:: UI - Tesis Membership :: Kembali

UI - Tesis Membership :: Kembali

Syattari dalam modernisasi keagamaan: studi terhadap kelompok pengajian syattari Koto Tuo Panganak Bukittinggi Sumatera Barat

Ivan Fathurrahman; Robert Markus Zaka Lawang, supervisor (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006)

 Abstrak

Penelitian ini berawal dari kegelisahan peneliti terhadap kehidupan keberagamaan di Minangkabau khususnya di Koto Tuo Panganak Bukittinggi. Meskipun hingga kini persaingan antar kelompok agama tersebut tidak terlalu nampak, sisa-sisa persaingan masih terlihat khususnya pada golongan tua dan mereka yang masih saja mempermasalahkan perbedaaan atas penafsiran agama. Kesan yang muncul bahwa Minangkabau sebagai pusat ?modernisasi? masih saja terlihat. Dengan demikian, penelitian ini mencoba menjelaskan pihak-pihak yang ?terlibat? dan berusaha menampilkan kelompok keagamaan yang pro maupun kontra atas pembahan atau pemurnian ataupun modemisasi keagamaan tersebut. Sekaligus usaha untuk menjelaskan motif-motif serta nilai-nilai yang ingin dipertahankan oleh kelompok-kelompok tersebut.
Fokus penelitian dalam kerangka penulisan tesis ini adalah pembaharuan atau modernisasi keagamaan, yaitu pemikiran-pemikinan yang menyangkut pola pikir terhadap Islam itu sendiri, bukan dalam hal-hal yang menyangkut dengan dasar atau fundamental dari ajaran Islam, tetapi memperbaharui penafsiran-penafsiran atau interpretasi terhadap ajaran-ajaran dasar Al-Quran dan Hadits. Kepercayaan terhadap penafsiran-penafsiran "baru? tersebut yang menggerakkan orang untuk melakukan perubahan terhadap penafsiran yang sebelumnya ada (gerakan modernisasi keagamaan/gerakan puritan). Sedangkan Syattari merupakan kelompok keagamaan tertua yang ada di Minangkabau. Hingga kini Syattari masih eksis dan ajarannya pun masih sama persis ketika ajaran tersebut diajarkan oleh pendahulunya. Hubungan keduanya lebih menggambarkan pertautan antara modemisasi versus tradisional.
Weber, Bellah menggambarkan modernisasi sebagai struktur dibangun dengan rasionalitas. Sedangkan Syattari menganggap ?pembangunan atau modernisasi? tersebut upaya untuk menghilangkan atau menyederhanakan unsur-unsur hakiki dalarn keagamaan. Untuk itu diperlukan penjelasan melalui teori Berger dalam upaya mempertahankan keyakinan Syattari dalam konsepnya sosialisasi makna dan fungsi agama sebagai pemeliharaan dunia.
Pendekatan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan tekniknya snowball sampling dan observasi, karena keterbatasan dalam mengidentifikasi pihak-pihak yang benar-benar paham terhadap permasalahan penelitian perlunya pengamatan alas fenomena yang akan diteliti.
Sebagai penelusuran historis dalam tesis ini, gerakan modernisasi keagamaan di Minangkabau dimotori oleh tiga orang haji yang pulang dari Mekkah. Mereka adalah Tiga orang tersebut adalah Haji Miskin, Haji Piobang dan Haji Sumanik. Pengaruh yang dibawa dan paling terasa atas gerakan tersebut adalah terkikisnya surau yang tergantikan dengan sistem pesanuen dan madrasah. Surau diidentifikasi sebagai Iembaga pendidikan tradisional Minangkabau sedangkan pesantren dan madrasah sistem pendidikan yang diadopsi dari luar Indonesia. Sebelumnya otoritas keagamaan (dalam sistem surau) di Minangkabau dipegang oleh bebempa ahli agama, mereka adalah Buya, Qari, Faqih, Qadhi, Alim dan gelar Labai, setiap gelar tersebut mempunyai otoritas masing-masing.
Analisa dalam penelitian ini adalah modernisasi agama dilihat sebagai bentuk usaha merombak pemahaman (penafsiran baru) masyarakat terhadap unsur hakiki (doktrin) dalam agama. Sedangkan pertautan antara ?tradisional-modern? atau ?konservatif-moderat? merupakan relasi sosial yang dianalisa ke dalam tiga dimensi, dimensi sejarah, dimensi kelembagaan dan dimensi gerakan sosial. Penjelasan terhadap ketiga dimensi ini adalah potret atas pola dan relasi sosial hubungan mayoritas-minoritas tersebut.
Ajaran Syattari digarisbawahi sebagai bagian dari sosialisasi makna. Artinya setiap pengikut yang terus konsisten (istiqomah) rnenerapkan ajaran Syattari secara tidak langsung ataupun langsung telah tersosialisasi makna-makna relijius dalam diri mereka. Berger menyebutkan fenomena tersebut adalah fungsi agarna sebagai pemeliharaan dunia.
Kesimpulan dalam penelilian ini yaitu terdapatnya relevansi konsep Berger mengenai agama mengenai funggsi agama seperti fungsinya sebagai pemeliharaan dunia, diyakini masih relevan dalam pernbahasan penelitiau ini. Sedangkan konsep Weber dan Bellah mengenai rasionalitas dan pembangunan yang digembar-gemborkan dalarn modernisasi keagamaan perlu digarisbawahi, karena motif-motifnya lebih menggambarkan usaha untuk mengubah unsur hakiki dalam doktrin agama. Selanjutnya kesimpulan bahwa Syattari sebeai organisasi keagaman lebih bersifat tertutup dan pengikutnya pun sangat terbatas, dan pola syiar-nya pun sembunyi-sembunyi dan berpindah Iempat sehingga lebih sulit untuk mengenal pengikut dan organisasi tersebut secara menyeluruh kecuali ikut dan bergabung didalamnya. Sedangkan, Syattariyah sebagai organisasi keagamaan tarekat, bersifat lebih terbuka meskipun keanggotaannya sudah menurun. Selanjutnya, Organisasi modem seperti Muhammadiyah, Persis, NU dan sebagainya dikategorikan sebagai organisasi keagamaan yang pengaruhnya datang kemudian atau paling terakahir.
Organisasi ini lebih terbuka dan pola syiamya menyentuh kepada aspek pengajaran (agama), pendidikan bahkan politik. Ketiganya menggambarkan kultur yang terjadi dalam sikap dan sistem masyarakat Minang.

 File Digital: 1

Shelf
 T22027-Ivan Fathurrahman.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

No. Panggil : T22027
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Subjek :
Penerbitan : Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
Program Studi :
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan :
Tipe Konten :
Tipe Media :
Tipe Carrier :
Deskripsi Fisik : ii, 114 hlm. : ill. ; 30 cm. + lamp.
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
T22027 15-19-686101973 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 109885