Tesis ini membahas proses pemilihan identitas perempuan Bali dalam tarik menarik nilai-nilai patriarki di ruang tradisi dan modernitas dalam novel Putri. Dengan menggunakan konsep identitas gender, feminisme multikultural, dan kritik sastra feminis, tesis ini menganalisis proses pemilihan identitas perempuan yang dilakukan tokoh Putri. Penelitian dilakukan dengan menganalisis faktorfaktor yang memengaruhi tokoh Putri dalam melakukan resistansi dan bagaimana cara meresistansi.Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor ibu merupakan faktor dominan positif bagi tokoh Putri. Analisis juga menunjukkan bahwa resistansi yang dilakukan tidak selalu menunjukkan hasil yang memuaskan. Situasi yang sulit menyebabkan perempuan belum dapat sepenuhnya lepas dari pola patriarki.Novel Putri memperlihatkan perempuan yang tidak ingin dikonstruksi oleh patriarki yang dibawa tradisi yang memandang perempuan dengan stereotip: pasif menerima nasib. Akan tetapi, ia juga tidak ingin mengikuti konstruksi patriarki modernitas, yang menilai perempuan hanya secara fisik. Perempuan memilih identitas sendiri di tengah perebutan konstruksi sosial. The focus of this study is how a Balinese woman chooses identity within the contestation of patriarchy values in the space of modernity and tradition in Putri. Using the concept of gender identity, multicultural feminism, and feminist literary critic, this research analyzes the process of choosing identity by Putri. The research was done by analyzing the factors that influence Putri to resist and how she does the resistance.The result shows that the mother is the dominant factor that is positive for Putri. However, the resistance does not always show satisfying result. Being in difficult situation, women cannot totally free themselves from patriarchy patterns.Putri shows a woman who does not want to be constructed by patriarchy in tradition that views woman stereotypically as passive. Yet, she also does not want to follow the patriarchy construction of modernity, that sees women only through their bodies. Women choose their own identity within the contestation of social construction. |