:: UI - Tesis Membership :: Kembali

UI - Tesis Membership :: Kembali

Hubungan antara keluhan, gejala klinis dan sitologi vagina, pada vaginitis atrofi wanita pasca menopause

Kartiwa Hadi Nuryanto; Junita Indarti, supervisor (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006)

 Abstrak

Tujuan
Mengetahui berapa besar hubungan (sensitivitas dan spesifisitas) antara keluhan dan temuan objektif, baik secara klinis dan sitologi vagina, pada wanita pasca menopause dengan vaginitis atrofi.
Tempat
Poliklinik ginekologi, laboratorium sitologi dan subbagian sitopatologi bagian obstetri dan ginekologi Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Dr. Ciptomangunkusumo, Jakarta.
Bahan Dan Cara Kerja
Wanita pasca menopause yang datang ke poliklinik ginekologi diminta kesediaannya untuk mengikuti penelitian ini. Anamnesis dilakukan sesuai dengan lampiran 1 (status penelitian), dilanjutkan sesuai dengan lampiran II (panduan pertanyaan untuk mengetahui adanya keluhan vaginitis atrofi) dan pemeriksaan klinis vagina sesuai dengan lampiran III ( panduan pertanyaan untuk mengetahui adanya gejala klinis vaginitis atrofi ). Kemudian dilakukan pemeriksaan pH vagina dengan menggunakan kertas lakmus dan pengambilan apusan vagina ( diwarnai dengan pewarnaam Papaniculaou ) untuk penilaian maturasi set. Pengukuran maturasi set selain oleh peneliti, dilakukan juga oleh seorang ahli sebagai konfirrnasi untuk menjaga objektifitas pengukuran. Bila dari penilaian indeks maturasi didapatkan efek estrogen rendah, maka sampel dinyatakan sebagai vaginitis atrofi dan akan dianalisis selanjutnya.
Hasil
Penelitian ini berlangsung dari bulan Januari 2005 sampai dengan Desember 2005 di poliklinik ginekologi, laboratorium sitologi dan subbagian sitopatologi bagian obstetri dan ginekologi Rumah Sakit Umum Pusat Rujukan Nasional Dr. Ciptomangunkusumo, Jakarta. Didapatkan 38 sampel yang sesuai dengan kriteria penerimaan dan penolakan. Didapatkan bahwa usia peserta penelitian berkisar antara 46 - 64 tahun, dengan rerata usia 55,07 ± 5,67 tahun, dengan usia menopause peserta penelitian berkisar antara 42 - 57 tahun, dengan rerata usia 49,5 ± 4,73 tahun dengan lama menopause peserta penelitian berkisar antara 1 - 18 tahun, dengan rerata lama menopause 7,42 ± 5,41 tahun. Dari ke 5 keluhan yang ditanyakan pads peserta penelitian, hal yang terbanyak dikeluhkan adalah rasa keying ( n=4, 10.5% ), diikuti oleh dispareunia ( n=3, 7.9%) dan keputihan (n=3, 7.9% ). Sedangkan iritasi dan rasa menekan tidak dikeluhkan. Keadaan vagina yang atrofi ditegakkan berdasarkan dari hasil temuan obyektif berapa sekresi vagina yang berkurang (n=4, 10.5% ), integritas epitel vagina yang berkurang ( n=3, 7.9% ), ketebalan epitel vagina yang berkurang ( n=3, 7.9% ), warna vagina yang pucat ( nom, 10.5% ), dan pH vagina yang basa ( n=31, 81.6% ). Berdasarkan dari temuan-temuan tersebut, pH vagina merupakan temuan obyektif yang paling banyak dibandingkan yang lainnya. Dari temuan-temuan obyektif tersebut, kecuali pH vagina, vaginitis atrofi tidak banyak ditemukan pada peserta penelitian. Dari 38 sampel hanya terdapat 24 sampel yang secara sitologi didiagnasis sebagai vaginitis atrofi ( pemeriksaan sitologi sebagai baku emasnya ). Dari basil uji diagnostik hubungan antara keluhan rasa kering dan vaginitis atrofi dengan n=24 sampel, didapatkan nilai sensitivitas sebesar 16,6% dan nilai spesifisitas sebesar O. Dari hasil uji diagnostik hubungan antara keluhan dispareuni dan vaginitis atrofi dengan n=24 sampel, didapatkan nilai sensitivitas sebesar 12,5% dan nilai spesifisitas sebesar O. Dari hasil uji diagnostik hubungan antara keluhan keputihan dan vaginitis atrofi dengan n=24 sampel, didapatkan nilai sensitivitas sebesar 4,2% dan nilai spesifisitas sebesar 14,2%. Dari hasil uji diagnostik hubungan antara temuan objektif pH vagina yang basa dan vaginitis atrofi dengan n=24 sampel, didapatkan nilai sensitivitas sebesar 100% dan nilai spesifisitas sebesar 50%.
Kesimpulan
Keluhan rasa kering mempunyai nilai sensitivitas sebesar 16,6% dan nilai spesifisitas sebesar O. Keluhan dispareunia mempunyai nilai sensitivitas sebesar 12,5% dan nilai spesifisitas sebesar O. Keluhan keputihan mempunyai nilai sensitivitas sebesar 4,2% dan nilai spesifisitas sebesar 14,2%. Temuan objektif pH vagina yang basa dan vaginitis atrofi mempunyai nilai sensitivitas sebesar 100% dan nilai spesifisitas sebesar 50%.

Objective
To know the relation ( sensitivity and specificity) between symptoms and signs, clinically and by vaginal cytology, of atrophic vagina in post menopausal women.
Venue
Gynecology policlinic, cytology laboratory and cytopathology subdivision of obstetrics and gynecology department, Dr Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta.
Methods and Materials
Post menopausal women who came to the gynaecology policlinic were asked to participate in this study. Anamnesis was performed according to attachment I ( study record ) and followed with attachment II ( questions to elicit the symptoms ) and clinical examimnation according to attachment liI ( questions to elicit the signs ). Vaginal acidity examination and vaginal smear to measure cell maturation ( stained with Papaniculaou) were then performed. Cell maturation was measuerd by the researcher and also by an expert to keep the objectivity of the measurement. If the maturation index showed low-estrogen effect, then sample was diagnosed as atrophic vaginitis and be analyzed afterwards.
Results
The study was performed from January 2005 until December 2005 at the gynecology policlinic, cytology laboratory and cytopathology subdivision of obstetrics and gynecology department, Dr Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta. There were 38 samples that met the inclusion and exclusion criteria?s. The age of the participants were between 46 - 64 years old, with mean age was 55,07 ± 5,67 years. The age of menopause was between 42 - 57 years old, with mean age was 49,5 ± 4,73 years. The length of menopause was between 1 - 18 years, with mean time was 7,42 ± 5,41 years. Out of 5 symptoms asked, dryness was the most complained ( nom, 10.5% ), followed with dyspareunia (n=3, 7.9%) and vaginal discharge ( n=3, 7.9% ). Sense of irritation and throbbing was not complained. Atrophic vaginitis was clinically diagnosed by decreased vaginal secretion ( n=4, 10.5% ), decreased epithelial integrity ( n=3, 7.9% ), pale vaginal surface ( n=4, 10.5%) and alkaline vaginal acidity result ( n=31, 81.6% ). Vaginal acidity was found the most. Out of all the clinical findings, vaginitis atrophic was only found on samples with alkaline vaginal acidity. Out of 38 samples, there were 24 samples which were cytologically diagnosed as atrophic vaginitis. The diagnostic test between dryness and atrophic vaginitis ( n=24 ) revealed that the sensitivity was 16,6% and the specificity was O. The diagnostic test between dyspareuni and atrophic vagina ( n=24 ) revealed that the sensitivity was 4,2% and the specificity was 14,2%. The diagnostic test between alkaline vaginal acidity and atrophic vaginitis ( n=24) revealed that the sensitivity was 100% and the specificity was 50%.
Conclusion
The sensitivity of dryness is 16,6% and the specificity od dryness is 0. The sensitivity of dyspareuni is 12,5% and the specificity andd dyspareuni is 0. The sensitivity of vaginal discharge is 4,2% and the specificity is 14,2%. The sensitivity of alkaline vaginal acidity is 100% and the specificity of alkaline vaginal acidity is 50%.

 File Digital: 1

Shelf
 T-Pdf -Hubungan antara.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

No. Panggil : T-Pdf
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Subjek :
Penerbitan : Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
Program Studi :
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan :
Tipe Konten :
Tipe Media :
Tipe Carrier :
Deskripsi Fisik :
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
T-Pdf 15-20-035188708 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 109002