kehidupan bermasyarakat, biologis dan sosiologis saling mempengaruhi. Pada awalnya, perbedaan memang lebih bersifat alamiah, nature, fitrah. Kemudian melalui kebudayaan, kehidupan manusia dikembangkan, direkayasa, dipaksa, dicegah atau bahkan diberlakukan secara berlawanan (kontradiksi) dengan yang dasar alamiah tadi. Seseorang menjadi kelompok jenis, ras, golongan, suku, agama, dan kelompok yang lain, adalah akibat dari sosialisasi. Kontruksi ini mengurung pola pikir seseorang tanpa disadari karena perkembangan emosi dan nalar seseorang sebagian besar diperoleh dari sosialisasi ini.
Hubungan laki-laki dan perempuan yang 'telah rusak' akibat kontruksi sosial budaya dapat dipulihkan melalui pertobatan bersama, memulihkan hubungan menjadi lebih adil. Masing-masing pribadi dituntut untuk mendengarkan. Relasi dalam keluarga yang dikontruksi vertikal, diubah menjadi relasi horizontal. Hubungan horizontal akan menciptakan situasi demokrasi. Demokrasi akan menciptakan keadilan. Melihat perempuan Bongas yang `agresif dan `aktif seoalah memberikan jawaban bahwa: proses perubahan dan pertobatan kearah itu akan dengan cepat terlaksana.
Bersamaan dengan itu Pemerintah RI mencoba membuat program yang berakar dari faham feminis liberal dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada perempuan untuk mengaktualisasikan potensinya. OLeh karena itu ketika perempuan dapat merespon program (Program Pengembangan Kecamatan) ini dengan baik tampaknya akan hadir sebagai media perubahan pada ketimpangan struktur yang ada. Namun, di balik keagresifan dan keaktifan perempuan Bongas itu temyata ada penggerak lain di belakangnya sehingga tampaknya seolah perempuan-perempuan Indramayu dan perempuan Bongas pada khususnya hanya bertindak `untuk orang lain' saja? Dirinya dilupakan dan tidak dipedulikan, sehingga ketimpangan pun terus berjalan dan lestari.
Begitu pun halnya dengan respon mereka terhadap Program Pengembangan Kecamatan menjadi 'sernu' karena tidak sedikit perempuan Bongas menganggap bahwa: Program Pengembangan Kecamatan tidak berbeda dengan program-program lainnya yang pada akhirnya selalu didominasi oleh laki-laki sehingga perempuan pada akhirnya tidak lebih dari sekedar pelengkap prosedur pembangunan belaka.
Proses penyadaran memerlukan momentum katarsis, yakni ketika seseorang mengalami perubahan cara pandang secara radikal, mengalami revisi dalam dirinya. Pembebasan membutuhkan conversion, perubahan total, pertobatan radikal. Perubahan itu mesti dilakukan oleh suami, isteri beserta anak-anak, dan siapapun yang terlibat dalam keluarga, masyarakat dan program ini. Penelitian melalui pendekatan studi kasus terhadap beberapa perempuan ini mencoba mengungkapkan proses itu berjalan sehingga sekaligus dapat menjelaskan bagaimana respon perempuan terhadap PPK yang ada di Bongas ini.

 File Digital: 1

Shelf
 T 21480-Reson perempuan.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

No. Panggil : T21480
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Subjek :
Penerbitan : Depok: Universitas Indonesia, 2006
Program Studi :
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan :
Tipe Konten :
Tipe Media :
Tipe Carrier :
Deskripsi Fisik :
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
T21480 15-21-885466104 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 108735