Air susu ibu (ASI) merupakan makanan bayi yang paling baik dan bersifat unik karena spesifik untuk spesies manusia. Pemberian ASI secara eksklusif (ASI eksklusif) adalah pemberian nutrisi yang ideal dan cukup untuk bayi sampai berusia 6 bulan. Pada tahun 1992, UNICEF dan WHO meluncurkan apa yang disebut "Baby Friendly Hospital Initiative" (Rumah Sakit Sayang Bayi = RSSB), yang bertujuan memperbaiki pelayanan maternal dan neonatal di rumah sakit sehingga para ibu dapat menyusui bayinya dengan balk melalui penerapan "Ten Steps to Successful Breastfeeding" (Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui = 10 LMKM).Dalam kenyataan sehari-hari di masyarakat, para ibu umurnnya sudah mulai menyusui sejak bayinya lahir, tetapi sebelum bayi berusia 6 bulan mereka telah menghentikan pemberian ASI atau ditambah dengan makanan lain. Angka cakupan ASI eksklusif 0-4 bulan menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002 masih rendah yaitu sebesar 55%, sedangkan target yang akan dicapai pada tahun 2010 pemberian ASI eksklusif adalah sebesar 80%.Sejauh ini, angka pemberian ASI eksklusif yang sebenarnya di lapangan tidak diketahui dengan pasti. Pencatatan yang dilakukan oleh Puskesmas adalah jumlah kunjungan ibu yang memberikan ASI eksklusif tanpa verifikasi apakah benar ASI diberikan secara eksklusif kepada bayi. Di samping itu, data jumlah kunjungan tidak mencerminkan jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif. Oleh karena itu, diperlukan penelitian yang cerrnat dengan pertanyaan-pertanyaan untuk memverifikasi perilaku menyusui ibu di lapangan.Faktor-Faktor yang Menghambat Pemberian ASI Eksklusif Banyak alasan mengapa ibu tidak memberikan AST kepada bayinya. Suatu survei mengungkapkan beberapa alasan ibu memberikan susu formula atau makanan tambahan, antara lain: ASI kurang atau tidak keluar (38,0%), dianggap sudah waktunya (27,1%), ibu bekerja (18,6%), dan bayi tidak mau (6,1%).Faktor-faktor yang mempengaruhi angka menyusui tidak hanya beragam dan kompleks, tetapi juga berpengaruh secara berlainan dalam situasi yang berbeda. Pendidikan ibu misalnya, berkaitan dengan angka menyusui yang lebih tinggi di negara-negara maju tetapi lebih rendah di negara-negara berkembang. Pengaruh budaya dan kepercayaan diri ibu terhadap kemampuannya menyusui juga dapat berbeda dan mempengaruhi sikap ibu terhadap menyusui.Faktor-faktor yang diketahui berkaitan dengan penghentian pemberian ASI antara lain merokok, paparan terhadap asap rokok, ibu sedang mendapat obat, problem fisik seperti obesitas dan masalah kejiwaan seperti depresi, serta keadaan yang membuat sulit menyusui, seperti kembali bekerja atau sekolah.Promosi susu formula dalam bentuk paket-paket edukasi dari perusahaan susu formula pada kunjungan antenatal telah terbukti meningkatkan penghentian pemberian ASI dalam 2 minggu pertama pasca bersalin. Ironisnya, paket-paket tersebut diberikan oleh para tenaga kesehatan yang melayani pelayanan antenatal para ibu hamil. |